Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
In this study, the activator used to activate the avocado seed powder was HCl with
variation concentration of 2.5, 5.0, and 7.5%. The result of characterization indicated
that the powder avocado seed which activated by HCl 5.0% has the best result with
water content, ash content, adsorption of iodine, and surface area were 12.28%, 0.02%,
823.71 mg/g, and 86.94 m2/g, respectively. The result of adsorption cadmium (II) and
lead (II) ion on avocado seed powder which has been activated showed that efficiency
adsorption were 89.05 and 96.81%, respectively. The result of capacity adsorption were
1.12 and 2.34 mg/g, respectively. The result of efficiency and capacity adsorption were
effected by functional group of OH, CH, C=C, CO and CN which analyzed by
Spectrofhotometer Fourier Transform Infrared (FTIR).
ABSTRAK
Pada penelitian ini, aktivator yang digunakan untuk mengaktivasi bubuk biji alpukat
adalah HCl dengan variasi konsentrasi 2,5; 5,0 dan 7,5%. Hasil karakterisasi
menunjukkan bahwa bubuk biji alpukat terbaik adalah bubuk yang diaktivasi dengan
larutan HCl 5,0% dengan kandungan air, kandungan abu, daya adsorpsi terhadap
iodium, dan luas permukaan berturut-turut adalah 12,28%; 0,02%; 823,71 mg/g; dan
86,93 m2/g. Efisiensi adsorpsi bubuk biji alpukat yang diaktivasi terhadap ion kadmium
(II) dan timbal (II) berturut-turut adalah 89,05 dan 96,81%. Hasil kapasitas adsorpsi
berturut-turut yaitu 1,12 dan 2,34 mg/g. Hasil ini dipengaruhi oleh adanya gugus fungsi
OH, CH, C=C, CO dan CN yang dianalisis menggunakan Spektrofotometer Fourier
Transform Infrared (FTIR).
Repository FMIPA 1
PENDAHULUAN variasi konsentrasi 2,5; 5,0 dan 7,5%.
Bubuk biji alpukat terbaik digunakan
Produksi buah alpukat di sebagai adsorben ion kadmium (II) dan
Indonesia khususnya di Riau pada tahun timbal (II).
2013 mencapai 490 ton. Produksi ini Ion kadmium (II) dan timbal (II)
tidak hanya menghasilkan daging buah berbahaya dan dapat menyebabkan
yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat terjadinya pencemaran terhadap
tetapi juga menghasilkan limbah padat lingkungan dan kesehatan manusia.
berupa biji alpukat. Bagian buah alpukat Adanya ion kadmium dalam tubuh akan
yang dapat dikonsumsi sekitar 79,65% menyebabkan terjadinya kanker paru-
sedangkan sekitar 20,35% menjadi paru, jantung dan merusak fungsi ginjal,
limbah padat (Arnold, 2013). Sejauh ini, sedangkan kelebihan timbal dalam
masyarakat memanfaatkan biji alpukat tubuh akan menyebabkan terjadinya
sebagai obat tradisional yaitu untuk obat penurunan kadar retikulosit dalam
sakit gigi (Monica, 2006). tubuh, memperpendek umur eritrosit
Mengingat biji alpukat memiliki dan gangguan pada ginjal.
kandungan senyawa organik yang tinggi Demi mengetahui seberapa besar
yaitu amilosa 43,3% dan amilopektin kemampuan bubuk biji alpukat, maka
37,7% (Lubis, 2008) maka sangat dilakukan penelitian tentang pembuatan
memungkinkan untuk dijadikan sebagai bubuk biji alpukat yang diaktivasi
bahan baku pembuatan adsorben, dengan asam klorida sebagai adsorben
sehingga dapat meningkatkan nilai guna ion kadmium (II) dan timbal (II) melalui
biji alpukat. Penelitian tentang metode adsorpsi.
pemanfaatan biji alpukat sebagai
adsorben telah banyak dilakukan baik METODE PENELITIAN
dalam bentuk arang maupun bubuk.
Pada penelitian Alejandra dkk. (2007), a. Preparasi sampel
adsorben biji alpukat yang dipreparasi
dengan cara karbonisasi pada Biji alpukat (Persea americana
temperatur 800 dan 1000 serta Mill) dipisahkan dari daging buah dan
diaktivasi menggunakan H3PO4 dibersihkan menggunakan air kran.
mempunyai luas permukaan 1802 m2/g Kulit ari biji alpukat dibuang dan dicuci
dan 452 m2/g. Selain itu, pada penelitian dengan akuades. Setelah itu, biji alpukat
Bhaumik dkk. (2014) bubuk biji alpukat ditumbuk kasar menjadi beberapa
yang diaktivasi menggunakan H2SO4 bagian dan dikeringkan di bawah sinar
mampu mengadsorpsi 99,95% ion matahari selama seminggu. Biji alpukat
Cr(VI). yang telah kering, digerus menjadi
Berdasarkan penelitian Alfiany bubuk dan diayak menggunakan ayakan
dkk. (2013) tentang adsorben dengan lolos 100 dan tertahan pada 200 mesh.
bahan baku tongkol jagung yang Bubuk yang tertahan pada ayakan 200
diaktivasi menggunakan beberapa mesh dimasukkan ke dalam beaker dan
aktivator asam, HCl dapat digunakan dicuci dengan larutan NaHCO3 1%.
untuk membuka situs aktif permukaan Setelah itu, bubuk dikeringkan dalam
adsorben. Oleh karena itu, dalam oven pada suhu 115, setelah kering
penelitian ini bubuk biji alpukat digerus kembali menggunakan lumpang
diaktivasi menggunakan HCl dengan dan alu. Bubuk diayak menggunakan
Repository FMIPA 2
ayakan 100 dan 200 mesh. Bubuk biji 2. Kandungan abu
alpukat yang tertahan pada ayakan 200
mesh disimpan di dalam desikator. Bubuk biji alpukat ditimbang
sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke
b. Aktivasi Bubuk Biji Alpukat dalam furnace pada suhu 650 selama
4 jam. Setelah itu, dimasukkan ke dalam
Bubuk biji alpukat ditimbang desikator selama 1 jam dan ditimbang.
masing-masing sebanyak 10 g dan Kemudian untuk penentuan kandungan
dimasukkan ke dalam beaker gelas. abu berikutnya, krusibel yang berisi
Kemudian ditambahkan 100 mL larutan bubuk biji alpukat ke dalam furnace
HCl dengan variasi konsentrasi 2,5; 5,0 kembali selama 1 jam. Setelah itu,
dan 7,5% (v/v). Selanjutnya, campuran didinginkan di dalam desikator selama
bubuk biji alpukat dan larutan HCl 30 menit dan ditimbang hingga konstan.
diaduk menggunakan magnetik stirer Kandungan air ditentukan dengan
selama 5 menit dan didiamkan selama menggunakan rumus:
24 jam. Kemudian, disaring dan dicuci
dengan akuades, filtratnya diuji dengan Kandungan abu (%) = w3 w2
x 100%
indikator pH universal. Setelah pH w1
filtrat netral, bubuk biji alpukat Keterangan :
dikeringkan dalam oven pada suhu W1 = Berat sampel
115. Bubuk biji alpukat didinginkan W2 = Berat krusibel konstan
dan disimpan dalam desikator. W3 = Berat krusibel dan sampel
yang telah konstan
c. Karakterisasi Bubuk Biji Alpukat
(SNI-06-4253-1996) 3. Adsorpsi terhadap iodium
Repository FMIPA 3
I2 = V1 N1 V2 N2 126,9 fp Keterangan:
w S = Luas permukaan adsorben
(m2/g)
Keterangan : Xm = Jumlah metilen biru yang
V1 = Larutan iodium yang dianalisa terserap setiap gram
(mL) N = Bilangan avogadro (6,02 x 1023
V2 = Larutan natrium tiosulftat yang molekul/mol)
diperlukan (mL) A = Luas permukaan metilen biru
N1 = Normalitas larutan iodium (197,197 x 10-20 m2/mol)
N2 = Normalitas larutan natrium BM = Berat molekul metilen biru
tiosulfat (319,86 g/mol)
W = Berat sampel (g)
d. Penentuan Daya Adsorpsi Bubuk
4. Adsorpsi terhadap metilen biru Biji Alpukat
Bubuk biji alpukat dipanaskan 1. Kadmium
pada suhu 115oC selama 1 jam di dalam
oven dan didinginkan dalam desikator Bubuk biji alpukat ditimbang
selama 30 menit. Setelah itu, bubuk biji sebanyak 0,1 g dan dimasukkan beaker
alpukat ditimbang sebanyak 0,5 g, dan gelas 100 mL yang berbeda. Larutan
ditambahkan larutan metilen biru 250 CdCl2.H2O ditambahkan sebanyak 50
ppm sebanyak 50 mL. Kemudian mL ke masing-masing beaker gelas
diaduk menggunakan magnetik stirer dengan variasi konsentrasi 1, 3 dan 5
selama 15 menit dan didiamkan selama ppm dan diaduk menggunakan
5 menit. Selanjutnya, larutan dipisahkan magnetik stirer selama 15 menit dan
menggunakan sentrifuge selama 10 didiamkan selama 24 jam. Kemudian
menit. Bagian larutan yang jernih bagian larutan yang jernih dipipet dan
dipipet. Absorbansi larutan setelah dianalisis menggunakan alat
pengontakan diukur pada panjang spektrofotometer serapan atom.
gelombang 665,0 nm. Metilen biru yang
diadsorpsi ditentukan dengan 2. Timbal
menggunakan rumus:
Bubuk biji alpukat ditimbang
Xm = CO Ce sebanyak 0,1 g dan dimasukkan ke
xV L dalam beaker gelas 100 mL yang
W g
berbeda. Larutan Pb(NO3)2
Keterangan: ditambahkan sebanyak 50 mL ke
Co = Konsentrasi awal (ppm) masing-masing beaker gelas dengan
Ce = Konsentrasi akhir (ppm) variasi konsentrasi 1, 3, 5 dan 20 ppm
W = Berat adsorben (g) dan diaduk menggunakan magnetik
V = Volume (L) stirer selama 15 menit dan didiamkan
selama 24 jam. Kemudian bagian
Luas permukaan adsorben ditentukan larutan yang jernih dipipet dan
dengan menggunakan rumus: dianalisis menggunakan alat
spektrofotometer serapan atom.
S = Xm x N x A
BM
Repository FMIPA 4
Tabel 1: Karakterisasi bubuk biji alpukat
823.71
806.07
biji alpukat terhadap metilen biru maka 1000
755.66
luas permukaan akan semakin besar dan 900 HCl 2,5%
800
menunjukkan banyaknya jumlah ukuran 700
HCl 5,0%
partikel 15 . Luas permukaan bubuk 600 HCl 7,5%
biji alpukat yang diperoleh dalam 500
penelitian ini lebih besar dibandingkan 400
300
86.94
86.61
84.57
dengan luas permukaan biji pepaya
12.34
12.28
200
19.2
0.06
0.02
0.04
yang diaktivasi dengan H2SO4 yaitu 100
38,64 m2/g (Singh dkk., 2014). Hasil 0
aktivasi dan yang diaktivasi masing- Gambar 2. Spektrum FTIR bubuk biji
masing gugus diidentifikasi pada alpukat
bilangan gelombang yang tidak berbeda
jauh. Pada bilangan gelombang Hasil ini didukung oleh penelitian yang
3045,73; 2926,14; 1593,27; 1149,62 dilakukan oleh Lubis (2008) yang
dan 1054,14 cm-1 dapat diidentifikasi menyatakan bahwa biji alpukat
adanya OH, CH, C=C, CO, dan CN mengandung lemak sebesar 22%,
dalam bubuk biji alpukat tanpa aktivasi. dimana pada struktur lemak itu sendiri
Gugus hidroksil yang diidentifikasi terdapat gugus karboksilat. Selain itu,
pada bilangan gelombang 3045,73 cm-1 menurut Zuhrotun dalam Liberty dkk.
(2012) biji alpukat mengandung etanol
Repository FMIPA 6
sehingga pada spektrum FTIR dapat dilihat pada Gambar 3. Peningkatan
diidentifikasi gugus hidroksil. efisiensi adsorpsi ini disebabkan oleh
Vibrasi ikatan CH, C=C, CO bubuk biji alpukat yang diaktivasi
dan CN bubuk biji alpukat yang mempunyai pori-pori yang terbuka dan
diaktivasi dapat diidentifikasi pada luas permukaan yang besar sehingga ion
bilangan gelombang 2911,67 2927,10; kadmium (II) dalam larutan berinteraksi
1588,45 1604,84; 1116,83 1147,69 dengan situs aktif permukaan yang
dan 1054,14 1074,40 cm-1. Pada terdapat pada bubuk bubuk biji alpukat
bilangan gelombang 1588,45 1604,84 (Al-Prol dkk., 2014). Selain itu,
cm-1 menunjukkan adanya ikatan C=C disebabkan oleh semakin banyaknya
yang kemungkinan berasal dari lignin tumbukan yang terjadi antara bubuk biji
(Al-Prol dkk., 2014). Gugus CO yang alpukat dengan ion logam. Pada
yang diidentifikasi pada bilangan penelitian ini, kapasitas adsorpsi
gelombang 1116,83 1147,69 cm-1 meningkat seiring dengan
kemungkinan berasal dari akohol atau meningkatnya konsentrasi larutan
asam karboksilat. Pada bilangan kadmium (II) yang digunakan. Hal ini
gelombang 450 1030 cm-1 merupakan menunjukkan bahwa kemampuan
daerah sidik jari (finger prints) dari adsorben untuk mengadsorpsi ion
ikatan simetri yang ada di dalam bubuk kadmium (II) semakin besar dengan
biji alpukat. meningkatnya konsentrasi.
3. Efisiensi dan kapasitas adsorpsi 100
Efisiensi adsorpsi (%)
Repository FMIPA 7
konsentrasi 4,8343 ppm, dengan fitokimia yang dilakukan oleh Zuhrotun
kapasitas adsorpsi sebesar 2,34 mg/g. dalam Liberty dkk. (2012) terhadap
Efisiensi adsorpsi bubuk biji alpukat ekstrak etanol biji alpukat menunjukkan
tanpa aktivasi dan yang diaktivasi bahwa biji alpukat mengandung tanin.
terhadap ion timbal (II) dapat dilihat Tanin merupakan senyawa organik yang
pada Gambar 4. sangat kompleks, terdiri dari senyawa
fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar
120 mengkristal dan mengendapkan protein
Efisiensi adsorpsi (%)
Repository FMIPA 9
Azmi, U. 2015. Potensi Arang Aktif Departemen Teknologi Pertanian
Dari Tulang Kambing Sebagai Fakultas Pertanian Universitas
Adsorben Ion Tembaga, Timbal, Sumatera Utara, Medan.
Nitrat dan Sianida dalam Larutan.
Skripsi, Universitas Riau. Monica, F. 2006. Pengaruh Pemberian
Air Seduhan Serbuk Biji Alpukat
Bhaumik, M., Choi, H. J., McCrindle, (Persea americana Mill) Terhadap
R. I., Seopela. M. P. 2014. Highly Kadar Glukosa Darah Tikus
Effective Removal of Toxic Wistar yang Diberi Beban
Cr(VI) from Wastemater Using Glukosa. Skripsi. Universitas
Sulfuric Acid-Modified Avocado Diponegoro, Semarang.
Seed. I & EC Research Industrial
and Engineering Chemistry Rumidatul, A. 2006. Effectivity of
Research. Activated Charcoal As Adsorbent
for Wastewater Treatment. Thesis,
Droste, R.L. 1974. Theory and Practice Institut Pertanian Bogor.
of Water and Wastewater
Treatment. John Wiley & Sons, Singh, D. K., Shishir, S. dan Sunil, K.
Inc, United State of America. Y. 2014. Chemical Carbonization
of Papaya Seed Originated
Hagerman, A. E. 2002. Tannin Charcoals for Sorption of Pb(II)
Handbook. Department of from Aqueous Solution. Journal
Chemistry and Bio chemistry, of Environmental Chemical
Miami University. Engineering. 2: 9 19.
Repository FMIPA 10