Professional Documents
Culture Documents
Saraf Optik merupakan saraf kranial kedua yang terdiri dari lebih 1juta
akson yang berasal dari lapisan sel ganglion retina dan menyebar menuju ke
korteks oksipital. Nervus optikus dibagi menjadi beberapa daerah topografi,
yaitu (Skuta,2012):
a. Regio Intraokular
Puncak saraf optik adalah tempat berawalnya penyakit
kongenital maupun penyakit okular yang didapat.Bagian anterior dapat
dilihat dengan pemeriksaan oftalmoskopi sebagai optic disc.
Strukturnya berbentuk oval dengan ukuran horizontal 1,5 millimeter
dan vertikal 1,75 millimeter. Berbentuk cekung dengan dua pembuluh
darah yang melewati titik pusatnya, yaitu arteri retina medial dan vena
retina medial. Bagian ini dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :
a) Lapisan fiber superfisial
b) Area prelaminar
c) Area laminar
d) Area retrolaminar
b. Regio Intraorbital
Regio intraorbital terdiri dari 2 bagian, yaitu:
a) Annulus of Zinn
b) Meningeal Sheaths
c. Regio Intrakanalikular
Didalam kanal optik, suplai darah saraf optik berasal dari
pembuluh pial yang merupakan percabangan dari arteri oftalmika.Saraf
optik dan araknoid yang mengelilinginya terhubung ke
kanalperiosteum.
d. Regio Intrakranial
Setelah melewati kanal optik, 2 saraf optik akan membentang di
atas arteri oftalmika dan arteri karotis interna. Arteri serebri anterior
juga melintasi saraf optik dimana arteri komunikans anterior juga akan
saling berhubungan sehingga membentuk sirkulus Willisi. Kemudian
saraf optik melintas kearah posterior melewati sinus kavernosus dan
mencapai kiasma optikum.
Kiasma optikum dibagi menjadi dua yaitu jalur kanan dan kiri
yang berakhir di korpus genikulatum lateralis.Dari daerah ini keluar
jalur genikulokalkarin yang melewati setiap korteks penglihatan
primer.Kiasma optikum dilapisi oleh pia dan araknoid dan memiliki
vaskularisasi yang sangat banyak.Ukuran kiasma optikum diperkirakan
memiliki lebar 12 millimeter dan panjang 8 millimeter pada daerah
anteroposterior dengan ketebalan 4 millimeter (Skuta, 2012).
Gambar 2.3. Kiasma Optikum
(Dikutip dari :Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Fundamentals and
Principles of Ophtalmology Singapore: American Academy of
Ophtalmology; 2012.)
Visual Pathway
Jalur visual dapat dibedakan menjadi jalur aferen (sensoris) dan
eferen (motorik). Kerusakan pada jalur aferen akan menyebabkan
kehilangan kemampuan penglihatan. Jalur aferen secara berurutan dimulai
dari retina, saraf optik, kiasma optikum, traktus optikus, dan pada akhirnya
akan mencapai korteks (Skuta, 2012)
Gambar 2.5.Visual Pathway
(Dikutip dari :Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Fundamentals and
Principles of Ophtalmology Singapore: American Academy of
Ophtalmology; 2012.)
1. Retina
Segmen posterior retina mentransduksikan gambar fotokimia
elektromagnetik menjadi rangsangan impuls. Dimana pada retina terdapat
sel batang yang memiliki jumlah sekitar 80 120 juta sel dan menyebar
diseluruh retina kecuali fovea dan sel kerucut yang memiliki jumlah 5 6
juta sel dengan penyebaran hanya terpusat pada fovea yang memiliki
kemampuan untuk mengubah impuls fotokimia menjadi impuls saraf.
Ketiadaan kedua sel ini di optic disc menghasilkan daerah yang disebut
sebagai titik buta (physiologic scotoma) yang terletak sekitar fovea.Sel
kerucut dibagi menjadi 3 sub bagian berdasarkan keadaan pigmen yang
masing-masing sensitif terhadap gelombang warna merah, hijau atau
biru.
Signal retina yang berasal dari sel batang dan sel kerucut diproses
pertama kali melalui sel bipolar yang menghubungkan reseptor cahaya ke
sel ganglion. Kebanyakan sel ganglion dapat dibagi menjadi sel
parvocellular (Sel P) dan sel magnocellular (Sel M). Sel P sangat lemah
terhadap interpretasi warna dan mempunyai lapangan reseptor yang kecil
dan sensitivitas kontras yang lemah. Sementara sel M memiliki lapangan
reseptor yang luas dan lebih responsif terhadap cahaya dan pergerakan.
Neurotransmitter yang didapati pada retina adalah glutamat, asam
gamma-aminobutirat (GABA), asetilkolin dan dopamin.
2. Saraf optik
Secara fisiologis, saraf optik dimulai dari lapisan sel ganglion yang
menyelubungi seluruh retina. Akson darisaraf optik tergantung dari
produksi metabolik badan sel ganglion retina. Transpor aksonal baik
molekul maupun sistem ekstra dan intraseluler memerlukan oksigen yang
cukup tinggi. Hal ini menyebabkan sistem transpor aksonal sangat sensitif
terhadap kejadian iskemik, inflamasi, dan proses kompresi.
3. Kiasma optikum
Setelah melewati saraf optik, maka impuls sensoris akan diteruskan
melewati kiasma optikum yang berada dibagian anterior dari hipotalamus
dan dibagian anterior dari ventrikel 3. Dibagian ini akan terjadi persilangan
impuls dari kedua mata baik yang berasal dari daerah medial maupun
lateral.
4. Traktus optikus
Lateral geniculate nucleus merupakan terminal dari akson yang berasal
dari sel ganglion retina. Bagian ini berada dibawah talamus posterior.
Dibagi menjadi 6 tingkat, yaitu 4 level tertinggi adalah terminal untuk
akson sel P yang mana hal ini untuk meningkatkan sensitivitas dari sel P. 2
tingkat dibagian bawah merupakan bagian untuk menerima impuls dari sel
M untuk mendeteksi gerakan. Akson yang berasal dari mata kontralateral
memiliki terminal di lapisan 1,4 dan 6. Sedangkan dibagian kolateral
berujung pada lapisan 2,3 dan 5 (Skuta, 2012)
Prognosis
Ketik ulang mulai dari sini...
Prognosis
Secara umum cedera langsung memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan
dengan cedera tidak langsung saraf optik. Berdasarkan studi, ada 4variabel yang dianggap sebagai
faktor prognosis yang buruk untuk perbaikan fungsivisual, antara lain :
1. Adanya darah dalam rongga ethmoid posterior
2. Usia diatas 40 tahun
3. Kehilangan kesadaran diikuti dengan TON
4. Tidak adanya perbaikan setelah 48 jam pemberian terapi steroid (Carta, 2012)
Selain itu, fraktur orbita posterior menyebabkan penglihatan yang lebih buruk dibandingkan
dengan fraktur anterior. Pasien dengan tidak adanya persepsi terhadap cahaya kemungkinan besar
tidak akan terjadi perbaikan dalam kemampuan melihat.Hingga saat ini, terdapat berbagai
konsensus menyatakan pilihan terapi terbaik TON adalah cukup observasi tanpa terapi saja.
Perbaikan penglihatan dapat terjadimeskipun dengan perbaikan yang minimal, dan rata-rata
perbaikan secara spontanberkisar antara 20-57% pada berbagai studi (Boughton, 2012)
DAFTAR PUSTAKA
Carta et al. 2012. Visual Prognosis After Indirect Traumatic Optik Neuropathy .
Available in : [ jnnp.bmj.com Volume 74, Issue 2] .
Boughton, Barbara. 2012. Traumatic Optik Neuropathy: Previous Therapies Now
Questioned or Shelved . Available in:
[http://www.aao.org/publications/eyenet/200911/trauma.efm]