You are on page 1of 22

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

Identifikasi Jenis Reaksi Dasar Anorganik dan Kendalinya Berdasarkan Sifat


Termokimia dan Kinetika

Tanggal Percobaan : Selasa, 19 September 2017

Tanggal Pengumpulan : Selasa, 3 Oktober 2017

disusun oleh :

1. Risna Auliawati (1157040049)


2. Shifa Aulia (11570400)
3. Slamet Riyadi (11570400)
4. Widi Indrianti (11570400)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2017
A. TUJUAN
1. Mengidentifikasi reaksi yang terjadi pada senyawa anorganik berdasarkan reaksi
asam basa dan metatesis.
2. Mengidentifikasi reaksi yang terjadi pada senyawa anorganik berdasarkan reaksi
redoks.
3. Mengidentifikasi reaksi yang terjadi pada senyawa anorganik berdasarkan reaksi
pembentukan dan substitusi ligan
4. Mengidentifikasi reaksi yang terjadi pada senyawa anorganik berdasarkan reaksi
katalisis.
5. Menentukan faktor-faktor yang memungkinkan berlangsungnya reaksi.

B. DASAR TEORI
Senyawa Anorganik didefinisikan sebagai pada alam (di tabel periodik) yang
pada umumnya menyusun material/benda tak hidup. Semuanya senyawa yang berasal
dari makhluk hidup digolongkan dalam senyawa organik sedangkan yang berasal dari
mineral digolongkan senyawa anorganik. (Svehla,1990).

Reaksi kimia adalah perubahan yang terjadi pada suatu campuran atau reaksi
antara dua zat atau lebih yang menghasilkan produk reaksi. Reaksi kimia juga dapat
didefinisikan sebagai interaksi antara dua zat atau lebih yang melibatkan terbentuknya
atau terputusnya ikatan kimia (Chang, 2005).

Reaksi kimia adalah proses yang mengonservasi sekelompok zat yang disebut
reaktan, menjadi kelompok zat baru yang dinamakan produk. Dengan kata lain, reaksi
kimia adalah reaksi yang menghasilkan perubahan kimia. Memang dalam banyak
kasus, tidak ada yang terjadi ketika sejumlah zat dicampur masing-masing
mempertahankan komposisi dan zat aslinya. Kita memerlukan bukti sebelum kita
dapat mengatakan bahwa suatu reaksi telah terjadi. Beberapa jenis bukti fisis yang
diperlukan ditunjukkan berikut ini :

a. Perubahan warna
b. Pembentukan padatan dalam larutan jernih
c. Evolusi gas
d. Evolusi atau penyerapan kalor
Meskipun pengamatan seperti ini biasanya menanadakan bahwa reaksi telah terjadi,
bukti kuat masih memerlukan analisis kimia terperinci dari campuran reaksi untuk
mengidentifikasi semua zat yang ada.(Petrucci.2007:108).

Beberapa jenis reaksi yang terjadi pada zat anorganik, yaitu :


1. Reaksi Asam Basa
Reaksi asam basa atau netralisasi adalah reaksi penggaraman dimana
perbandingan mol antara asam dan basa sama maka sifat asam dan sifat basa
saling meniadakan. Pada reaksi netralisasi jika larutan asam dan larutan basa
dalam jumlah yang ekuivalen, maka akan dihasilkan suatu larutan bersifat netral
(pH = 7). Adapun reaksi yang terjadi yaitu : OH- + H+ H2O
Reaksi di atas menunjukan bahwa 1 mol H+ dinetralkan oleh 1 mol OH-. Pada
reaksi bivelen (bervalensi 2) dengan basa monovalen maka 1 mol asam akan
menetralkan 2 mol basa (Fessenden, 1982).
Asam basa didefinisikan oleh ahli kimia berabad abad yang lalu dalam
sifat sifat larutan air mereka.dalam penegrtian ini suatu zat yang larut airnya
berasa asam , memerahkan lakmus biru, bereaksi dengan logam aktif untuk
membentuk hidrogen, dan menetralkan basa. Dengan mengikuti pola yang serupa
dengan suatu basa didefinisikan sebagai zat yang larutan airnya berasa pahit,
melarutkan lakmus merah menjadi biru dan menetralka, dan suatu asam kuat dan
basa kuat jika direaksikan akan membentuk garam dan air. Contohnya: HCl(aq) +
NaOH (aq) NaCl +H2O (l) (Achmad,1996).
2. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang mengakibatkan dua unsur yang
mengalami perubahan bilangan oksidasi. Unsur yang ,mengalami kenaikan
bilangan oksidasi disebut teroksidasi, sedangkan yang mengalami penurunan
bilangan oksidasi disebut tereduksi (Svehla, 1985).
Bilangan oksidasi adalah sebagai muatan yang dimiliki suatu atom jika
seandainya elektron diberikan kepada atom yang lain keelektromagnetikannya
lebih besar. Jika kedua atom diberika maka atom yang keelektromagnetifannya
lebih kecil, lebih positif sedangkan atom yang keelektromagnetifannya lebih besar
memeiliki bilanagan oksidasi negatif . (Svehla,1990). Berikut penjelasannya :
a. Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu elektron atau
lebih dari dalam zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi,
keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat
pengoksidasi adalah zat yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat
tersebut mengalami reduksi.
b. Reduksi adalah suatu proses yang melibatkan diperolehnya satu elektron atau
lebih oleh zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan
oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif). Jadi suatu zat
pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu zat tersebut
mengalami oksidasi.
3. Reaksi Metatesis (Pertukaran Pasangan)
Reaksi metatesis adalah reaksi pertukaran ion dari dua buah elektrolit
pembentuk garam, terdapat tiga jenis reaksi penggaraman yang mungkin yaitu :
garam LA dengan garam BX, garam BX dengan asam HA, dan garam LA dengan
basa BOH. Reaksi metatesis disebut juga reaksi perpindahan rangkap menyangkut
suatu larutan dan pertukaran dari kation dan anionnya. Adapun pendukunung
dalam reaksi metatesis adalah berupa terbentuknya endapan, gas, dan elektrolit
lemah. Tak hanya endapan garam, bila larutan-larutan pereaksi dicampurlan
tergantung dari konsentrasi ion pembentuk garam tersebut. Reaksi metatesis
bercirikan adanya pertukaran dari bagian molekul diantara dua reaktan (Kuchel,
2006). Reaksi ini secara umum dapat dituliskan sebagai berikut :
AB + CD AD + CB
Reaksi metatesis dapat terjadi jika AD dan CB memenuhi paling tidak satu
kriteria berikut (Underwood, 2002) :
a. Sukar larut dalam air (mengendap)
b. Senyawa tidak stabil
c. Sifat elektrolitnya lebih lemah daripada AB dan CD

Terjadinya perubahan fisika dan perubahan kimia (reaksi) pada materi, zat,
unsur, atau senyawa adalah karena adanya kendali atau yang mengendalikan.
Reaksi-reaksi eksoterm pada umumnya terjadi dengan mudahnya, namun
sebaliknya yang terjadi pada reaksi endoterm.Dalam perubahan materi, terutama
yang menjadi pokok dalam bahasan ini adalah reaksi kimia, terdapat dua jenis
kendali, yaitu kendali termokia dan kendali kinetika. Dalam reaksi kimia kedua
jenis kendali ini dapat dikenali dengan cara memeriksa selisih energi bebas antara
produk dengan reaktan. Jika cukup negatif dan reaksi mudah berlangsung maka
reaksi tersebut dikatakan di bawah kendali termokimia. Namun, bila sulit terjadi
tetapi masih bisa diusahakan hanya bila dibantu dengan katalis maka reaksi ity di
bawah kendali kinetika. Sulitnya terjadi reaksi adalah karena tingginya energi
aktivasi, dan dalam hal ini katalis berperan untuk menurunkan energi aktivasinya.
Dengan menurunnya energi aktivasi, baik reaksi eksoterm maupun endoterm yang
energi aktivasinya sangat tinggi dimana pemenuhan energinya tidak dapat
bersumber dari kalor, maka reaks dapat berlangsung lebih mudah dengan hanya
memerlukan kalor energi aktivasi yang sedikit saja. Reaksi-reaksi tanpa katalis
namun secara termokimia tidak memungkinkan ternyata berlangsung juga,
biasanya memiliki rute (tahapan) reaksi yang tidak sederhana, dan kinetikanya
dapat ditelusiri dari mekanisme reaksi. Reaksi jenis ini dikategorikan sebagai
reaksi di bawah kenda;I kinetika juga (Suhendar, 2016).Analisis kuantitatif untuk
zat zat anorganik yang mengandung ion ion logam seperti alumunium, bismust,
kalium, magnesium, dan zink dengan cara gravimetri memakan waktu yang lama,
karena prosedurnya memliputi pengendapan, penyaringan, pencucian, dan
pengeringan atau pemijaran sampai bobot konstan. Dalam pelaksanaan analisis
anorganik kualitif banyak digunakan reaksi reaksi yang menghasilkan
pembentukan kompleks.Suatu in on (atau molekul) kompleks terdiri dari satu
atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang trikat erat oleh atom pusat. Jumlah
relatif komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti
stokiometri yang sangat tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan dalam lingkup
konsep valensi yang klasik. Atom pusat ini yang ditandai oleh bilangan
koordinasi, suatu angka bulat, yang menujukan jumlah ligan (monodentat) yang
dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom
pusat.(Day,Underwood,1986)

Luas permukaan yang memiliki peranan yang penting dalam laju reaksi
apabila semakin kecil luas permukaan, maka semakin kecil tubukan yang trejadi
antara partikel, sehingga laju reaksi semakin lambat. Begitu pun pula sebaliknya.
Katalis ialah zat yang mengambil bagian dalam reaksi kimia dan mempercepat,
tetapi ia sendiri tidak mengalami perubahan kimia secara keseluruhan, teatpi
kehadirannya sangat mempenaruhi hukum laju, memodifikasi, dan mempercepat
lintasan yang ada, atau lazimnya membuat lintasan yang sama sekali baru bagi
kelangsungan reaksi. Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi,
meskipun dengan jumlah yang sediki. (oxtoby,2001)

C. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

NO Nama Alat Jumlah

1. Tabung reaksi 12 buah

2. Gelas kimia 100 mL 2 buah

3. Botol semprot 1 buah

4. Gelas ukur 100 mL 1 buah

5. Bunsen (pembakar spirtus) 1 buah

6. Paku besi 1 buah

7. Pipet tetes 2 buah

8. Stopwatch hp 1 buah

9. Kasa dan kaki tiga 1 set

10. Spidol 1 buah

11. Spatula 1 buah

12. Neraca analitik 1 buah

13. Gelas ukur 50 mL 1 buah

14. Corong 1 buah

15. Thermometer 1 buah

16. Rak tabung reaksi 1 buah

17. Botol smprot 1 buah

18. Batang pengaduk 1 buah

19. Penjepit kayu 1 buah


b. Bahan

NO Nama Bahan Banyaknya

1. NaOH 6 N 1 mL

2. HCl 6 N 2 mL

3. Na2CO3 0,01 mol 1 mL 2 tetes

4. HCl 0,05 mol 1 tetes

5. Amoniak 0,1 mol 11 mL

6. CH3COOH 0,5 mol 1 mL

7. CaCl2 0,01 mol 1,5 mL

8. H2SO4 1 M 2 mL

9. AgNO3 0,1 M 2 mL

10. NaCl 0,1 M 5 mL

11. FeCl3 0,01 mol 10 mL 16 tetes

12. EDTA 1 mL

13. Na2S2O3 40 mL

14. FeSO4 1 tetes

15. Aquades Secukupnya

16. Kertas saring 2 lembar

17. pH universal Secukupnya

18. CuSO4 1 tetes

19. NH4OH 2 mL
D. PROSEDURE KERJA

a. Reaksi Asam Basa dan Metatesis


Pada prosedur pertama dilakukan 4 kali percobaan dengan menggunakan 4 tabung
reaksi yang berbeda, dengan langkah-langkah sebagai berikut : pada percobaan
pertama dimasukkan 1 mL larutan HCl 6 N ke tabung reaksi pertama dan
ditambahkan 1 mL NaOH 6 N, diukur suhu campurannya. Lalu diuapkan sampai
kering, dan diukur suhu akhir yang didapat. Percobaan kedua, yaitu dimasukkan
Na2CO3 0,01 mol sebanyak 2 tetes ke tabung reaksi yang kedua, ditambahkan 1
tetes HCl 0,05 mol, diukur suhu cawal campuran. Lalu diuapkan sampai kering
dan diukur suhu akhir yang didapat. Percobaan yang ketiga, dimasukkan 10 ml
amoniak 0,1 mol ke tabung reaksi yang ketiga, ditambahkan 1 ml CH3COOH 0,1
mol, dan diukur suhu campuran. Lalu diuapkan dan diukur suhu akhir yang
didapat. Kemudian percobaan yang ke empat dimasukkan 2 tetes Na2CO3 0,01 M
ke tabung reaksi yang ke empat, ditambahkan 1 ml CaCl2 0,01 mol dan diukur
suhu awal campurannya. Kemudian diuapkan hingga kering dan diukur suhu akhir
yang didapat.
b. Reaksi Redoks
Pada prosedur kedua dilakukan 2 kali percobaan dengan menggunakan 2 tabung
reaksi yang berbeda, dengan langkah-langkah sebagai berikut : pada percobaan
pertama dimasukkan 2 mL H2SO4 1 M ke tabung reaksi yang pertama, lalu
dimasukkan 1 buah paku besi, dan diamati perubahan yang terjadi. Pada
percobaan kedua, yaitu dimasukkan 5 ml AgNO3 0,001 M kedalam tabung reaksi
yang kedua, selanjutnya ditambahkan 5 ml NaCl 0,1 M. kemudian disaring
endapan yang terbentuk dan dibagi menjadi 2 endapan. Endapan 1 didiamkan di
tempat yang terang, dan endapan 2 didiamkan di tempat yang gelap. Dan diamati
perubahan yang terjadi.
c. Reaksi Pembentukkan Kompleks dan Substitusi Ligan
Pada prosedur ketiga dilakukan 4 kali percobaan dengan menggunakan 4 tabung
reaksi yang berbeda, dengan langkah-langkah sebagai berikut : pada percobaan
pertama dimasukkan 5 tetes FeCl3 0,01 mol ke tabung reaksi pertama, dilarutkan
hingga larut sempurna dengan aquadest, ditambahkan amoniak sebanyak 1 tetes,
kemudian ditambahkan EDTA sebanyak 8 tetes, dan diamati perubahan yang
terjadi. Pada percobaan kedua dimasukkan 5 tetes FeCl3 0,01 mol ke tabung reaksi
kedua, dilarutkan dengan aquadest, ditambah dengan EDTA sebanyak 5 tetes,
kemudian ditambahkan dengan amoniak sebanyak 2 tetes, dan diamati perubahan
yang terjadi. Percobaan ketiga, dimasukkan CaCl2 0,01 mol sebanyak 1 ml ke
tabung reaksi ketiga, ditambahkan dengan aquadest hingga larut, ditambahkan
NH4OH sebanyak 4 tetes dan ditambahkan 5 tetes Mg EDTA, kemudian diamati
perubahan yang terjadi. Yang terakhir pada percobaan keempat, dimasukkan
CaCl2 0,01 mol sebanyak 1 ml kedalam tabung reaksi yang keempat, dilarutkan
dengan aquadest, ditambahkan EDTA sebanyak 5 tetes dan ditambahkan amoniak
sebanyak 4 tetes, kemudian diamati perubahan yang terjadi.
d. Reaksi Katalisis
Pada prosedur keempat dilakukan 4 kali percobaan dengan menggunakan 4 gelas
ukur 100 ml yang berbeda dan disiapkan kertas yang telah digambar tanda silang
dalam lingkaran untuk diamati pada saat reaksi sedang terjadi, dengan langkah-
langkah sebagai berikut : pada percobaan pertama dimasukkan Na2S2O3 sebanyak
10 ml kedalam gelas ukur pertama, kemudian ditambahkan FeCl3.2H2O sebanyak
10 ml, dan diamati perubahan yang terjadi dari atas gelas ukur sampai tanda
terlihat dan dihentikan stopwatch, kemudian dicatat hasil yang didapatkan.
Percobaan kedua yaitu dimasukkan Na2S2O3 10 ml kedalam gelas ukur kedua
ditambahkan FeCl3.2H2O sebanyak 10 mL dan ditambahkan FeCl3.6H2O
sebanyak 10 tetes, kemudian diamati perubahan yang terjadi dari atas gelas ukur
sampai tanda terlihat dan dihentikan stopwatch, lalu dicatat hasil yang didapatkan.
Percobaan yang ketiga yaitu dimasukkan Na2S2O3 sebanyak 10 ml kedalam gelas
ukur yang ketiga, ditambahkan 10 mL FeCl3.2H2O dan ditambahkan 1 tetes
FeSO4, kemudian diamati perubahan yang terjadi dari atas gelas ukur sampai
tanda terlihat dan dihentikan stopwatch, lalu dicatat hasil yang didapatkan. Dan
yang keempat, dimasukkan Na2S2O3 sebanyak 10 ml ke gelas ukur keempat,
ditambahkan 10 ml FeCl3.2H2O dan ditambahkan 1 tetes CuSO4, kemudian
diamati perubahan yang terjadi dari atas gelas ukur sampai tanda terlihat dan
dihentikan stopwatch, lalu dicatat hasil yang didapatkan.
E. HASIL PENGAMATAN
a. Pembuatan Larutan
Perlakuan Pengamatan

a. Na2CO3 0,01 mol 50 ml

Dipipet sebanyak 20 ml larutan Na2CO3 : larutan tak berwarna


Na2CO3 ke labu takar 50 ml
Ditambahkan aquadest sebanyak 50 Aquadest : Cairan tak berwarna
ml hingga tanda batas Aquadest + Na2CO3 : larutan tak
berwarna

Dihomogenkan Larutan Na2CO3 0,01 mol 50 ml tak


berwarna

b. HCl 0,05 mol 25 ml

Dipipet sebanyak 43 ml HCl ke labu HCl : larutan berwarna kuning


takar 25 ml
ditambahkan aquadest hingga tanda Aqaudest : cairan tak berwarna
batas Aquadest + HCl : larutan berwarna
kuning

Dihomogenkan Larutan HCl 0,05 mol 25 ml


berwarna kuning

c. CaCl2 0,01 mol 250 mL

Ditimbang sebanyak 1,1108 gram CaCl2.2H2O : serbuk berwarna putih


CaCl2.2H2O dengan massa peniimbangan
sebenarnya : 1,1167 gram

Dilarutkan ke labu takar 250 dengan Aquadest : cairan tak berwarna


aquadest hingga tanda batas Aquadest+ CaCl2 : larutan tak
berwarna

Dihomogenkan larutan CaCl2.2H2O 250 ml tak


berwarna
d. AgNO3 0,1M 50 ml

AgNO3 ditimbang sebanyak 0,884 AgNO3: serbuk berwarna putih


gram dengan massa penimbangan
sebenarnya : 1,1167 gram

Dilarutkan dengan aquadest ke labu Aquadest : cairan tak berwarna


takar 50 ml Aquadest + AgNO3 : larutan tak
berwarna

Dihomogenkan Larutan AgNO3 0,1 M 50 ml tak


berwarna

e. NaCl 0,1 M 50ml

Ditimbang NaCl sebanyak 0,2925 NaCl : serbuk berwarna putih


gram dengan massa penimbangan
sebenarnya : 0,2924 gram

Dilarutkan ke labu takar 50 ml Aquadest : cairan tak berwarna


dengan aquadest hingga tanda batas, Aquadest + NaCl : larutan tak
dihomogenkan berwarna
Larutan NaCl 0,1 M 50 ml tak
berwarna

f. NH4OH 2M 50 ml

NH4OH dipipet sebanyak 25 ml ke NH4OH : larutan tak berwarna


labu takar 50 ml
Dilarutkan dengan aquadest ke labu Aquadest : cairan tak berwarna
takar 50 ml hingga tanda batas Aquadest + NH4OH : larutan tak
berwarna

Dihomogenkan Larutan NH4OH 2M 50ml tak


berawrna

g. FeCl3 0,02 mol 250 ml

FeCl3 ditimbang sebanyak 3,244 FeCl3 : serbuk berwarna hitam


gram
Dilarutkan dengan aquadest ke labu Aquadest : cairan tak berwarna
takar 250 ml hingga tanda batas Aquadest + FeCl3 : larutan berwarna
jingga +

Dihomogenkan Larutan FeCl3 0,02 mol 250 ml


berwarna jingga +

h. FeCl3 0,01 mol 25 ml

FeCl3 ditimbang sebanyak 1,6220 FeCl3 : serbuk berwarna hitam


gram
Dilarutkan dengan aquadest ke labu Aquadest : cairan tak berwarna
takar 25 ml hingga tanda batas Aquadest + FeCl3 : larutan berwarna
jingga

Dihomogenkan Larutan FeCl3 0,01 mol 25 ml


berwarna jingga +

i. CuSO4 1M 250 ml

CuSO4.5H2O ditimbang sebanyak CuSO4.5H2O : padatan berwarna


69,5037 gram biru

Dilarutkan dengan aquadest ke labu Aquadest : cairan tak berwarna


takar 250 ml hingga tanda batas Aquadest + CuSO4 : larutan
berwarna biru

Dihomogenkan Larutan CuSO4.5H2O 1 M 250 ml


tak berwarna

j. FeSO4 1 M 250 ml

FeSO4. 7H2O ditimbang sebanyak FeSO4 : serbuk berwarna hijau


18,6120 gram
Dilarutkan dengan aquadest ke labu Aquadest : cairan tak berwarna
takar 250 ml aquadest + FeSO4 : larutan berwarna
hijau
Dihomogenkan Larutan FeSO4. 7H2O 1 M 250 ml
berwarna hijau

k. EDTA 1M 50 ml

Ditimbang sebanyak 18,6120 gram EDTA : serbuk berwarna putih


EDTA
Dilarutkan dengan aquadest ke labu Aquadest : Cairan tak berwarna
takar 50 ml Aquadest + EDTA : larutan tak
berwarna

Dihomogenkan Larutan EDTA 1 M 50 ml tak


berwarna

l. Na2S2O3 1M 500 ml

Na2S2O3 .5H2O ditimbang sebanyak Na2S2O3 : padatan kristal berwarna


12,4 gram putih

Dilarutkan dengan aquadest ke labu aquadest : cairan tak berwarna


takar 500 ml hingga tanda batas aquadest + Na2S2O3 : larutan tak
berwarna

Dihomogenkan Larutan Na2S2O3 .5H2O 1 M 500ml


tak berwarna

b. Reaksi Asam-Basa dan Metatesis

Perlakuan Pengamatan

a. Tabung 1
1 mL larutan HCl 6 N dimasukkan Larutan tak berwarna, berbau
ke tabung reaksi menyengat
Ditambahkan 1 mL larutan NaOH 6 Tidak terjadi perubahan warna
N sedikit demi sedikit
Suhu campuran diukur dengan T awal campuran : 32C
termometer
Dipanaskan terdapat endapan putih, larutan
berkurang
diukur suhunya T : 82C
b. Tabung 2
2 tetes Na2CO3 0,01 mol Larutan tidak berwarna
dimasukkan ke tabung reaksi
Ditambah 1 tetes HCl 0,005 mol Larutan tak berwarna
Diukur suhu awalnya T awal campuran : 36C
Dipanaskan Larutan berkurang dan terbentuk
endapan putih
diukur suhunya T : 54C
c. Tabung 3
10 mL larutan NH4OH 0,1 mol Larutan tidak berwarna, berbau
dimasukkan ke tabung reaksi menyengat
Ditambahkan 1 tetes CH3COOH 0,1 Tidak terjadi perubahan warna,
mol tabung reaksi menjadi panas
diukur suhu campurannya T awal campuran: 38C
diupkan Volume larutan berkurang
diukur suhu T ruang: 66C
d. Tabung 4
2 tetes Na2CO3 0,01 mol Larutan tak berwarna
dimasukkan ke tabung reaksi
Ditambah 1 mL CaCl2 0,01 mol Tidak terjadi perubahan warna
Suhu campuran diukur dengan Suhu awal campuran : 32C
termometer
Dipanaskan Volume larutan berkurang
diukur suhunya T : 80C

c. Reaksi Redoks

Perlakuan Pengamatan

a. Tabung 1
2 mL H2SO4 1 M dimasukkan ke Larutan tak berwarna
tabung reaksi
Ditambahkan paku besi Tidak terjadi perubahan pada
larutan, terdapat gelembung-
gelembung kecil di sekitar paku
Didiamkan beberapa menit Gelembung-gelembung disekitar
paku lama kelamaan menjadi lebih
banyak dan terdapat bintik-bintik
kuning kecoklatan pada paku
b. Tabung 2
5 mL AgNO3 0,001 mol Larutan tak berwarna
dimasukkan ke tabung reaksi
Ditambahkan 5 mL larutan NaCl 0,1 Larutan berwarna putih dan
M terbentuk endapan putih
Disaring Filtrat : larutan tidak berwarna
Residu : berwarna putih keabuan
Endapan dibagi 2 kedalam kertas Filtrate dan endapan terpisah
saring.
Endapan dalam tempat gelap Endapan berwarna putih
Endapan dalam tempat terang Endapan berwarna abu kebiruan

d. Reaksi Pembentukan Kompleks dan Substitusi Ligan

Perlakuan Pengamatan

a. Tabung 1
5 Tetes FeCl3 0,01 mol dalam Larutan berwarna jingga
tabung reaksi
Ditambah aquades sebanyak 20 tetes Larutan berwarna kuning
Ditambah 1 tetes amoniak Terbentuk 2 fasa :
Atas : larutan tidak berwarna
Bawah : endapan berwarna merah
bata
Ditambah 8 tetes EDTA Terbentuk 2 fasa :
Atas : larutan berwarna kuning
Bawah : endapan berwarna merah
bata
b. Tabung 2
5 Tetes FeCl3 0,01 mol dimasukkan Larutan berwarna jingga
ke tabung reaksi
Ditambah 10 tetes aquades Larutan berwarna kuning
Ditambah 5 tetes EDTA Larutan tetap berwarna kuning
Ditambah 2 tetes amoniak Larutan menjadi berwarna merah
bata
c. Tabung 3
5 Tetes CaCl2 0,01 mol dimasukkan Larutan tak berwarna
ke tabung reaksi
Ditambah 10 tetes aquades Tidak terjadi perubahan
Ditambah 4 tetes NH4OH Tidak terjadi perubahan
Ditambah 5 tetes EDTA Tidak terjadi perubahan
d. Tabung 4
5 Tetes CaCl2 0,01 mol dalam Larutan tak berwarna
tabung reaksi
Ditambah 10 teets aquades Tidak terjadi perubahan
Ditambah 5 tetes EDTA Tidak terjadi perubahan
Ditambah 4 tetes NH4OH Tidak terjadi perubahan

e. Reaksi Katalisis

Perlakuan Pengamatan

a. Tabung 1
10 ml Na2S2O3 dimasukkan ke gelas Larutan tak berwarna
kimia 50 mL
Diletakkan tepat diatas gambar (X) Gelas kimia tepat diatas gambar (X)
Ditambah 10 mL FeCl3.2H2O Larutan menjadi berwarna hitam
Stopwatch dihentikan tepat pada Waktu yang dibutuhkan : 14 detik
saat terlihat gambar (X) Warna hitam secara perlahan pudar
dan menjadi coklat pudar
b. Tabung 2
10 ml larutan Na2S2O3 dimasukkan Larutan tidak berwana
ke gelas kimia 50 mL
Diletakkan tepat diatas gambar (X) Gelas kimia tepat diatas gambar (X)
10 ml larutan FeCl3.2H2O dan 1 Larutan menjadi berwarna hitam
tetes FeCl3.6H2O
Stopwatch dihentikan tepat pada Waktu yang dibutuhkan : 13 detik
saat terlihat gambar (X) Warna hitam secara perlahan pudar
dan menjadi coklat pudar
c. Tabung 3
10 ml Na2S2O3 dimasukkan ke gelas Larutan tidak berwarna
kimia 50 mL
Diletakkan tepat diatas gambar (X) Gelas kimia tepat diatas gambar (X)
10 ml larutan FeCl3.2H2O dan 1 Larutan menjadi berwarna hitam
tetes FeSO4
Stopwatch dihentikan tepat pada Waktu yang dibutuhkan : 10 detik
saat terlihat gambar (X) Warna hitam secara perlahan pudar
dan menjadi coklat pudar
d. Tabung 4
10 ml Na2S2O3 dimasukkan ke gelas Larutan tidak berwarna
kimia 50 mL
Diletakkan tepat diatas gambar (X) Gelas kimia tepat diatas gambar (X)
10 ml larutan FeCl3.2H2O dan 1 Larutan menjadi berwarna hitam
tetes CuSO4
Stopwatch dihentikan tepat pada Waktu yang dibutuhkan : 9 detik
saat terlihat gambar (X) Warna hitam secara perlahan pudar
dan menjadi coklat pudar
F. PERHITUNGAN DAN HASIL REAKSI
Perhitungan
1) Na2CO3 0,01 mol, 50 ml

=
()
0.01
=
0.05
= 0.02

1 1 = 2 2
50 0.2 = 2 0.5
2 = 20

2) HCl 0,05 mol 25 ml

10 %
[] =


10 1.18 3 36%
[] =

36.5

[] = 11.64


=
()
0.005
=
0.025
= 0.2

1 1 = 2 2
1 11.64 = 25 0.2
1 = 0,4

3) CaCl2 0,01 mol 250 ml


=

= = 0,01 118,08 /
= 1.1108

4) AgNO3 0,1 M 50 ml
1000
=
()
1000
0.1 =
169.87 1 50
= 0.8494

5) NaCl 0,1 M 50 ml
1000
=
()
1000
0.1 =
58.44 1 50
= 0.2925
6) NH4OH 2M 50 ml

10
=

1,62 10 10%
=
35.05 /
= 4.62

1 1 = 2 2
50 2 = 2 4,62
2 = 21,6450

7) FeCl3 0,02 mol 250 ml


=
()
0,02
=
0.25
= 0.08

1000
=
()

()
=
1000

0,08 162,20 / 250


=
1000

= 3,244

8) FeCl3 0,01 mol 25 ml



=
()
0,01
=
0.250
= 0.04

1000
=
()

()
=
1000

0,04 162,20 / 25
=
1000

= 0,1622

9) CuSO4 1M 250 ml

1000
=
()
1000
0.1 =
249 1 250
= 69,50364

10) EDTA 1M 50 ml
1000
=
()
1000
1 =
372.249 1 50
= 18.612

11) Na2S2O3.5H2O 1M 500 ml


1000
=
()
1000
0.1 =
248 1 500
= 124

12) FeSO4.7H2O 1M
. .
=
1000
1 278,01456 1 250
=
1000
massa = 69,50364 gram
Persamaan Reaksi
1. Reaksi Asam Basa dan Metatesis
- HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl (aq) + H2O (l)
- Na2CO3 (aq) + 2HCl (aq) NaCl (aq) + H2O (l)
- NH3 (aq) + CH3COOH (aq) NH4+ (aq) + CH3COO- (aq)
- Na2CO3 (aq) + CaCl2 (aq) CaCO3 (aq) + 2NaCl (aq)
2. Reaksi Pembentukan Kompleks dan Substitusi Ligan
Reaksi pembentukan kompleks
- FeCl3 (aq) + 6H2O (l) [Fe(H2O)6]3+(aq) + 3Cl-(aq)
- CaCl2 (aq) + 6H2O (l) [Ca(H2O)6]2+(aq) + 2Cl-(aq)
Reaksi substitusi ligan
- [Fe(H2O)6]3+(aq) + 6NH3 (aq) [Fe(NH3)6]3+(aq) + 6H2O (l)
- [Fe(NH3)6]3+(aq) + 3EDTA (aq) [Fe(EDTA)3]3+(aq) + 6NH3 (aq)
- [Fe(H2O)6]3+(aq) + EDTA (aq) [Fe(EDTA)3]3+(aq) + 6H2O (l)
- [Fe(EDTA)3]3+(aq) + 6NH3 (aq) [Fe(NH3)6]3+(aq) + 3EDTA (aq)
- [Ca(H2O)6]2+(aq) + 6NH3 (aq) [Ca(NH3)6]2+(aq) + 6H2O (l)
- [Ca(NH3)6]2+(aq) + 3EDTA (aq) [Ca(EDTA)3]2+(aq) + 6NH3 (aq)
- [Ca(H2O)6]2+(aq) + 3EDTA (aq) [Ca(EDTA)3]2+(aq) + 6H2O (l)
- [Ca(EDTA)3]2+(aq) + 3EDTA (aq) [Ca(NH3)6]2+(aq) + 3EDTA
(aq)
3. Reaksi Redoks
- 2Fe (s) + 3H2SO4 (aq) Fe2(SO4)3 (aq) + 3H2 (g)
- AgNO3 (aq) + NaCl (aq) AgCl (s) + NaNO3 (aq)
4. Reaksi Katalisis
- 2FeCl3 (aq) + 3Na2S2O3 (aq) Fe2(S2O3)3 (aq) + 6NaCl (aq)
FeCl3
- 2FeCl3 (aq) + 3Na2S2O3 (aq) Fe2(S2O3)3 (aq) + 6 NaCl (aq)
FeSO4
- 2FeCl3 (aq) + 3Na2S2O3 (aq) Fe2(S2O3)3 (aq) + 6NaCl (aq)
CuSO4
- 2FeCl3 (aq) + 3Na2S2O3 (aq) Fe2(S2O3)3 (aq) + 6NaCl (aq)
G. KESIMPUAN
Berdasarkan percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada reaksi asam basa terbentuk garam netral dan air dengan reaksi substitusi.
2. Pada reaksi redoks, besi (Fe) mengalami kenaikan biloks yang ditandai dengan
adanya gelembungberdasarkan reaksi Fe(aq) Fe2+ + 2e-. Sedangkan pada AgNO3
yang terjadi adalah oksidasi pada endapan dibawah sinar matahari yang ditandai
dengan perubahan warna endapan.
3. Pada reaksi pembentukkan kompleks, senyawa kompleks terbentuk setelah
penambahan larutab amoniak (NH4OH) yang ditandai dengan endapan jingga.
4. Pada reaksi katalisis, teridentifikasi dengan penambahan katalis reaksi yang
berlangsung lebi cepat dibanding dengan tanpa katalis dengan urutan CuSO4 >
FeCl3 > FeSO4.
5. Terdapa beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya keberlangsungan reaksi
antara lain: energi aktivasi, energi bebas, suhu, tekanan dan katalis.
H. DAFTAR PUSTAKA
Budisma. 2014. Jenis Reaksi Kimia.
http://budisma.net/2014/12/jenis-reaksi-kimia.html. Diakses pada hari Sabtu,
30 September 2017 Pukul 20:21
Chang, R. Kimia Dasar Jilid I. Edisi ketiga. 2005, Jakarta: Erlangga
Day dan Underwood, A.L.1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Harvey, David. 2000. Modern Analytical of Chemistry.Chicago: McGrawHill press
Khopkhar.S.M.1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press
Saito, Taro. 1996. Buku Teks Kimia Anorganik Online. Tokyo: Iwanami press
Shevla, G. 1970. Vogel: Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta:
PT. Media Kalman Pustaka

You might also like