You are on page 1of 5

TUGAS ANALISIS PANGAN

Fluorometri, radiometri dan imonologi

Oleh :
Nama : Rizka Resmi
NRP : 103020032

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2012
Spektrofluorometri
Spektrofluorometri adalah metode analisis
kimia kuantitatif yang berdasarkan
flourecence. Flourecence dan phosporecence
adalah bagian dari photoluminence, yaitu tipe
spektroskopi optik dimana sebuah molekul
tereksitasi dengan mengabsorbsi ultraviolet,
sinar tampak dan radiasi inframerah dekat. Molekul tereksitasi akan kembali
kepada keadaan dasar atau ke tingkat eksitasi lebih rendah, dengan mengemisikan
sinar. Sinar yang diemisikan inilah yang akan diukur.
Spektrofluorometri mengukur intensitas emisi dari larutan yang dapat diperkuat
langsung. Spektra ini lebih spesifik karena adanya spektra emisi (fluoresensi)
disamping spektra eksitasi (yang dapat disamakan dengan spektra absorpsi pada
spektrofotometri). Radiasi eksitasi maupun radiasi fluoresensi, umumnya diukur
pada rentang max 200-700nm. Pengukuran harus menggunakan pelarut yang
dapat melewatkan seluruh radiasi eksitasi.
Spektrofotometri fluoresensi merupakan suatu prosedur yang menggunakan
pengukuran intensitas cahaya fluoresensi yang dipancarkan oleh zat uji
dibandingkan dengan yang dipancarkan oleh suatu baku tertentu. Pada umumnya
cahaya yang diemisikan oleh larutan berfluoresensi mempunyai intensitas
maksimum pada panjang gelombang yang biasanya 20 nm hingga 30 nm lebih
panjang dari panjang gelombang radiasi eksitasi (gelombang pita penyerapan
sinar yang membangkitkannya).
Instrumentasi
Pengukuran intensitas fluoresensi dapat dilakukan dengan suatu
fluorometer filter sederhana. Instrument yang dipergunakan bermacam-macam
mulai dari yang paling sederhana (filter fluorometer) sampai ke yang sangat
kompleks yaitu spektrofotometer.
Fluorometri
Fluorimetri adalah metode analisa yang erat hubungannya dengan
spektrofotometri. Energi yang diserap oleh molekul untuk transisi elektronik ke
level energi yang lebih tinggi (first excited singlet) harus dilepaskan kembali pada
waktu kembali ke level energi terendah (ground singlet). Energi yang dilepaskan
ini dapat berupa panas dan untuk
beberapa molekul tertentu sebagian dari energi yang diserap dipancarkan kembali
berupa cahaya (fluoresensi). Apabila terjadi transisi dari first excited singlet ke
lowest triplet state (intersystem crossing), maka elektronik state disebut
fosforesensi. Umur dari fosforesensi (triplet state) lebih lama (10-4) detik sampai
beberapa hari). Jika dibandingkan
dengan fluoresensi (singlet excited state) yaitu sekitar 10-8 detik. Transisi energi
yang terjadi pada waktu eksitasi (absorbsi)
Pada fluorometri larutan zat disinari dengan sinar yang panjang
gelombangnya di sekitar panjang gelombang penyerapan maksimum yang berasal
dari lampu raksa atau lampu pijar yang telah disekat dengan filter. Intensitas
fluoresensi diukur atau dibandingkan dengan intensitas larutan baku. Sinar
fluoresensi dibebaskan dari sinar hamburan dengan melewatkan sinar melalui
filter atau monokromator. Cara pengukuran pada dasarnya sama dengan cara
spektrofotometri. Karena zat organik yang berfluoresensi mungkin terurai secara
fotokimia, penyinaran harus dilakukan sesingkat mungkin. Oleh karena daerah
dimana intensitas fluoresensi sebanding dengan kadar umumnya sangat sempit.
Sebagai zat baku dapat digunakan zat yang sama dengan zat dalam keadaan murni
atau zat murni lain yang mempunyai pita penyerapan dan fluoresensi yang sama
dengan zat uji. Misalnya larutan quinin dalam asam sulfat sering digunakan
sebagai zat baku untuk fluoresensi biru dan larutan natrium fluoroseinat untuk zat
yang berfluoresensi hijau.

Radiometri
Analisis radiometri adalah cara analisis kimia untuk
unsur atau zat tak radioaktif dengan jalan penambahan zat
radioaktif dan Analisis radiometri ini digunakan untuk
menentukan kadar zat yang sangat rendah dalam suatu
campuran. Penentuan kadar Ag+ ataupun Cl- dapat
menggunakan radioisotop. Jika yang ingin ditentukan kadar Cl- maka yang
digunakan adalah Ag dalam bentuk radioisotop (110Ag+) dan jika yang ingin
ditentukan kadar Ag maka yang digunakan ion radioklor.
Pada titrasi radiometri, isotop dapat digunakan sebagai petunjuk akhir
titrasi. Misalnya pada titrasi penentuan ion Cl- dan ion Ag+ membentuk endapan
AgCl. Baik titran maupun cuplikan dapat mengandung komponen radioaktif.
Pada awal titrasi, dalam labu Erlenmeyer yang berisi ion Cl- non radioaktif
tidak terdapat keaktifan. Setelah ion 110Ag+ radioaktif ditambahkan ke dalam
Erlenmeyer dan bereaksi dengan ion Cl- membentuk endapan AgCl.
Bagian supernatan (endapan) tidak menunjukan tanda-tanda keaktifan,
tetapi setelah titik ekivalen tercapai, kelebihan ion Ag+ berada dalam larutan, dan
secara perlahan meningkatkan keaktifan, dari perubahan keaktifan dan jumlah
volume larutan yang ditambahkan dapat dicari titik akhir titrasi atau titik akhir
titrasi juga dapat diperoleh dengan cara ekstrapolasi grafik. Kelebihan cara
analisis radiometri adalah kepekaannya sangat tinggi, Selain itu, suhu, pH,
kekeruhan dan lainnya tidak mempengaruhi titik akhir titrasi.
Salah satu prinsip analisis radiometri adalah pengenceran isotop. Analisis
pengenceran Isotop (API) ini menggunakan perbandingan aktivitas jenisdari
senyawa penanda sebelum dan sesudah dicampurkan dengan zat non radioaktif
yangingin dianalisis. Dengan kata lain, perunut radioaktif diencerkan dengan
senyawa nonradioaktif.
Actinometer dan radiometer dikenal sebagai alat untuk mengukur
intensitas radiasi matahari. Dari kedua jenis alat tersebut yang umum
digunakan adalah aktinograf bimetal, radiometer Gun-Bellani (Bellani
Pyranometer) dan Thermo Electric Solarimeter.

Imunologi
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
kekebalan tubuh. Imunologi berasal dari kata imun yang
berarti kebal dan logos yang berarti ilmu. Imunitas adalah
perlindungan dari penyakit, khususnya penyakit infeksi. Sel-
sel dan molekul-molekul yang terlibat di dalam perlindungan membentuk sistem
imun. Sedangkan respon untuk menyambut agen asing disebut respon imun. Jadi,
agen asing atau antigen adalah substansi yang dapat menyebabkan terjadinya
respon imun, misalnya virus. Tidak semua respon imun melindungi dari penyakit.
Beberapa agen asing seperti allergen yang ditemukan pada debu, bulu kucing dll.
dapat menyebabkan penyakit sebagai konsekuensi akibat menginduksi respon
imun.
Mini Vidas Prinsip : Mini-Vidas adalah
Immunology Analyzer yang bekerja secara
otomatis dengan menggunakan technology
pembacaan Enzyme-Linked Fluoresence
Immuno-Assay (ELFA). Reagen strip siap pakai
dan fase padat berucpa Solid Phase Reseptacle
(SPR). Proses pengetesan dilakukan secara otomatis dan hasil pembacaan
fluorescence yaitu Relative Fluoresence Value (RFV) akan dikonversikan menjadi
hasil akhir tes kualitatif maupun kuantitatif.

You might also like