Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker paru dapat dialami oleh semua orang, terutama mereka yang sering
terpapar bahan-bahan karsinogen yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran nafas.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
Mahasiswa mampu:
LAPORAN TUTORIAL
KARSINOMA PARU
KELOMPOK 15
AULIANSYAH ALDISELA J S G0012036
ERIKA VINARIYANTI G0012072
KARTIKA AYU P S G0012102
NI NYOMAN WIDIASTUTI G0012148
R. Rr. ERVINA KUSUMA W G0012168
REINITA VANY G0012176
YUNIKA VARESTRI A R G0012236
CANDA ARDITYA G0012046
MICHAEL ASBY W G0012132
NOPRIYAN PUJOKUSUMA G0012152
SATRIYA TEGUH IMAM G0012206
BEATA DINDA SERUNI G0012042
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN 2013
BAB II
A. Seven Jump
1. Langkah I : Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam
skenario.
7. Langkah VII: Melaporkan, membahas dan menata kembali informasi baru yang
diperoleh.
a. Faktor Endogen
Mutagen atau karsinogen yang berpotensial, dapat pula ditemukan dalam
tubuh. Menurut Soloway dan Lequesne (1980) terdapat beberapa zat yang
digolongkan sebagai mutagen/karsinogen endogen potensial. Karsinogen
tersebut yakni epoksida, peroksida, hidroksilamin, senyawa n-nitroso, n-oxides,
carbinolaminesandstruktur oksigen lain yang dapat dibentuk secara normal.
Keseluruhan karsinogen ini dapat dibentuk secara normal dalam tubuh dalam
jumlah yang sedikit, kebiasaan atau gaya hidup seseorang dapat meningkatkan
produksi karsinogen tersebut.
N-nitrosonornicotinemerupakan karsinogen yang dibentuk secara endogen
dalam tubuh. Seseorang yang tinggal atau hidup bersama dengan perokok
secara endogen tubuhnya akan membentuk karsinogen ini. N-
nitrosonornicotinepada hewan uji menyebabkan timbulnya tumor esofagus dan
cavitasnasalispada tikus, tumor trakhea pada hamster, tumor paru-paru pada
mencit, dan tumor cavitasnasalis pada mink.
Estrogen endogen dapat pula menjadi sebuah karsinogen endogen.
Kemampuannya sebagai karsinogen melalui efeknya yang memicu proliferasi
sel. Paparan berlebih dari estrogen endogen ini akan meningkatkan jumlah
proliferasi sel yang tidak lain dapat meningkatkan terjadinya suatu mutasi
melalui kesalahan saat melakukan proses sintesis DNA.
b. Faktor gaya hidup
1) Merokok
Merokok berhubungan dengan timbulnya tumor ganas di rongga mulut,
esophagus, kandung kemih, pancreas, hati, ginjal, dan paru-paru. Tingkat
bahaya dari merokok berkaitan juga dengan usia mulai merokok, lama
merokok, dan dosisnya.
2) Minuman Keras
Minuman keras beralkohol menunjukkan kaitannya dengan tumor di rongga
mulut faring, laring, esophagus, usus besar khususnya rectum.
3) Pola Diet
Kurangnya asupan sayuran buah kaya antioksidan dan beta karotene. Diet
tinggi lemak tinggi kalori dapat menimbulkan kanker mammae, kolorektal,
pancreas, dan prostat. Bahan makanan jenis ikan dan daging panggang juga
berhasil ditemukan 19 zat heterosiklikamin yang berefek mutagenik
4) Kurang olahraga
Olahraga menurunkan resiko kanker paru sebesar 20% dikarenakan
mempunyai fungsi meningkatkan fungsi paru-paru.
5) Heterocylic Amines (HCAs) yang berasal dari daging yang dimasak terlalu
lama. Akalamid bersifat merusak inti sel. Kebiasaan menggoreng maupun
merebus dalam suhu yang tinggi dan menggunakan minyak goreng secara
berulang ulang.
6) Asap Rokok baik secara aktif maupun pasif dan perokok pasif memiliki
resiko dua kali lebih tinggi dibandingkan perokok pasif.
7) Makanan instan
8) Konsumsi vitamin A yang kurang
9) Kurang beta karoten dan selenium
c. Prognosis dari karsinoma kanker menurut American Cancer Society dibedakan
berdasarkan jenis karsinoma paru yaitu :
1) Small Cell Lung Cancer (SCLC)
Kurang lebih 60-70% pasien dengan SCLC datang dengan kondisi telah
berada di stadium di mana sel tumor telah bermetastase ke tempat lain. Pada
dasarnya stadium ini sudah sulit untuk bisa diatasi. Namun apabila diberikan
kombinasi kemoterapi, pasien memberikan respon terhadap terapi sebesar
kurang lebih 20% dan kemungkinan untuk bertahan hidup sampai 7 bulan.
Akan tetapi hanya 2% kesempatan dapat bertahan hidup hingga 5 tahun ke
depan. Untuk stadium di mana sel tumor telah menginfiltrasi jaringan sekitar
dan kelenjar limfe namun belum bermetastase ke organ tubuh lain, apabila
diterapi dengan kombinasi kemoterapi serta terapi radiasi memberikan respon
sebesar 80% dan kemungkinan bertahan hidup hingga 17 bulan. Selain itu
harapan untuk bertahan hidup hingga 5 tahun meningkat sekitar 12-15%.
2) Non Small Cell Lung Cancer (NSLC)
Survival 5 tahun dari NSLC bergantung pada stadium mana pasien mulai
diterapi. Selain itu seberapa banyaknya kelenjar limfe yang sel tumor telah
bermetastase juga ikut mempengaruhi hasil dari prognosis.
Pasien dengan NSLC in situ dan stadium 1 masih dapat diberi terapi dalam
operasi pengangkatan. Prognosis jauh lebih baik ketimbang pasien dengan
stadium diatasnya. Untuk karsinoma yang sudah tidak dapat diterapi dengan
operasi, survival rate pasien rata-rata hanya sekitar 8-14 bulan saja.
d. Penatalaksanaan Karsinoma Paru
Tujuan pengobatan kanker ada 3 yaitu :
1) Kuratif : menyembuhkan atau memperpanjang masa bebas penyakit dan
meningkatkan angka harapan hidup pasien.
2) Paliatif : mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3) Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal :mengurangi dampak
fisik maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4) Suportif : menunjang pengobatan kuratif, paliatif, dan terminal seperti
pemberian nutrisi, transfusi darah dan komponen darah, growth factors obat
anti nyeri dan obat anti infeksi (Amin, 2009)
Pengobatan kanker dimulai dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
meliputi keadaan sistemik, kardiopulmonal, neurologi, dan skeletal. Dapat juga
dilakukan pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah tepi dan
pemeriksaan kimia darah untuk mencari kemungkinan metastasis tumor ke
sumsum tulang, hati, dan tengkorak. Selain itu baru dilakukan pemeriksaan lain
seperti :
1) Radioterapi
Radioterapi dapat digunakan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga untuk
terapi ajuvan pada tumor dengan komplikasi seperti mengurangi penekanan
terhadap pembuluh darah atau bronkus. Selain itu radioterapi nisa digunakan
untuk terapi komplikasi rongga dada akibat kanker, batuk refrakter, dan
megurangi nyeri akibat metastasis tumor atau kanker.
2) Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan kuratif yang biasanya dikombinasikan
secara terintegrasi dengan pengobatan kanker lainnya. Kemoterapi bisa juga
digunakan untuk pasien kanker stadium IIIA. Biasanya kemoterapi diberikan
setelah terapi lokal. Sedangkan terapi definitif dengan pembedahan, radioterapi,
atau keduanya diberikan diantara siklus pemberian kemoterapi.
3) Pemilihan obat
Untuk obat tunggal umumnya tidak mencapai remisi komplit sehingga
digunakan obat kombinasi untuk meningkatkan respon yang berdampak pada
harapan hidup. Kombinasi obat yang digunakan untuk terapi kanker adalah
siklofosfamid, doksorubisin, dan vinkristin atau siklofosfamid, doksorubisin,
dan etoposid.
4) Terapi Target Molekular
Untuk terapi gen akhir-akhir ini dikembangkan penyelarasan gen/chimeric
dengan cara transplantasi stem sel dari darah tepi maupun sumsum tulang.
a) Epidermal Growth Factor Receptor -Tyrosine Kinase Inhibitor (EGFR-
TKIs)
Kerja obat ini adalah menghambat ikatan reseptor EGFR dengan
ligand-nya yaitu TGF (Transforming Growth Factor Alpha) dan EGF
(Epidermal Growth Factor). Contoh obat : gefitinib (Iressa), Erlotinib
(tarceva), dan Afatinib.
b) ALK inhibitor
Disarankan untuk pasien dengan fusi EML4-ALK di mana terjadi
gene arrangement dari gen pengkode ALK. Contoh obat : Crizotinib
Pencegahan
Pencegahan dari kanker paru antara lain :
1) Tidak merokok sejak usia muda. Berhenti merokok dapat mengurangi
risiko terkena kanker paru.
2) Pencegahan dengan chemopreventionbanyak dilakukan dengan memakai
derivat asam retinoid, karotenoid, vitamin c, selenium, dll.
3) Tindakan preventif juga perlu pada orang yang bekerja dengan asbes,
uranium, krom, dan materi karsinogenik dengan cara memakai alat pelindung
diri (APD) yang sesuai dengan gold standard dari pekerjaannya.
e. Penyakit lain yang beresiko menjadi Ca. Paru
Beberapa penyakit dapat berisiko menjadi kanker paru. Penyakit tersebut adalah
tuberkulosis (TBC) dan penyakit paru obstruktif kronis(PPOK) atau
crhonicobstructivepulmonarydisease(COPD).
Peneliti telah mereview data pada lebih dari 700.000 orang di China, dengan
atau tanpa tuberkulosis. Mereka yang dengan tuberkulosis hampir 11 kali berisiko
berkembang menjadi kanker paru-paru. Jumlah ini meningkat menjadi 16 kali
pada mereka yang juga menderita COPD. (Eldridge, 2011)
Dari 11.888 kasus insiden kanker paru-paru, 23% memiliki diagnosis
sebelumnya dari COPD dibandingkan dengan hanya 6% dari 37.605 kontrol.
Kemungkinan kanker paru-paru pada pasien yang telah didiagnosis PPOK dalam
waktu 6 bulan setelah diagnosis kanker mereka adalah 11 kali lipat dengan pasien
tanpa PPOK (oddsratio 11,47, 95% confidence interval 9,38-14,02). Namun,
ketika dibatasi untuk diagnosa awal PPOK, dengan penyesuaian untuk merokok,
efeknya nyata berkurang (untuk diagnosis PPOK> 10 tahun sebelum diagnosis
kanker paru-paru, rasio odds: 2.18, 95% confidence interval: 1,87-2,54). Pola
tersebut juga terjadi untuk pneumonia. Pengaruh PPOK pada kanker paru-paru
tetap setelah tidak termasuk pasien yang memiliki codiagnosis asma. (Powell etal.,
2013)
Menurut Powell (2013), Diagnosis PPOK sangat terkait dengan diagnosis
kanker paru-paru, namun, asosiasi ini sebagian besar disebabkan oleh kebiasaan
merokok, sangat tergantung pada waktu diagnosis PPOK, dan tidak spesifik untuk
COPD. Tampaknya tidak mungkin, karena itu, bahwa PPOK merupakan faktor
risiko independen untuk kanker paru-paru.
f. Faktor keturunan atau herediter, yaitu :
1) Sindrom kanker herediter : pewarisan satu gen mutan meningkatkan risiko
terkena kanker.
2) Sindrom resesif autosom :dikarenakan faktor dominan dan genotip yang
dipicu oleh lingkungan.
3) Kanker familial : ada kaitan antara gen penekan tumor BRCA1 dan BRCA2.
g. Komposisi Rokok
Untuk rokok tradisional atau yang sering disebut rokok kretek, terbuat dari
minyak esensial cengkeh atau terbuat dari cengkeh yang langsung digulung
menggunakan kertas. Sedangkan untuk rokok jaman sekarang sudah berbeda, yaitu
ada yang diberi zat tambahan seperti menthol, filter, dan bahan-bahan lain. Padahal
di dalam cengkeh terdapat suatu kandungan yang disebut eugenoi yang berguna
sebagai antijamur dan bakteri, serta mengandung vitamin A dan betakaroten yang
bisa mencegah kanker paru.
Sebuah penelitian mengatakan bahwa perokok kulit hitam lebih tinggi faktor
risiko terkena kanker paru dibandingkan dengan perokok kulit putih. Mungkin
dikarenakan mereka mengkonsumsi rokok yang mengandung menthol. Menthol
sendiri mengandung zat anestesi yang berfungsi untuk mematirasakan saluran
nafas sehingga para perokok cenderung menghisap rokoknya lebih dalam lagi.
Dan rokok filter merupakan zat sintesis yang tidak bisa diuraikan oleh tubuh
sehingga serbuk-serbuk filter yang sangat kecil dapat masuk lebih dalam ke
saluran pernafasan tidak bisa terurai dan menumpuk.
BAB III
KESIMPULAN
Larkin EK, Smith TJ, Stayner L, et al. Diesel exhaust exposure and lung cancer:
adjustment for the effect of smoking in a retrospective cohort study. Am J Ind
Med 2000;38(4):399.
Price, Sylvia A. and Wilson, lorraine M. 2002. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit. Edisi ke-6. Jakarta: EGC, pp: 142-158.
Robnett TJ, Machtay M, Vines EF, et al. Factors predicting severe radiation
pneumonitis in patients receiving definitive chemoradiation for lung cancer. Int
J Radiat Oncol Biol Phys 2000;48(1):89.
Sudoyo, Aru W. et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.Jakarta:InternaPublishing