You are on page 1of 11

BIOGRAFI ABU BAKAR MUHAMMAD BIN ZAKARYA ARRAZI

Disusun sebagai tugas mata kuliah Agama


Dosen Pengampu : Dewi Siti Aisyah,S.Psi., M.Pd

Disusun :
Budiyanto Valentino Iskandar 1510631140023

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2017
BIOGRAFI ABU BAKAR MUHAMMAD BIN ZAKARYA ARRAZI

Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Masehi dan meninggal pada tanggal 9 Oktober
925 Masehi. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah
selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga,
Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya.

Saat masih kecil, ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi tapi dia kemudian lebih
tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi memutuskan untuk berhenti
menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya
menjadi cacat. Kemudian dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari
sinilah ar-Razi mulai mempelajari ilmu kedokteran.

Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang
lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama
menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah
kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim.

Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter disana. Kemudian
dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa
Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk
Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa
kekuasaan al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad.

Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi memutuskan untuk
kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam
buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki
banyak murid. Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani
biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya.
Pendidikan
Al Razi pertama kali belajar pada orang tuanya sendiri yang bernama Diyauddin, beliau
adalah seorang ulama yang cukup dikagumi di masyarakat Ray. Dari ayahnya ia belajar
Fiqih, Ushul Fiqih dan Ilmu Kalam (Theologi). Beliau belajar filsafat, teologi ke dua ulama,
yaitu Muhammad al Baghwi dan pada Majduddin al Jilli, serta mempelajari ilmu fiqih dan
Ushul fiqih dari al Kamal as Samani. Berkat ketekunan, baik dalam mendekati para ulama
terkemuka maupun dalam mentelaah sendiri (disebutkan sejumlah buku seperti buku asy
Syamil karangan Juwaini tentang Ilmu Kalam, buku al Mustafa karangan al Gazali tentang
Ushul fiqih, dan al Mutamad karangan abu Husain al Basri tentang ilmu Ushul Fiqih, bukan
saja dibaca akan tetapi ia menghafalnya), ia berhasil menjadi ensklopedis yang sulit
ditandingi. Al Razi mempelajari Ilmu Ushul Fiqih bersama Ayahnya. Ayahnya belajar
kepada Abu Al Qashim Sulaiman ibn Nashir. Abu Al Qashim sulaiman ibn Nashir belajar
dari imam Haramain Abu Al Maaly al Isfarayainy. Dan ia belajar dari al Syaikh al Sunnah
Abu Hasan Ali Ibn Ismail al al Asyary.

Al Razi mempelajari Ilmu Fiqih dari ayahnya juga, ayahnya belajar kepada Abu Muhammad
al Husain al Marzawy dan Husain Al Marzawy belajar dari Al Qafal. Al Qafal belajar dari
abu Ishaq al Marzawy. Kemudian abu Ishaq al Marzawy belajar kepada Abu Abbas ibn
Suraij (Ahmad ibn Umar), Abu Abbas ibn Suraij belajar kepada Abu Qashim al Inmahthy
dan Abu Qashim al Inmahathy, ia belajar dari imam Syafii.

Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang
lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama
menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah
kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim.

Penemu Sabun

Sabun telah di kenal oleh umat Islam sejak abad ke 9 Masehi. Dikenalkan pertama kali oleh
ilmuwan Muslim yang bernama Ar-Razi atau di Barat sebagai Razes. Menurut Razi untuk
membuat sabun di butuhkan campuran beragam minyak tumbuhan (diantaranya minyak
zaitun) dan mencampurnya dengan sodium hidroksida serta bahan-bahan aromatik seperti
thyme.

Betapa hebatnya para ilmuwan Muslim terdahulu. Mereka telah benar-benar menerapkan
salah satu sabda Rasulullah SAW bahwa Kebersihan itu sebagian dari iman. Selain Ar-
Razi, para ahli kimia Muslim abad pertengahan juga telah menemukan sabun wangi yang
berwarna serta sabun cair. Bahkan baru-baru ini telah ditemukan sebuah manuskrip dari abas
ke 13 yang berisi tata cara pembuatan sabun secara lebih mendetail. Berikut penjelasannya:

Sediakan sejumlah minyak wijen, sedikit potash, alkali dan beberapa jeruk lemon.
Kemudian, campur dan rebus bahan-bahan tersebut. Setelah masak, tuangkan campuran
penas tersebut dalam cetakan lalu biarkan sampai menjadi dingin. Maka jadilah sabun
batangan

Sungguh mengherankan bila di Eropa pada abad pertengahan para raja dan kalangan
bangsawan masih menggunakan air seni manusia untuk mencuci baju dan mandi, peradaban
Islam telah menikmati sabun dalam bentuk batangan. Tapi ironisnya, sumbangsih peradaban
Islam ini tidak disebutkan dalam banyak buku sejarah penemuan dunia. Kurun waktu dari
abad ke 1 hingga 15 diloncati begitu saja seolah-olah lima belas abad itu tidak ada artinya.
Harga sabun pada 981 M berkisar tiga Dirham (koin perak) atau setara 0,3 Dinar (koin emas).
Resep pembuatan sabun di dunia Islam juga telah ditulis seorang dokter terkemuka dari
Andalusia--Spanyol Islam--bernama Abu Al-Qasim Al-Zahrawi alias Abulcassis (936-1013
M). Ahli kosmetik ini memaparkan tata cara membuat sabun dalam kitabnya yang
monumental bertajuk, Al-Tasreef.

Al-Tasreef merupakan ensiklopedia kedokteran yang terdiri atas 30 volume. Kitab itu telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan digunakan sebagai buku referensi utama di
sejumlah universitas Eropa terkemuka. Sang dokter memaparkan resep-resep pembuatan
beragam alat kosmetik pada volume ke-19 dalam kitab Al-Tasreef.

Selain itu, resep pembuatan sabun yang lengkap tercatat dalam sebuah risalah bertarikh abad
13 M. Manuskrip itu memaparkan secara jelas dan detail tata cara pembuatan sabun. Fakta ini
menunjukkan betapa dunia Islam telah jauh lebih maju dibandingkan peradaban Barat.
Masyarakat Barat, khususnya Eropa, diperkirakan baru mengenal pembuatan sabun pada
abad ke-16 M.

Namun, Sherwood Taylor (1957) dalam bukunya berjudul, A History of Industrial Chemistry,
menyatakan, peradaban Barat baru menguasai pembuatan sabun pada abad ke-18 M.
Sejatinya, menurut RJ Forbes (1965) dalam bukunya bertajuk, Studies in Ancient
Technology, campuran yang mengandung sabun telah digunakan di Mesopotamia.

"Mereka belum mengenal sabun, tapi beberapa deterjen telah digunakan," ungkap Forbes.
Menurut dia, dunia klasik belum memiliki deterjen yang lebih baik. Penemuan sabun yang
tergolong modern memang baru diciptakan pada masa kejayaan Islam.

Sejarah pembuatan sabun di dunia Islam dicatat secara baik oleh Raja Al- Muzaffar Yusuf
ibn `Umar ibn `Ali ibn Rasul ( wafat 1294 M). Dia adalah seorang Raja Yaman yang berasal
dari Dinasti Bani Rasul yang kedua. Raja Al-Muzaffar merupakan seorang penguasa yang
senang mempelajari karya-karya ilmuwan Muslim dalam bidang kedokteran, farmakologi,
pertanian, dan tekonologi.

Raja Al-Muzaffar juga sangat mencintai ilmu pengetahuan. Pada masa kekuasaannya di abad
ke-13 M, ia mendukung dan melindungi para ilmuwan dan seniman untuk berkreasi dan
berinovasi. Dalam risalahnya, sang raja mengisahkan bahwa Suriah sangat dikenal sebagai
penghasil sabun keras yang biasa digunakan untuk keperluan di toilet.

N Elisseeff dalam artikelnya berjudul, Qasr al-Hayr al-Sharqi, yang dimuat dalam
Ensiklopedia Islam volume IV menyatakan, para arkeolog menemukan bukti pembuatan
sabun dari abad ke-8 M. Saat itu, kekhalifahan Islam sedang menjadi salah satu penguasa
dunia.

Geografer Muslim kelahiran Yerusalem, Al-Maqdisi, dalam risalahnya berjudul, Ahsan al-
Taqasim fi ma`rifat al-aqalim, juga telah mengungkapkan kemajuan industri sabun di dunia
Islam. Menurut Al-Maqdisi, pada abad ke-10, Kota Nablus (Palestina) sangat termasyhur
sebagai sentra industri sabun. Sabun buatan Nablus telah diekspor ke berbagai kota Islam.
Menurut Al-Maqdisi, sabun juga telah dibuat kota-kota lain di kawasan Mediterania,
termasuk di Spanyol Islam. Andalusia dikenal sebagai penghasil sabun berbahan minyak
zaitun. M Shatzmiller dalam tulisannya bertajuk, al-Muwahhidun, yang tertulis dalam
Ensiklopedia Islam terbitan Brill Leiden, juga mengungkapkan betapa pesatnya industri
sabun berkembang di dunia Islam. "Pada 1200 M, di Kota Fez (Maroko) saja terdapat 27
pabrik sabun," papar Shatzmiller.

Sherwood Taylor, dalam Medieval Trade in the Mediterranean World menyebutkan, pada
abad ke-13 M, sabun batangan buatan kota-kota Islam di kawasan Mediterania telah diekspor
ke Eropa. Pengiriman sabun dari dunia Islam ke Eropa, papar Taylor, melewati Alps ke
Eropa utara lewat Italia.

Selain sabun, dunia Islam pun telah menggenggam teknologi pembuatan beragam alat
kosmetik. Salah satunya adalah parfum. Umat Islam di zaman kekhalifahan juga telah
mengembangkan teknologi pembuatan parfum hingga menjadi sebuah industri yang sangat
besar.

Para sejarawan meyakini bahwa fondasi industri minyak wangi yang berkembang pesat di
dunia Islam dibangun oleh dua ahli kimia termasyhur, yakni Jabir Ibnu Hayyan (721-815 M)
serta Al-Kindi (805-873 M). Kimiawan Muslim dari abad ke-12, Al-Isybili, mengungkapkan,
pada masa kejayaan Islam terdapat tak kurang dari sembilan buku teknis dan pedoman bagi
pengelola industri parfum.

Meski begitu, kitab tentang pengolahan minyak wangi atau parfum yang masih tersisa
hanyalah Kitab Kimiya' al-'Itr (Book of the Chemistry of Perfume and Distillations) karya Al-
Kindi. Jauh sebelum Al-Kindi, pengembangan industri parfum di dunia Islam juga sempat
dilakukan 'Bapak Kimia Modern' Jabir Ibnu Hayyan. Ia mengembangkan beberapa teknik,
termasuk penyulingan (distilasi), penguapan (evaporation), dan penyaringan (filtrasi). Ketiga
teknik itu mampu mengambil aroma wewangian dari tumbuhan dan bunga dalam bentuk air
atau minyak.

Teknik dan metode dasar yang diletakkan oleh Jabir itu dikembangkan Al-Kindi. Ia
melakukan riset dan eksperimen dengan lebih cermat. Al-Kindi mencoba mengombinasikan
beragam tanaman dan bahan-bahan lain untuk memproduksi beragam jenis parfum dan
minyak wangi. Ilmuwan Muslim asal Kufah, Irak, itu pun berhasil menemukan tak kurang
dari 107 metode dan resep untuk membuat parfum serta peralatan pembuatannya.
Begitulah, dunia Islam di era keemasan telah mampu mengembangkan industri sabun dan
juga parfum.

Resep Sabun Warisan Peradaban Islam


Minyak zaitun dan al-Qali merupakan bahan utama pembuatan sabun. Bahan lain yang kerap
digunakan untuk membuat sabun adalah natrun. Lalu, bagaimana proses pembuatan sabun
dilakukan di dunia Islam pada abad ke-13 M? Berikut ini resep pembuatan sabun yang ditulis
Daud Al-Antaki seperti dikutip Ahmad Y Al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya
bertajuk, Islamic Technology: An Illustrated History:
Bidang Kedokteran
Cacar dan Campak

Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama
yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar:

"Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan
mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak basah
di kulit) berubah menjadi darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang
matang. Pada tahap ini, cacar diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada minuman
anggur. Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tapi juga masa
dewasa. Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak dengan
penyakit ini, karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi."
Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: "Pernyataan
pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang adanya wabah ditemukan pada karya
dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia menjelaskan gejalanya secara jelas,
patologi penyakit yang dijelaskan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan cara
mencegah wabah tersebut."

Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang
membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang berbeda. Buku ini kemudian
diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang
tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis
memperlihatkan cara berpikir ar-Razi dalam buku ini.

Berikut ini adalah penjelasan lanjutan ar-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh demam
yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk
ketika tidur. Penyakit menjadi semakin parah ketika semua gejala tersebut bergabung dan
gatal terasa di semua bagian tubuh. Bintik-bintik di muka mulai bermunculan dan terjadi
perubahan warna merah pada muka dan kantung mata. Salah satu gejala lainnya adalah
perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan."

Alergi dan Demam


Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma", dan
ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada salah satu tulisannya, dia
menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas.
Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh
untuk melindungi diri.

Farmasi
Pada bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula
dan mortar. Ar-razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.

Metode Pengobatan
Metode pemanasan syaraf dan pengobatan penyakit kepala pening. adalah Ar-Razi, dokter
pertama kali yang melakukan kedua hal tersebut. Selain itu, ia juga diduga sebagai dokter
pertama yang mendiagnosa penyakit tekanan darah tinggi.
Metode kai, yaitu pengobatan serupa akupuntur. Ia memanfaatkan pengetahuannya
tentang titik-titik penting pada tubuh manusia untuk pengobatan. Caranya, ia menusuk
titik tersebut dengan sebatang besi yang pipih dan runcing, yang sebelumnya telah
dipanaskan dengan minyak mawar atau minyak cendana.
Penggunaan kayu pengapit dan penyangga (spalk) untuk keperluan patah tulang,
Pserta injeksi erethal(saluran kencing dan sperma).
Lebih jauh lagi, ia menguraikan tentang jenis sakit perut yang disebutnya batr
(potong) dan fatg (koyak)

Etika Kedokteran
Ar-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah satunya
adalah ketika dia menkritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan
desa untuk menjual ramuan. Pada saat yang sama dia juga menyatakan bahwa dokter tidak
mungkin mengetahui jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan
semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tapi untuk meningkatkan
mutu seorang dokter, ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap belajar dan terus mencari
informasi baru. Dia juga membuat perbedaan antara penyakit yang bisa disembuhkan dan
yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian menyatakan bahwa seorang dokter tidak
bisa disalahkan karena tidak bisa menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat
berat. Sebagai tambahan, ar-Razi menyatakan bahwa dia merasa kasihan pada dokter yang
bekerja di kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang
dokter.

Ar-Razi juga mengatakan bahwa tujuan menjadi dokter adalah untuk berbuat baik, bahkan
sekalipun kepada musuh dan juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar.

Bidang Filosofi
Dia mendapati berbagai ilmu tak lepas dari metode pikirnya yang di atas rata-rata orang
biasa. Ini tak bisa lepas dari kesukaannya dalam berfilsafat. Yang membawanya menjadi
manusia muslim yang hebat. Ada beberapa karakternya dalam berfilsafat:

Logika
Ar-Razi adalah seorang rasionalisme murni, dan beliau hanya mempercayai kekuatan akal.
Bahkan didalam bidang kedokteran study klinis yang dilakukannya setelah menemukan
metode yang kuat dengan berpijak kepada observasi dan eksperimen.

Bahkan pujian kepada Ar-Razi terhadap akal tampak sangat jelas pada halaman pertama pada
bukunya At-Thibb. Beliau mengatakan, Allah segala puji baginya, yang telah memberikan
akal agar dengan-Nya kita dapat memperoleh sebanyak-banyaknya manfaat. Inilah karunia
terbaik Allah kepada kita. Akal adalah suatu yang mulia dan penting karena dengan akal kita
dapat memperoleh pengetahuan tentang tuhan. Maka tidak boleh melecehkannya.

Moral
Adapun pemikiran Ar-Razi tentang moral sebagaimana tertuang dalam buku At-Thibb al-
ruhani dan Al-Sirah al-Falsafiyyah, bahwa tingkah laku itu berdasarkan dari akal. Hawa
nafsu harus berada dibawah kendali akal dan agama. Beliau memperingatkan bahaya
minuman khamr yang dapat merusakkan akal dan melanggar agama.
Berkaitan dengan jiwa, Ar-Razi menjadikan jiwa sebagai salah satu alasan pengobatan
baginya. Menurutnya antara tubuh dan jiwa terhadap suatu hubungan yang sangat erat,
misalnya: emosi jiwa tidak akan terjadi kecuali dengan melalui pengamatan indrawi.
Sedangkan kebahagiaan menurut Ar-Razi adalah kembalinya apa yang telah tersingkir karena
sesuatu yang berbahaya, misalnya: orang yang meninggalkan tempat yang teduh menuju
tempat yang disinari matahari. Ia akan senang ketika kembali ke tempat yang teduh tadi.

Kenabian/ Theologi
Ar-Razi menyangkah bahwa anggapan bentuk kehidupan manusia memerlukan nabi
sebagaimana yang dikatakannya dalam bukunya Naqd al-Adyan au fi al-Nubuwah. Beliau
mengatakan bahwa beliau tidak percaya kepada wahyu dan adanya nabi. Menurutnya para
nabi tidak berhak mengklaim dirinya sebagai orang yang memiliki keistimewaan khusus.
Karena semua orang adalah sama dan keadilan tuhan secara hikmahnya mengharuskan tidak
membedakan antara seoranng dengan yang lainnya.
Ar-Razi juga mengritik kitab suci baik injil maupun al-quran. Beliau menolak mukjizat al-
quran baik segi isi maupun gaya bahasanya. Menurutnya orang mungkin saja dapat menulis
kitab yang lebih baik dengan gaya, bahasa yang lebih indah. Kendatipun demikian, Ar-Razi
tidak berati seorang atheis, karena beliau masih menyakini adanya Allah.

Metafisika
Filsafat Ar-Razi dikenal dengan ajaran Lima kekal yaitu:

1. Allah Taala
Allah bersifat sempurna. Tidak ada kebijakan setelah tidak sengaja, karena itu ketidak
sengajaan tidak bersifat kepada-Nya. Kehidupan berasal dari-Nya sebagaimana sinar
datang dari matahari Allah mempunyai kepandaian yang sempurna dan murni.
Kehidupan ini adalah mengalir dari ruh. Allah menciptakan sesuatu dan tidak ada
yang bisa yang menandingi dan tidak ada yang bisa menolak kepada-Nya. Allah
Maha Mengetahui, segala sesuatu. Tetapi ruh-ruh hanya mengetahui apa yang berasal
dari eksperimen. Tuhan mengetahui bahwa ruh cenderung pada materi dan
membutuhkan kesenangan materi.

2. Ruh
Allah tidak menciptakan dunia lewat desakan apapun tetapi Allah memutuskan
penciptaan-Nya setelah pada mulanya tidak berkehendak tidak menciptakannya, Allah
menciptakan manusia guna menyadarkan ruh dan menunjukkan kepadanya, bahwa
dunia ini bukanlah dunia yang sebenarnya dalam arti haqiqi.
Manusia tidak akan mencapai dunia haqiqi ini, kecuali dengan filsafat, mereka
mempelajari filsafat, mengetahui dunia haqiqi, memperoleh pengetahuan akan
selamat dari keadaan buruknya. Ruh-ruh tetap berada dalam dunia ini sampai mereka
disadarkan oleh filsafat akan rahasia dirinya.
Melalui filsafat manusia dapat memperoleh dunia yang sebenarnya, dunia sejati atau
dunia haqiqi.

3. Materi
Menurut Ar-Razi kemutlakan, materi pertama terdiri dari atom-atom, setiap atom
mempunyai volum yang dapat dibentuk. Dan apabila dunia ini dihancurkan, maka ia
akan terpisah-pisah dalam bentuk atom-atom. Dengan demikian materi berasal dari
kekekalan, karena tidak mungkin menyatakan suatu yang berasal dari ketiadaan
sesuatu. Untuk memperkuat pendapat ini Ar-Razi memberikan 2 bukti yaitu:

Penciptaan adalah bukti dengan adanya sang pencipta.


Berlandaskan ketidak mungkinan penciptaan dan ketiadaan.

4. Ruang

Menurut Ar-Razi ruang adalah tempat keadaan materi, beliau mengatakan bahwa
materi adalah kekal dan karena materi itu mempunyai ruang yang kekal.
Bagi Ar-Razi ruang terbagi menjadi 2 yakni waktu universal (mutlak) dan waktu
tertentu (relatif ), ruang universal adalah tidak terbatas dan tidak tergantung kepada
dunia dan segala sesuatu yang ada didalamnya. Sedangkan ruang yang relatif adalah
sebaliknya.

5. Waktu
Adalah subtasi yang mengalir, ia adalah kekal. Ar-Razi membagi waktu 2 macam
yakni waktu mutlak dan waktu relatif (terbatas). Waktu mutlak adalah
keberlangsungan, ia kekal dan bergerak. Sedang gerak relatif adalah gerak
lingkungan-lingkungan, matahari dan bintang gemintang.

Karya Emas
Ar-Razi menghasilkan karya yang sangat populer yang sampai membuat kalangan istana
kekristenan Eropa menaruh perhatian besar. Setelah peristiwa Perang Salib, raja-raja di Eropa
memerintahkan agar semua karya ar-Razi diterjemahkan dalam bahasa Latin, yang
merupakan bahasa resmi ilmu pengetahuan Eropa pada masa itu. Ia juga berhasil menemukan
cara membuat alkohol. Di kemudian hari, penemuan tersebut ditindaklanjuti oleh Arnol
Pilinov. Pada abad XIII, alkohol menjadi populer. Sekitar 200-an buku lebih telah beliau
sumbangkan pada kemajuan dunia ini;

1. Dalam bidang kedokteran:

Hidup yang Luhur (Arab: )


Petunjuk kedokteran untuk masyarakat umum (Arab: ) , Pengobatan
Alternatif Ketika Tidak Ada Dokter
Keraguan pada Galen
Penyakit pada anak
Kitab al-Mansoori, yang terdiri dari 10 jilid, membahas secara detil tentang
pengobatan era Arab-Yunani
Al-Havi, ensiklopedia kedokteran yang terbesar disusun pada masa itu
Kitab al-Mulooki dan
Kitab al-Judari wa al-Hasabah, di kitab ini Ar-Razi untuk pertama kalinya membahas
penanganan penyakit cacar.
al-Thibbur Ruhani (Pengobatan Rohani),

2. Dalam bidang kimia:

Kitab al Asrar, yang membahas tentang teknik penanganan zat-zat kimia dan
manfaatnya.
Liber Experimentorum, Ar-Razi membahas pembagian zat kedalam hewan, tumbuhan
dan mineral, yang menjadi cikal bakal kimia organik dan kimia non-organik.
Penemuannya yang lain adalah teknik pembuatan asam sulfur serta penggunaan
alkohol untuk fermentasi zat yang manis.
3. Dalam bidang ilmu kalam, ia mengarang :

al Muthalib al Aliyah min al Ilmi al Ilahi,


Asas Al Taqdis,
al Arbain fii ushul al Din,dan
Muhassal afkar al Mutaqaddimin wal al Mutaaakhkhirin min ulama wal Hukama wal
al mutakalimin.

4. Dalam bidang tasawuf , diantaranya :

al Irsyad al Nadhar ilaa lathaif al Asrar, dan


Syarah Uyun al Hikmah

5. Dalam bidang filsafat, diantaranya :

Syarah Qishm al Ilahiyyah min al Isyarat li ibn Sina,


Syarah al Isyrah wa al Tanbihat li ibn Sina,
Syarah al Qanun li ibn Sina, dan
Lubab al Isyarat.

6. Dalam bidang sejarah

Manaqib al Imam SyafiI, dan


Syarah Saqt al Zind li al Muri

7. Dalam bidang Ushul Fiqih

al mahsul fii ilmi Ushul Fiqih, dan


al Ibthal al Qiyasi.

8. Dalam bidang tafsir

al asrar al Tanzil wa anwaru al tawil


ihkam al ahkam,
al Burhan Fi Qirrati al Quran,
Dzurrtu al Tazil wa al Ghurratu al Tawil fii ayat Mutasyabihat
al Bayan wa al Burhan fii al Radd ala ahli wa Thugyan.
tafsir Ar-Razi

Juga Beliau mengarang lain kitab,diantaranya

Al-Shirath al-dawlah
Amarah al-Iqbal al-Dawlah
Kitab al-Ladzdzah
Kitab al-Ilm al-Ilahi
Maqalah fi ma bad al-Thabiiyyah; dan
Al-Shukuk ala Proclus

Adapun diantara karya tulis yang paling besar adalah buku Tafsir yang berjudul Mafatih Al
Ghaib, yang disebut juga al Tafsir al Kabir (Tafsir Besar) yang terdiri atas belasan jilid
melalui karya tafsirnya itu ia berupaya mencurahkan segenap ilmunya yang ensklopedis.
Melalui ayat-ayat yang menyentuh bidang filsafat, ia tuangkan bahasan-bahasan yang bersifat
filsafi, melalui ayat-ayat yang menyentuh bidang teologi, ia tuangkan bahasan yang bersifat
teollogi, dan tidak lupa tujuan membenarkan paham Asyariyah, melalui ayat-ayat yang
menyentuh bidang fiqih, ia menyajikan perbincangan-perbincangan masalah fiqih dan
seterusnya.

Wafat
Al- Razi adalah orang yang murah hati, sayang pada pasien-pasiennya, dermawan kepada
orang-orang miskin, karena itu ia memberikan pengobatan sepenuhnya tanpa meminta
bayaran sedikitpun. Jika tidak bersama murid dan pasiennya, ia selalu menghabiskan
waktunya untuk menulis dan belajar.(Syarif, ed.1996:33). Mungkin ini yang menyebabkan
penlihatannya berangsur-angsur melemah dan akhirnya ia menjadi buta. Ada yang
mengatakan sebab kebutaanya karena banyak makan buncis (Baqilah).(Syarif, ed.1996:33)
Penyakitnya bermula dari rabun dan akhirnya menjadi buta sama sekali. Ia pun menolak
untuk di obati. Dan mengatakan bahwa pengobatan itu akan sia-sia belaka, karena sebentar
lagi ia akan meninggal dunia. Beberapa hari kemudian ia meninggal dunia pada tanggal 5
Syaban 313 H/ 27 Oktober 925 M.(Syarif, ed.1996:33)

Menurut H.G Wells (sarjana Barat terkenal), para ilmuwan muslim merupakan golongan
pertama yang mengasas ilmu kimia. Jadi tidak heran jika sekiranya mereka telah
mengembangkan ilmu kimia selama sembilan abad bermula dari abad kedelapan masehi.

Ada cerita menarik tentang dirinya. Pada suatu hari seorang dokter datang untuk mengobati
matanya. Sebelum memulai, dokter tersebut ditanya oleh Ar-Razi tentang jumlah jaringan
mata. Seketika itu dokter tersebut gemetar dan diam tidak bisa menjawab, maka Ar-Razi pun
menyela, Barang siapa yang tidak bisa menjawab pertanyaan ini, tidak sepantasnya
memegang peralatan dan memain-mainkannya di mata saya.

Pesan-Pesannya:
Obatilah penyakit pada saat muncul gejala awalnya dengan sesuatu yang tidak
menghilangkan energi pasien. Hal ini disepakati oleh para dokter dan telah terbukti secara
empiris!
Apabila seorang dokter mampu mengobati dengan makanan tanpa obat, maka hal itu sejalan
dengan prinsip kebahagiaan.

Sebaiknya seorang pasien hanya berobat kepada satu orang dokter saja, karena
kemungkinan kelirunya akan lebih kecil.

Umur tidak cukup untuk mengetahui khasiat setiap tumbuhan yang yang ada di muka bumi.
Dari itu pilihlah yang sudah terkenal. Hal inipun telah disepakati oleh para dokter dan
terbukti secara empiris!

Kebenaran dalam kedokteran adalah suatu tujuan yang tidak mungkin dicapai, mengobati
dengan hanya bersandarkan kepada buku tanpa kemahiran seorang ahli adalah tindakan yang
berbahaya.

You might also like