Professional Documents
Culture Documents
KERJA PEMERIKSAAN
Dosen Pengampu:
Oleh:
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Auditor mengawali perencanaan audit dengan meletakkan akhir audit di
benaknya. Sejak awal telah disebutkan bahwa tujuan menyeluruh audit
laporan keuangan adalah menyatakan pendapat tentang apakah laporan
keuangan klien menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan GAAP. Untuk itu, auditor harus memperoleh bahan bukti audit
yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat.
Mendapatkan bukti audit merupakan tujuan dari auditor, karena dengan
mendapatkan bukti audit, auditor dapat menyimpulkan kesimpulan yang
memadai. Proses auditpun merupakan proses untuk menghimpun bukti audit,
agar auditor dapat menyimpulkan apakah laporan keuangan yang di auditnya
bebas / mengandung salaj saji yang material, baik yang disebabkan secara
sengaja ataupun tidak sengaja. ISA 500 menggunakan beberapa istilah khusus
yang perlu di jelaskan sebelum kita membahas lebih dalam.
Berdasarkan latar belakang terserbut di atas, kami membuat makalah
dengan judul MASALAH BUKTI DAN PEMBUKTIAN DALAM AUDIT.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi bukti audit?
2. Bagaimanakah prosedur audit untuk memperoleh bukti audit?
3. Bagaimanakah cara mendokumentasikan pekerjaan audit?
4. Bagaimanakah cara mengevaluasi bukti audit?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui definisi bukti audit
- Untuk mengetahui bagaimana prosedur audit untuk memperoleh bukti
audit
- Untuk mengetahui bagaimana mendokumentasikan pekerjaan audit
- Untuk mengetahui bagaimana mengevaluasi bukti audit
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
1. AUDIT EVIDENCE
Bukti audit adalah informasi yang di gunakan auditor untuk menarik
kesimpulan yang menjadi dasar pemberi opini auditnya. Bukti audit
meliputi informasi yang terdapat dalam catatan accounting dan diluar
catatan accounting .
2. ACCOUNTING RECORDS
Catatan accounting dapat didefinisikan secara rinci seperti :
a. Catatan transaksi dan peristiwa accounting ke dalam unsur debit dan
kredit;
b. Catatan pendukung seperti cek, invoice, kontrak, catatan transfer dana
c. Buku besar dan buku tambahan;
d. Jurnal dan koreksi penyesuaian;
e. Worksheet dan spreadsheets yang mendukung: alokasi beban biaya,
berbagai perhitungan, rekonsiliasi, dan pengungkapan
3. APPROPRIATENESS OF AUDIT EVIDENCE
Ketepatan bukti audit adalah ukuran dari mutu/kualitas suatu bukti audit.
Ukuran ini dilihat dari relevansi dan keandalannya dalam mendukung
kesimpulan yang menjadi dasar pemberian opini auditor.
4. MANAGEMENTS EXPERT
Managements expert diartikan sebagai seorang ahli yang memiliki
keahlian dalam bidang tertentu di luar bidang accounting atau auditing,
dan keahlian tersebut digunakan entitas untuk membantu dalam
menyiapkan laporan keuangan. Contohnya aktuaria, penilai dan lain lain.
5. SUFFICIENCY OF AUDIT EVIDENCE
Kecukupan bukti audit adalah ukuran kuantitas suatu bukti audit. Berapa
banyak bukti audit yang diperlukan tergantung dari :
a. Penilaian auditor terhadap resiko salah saji yang material (semakin
besar resikonya, semakin banyak bukti audit yang di perlukan)
b. Mutu/kualitas dari bukti tersebut (semakin tinggi mutu/kualitas bukti
tersebut semakin sedikit bukti yang di perlukan)
B. KEWAJIBAN AUDITOR
Untuk bisa mendapatkan bukti audit yang tepat auditor perlu melakukan
beberapa prosedur yang diatur dalam ISA 315 Rrevisi dan ISA 330. Prosedur
tersebut terdiri dari :
a. Inspeksi (inspection)
Menurut ISA 500 inspeksi dimaknai berupa :
Pemeriksaan catatan atau dokumen, baik internal maupun
ekxternal, dalam bentuk kertas, elektronik atau media lainnya.
Makna pertama ini memberikan bukti audit dengan berbagai
tingkat keandalan tergantung pada sifat dan sumber
catatan/dokumen. Jika catatan/dokumen tersebut berasal dari
internal tergantung bagaimana efektifnya pengendalian dalam
pembuatan catatan/dokumen tersebut
Pemeriksaan fisik suatu aset
Pemeriksaan atas aset berwujud dapat memberikan bukti audit
yang andal terkait eksistensi (ada/tidaknya) aset tersebut. Inspeksi
persedian tertentu dapat dilakukan saat pengamatan perhitungan
persediaan.
b. Pengamatan (observation)
Pengamatan adalah melihat suatu proses / prosedur yang dilakukan orang
lain. Contohnya auditor mengamati perhitungan persediaan yang
dilakukan oleh karyawan pabrik. Pengamatan memberikan bukti audit atas
pelaksanaan suatu proses namun terbatas pada :
Titik waktu /periode ketika pengamatan dilakukan
Kenyataan bahwa auditor sedang mengamati (justru yang
membuat) proses tersebut dilaksanakan
g. Bertanya (inquiry)
Proses bertanya ini dilakukan untuk mencari informasi dari orang yang
mengetahui masalahnya, baik masalah keuangan, dan non keuangan, dari
orang dalam ataupun diluar entitas. Inquiry digunakan secara ekstensif
selama proses audit. Selain proses bertanya, menilai jawaban yang
diberikan terhadap pertanyaan yang diajukan juga merupakan bagian yang
tidak terpisahkan.
- ISA 230.7
Auditor wajib membuat dokumentasi audit secara tepat waktu
- ISA 230.8
Auditor wajib membuat dokomentasi audit yang cukup, yang memungkinkan
auditor berpengalaman, yang tidak mempunyai hubungan sebelumnya dengan
audit itu, memahami :
Sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit yang dilaksanakan sesuai ISAs
dan ketentuan perundang undangan terkait
Hasil dari prosedur audit yang dilaksanakan, dan bukti audit yang
diperoleh
Hal hal yang signifikan yang ditemukan dalam audit, kesimpulan atas
hal hal itu, dan kearifan profesional (professional judgment) signifikan
yang diterapkan dalam menarik kesimpulan tersebut
- ISA 230.9
Dalam mendokumentasikan sifat, waktu dan luasnya prosedur audit yang
dilaksanakan, auditor wajib mencatat :
Ciri ciri yang diidentifikasi dari item tertentu atau hal hal yang diuji
Siapa yang melaksanakan pekerjaan audit dan tanggal pekerjaan itu
diselesaikan
Siapa yang mereview pelaksanaan pekerjaan audit itu dan tanggal berapa
pekerjaan itu di review
- ISA 230.10
Auditor wajib mendokumentasikan pembahasan hal hal penting dengan
dengan manajemen, TCWG dan pihak lain. dokumentasi itu memuat sifat/isi
dari hal hal penting yang di bahas, kapan, dan dengan siapa dibahas
- ISA 230.16
Ketika mengevaluasi efektifnya pengendalian yang relevan, auditor wajib
mengevaluasi salah saji yang di uji dengan prosedur substantif ada atau tidak
indikasi pengendalian tidak berfungsi efektif. Namun tidak adanya salah saji
bukanlah merupakan bukti audit bahwa pengendalian terkait dengan asersi
yang diuji tersebut efektif
- ISA 330.26
Auditor diwajibkan menyimpulkan apakah bukti audit yang cukup dan tepat
sudah diperoleh.
- ISA 330.27
Auditor di wajibkan mencari bukti audit tambahan, jika belum mendapatkan
bukti audit yang cukup dan tepat, selain itu auditor juga wajib memberikan
pendapat wajar dengan kualifikasi atau menolak memberikan pendapat atas
laporan keuangan.
- ISA 500.8
Auditor perlu melakukan evaluasi kpmpetensi, kapabilitas, dan objektivitas
tenaga ahli; memahami pekerjaan tenaga ahli tersbeut; dan mengevaluasi
tepatnya pekerjaan tenaga ahli tersebut sebagai bahan bukti audit untuk asersi
yang relevan. Jika bukti audit di dapat dari tenaga ahli sewaan manajemen.
- ISA 500.9
Mengevaluasi informasi yang dihasilkan entitas terkait andal atau tidaknya
informasi tersebut.
F. Mengevaluasi bukti audit
Auditor harus puas bahwa bukti audit yang cukup dan tepat berhasil
diperoleh sepanjang audit berlangsung. Bukti audit yang cukup dan tepat
diperlukan untuk mendukung kesimpulan yang akan digunakan dalam
merumuskan pendapat auditor. Evaluasi bukti audit yang peroleh sebagai berikut:
1. Materiality (materialitas)
Apakah angka-angka yang ditetapkan untuk overall materiality dan
performance materiality masih tepat, mengingat hsail keuangan entitas yang
sebenarnya (actual financial results)? Jika angka yang lebih rendah untuk
overall materiality dibandingkan dengan angka yang semula ditetapkan
memang lebih tepat, auditor wajib menentukan:
- Apakah perlu merevisi performance materiality?
- Apakah sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit lanjutan masih tepat?
2. Risk (risiko)
Dengan memperhatikan temuan-temuan audit, apakah penilaian risiko salah
saji yang material pada tingkat asersi masih tepat? Jika tidak, penilaian risiko
harus direvisi dan prosedur audit lanjutan harus dimodifikasi.
3. Misstatements (salah saji)
Apakah dampak atas audit yang disebabkan oleh salah saji yang ditemukan
(identified misstatements) dan salah saji yang tidak dikoreksi (uncorrected
misstatements) telah diperhitungkan? Apakah alasan salah saji/penyimpangan
telah diketahui? Salah saji/penyimpangan ini bisa mengindikasikan risiko
yang beluum diidentifikasi atau kelemahan yang signifikan dalam
pengendalian intern.
Apakah strategi audit secara keseluruhan dan rencana audit perlu direvisi?
Revisi ini diperlukan jika:
- Sifat dari salah saji yang diidentifikasi dan situasi terjadinya salah saji
tersebut mengindikasikan bahwa salah saji lainnya mungkin ada, dan jika
digabungkan dengan salah saji yang sudah ditemukan selama audit, bisa
material; atau
- Jumlah seluruh salah saji yang ditemukan selama audit, medekati
materialitas.
Apakah prosedur audit tambahan telah dilaksanakan untuk menentukan
apakah salah saji masih ada (dalam jenis transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan) seweaktu manajemen diminta mengoreksi salah saji?
4. Fraud (kecurangan)
- Apakah informasi yang diperoleh dalam melaksanakan prosedur penilaian
risiko lainnya mengindikasikan adanya faktor risiko kecurangan (fraud
risk factors)?
- Apakah prosedur analitikal yang dilaksanakan menjelang berakhirnya
audit mengindikasikan risiko salah saji yang material karena kecurangan,
yang sebelumnya tidak diketahui?
- Apakah salah saji teridentifikasi telah dievaluasi untuk menentukan
kemungkinan salah saji yang disebabkan oleh kecurangan?
- Jika demikian evaluasi dampak salah saji tersebut terhadap aspek lain dari
audit ini, terutama mengenai apakahh pernyataan manajemen
(management representations) dapat dipercaya? Peristiwa kecurangan
sering kali tidak merupakan kejadian yang terisolasi.
- Apakah ada alasan untuk mencurigai keterlibatan menajemen dalam salah
saji yang disebabkan oleh kecurangan, tanpa memedulikan apakah salah
saji itu material atau tidak?
- Jika demikian, evaluasi kembali penilaian risiko salah saji yang material
yang disebabkan oleh kecurangan dan dampaknya terhadap sifat, waktu,
dan luasnya prosedur audit sebagai tanggapan atas risiko tersebut. Lihat
lebih lanjut apakah situasi atau kondisinya mengindikasikan kemungkinan
kolusi yang melibatkan karyawan, manajemen, atau pihak ketiga. Intinya
ialah, apakah bukti-bukti yang diperoleh sebelumnya masih dapat
diandalkan?
- Jika risiko kecurangan (sekarang) teridentifikasi, lihat apakah masih
mungkin laporan keuangan tidak salah saji secara material karena
kecurangan. Jika tidak mungkin, tentukan dampaknya terhadap audit,
termasuk apakah masih bisa melanjutkan audit itu.
5. Evidence (bukti)
Apakah bukti yang cukup dan tepat sudah diperoleh? Ini diperlukan untuk
menurunkan risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan, ke
tingkat rendah yang dapat diterima (acceptably low level)? Lihat lebih lanjut
apakah auditor perlu melaksanakan prosedur tambahan.
Sebelum mengevaluasi dampak salah saji yang tidak dikoreksi, auditor wajib menilai
kembali materialitas seperti ditetapkan dalam ISA 320, untuk memastikan apakah
materialitas itu masih tepat dalam konteks hasil keuangan entitas yang sebenarnya.
- Angka materialitas pada awal audit tidak lagi tepat karena hasil keuangan
entitas yang sesungguhnya (actual financial results) berbeda dari estimasi
yang dipergunakan.
- Ada informasi baru, seperti ekspektasi pemakai laporan, yang membuat
auditor memutuskan untuk menggunakan angka materialitas yang berbeda
dari apa yang ditetapkan pada awal audit.
- Salah saji yang tidak terduga (unexpected misstatements) yang
menyebabkan angka materialitas untuk jenis transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan tertentu, terlampaui.
Jika angka materialitas harus direvisi, auditor wajib melihat lebih dalam
dampak terhadap risiko yang dinilai, sifat, waktu, serta luasnya prosedur audit
lanjutan yang diperlukan, dan mendokumentasikan proses ini.
Berdasarkan prosedur audit yang dilaksanakan dan bukti audit yang diperoleh, auditor
wajib mengevaluasi, sebelum berakhirnya audit, apakah penilaian risiko salah saji yang
material pada tingkat asersi, masih tepat.
Penilaian risiko pada tingka asersi sering kali didasarkan atas bukti audit
yang tersedia sebelum pelaksanaan prosedur audit lanjutan. Ketika prsedur audit
lanjutan ini dilaksanakan, informasi baru mungkin diperoleh. Informasi baru ini
bisa menyebabkan penilaian risiko semula perlu dimodifikasi.
Beberapa hal yang perlu dilihat lebih jauh ketika akan menentukan apakah
penilaian risiko semula (original assessment of risk) harus diubah atau tidak.
Salah saji yang diidentifikasi dalam audit, di luar salah saji yang jelas-jelas
sepele, harus digabungkan untuk menentukan jumlah keseluruhan salah saji
(aggregate misstatements). Salah saji dapat juga dikelompokkan atau dibedakan
ke dalam salah saji yang factual (factual misstatements), salah saji karena
pertimbangan/pendapat (judgemental misstatements), dan salah saji berdasarkan
hasil ekstrapolasi (projected misstatements).
Salah saji Contoh/penjelasan tentang dampak salah saji gabungan pada tahap
gabungan pada penggabungan ini
Saldo akun tertentu Penggabungan pada tahap ini melihat dampak salah saji pada saldo
(misalnya piutang akun. Contoh: salah saji gabungan mencapai 5% dari saldo piutang
dagang), atau jenis dagang. Atau, dampak salah saji gabungan pada jenis transaksi
transaksi tertentu tertentu. Contoh: salah saji gabungan mencapai 3% dari seluruh
(misalnya penjualan dalam tahun berjalan.
penjualan)
Jumlah asset lancer Penggabungan pada tahap ini melihat dampak salah saji pada asset
dan liabilitas lancer (current assets) atau seluruh liabilitas jangka pendek
jangka pendek (current liabilities). Salah saji gabungan dinyatakan sebagai
persentase dari asset lancer atau liabilitas jangka pendek.
Jumlah asset dan Penggabungan pada tahap ini melihat dampak salah saji pada
liabilitas jumlah asset (assets) atau jumlgah liabilitas (liabilities). Salah saji
gabungan dinyatakan sebagai persentase dari assets atau liabilities.
Jumlah pendapatan Penggabungan pada tahap ini membandingkan salah saji gabungan
(revenues), jumlah dengan jumlah pendapatan (revenues), jumlah beban (expenses),
beban (expenses), atau penghasilan/laba sebelum pajak (pre-tax income). Salah saji
dan gaungan dinyatakan sebagai persentase dari pendapatan, beban,
penghasilan/laba atau laba sebelum pajak.
sebelum pajak
(pre-tax income)
Laba bersih (net Penggabungan pada tahap ini membandingkan salah saji gabungan
income) dengan laba bersih. Salah saji gabungan dinyatakan sebagai
persentase dari laba bersih.
Evaluasi kembali Telaah apakah auditor perlu merevisi overall materiality sebelum
angka materialitas ia mengevaluasi dampak salah saji yang tidak dikoreksi. Telaahan
ini dibuat berdasarkan hasil keuangan yang sebenarnya (actual
financial results).
Pelajari mengapa Pelajari alasan terjadinya salah saji yang ditemukan selama audit.
salah saji terjadi, Misalnya:
dan dampaknya - Apakah ini indikasi adanya kecurangan?
terhadap rencana - Masih ada kemungkinan terdapatnya salah saji yang lain?
audit - Apakah ada risiko tak terduga (unidentified risks)?
- Adakah kelemahan yang signifikan dalam pengendalian intern?
Dengan mengetahui jawaban atas pertanyaan di atas, tentukan
apakah overall audit strategy dan audit plan perlu direvisi. Revisi
diperlukan jika:
- Ada kemungkinan terdapatnya salah saji yang lain, yang jika
digabungkan dengan salah saji yang sudah ditemukan, bisa
material; atau
- Gabungan salah saji sudah ditemukan selama audit, mendekati
angka materialitas.
Minta manajemen Minta manajemen mengoreksi semua salah saji yang ditemukan,
mengoreksi salah kecuali salah saji yang jumlahnya jelas-jelas sepele.
saji
Minta manajemen Jika jumlah salah saji dalam populasi tidak diketahui secara tepat
melakukan (misalnya dalam projection atau ekstrapolasi berdasarkan audit
prosedur tambahan sample), minta manajemen melakukan prosedur untuk
menenetukan jumlah salah saji yang sebenarnya, dan kemudian
buat koreksi yang tepat terhadap angka-angka dalam laoran
keuangan. Jika manajemen sepakat dengan usulan itu, auditor
perlu melakukan prosedur tambahan untuk menentukan apakah
salah saji masih ada.
Manajemen Jika manajemen menolak mengoreksi sebagian atau seluruh salah
menolak saji:
mengoreksi - Pahami alasan penolakan manajemen. Pertimbangkan hal ini
sebagian atau dalam menilai apakah laporan keuangan mengandung salah saji
seluruh salah saji yang material;
- Komunikasikan salah saji yang tidak dikoreksi kepada TCWG.
Komunikasikan dampak penolakan ini terhadap pendapat
auditor (kecuali jika dilarang oleh ketentuan perundang-
undangan); dan
- Minta TCWG mengoreksi salah saji yang tidak dikoreksi
manajemen.
Berikut adalah kutipan dari ISA 330 yang berkenaan dengan bukti audit
yang cukup dan tepat:
Tujuan umum dan menyeluruh dalam memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat, ialah untuk menurunkan risiko salah saji yang material dalam laporan
keuangan, ke tingkat rendah yang dapat diterima.
Apa bukti audit cukup dan tepat pada akhirnya merupakan hasil olah
piker dan kearifan professional (a matter of professional judgment). Kearifan
professional ini utamanya didasarkan pada pelaksanaan prosedur audit lanjutan
secara memuaskan; prosedur audit lanjutan ini dirancang untuk menjawab risiko
salah saji yang material, yang ditemukan dalam tahap penilaian risiko.
a. Materialitas salah saji: berapa signifikannya salah saji dalam asersi terkait, dan
berapa besar kemungkinan salah saji berdampak material (sendiri-sendiri atau
tergabung dengan potensi salah saji lainnya) pada laporan keuangan?
b. Tanggapan manajemen: berapa tanggapnya manajemen terhadap temuan
audit, dan berapa efektifnya pengendalian intern menghadapi faktor risiko ini?
c. Pengalaman masa lalu: apa pengalaman di waktu yang lalu ketika auditor
melaksanakan prosedur serupa, dan (jika ada) salah saji yang ditemukan?
d. Hasil dari pelaksanaan prosedur audit: apakah hasil dari pelaksanaan prosedur
audit mendukung tujuan auditor (untuk memastikan tidak adanya salah saji
yang material)? Apakah ada indikasi kecurangan atau kesalahan?
e. Kualitas informasi: apakah sumber dan keandalan informasi yang tersedia
sudah tepat untuk mendukung kesimpulan audit?
f. Persuasive: berapa persuasive atau menyakinkannya bukti audit?
g. Pemahaman mengenai entitas: apakah bukti yang diperoleh mendukung atau
bertentangan dengan hasil prosedur penilaian risiko (yang dilaksanakan untuk
memperoleh pemahaman mengenai entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian intern)?
Jika auditor tidak (berhasil) memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat,
auditor wajib memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau tidak
memberikan pendapat atas laporan keuangan.
Auditor wajib merancang dan melaksanakan prosedur analitikal menjelang akhir audit.
Prosedur ini membantu auditor ketika ia merumuskan kesimpulan menyeluruh mengenai
apakah laporan keuangan sejalan dengan pemahaman auditor mengenai entitas tersebut.
a. Semua informasi yang diperlukan untuk memahami temuan dan masalah yang
signifikan; atau
b. Referensi silang (cross-references), ke dokumentasi audit pendukung lain.
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Bukti audit adalah informasi yang di gunakan auditor untuk menarik
kesimpulan yang menjadi dasar pemberi opini auditnya.
- Prosedur audit yang digunakan untuk memperoleh bukti audit diantaranya
adalah inspeksi (inspection), pengamatan (observation), konfirmasi
eksternal (external confirmation), perhitungan kembali (recalculation),
lakukan kembali (reperformance), prosedur analitikal (analytical
procedures).
- Pedoman untuk mendokumentasikan pekerjaan audit adalah ISA 230.7,
230.8, 230.9, 230.10, 230.16, 230.26, 230.27, 500.8, 500.9.
- Untuk mengetahui bagaimana mengevaluasi bukti audit adalah dengan
mempertimbangkan Materiality (materialitas), Risk (risiko), Misstatements
(salah saji), Fraud (kecurangan), Evidence (bukti), dan , (prosedur
analitikal)
B. Saran
Bukti audit dan masalah pembuktian dalam audit sangat penting bagi para
akuntan, baik akademisi maupun professional. Oleh karena itu materi ini perlu
untuk dipahami secara mendalam baik secara teoritis maupun praktis.
DAFTAR PUSTAKA
http://rudiirawantofeuh.blogspot.co.id/2014/04/tujuan-audit-bukti-audit-prosedur-
audit.html
https://www.google.co.id/search?dcr=0&biw=1024&bih=494&tbm=isch&sa=1&
q=CONTOH+KERTAS+KERJA+PEMERIKSAAN&oq=CONTOH+KERTAS+
KERJA+PEMERIKSAAN&gs_l=psy-
ab.3..0l8j0i30k1j0i24k1.23360.30717.0.30994.31.30.0.0.0.0.355.5696.0j7j7j8.22.
0....0...1.1.64.psy-ab..9.22.5682...0i67k1j0i8i30k1.0.RNncKj-
HiBU#imgrc=X_zSegdwcUv6vM:
http://keuanganlsm.com/kertas-kerja-pemeriksaan-audit-working-paper/
http://www.belajarakuntansionline.com/pengertian-dan-tujuan-kertas-kerja-audit/
http://ahlibaca.com/pengertian-kertas-kerja-pemeriksaan