You are on page 1of 9

ANALISIS DAMPAK KONSELING GIZI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN

GIZI IBU YANG MEMILIKI BALITA GIZI KURANG


Oleh :
Nur Lina1, Lilik Hidayanti2
1,2 Pengajar Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Tasikmalaya

ABSTRAK

Gangguan gizi pada awal kehidupan akan mempengaruhi kualitas kehidupan


berikutnya. Gizi kurang pada balita tidak hanya menimbulkan gangguan pertumbuhan
fisik tapi juga mempengaruhi kecerdasan dan produktifitas ketika dewasa. Kasus gizi
buruk dan kurang di Kecamatan Sukarame berdasarkan indeks BB/TB sebesar 2,24%,
dengan prevalensi gizi buruk sebesar 1,02% dan gizi kurang sebesar 1,22%. Jika
dibandingkan dengan data yang diperoleh (Januari Agustus 2012), prevalensi gizi
buruk dan kurang mengalami peningkatan sebesar 5.41%. Pengetahuan, sikap dan
praktek ibu yang memiliki anak balita tentang kesehatan tentunya merupakan faktor
kunci yang menentukan faktor status gizi anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan gizi ibu yang memiliki balita gizi kurang sebelum
dan sesudah pemberian konseling di Posyandu Nagrog Desa Wargakerta Kecamatan
Sukarame Kabupaten Tasikmalaya. Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 1-5
tahun dengan status gizi kurang (Z skore <-2 SD, berdasarkan BB/TB) sebanyak 22
orang. Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment yaitu penelitian dengan melakukan
kegiatan percobaan (experiment), dengan desain pretest posttest without control
group. Hasil analisis menggunakan uji statistik Paired T-Test menunjukkan bahwa ada
perbedaan pengetahuan ibu sebelum dan sesudah pemberian konseling dengan p =
0,000 (p value < ). Rata-rata skor pengetahuan ibu sesudah pemberian konseling lebih
tinggi yaitu 51,32 poin dibandingkan dengan skor pengetahuan ibu sebelum pemberian
konseling yaitu 38,27 poin. Konseling sebagai bentuk pendidikan gizi bertujuan untuk
membuat seseorang sadar akan pentingnya gizi bagi kehidupan, mengetahui cara
memilih makanan bergizi dengan tujuan akhir mengubah sikap dan tindakan kearah
kesadaran untuk melakukan pemenuhan kebutuhan gizi agar hidupnya sehat.
Disarankan peningkatan pengetahuan diharapkan diikuti dengan Praktek pemberian
pemberian makan balita yang baik serta perlu refreshing pengetahuan ibu balita secara
terus menerus.

Kata Kunci : konseling, gizi kurang, balita

ABSTRACT

Disorders of nutrition in early life affects the quality of the next life . Malnutrition in
infants not only lead to impaired physical growth but also influence intelligence and
productivity as adults . Malnutrition and lacking in District Sukarame based index weight
/ height of 2.24 % , with the prevalence of malnutrition by 1.02 % and 1.22% less
nutrition . When compared with the data obtained ( January-August 2012) , the
prevalence of malnutrition and the lack of an increase of 5:41 % . Knowledge , attitude
and practice of mothers with children under five on health is certainly a key factor
determining factor nutritional status of children . The purpose of this study was to
determine differences in maternal nutrition knowledge that have toddler malnutrition
before and after counseling in IHC Nagrog Wargakerta Village Subdistrict Sukarame
Tasikmalaya regency. The population in this study were children aged 1-5 years with
less nutritional status ( Z scores < -2 SD , based on weight / height ) by 22 people. This
study is the Quasi Experiment research is to conduct experiments ( experiment ) , with
the design of a pretest - posttest control group without . The results of the analysis using
statistical tests Paired T-test showed that there were differences in mothers' knowledge
before and after counseling with p = 0.000 ( p value < ) . The average score mother's
knowledge after counseling is 51.32 points higher than the score of mother's knowledge
before counseling is 38.27 points . Nutrition counseling as a form of education aims to
make someone aware of the importance of nutrition for life , knowing how to choose
nutritious foods with the ultimate goal of changing attitudes and actions towards the
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015

awareness to do in order to fulfill the nutritional needs of a healthy life . Suggested


expected increase in knowledge practices followed by the provision of a good feeding
infants and toddlers need refreshing mothers knowledge continuously.

Keywords : counseling , malnutrition , toddler

PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini,
yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase Golden Age. Golden
age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak
secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan. Selain itu,
penanganan kelainan yang sesuai pada masa golden age dapat meminimalisir kelainan
pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga kelainan yang bersifat permanen dapat
dicegah (Haryadi, 2010).
Pada tahun 2010 di Indonesia angka balita kurang gizi berdasarkan indeks BB/U
sebesar 17,9%, dengan prevalensi gizi buruk sebesar 4,9% dan gizi kurang sebesar 13%
(Riskesdas, 2010). Pada tahun 2010 di Provinsi Jawa Barat, prevalensi balita kurang gizi
yaitu sebesar 13%, dengan prevalensi gizi buruk sebesar 3,1% dan gizi kurang sebesar
9,9%. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi gizi buruk tahun 2007, kasus balita
kurang gizi mengalami peningkatan sebesar 1,97% (Riskesdas, 2010). Sedangkan
prevalensi gizi buruk di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2010 yaitu sebesar 1,16%. Jika
dibandingkan dengan tahun 2009, prevalensi gizi buruk mengalami peningkatan sebesar
0,6% (Kemenkes RI, 2011). Dari 40 Puskesmas yang ada di Kabupaten Tasikmalaya,
Puskesmas Kecamatan Sukarame merupakan salah satu Kecamatan dengan kasus balita
gizi kurang yang cukup tinggi. Berdasarkan Laporan Tahunan Puskesmas Sukarame tahun
2011, jumlah kasus gizi buruk dan kurang di Kecamatan Sukarame berdasarkan indeks
BB/TB sebesar 2,24%, dengan prevalensi gizi buruk sebesar 1,02% dan gizi kurang sebesar
1,22%. Jika dibandingkan dengan data yang diperoleh (Januari Agustus 2012), prevalensi
gizi buruk dan kurang mengalami peningkatan sebesar 5.41% (Laporan Tahunan
Puskesmas Sukarame, 2012).
Kurangnya pengetahuan ibu antara lain dapat ditanggulangi dengan pemberian
konseling gizi. pengaruh pemberian makanan tambahan dan konseling gizi terhadap status
gizi anak balita gizi buruk di Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi
Tenggara menunjukkan bahwa ada pengaruh yang significant dari pemberian intervensi
konseling terhadap status gizi balita (p = 0,000)( Leksono, 2009).
Konseling gizi dengan model pendampingan ini memberikan hasil yang positif. Pada
akhir penelitian yang dilakukan oleh Ayu (2008), skor pengetahuan gizi ibu meningkat dari
47,8% menjadi 73,3% (p=0,001) dan skor pola asuh balita meningkat dari 69,42% menjadi

1067
Analisis Dampak Konseling Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu Yang Memiliki Balita Gizi
Kurang Nur Lina, Lilik Hidayanti

81,05% (p=0,001). Kejadian penyakit infeksi menurun dari 72,5% menjadi 38,2% (p=0,001)
dan balita yang menderita gizi kurang dari 72,5% menjadi 10,8%. Kejadian gizi buruk
menurun dari 27,45% menjadi 8,8% (p=0,001).
Model konseling dengan metode pendidikan gizi dilakukan selama 3 bulan dengan
frekuensi 2 kali sebulan. Kegiatan berlangsung 90-120 menit dimulai dari pre test,
pemaparan materi, dan post test. Materi pendidikan gizi dan kesehatan meliputi 10 topik : 1)
Komposisi makanan, 2) Pengolahan makanan, 3) Penyiapan makanan, 4) Keamanan
pangan, 5) Pemanfaatan pekarangan, 6) Pedoman dan asupan gizi, 7) Masalah gizi dan
penyebabnya, 8) Pemantauan berat badan, 9) Gizi ibu hamil dan menyusui, 10) Makanan
pendamping ASI. Untuk mendukung intervensi pendidikan gizi, alat peraga yang digunakan :
leaflet dan poster. Pada akhir penelitian, pengetahuan dan perilakun ibu mengenai
pemberian makanan pendamping ASI meningkat dengan p value = 0,000 (Ayu, 2008).
Mengingat dampak negatif jangka panjang pada anak balita gizi buruk, maka
perhatian khusus perlu diberikan untuk menghindari terjadinya loss generation. Salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk membantu peningkatan kesadaran dan pengetahuan gizi
ibu adalah melalui kegiatan konseling gizi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan pengetahuan gizi ibu yang memiliki balita gizi kurang sebelum dan sesudah
pemberian konseling di Posyandu Nagrog Desa Wargakerta Kecamatan Sukarame
Kabupaten Tasikmalaya.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment (eksperimen semu) yaitu penelitian
dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), dengan desain pretest posttest
without control group. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konseling gizi dan variabel
terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan gizi ibu.
Konseling adalah suatu proses kegiatan komunikasi interpersonal/upaya yang
dilakukan oleh konselor kepada klien (ibu) untuk menyalurkan informasi berupa
pengetahuan tentang gizi, pola makan seimbang, serta memberikan motivasi dan saran
dalam pemberian asupan makanan kepada balita. Alat bantu yang digunakan adalah
pedoman konseling gizi. Pemberian konseling dilakukan 2 minggu sekali selama 2 bulan
dengan intensitas waktu sebanyak 30 60 menit.
Pengetahuan ibu adalah wawasan pengertian atau pemahaman ibu yang
berhubungan dengan gizi, yang dinyatakan dengan skor dari setiap jawaban pertanyaan
yang meliputi pengertian gizi, pola gizi seimbang, manfaat gizi. Pengukuran pengetahuan
ibu dilakukan dengan cara wawancara, dan alat ukur yang digunakan yaitu Kuisioner.
Pengukuran pengetahuan ibu dilakukan pada awal penelitian dan akhir penelitian.
Pre-test dilakukan sebelum diberi intervensi, dan post-test dilakukan setelah intervensi ke-4.
Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 1-5 tahun dengan status gizi kurang (Z skore

1068
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015

<-2 SD, berdasarkan BB/TB), yang berada di wilayah kerja Desa Wargakerta Kecamatan
Sukarame Kabupaten Tasikmalaya dengan responden adalah ibu balita dengan status gizi
kurang sebanyak 22 orang. Sampel adalah total populasi. Analisis data hasil penelitian
menggunakan uji beda t berpasangan apabila diperoleh data dengan sebaran yang normal
(p> 0,05) sedangkan apabila data memiliki sebaran yang tidak normal (p< 0,05), maka akan
diuji dengan uji Wilcoxon (Sugiyono, 2009). Tingkat kemaknaan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu 5% ( = 0,05). Uji kemaknaan dari uji beda pada penelitian ini yaitu, Ho
ditolak (ada perbedaan) jika p value < 0,05 dan Ho diterima (tidak ada perbedaan) jika p
value > 0,05).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum lokasi penelitian
Posyandu Nagrog merupakan salah satu posyandu di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP
Sukarame Kabupaten Tasikmalaya, terletak di Desa Wargakerta. Desa Wargakerta berada
di bagian utara wilayah Kecamatan Sukarame dengan luas wilayah 196,485 Ha, terdiri dari 6
dusun, 5 RW dan 21 RT dengan jumlah penduduk sebanyak 5.820 jiwa, dimana 67,01%
penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Struktur ekonomi di Desa Wargakerta masih
didominasi sektor pertanian, dengan tingkat ekonomi 65,20% menengah ke bawah.
Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden
No Karakteristik Responden
Umur Sampel (balita)
1 Mean 31,64 bulan
2 Minimal 12 bulan
3 Maksimal 56 bulan
Umur responden (Ibu balita)
1 Mean 30,82 tahun
2 Minimal 22 tahun
3 Maksimal 43 tahun

Tingkat pendidikan responden sebagain besar adalah lulusan SD (50,0%), sebagian


besar sampel (balita) (59,1%) berjenis kelamin perempuan.

1069
Analisis Dampak Konseling Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu Yang Memiliki Balita Gizi
Kurang Nur Lina, Lilik Hidayanti

Deskripsi Variabel Penelitian


Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Sebelum Dan Sesudah
Pemberian Konseling Ibu Balita Gizi Kurang Di Posyandu Nagrog Tahun 2013

Sebelum Sesudah
No Pertanyaan
n % n %
1 Yang dimaksud dengan gizi
a. Zat yang terkandung dalam makanan yang 14 63,6 18 81,8
berguna dan diperlukan oleh tubuh
b. Semua jenis makanan yang berguna untuk 8 36,4 4 18,2
tubuh
c. Makanan yang dimakan 0 0 0 0
d. Tidak tahu 0 0 0 0
2 Yang dimaksud dengan fungsi zat gizi
a. Sumber energi utama, pertahanan berbagai
penyakit, membantu pertumbuhan tubuh dan 12 54,5 19 86,4
memelihara jaringan tubuh
b. Sumber tenaga dan untuk menjaga kesehatan 10 45,5 3 13,6
c. Membantu pertumbuhan 0 0 0 0
d. Tidak tahu 0 0 0 0
3 Yang dimaksud dengan gizi seimbang
a. Tidak tahu 0 0 0 0
b. Makanan yang mengandung semua zat gizi 2 9,1 0 0
yang dimakan
c. Makanan yang mengandung semua zat gizi 4 18,2 3 13,6
yang diperlukan tubuh
d. Makanan yang mengandung semua zat gizi 16 72,7 19 86,4
yang diperlukan tubuh dengan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh
4 Yang dimaksud makanan sehat
a. Makanan bergizi dengan menu seimbang 8 36,4 18 81,8
b. Makanan bergizi 14 63,6 4 18,2
c. Makanan yang enak dan murah 0 0 0 0
d. Tidak tahu 0 0 0 0
5 Yang termasuk dalam jenis zat gizi
a. Vitamin 22 100 22 100
b. Mineral 5 22,7 12 54,5
c. Protein 14 63,6 18 81,8
d. Karbohidrat 12 54,5 13 59,1
e. Air 7 31,8 13 59,1
f. Lemak 5 22,7 12 54,5
6 Bahan makanan sumber protein
a. Tahu 8 36,4 13 59,1
b. Tempe 14 63,6 19 86,4
c. Ikan 12 54,5 19 86,4
d. Daging 17 77,3 22 100
e. Telur 16 72,7 20 90,9
f. Kacang-kacangan 3 13,6 8 36,4
7 Bahan makanan sumber karbohidrat
a. Nasi 20 90,9 21 95,5
b. Roti 11 50,0 16 72,7
c. Mie 4 18,2 7 31,8
d. Singkong 14 63,6 14 63,6
e. Jagung 14 63,6 14 63,6
f. Kentang 6 27,3 11 50,0
g. Tepung 3 13,6 9 40,9
8 Manfaat makanan bagi anak
a. Untuk tumbuh kembang anak dan memenuhi 12 54,5 18 81,8

1070
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015

kebutuhan gizi
b. Untuk membantu pertumbuhan dan 10 45,5 4 18,2
perkembangan anak
c. Untuk memenuhi rasa lapar anak agar tidak 0 0 0 0
rewel
d. Tidak tahu 0 0 0 0
9 Yang dimaksud dengan anak balita sehat
a. Makannya lahap 14 63,6 19 86,4
b. Lincah 15 68,2 19 86,4
c. Tidak sakit 15 68,2 21 95,5
d. Tidak rewel 11 50,0 18 81,8
e. Tubuhnya tidak gemuk 3 13,6 13 59,1
f. Tubuhnya tidak kurus 9 40,9 15 68,2
10 Penyebab anak balita kurang gizi
a. Kurang asupan energi dan protein 11 50,0 21 95,5
b. Kurangnya makan makanan yang bergizi 16 72,7 21 95,5
c. Terserang penyakit 9 40,9 19 86,4
11 Tanda-tanda balita kekurangan gizi
a. Balita tampak kurus sekali 17 77,3 22 100
b. Lesu/lemah 18 81,8 20 90,9
c. Kurang nafsu makan 12 54,5 20 90,9
d. Sering mengalami sakit 16 72,7 20 90,9
12 Akibat balita kekurang gizi
a. Perkembangan anak tidak normal (terhambat) 13 59,1 20 90,9
b. Pertumbuhan anak tidak normal (terhambat) 7 77,3 21 95,5
c. Balita mudah terserang penyakit 12 54,5 20 90,9
d. Balita bertubuh sangat kurus 13 59,1 19 86,4
13 Makanan pendamping ASI diberikan pada anak
umur
a. 6 bulan 18 81,8 20 90,9
b. 1 tahun 3 13,6 2 9,1
c. 2 tahun 1 4,5 0 0
d. Tidak tahu 0 0 0 0
14 Pola makan yang sehat untuk balita
a. Tidak tahu 0 0 0 0
b. 1 2 kali 3 13,6 0 0
c. 3 kali 16 72,7 5 22,7
d. Lebih dari 3 kali 3 13,6 17 77,3
15 Manfaat menimbang pada anak anda
a. Untuk mengetahui status gizi anak 7 31,8 22 100
b. Untuk mengetahui kesehatan anak 5 22,7 22 100
c. Untuk mengetahui berat badan anak 22 100 22 100

Rata rata skor pengetahuan ibu sebelum pemberian konseling yaitu 38,27 poin. Skor
terendah yaitu 25 poin dan skor tertinggi 54 poin. Rata-rata skor pengetahuan ibu sesudah
pemberian konseling yaitu 51,32. Skor terendah yaitu 43 dan skor tertinggi yaitu 59. Rata-
rata skor pengetahuan ibu sesudah pemberian konseling lebih tinggi yaitu 51,32 poin
dibandingkan dengan skor pengetahuan ibu sebelum pemberian konseling yaitu 38,27 poin.
Skor rata-rata pengetahuan ibu sebelum pemberian konseling yaitu 38,27 poin.
Rendahnya skor pengetahuan ibu balita gizi kurang tentang gizi dapat disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya tingkat pendidikan ibu. Pendidikan formal ibu akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi, semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin tinggi
kemampuan untuk menyerap pengetahuan praktis dan pendidikan formal terutama melalui

1071
Analisis Dampak Konseling Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu Yang Memiliki Balita Gizi
Kurang Nur Lina, Lilik Hidayanti

media masa. Makin baik tingkat pendidikan ibu maka baik pula pengetahuannya (Soetardjo,
2011). Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa dari 22 responden, sebesar 50,0%
responden memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu hanya tamat SD.
Menurut Mazarina (2010), terdapat hubungan positif antara pendidikan ibu dengan
pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi
cenderung mempunyai pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak yang baik.
Pendidikan memberikan suatu nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka
pikirannya serta menerima hal-hal baru. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia
yang sangat diperlukan untuk mengembangkan diri. Semakin tinggi pendidikan, semakin
mudah menerima dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi dan semakin meningkat
produktivitas serta semakin meningkat kesejahteraan keluarga. Tingkat pendidikan ibu
sangat mempengaruhi cara ibu memahami masalah gizi dan kesehatan terutama balitanya.
Ibu dengan pendidikan tinggi akan lebih mudah memahami pengetahuan dan informasi
tentang gizi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan status gizi balitanya (Moehji, 2009).
Analisis Bivariat
Berdasarkan hasil uji statistik Paired Samples Test menunjukkan ada perbedaan
skor pengetahuan ibu sebelum dan sesudah pemberian konseling dengan p value = 0,000
(p value < ). Temuan dalam penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Leksono (2009),
bahwa pemberian intervensi pengetahuan ibu menunjukkan ada perbedaan yang bermakna
dari perubahan kenaikan skor jawaban ibu sebelum dan sesudah pemberian konseling gizi
dengan nilai p value 0,005. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga),
dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).
Secara konseptual bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang
(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh
seseorang yang setiap saat mengalami perubahan karena adanya. Hasil penelitian Aswita
2008 membuktikan bahwa konsultasi gizi yang dilaksanakan melalui program
pendampingan gizi merupakan salah satu upaya pendekatan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan perilaku yang baik.
Intervensi penyuluhan yang dilakukan oleh TPG berpengaruh terhadap peningkatan
pengetahuan ibu pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol mengalami
stabilisasi. Dengan adanya penyuluhan ibu balita KEP mengerti dan memahami serta mau

1072
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015

dan mampu melaksanakan apa yang dinasehatkan sehingga mampu mengasuh dan
merawat balita gizi kurang menjadi lebih baik.

SIMPULAN DAN SARAN


SIMPULAN
1. Rata-rata skor pengetahuan ibu sesudah pemberian konseling lebih tinggi yaitu 51,32
poin dibandingkan dengan skor pengetahuan ibu sebelum pemberian konseling yaitu
38,27 poin.
2. Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik Paired T-Test menunjukkan bahwa ada
perbedaan pengetahuan ibu sebelum dan sesudah pemberian konseling dengan p =
0,000 (p value < ).
SARAN
1. Bagi Ibu Balita
Peningkatan pengetahuan diharapkan diikuti dengan Praktek pemberian pemberian
makan balita yang baik.
2. Bagi Puskesmas
Perlu refreshing pengetahuan ibu balita secara terus menerus.

DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Sri., Pengaruh Program Pendampingan Gizi Terhadap Pola Asuh Kejadian Infeksi Dan
Status Gizi Balita Kurang energy Protein (Disertasi), 2008.

Haryadi, Disik., Analisis Hubungan Penerapan Pesan Gizi Seimbang Keluarga Dan Perilaku
Keluarga Sadar Gizi Dengan Status Gizi Balita Di Provinsi Kalimantan Barat
(Disertasi), 2010.

Laporan Tahunan Puskesmas Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya, 2012.

Leksono, Purnomo., Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Dan Konseling Gizi


Terhadap Status Gizi Anak Balita Gizi Buruk Di Kota Kendari Dan Kabupaten
Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara, Selami IPS II (26); 16-26, 2009.

Leksono, Purnomo., Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Dan Konseling Gizi


Terhadap Status Gizi Anak Balita Gizi Buruk Di Kota Kendari Dan Kabupaten
Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara, Selami IPS II (26); 16-26, 2009.

Mazarina, Devi., Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Status Gizi Balita Di
Pedesaan, Jurnal Teknologi Dan Kejuruan XXXIII (2); 182-192, 2010.

Moehji, Sjahmien., Ilmu Gizi 2 Penanggulangan Gizi Buruk, PT. Bhratara Niaga Media,
Jakarta, 2009.

Notoatmodjo, Soekidjo., Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010.

1073
Analisis Dampak Konseling Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu Yang Memiliki Balita Gizi
Kurang Nur Lina, Lilik Hidayanti

Nurhayati, Pengaruh Intervensi Konseling Gizi Pada Ibu Keluarga Miskin Terhadap
Pemberian Asi Eksklusif, Seminar Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,
2007.

Riset kesehatan Dasar, Riskesdas, 2010

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta,
Bandung, 2009.

Soetardjo, Susirah., et al., Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan, Gramedia, Jakarta, 2011.

1074

You might also like