You are on page 1of 16

DASAR EPIDEMIOLOGI

PENYAKIT DIARE DI WILAYAH PUSKESMAS PASAYANGAN MARTAPURA

Dosen:

Firlia Ayu Arini, MKM

disusun oleh:

KELOMPOK 3 KELAS A

1. Rizki Robi Nasution 1510713008


2. Dhevia Darma Tesya 1510713021
3. Fahdina Luthfiana 1510713023
4. Vadilla Novia Izzati 1510713025
5. Muthia Wardahlina Hardi 1510713032

S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UPN VETERAN JAKARTA

TAHUN AJARAN 2015/2016

1
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat ridha dan karunia-Nya
kami bisa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen kami.

Dalam penyusunan makalah ini, tentunya kami menemukan berbagai hambatan,


mulai dari pencarian teori, pengumpulan data, dan juga penggunaan kata-kata, serta
hambatan-hambatan lain. Kami menyadari makalah ini terbentuk atas bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih banyak terutama
kepada:
1. Orang tua kami, yang tak hentinya memberi motivasi dan dukungan serta selalu
mendoakan kami.
2. Ibu Firlia Ayu Arini, MKM, selaku Kaprodi S1 Kesehatan Masyarakat dan dosen mata
kuliah Dasar Epidemiologi.
3. Semua pihak yang terlibat yang tak bisa kami sebutkan satu persatu.
Makalah yang telah kami susun ini, tentunya masih banyak kekurangan, maka
dari itu kami meminta maaf jika ada kesalahan didalamnya. Dan kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, sehingga kami dapat memperbaikinya,
sekaligus bekal kami dalam menyusun dan membuat laporan yang lebih baik lagi

Jakarta, 4 September 2016

Penyusun

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan 5

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyakit Diare 6
2.2 Penyebab Diare 7
2.3 Kasus penyakit diare yang menyerang daerah Pasayangan Martapura 8
2.4 Analisa penyakit diare yang menyerang daerah Pasayangan Martapura 11
2.5 Analisa Penyakit Diare Berdasarkan konsep Agent, Host, dan Environment 13

BAB III
PENUTUP 15

Daftar Pustaka 16

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Umumnya kita semua telah mengetahui bahwa persediaan air bersih di zaman
sekarang sudah terbatas dikarenakan banyaknya air tercemar yang disebabkan oleh aktivitas
manusia. Padahal air adalah sumber kehidupan bagi umat manusia, tetapi sebagian
masyarakat seakan tidak mempermasalahkan pentingnya air bersih dan juga rendahnya
perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Tidak dapat dipungkiri bahwa
menggunakan air yang kurang/tidak bersih akan berdampak buruk bagi kesehatan. Salah satu
dampak buruk dari kekurangan air bersih adalah mewabahnya penyakit diare.
Penyakit diare adalah merupakan suatu penyakit yang telah dikenal sejak zaman
Hippocrates. Sampai saat ini, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama
masyarakat Indonesia. Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan
kematian dan dapat menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Hingga saat ini penyakit
diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan
meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ketahun.
Data nasional Depkes menyebutkan setiap tahunnya di Indonesia 100.000 balita
meninggal dunia karena diare. Itu artinya setiap hari ada 273 balita yang meninggal
dunia dengan sia-sia, sama dengan 11 jiwa meninggal setiap jamnya atau 1 jiwa meninggal
setiap 5,5 menit akibat diare. Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 pada semua
umur dalam kelompok penyakit menular sebesar 13,2%. Sedangkan proporsi penyebab
kematian diare pada umur 39 hari-11 bulan sebesar 31,4% dan pada umur 1-5 tahun
sebesar 25,2% dan merupakan penyebab kematian nomor satu. Angka prevalensi diare di
Indonesia masih berflukturasi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi NAD
(18,9%) dan terendah di DIY (4,2%). Beberapa provinsi mempunyai prevalensi diare klinis
>9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo,
Papua Barat, dan Papua).
Salah satu program yang dilakukan oleh jajaran dinas kesehatan untuk memantau
masalah kesehatan masyarakat adalah surveilans epidemiologi. Surveilans epidemiologi
merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit dan
masalah kesehatan serta faktor risiko masalah kesehatan tersebut. Fungsi kegiatan surveilans

4
epidemiologi adalah untuk melakukan pemantauan masalah kesehatan dan deteksi dini
kejadian wabah. Melalui kegiatan surveilans epidemiologi diharapkan mampu memantau
status kesehatan pada masyarakat termasuk anak sekolah sehingga masalah kesehatan yang
terjadi dapat di identifikasi dan segera dilakukan tindakan pencegahan serta penanggulangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian penyakit diare?
2. Bagaimana kasus penyakit diare dapat menyerang di daerah Pasayangan Martapura?
3. Bagaimana analisa penyakit diare berdasarkan Agent, Host, dan Environment?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu penyakit diare.
2. Untuk mengetahui penyebab kasus diare di daerah Pasayangan Martapura.
3. Untuk mengetahui cara menganalisa penyakit diare berdasarkan Agent, Host, Dan
Environment.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyakit Diare

Diare didefenisikan sebagai suatu kondisi di mana terjadi perubahan dalam kepadatan
dan karakter tinja dan tinja air di keluarkan tiga kali atau lebih per hari (Tanpa Nama,2013).
Diare tejadi akibat pencernaan bakteri E.Coli terhadap makanan. Bakteri ini sangat senang
berada dalam tinja manusia, air kotor, dan makanan basi. Untuk mencegah terjadinya diare,
makanan yang diberikan kepada anak harus hygenis. Jangan lupa juga untuk selalu mencuci
tangan dengan bersih. Sedangkan menurut Suriadi (2006:80) menyatakan bahwa diare adalah
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau
lebih buang air bentuk tinja encer atau cair.

Menurut data badan Kesehatan Dunia (WHOWorld Healt Organitation ) Penyakit


mencret atau diare adalah penyebab nomor satu kematian balita diseluruh dunia. Yang
membunuh lebih dari 1,5 juta orang pertahun.Penyakit diare masih menjadi masalah
kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Di Indonesia diare merupakan salah satu
masalah utama kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan
dan menimbulkan banyak kematian, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari
10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di rumah sakit dan menempati urutan pertama
pada pasien rawat inap di rumah sakit (Adisasmito, 2007).

Menurut data World Health Organization(WHO) pada tahun 2009, diare adalah
penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara global setiap tahunnya ada
sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara
berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun.
Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk
tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko diare lainnya antara lain kurangnya air
bersih untuk kebersihan perorangan dan kebersihan rumah tangga, air yang tercemar tinja,
pembuangan tinja yang tidak benar, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak layak,
khususnya makanan pendamping ASI. Tindakan pencegahan diare antara lain menjaga

6
kebersihan lingkungan, personal hygiene, pemberian ASI dan gizi secara terus menerus, serta
imunisasi (Tanpa Nama,2013).

2.2 Penyebab Diare

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan enam besar, tetapi
yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.
Penyebab diare secara lengkap adalah sebagai berikut:
1. Infeksi yang dapat disebabkan:
a. Bakteri, misal: Shigella, Salmonela, E. Coli, golongan vibrio, bacillus cereus,
Clostridium perfringens, Staphyiccoccus aureus, Campylobacter dan aeromonas;
b. Virus misal: Rotavirus, Norwalk dan norwalk like agen dan adenovirus;
c. Parasit, misal: cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blastsistis huminis,
protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia labila, Belantudium coli dan Crypto.
2. Alergi
3. Malabsorbsi
4. Keracunan yang dapat disebabkan;
a. keracunan bahan kimiawi dan
b. keracunan oleh bahan ang dikandung dan diproduksi: jasat renik, ikan, buah-buahan
dan sayur-sayuran
5. Imunodefisiensi
6. Sebab-sebab lain (Dinfania, 2010).

7
2.3 Kasus penyakit diare yang menyerang daerah Pasayangan Martapura
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO pada tahun 1984
mendefenisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam).
Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih
sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI, 2000). Berikut
adalah data kasus diare yang ada di Puskesmas Pasayangan, Martapura.

Tabel 1.1 Jumlah Kasus Diare Perbulan Wilayah Puskesmas Pasayangan Tahun 2009 - 2013
dan 2014
BULAN 2009 2010 2011 2012 2013 KASUS KASUS 2014
P/M P/M P/M P/M P/M MAX MIN P/M

JANUARI 33 61 22 26 14 61 14 16

FEBRUARI 45 23 12 18 16 46 12 13

MARET 32 18 22 8 11 32 8 24

APRIL 41 28 32 15 26 41 16 13

MEI 35 40 18 17 15 40 15 28

JUNI 48 33 39 20 15 48 15 13

JULI 110 36 49 24 26 110 24 10

AGUSTUS 72 39 20 12 21 72 12 24

SEPTEMBER 39 52 26 31 14 52 14 38

OKTOBER 72 26 40 11 28 72 11 106

NOVEMBER 55 46 27 17 23 55 17 50

BULAN 2009 2010 2011 2012 2013 KASUS KASUS 2014


P/M P/M P/M P/M P/M MAX MIN P/M

DESEMBER 21 47 16 17 14 47 14 27

JUMLAH 603 439 345 216 223 362

8
Sumber: Puskesmas Pasayangan, Martapura

Dari tabel 1.1 angka kasus diare paling tinggi terjadi pada bulan Juli tahun 2009 dan
yang paling rendah pada bulan Maret tahun 2012. Sedangkan dari jumlah total per tahun
angka kasus diare tertinggi adalah 603 tahun 2009 dan terendah adalah 216 tahun 2012.
Dapat kita simpulkan bahwa jumlah penyakit diare tiap tahun cenderung menurun dan
perbandingannya jauh lebih kecil dari angka maksimal. Hal ini diduga karena salah satunya
pemahaman masyarakat mengenai sanitasi dan penggunaan air bersih semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Seperti observasi pada lingkungan masyarakat yang bermukim padat
daerah aliran sungai (DAS) di sekitar Pusekesmas Pasayangan, sebagian besar masyarakat
sudah memiliki kakus di rumahnya sendiri. Namun masyarakat beberapa masih
menggunakan air sungai untuk keperluan MCK (mandi, cuci, kakus) sedangkan untuk
keperluan konsumsi masyarakat telah banyak menggunakan air PDAM dan air sumur.

9
Grafik 1.1 Perbandingan Jumlah Kasus pada 2013 dengan Kasus Maksimum dan Kasus
Minimum
120

100

80

60 MAX
MIN
40
2013

20

Sumber: Puskesmas Pasayangan, Martapura

Grafik 1.1 menunjukkan bahwa pada kasus di tahun 2013 tidak terlalu tinggi dari
batas minimum dan tidak di dapat jumlah penyakit yang melewati batas maksimum sehingga
dapat dikatakan bahwa kasus diare di daerah Pasyangan Martapura tidak melewati batas
maksimum.

10
Tabel 1.2 Rekapitulasi Penyakit Diare Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Di
Wilayah Kerja UPT-Puskesmas Pasayangan Tahun 2013

Sumber: Puskesmas Pasayangan, Martapura


Pada tabel 1.2 dapat dilihat kasus diare di tahun 2013 paling tinggi terjadi pada bulan
Oktober yaitu 28 kasus dan paling rendah pada bulan Maret yaitu 11 kasus. Dari tabel
tersebut juga menunjukkan umur yang paling banyak terkena diare yaitu sekitar 1-4 tahun
dan dari jumlah kasus yang terjadi laki-laki lebih banyak dari perempuan.

2.4 Analisa penyakit diare yang menyerang daerah Pasayangan Martapura

Melihat dari data sekunder yang didapat, penyebab terjadinya diare yaitu berkaitan
dengan lingkungan dan perilaku masyarakat. Pemahaman akan menjaga diri dan lingkungan
untuk tetap bersih perlu diperhatikan, terutama bagi ibu-ibu, mengingat umur yang rentan
terkena diare adalah anak-anak balita. Anak-anak tentu lebih rentan terkena diare karena
masih dalam masa pertumbuhan sehingga sistem kekebalan tubuhnya masih rendah, juga
pemikiran anak-anak yang masih minim. Tidak membiarkan anak-anak memasukkan
tangan/mainan atau apapun kedalam mulut, mencuci tangan dengan bersih sebelum makan
dan setelah selesai buang air adalah beberapa contoh yang perlu dilakukan para ibu-ibu untuk
anak-anaknya karena hal tersebut dilakukan guna mencegah virus terkontamniasi/masuk
kedalam tubuh. Hal lainnya berupa pemahaman masyarakat mengenai sanitasi dan
11
penggunaan air bersih mengingat sebagian masyarakat bermukim di daerah aliran sungai
(DAS).
Selain pemahaman akan sanitasi, faktor cuaca juga dapat mempengaruhi banyaknya
kasus diare. Musim di Indonesia terdiri dari 2 yaitu musim hujan yang secara teori terjadi
pada bulan September hingga April dan musim kemarau yang terjadi pada April hingga
September. Pada musim kemarau diare meningkat karena minimnya ketersediaan air bersih.
Hal ini cocok dengan data yang menunjukkan angka diare tertinggi (tabel 3.1) terjadi pada
bulan Oktober yang mana memang musim kemarau sedang pada puncaknya sebelum beralih
ke musim penghujan.
Kasus diare yang terjadi dalam data di Puskesmas Pasayangan memang tergolong
sedikit dibandingkan dilihat dari lingkungan masyarakat yang bermukim di pinggiran sungai
juga dari banyaknya warga sekitar. Menurut petugas puskesmas, memang ada sebagian
masyarakat Payangan yang agak jauh dari puskesmas berobat ke puskemas lain yang
jaraknya lebih dekat. Kasus diare yang terjadi puskesmas Pasayangan tidak ada yang berakhir
dengan kematian karena menurut petugas jika ada kasus yang parah maka akan langsung
dirujuk ke rumah sakit dan memang sangat jarang terjadi kematian pada kasus diare ini.
Menurut penulis dari hasil observasi lapangan dan data yang didapat dari puskesmas,
angka diare tidak terlalu tinggi dilihat dari kebiasaan masyarakat yang masih menggunakan
air sungai untuk MCK dan lingkungan masyarakat yang hidup di pinggiran sungai.
Pemahaman masyarakat akan sanitasi dan air bersih mulai meningkat seiring meningkatnya
pendidikan, fasilitas, dan sosialisasi langsung dari pihak dinas kesehatan terkait maupun yang
tidak langsung seperti berinteraksi dengan masyarakat saat pengobatan maupun saat
konsultasi kesehatan.

Gambar 1 Beberapa jamban yang masih digunakan warga

12
Gambar 2 Penggunaan air sungai untuk MCK

2.5 Analisa Penyakit Diare Berdasarkan konsep Agent, Host, dan Environment

Agen
Biologi:
Bakteri, misal: Shigella, Salmonela, E. Coli, golongan vibrio, bacillus cereus,
Clostridium perfringens, Staphyiccoccus aureus, Campylobacter dan aeromonas;
Virus misal: Rotavirus, Norwalk dan norwalk like agen dan adenovirus;
Parasit, misal: cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blastsistis huminis,
protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia labila, Belantudium coli dan Crypto.
Fisika:

Suhu panas pada musim kemarau


Kimia:

Keracunan bahan kimiawi


Keracunan yang disebabkan oleh bahan yang terkandung dalam makanan

Host
Usia:

1-4 tahun
5-9 tahun
10-14 tahun
15-19 tahun
20-44 tahun
45-59 tahun
60-69 tahun
Jenis kelamin:

Laki-laki
Perempuan

13
Environment

Kurangnya air bersih untuk kebersihan perorangan dan kebersihan rumah tangga
Air yang tercemar tinja
Pembuangan tinja yang tidak benar

14
BAB III

PENUTUP

Kasus diare yang terjadi di daerah Pasayangan, Martapura terjadi karena kurangnya
pemahaman masyarakat akan air bersih dan sumber air yang digunakan masyarakat. Selain
itu cuaca juga dapat mempengaruhi kasus diare. Berdasarkan data yang diperoleh angka diare
tertinggi terjadi pada bulan Oktober yang dimana pada bulan tersebut merupakan musim
kemarau berada pada puncaknya sehingga minimnya ketersediaan air bersih. Umur juga salah
satu faktor penting dari kasus diare karena berdasarkan data survei anak-anak lebih rentan
terkena diar, karena masih dalam masa pertumbuhan sehingga kekebalan tubuh masih rendah
dan pola pikir yang masih minim mengenai pentingnya memperhatikan dan menjaga
kebersihan diri agar terhindar dari terjangkitnya penyakit.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.slideshare.net/HeldaZakiyaFitri/surveilans-epidemiologi-penyakit-diare-
di-wilayah-puskesmas-pasayangan-martapura.

2. Tanpa Nama. 2013. Epidemiologi penyakit diare.


http://penyakitdiare.com/epidemiologi-penyakit-diare/
Diakses pada 23 Desember 2015

16

You might also like