You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemajuan pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berdampak


besar terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan
yang dilaksanakan oleh tenaga profesional, dalam melaksanakan tugasnya dapat
bekerja secara mandiri dan dapat pula bekerja sama dengan profesi lain.

Perawat dituntut untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk


pasien/klien baik secara individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan
memandang manusia secara biopsikososial spiritual yang komperhensif. Sebagai
tenaga yang profesional, dalam melaksanakan tugasnya diperlukan suatu sikap
yang menjamin terlaksananya tugas tersebut dengan baik dan bertanggungjawab
secara moral.

Masalah, merupakan suatu bagian yang tak dapat dipisahkan dari segala
segi kehidupan. Tidak ada satupun benda ataupun subjek hidup yang bersih tanpa
masalah, namun ada yang tersembunyi namun ada juga yang lebih dominan oleh
masalahnya.

Begitupun dalam praktik keperawatan, terdapat beberapa isu yang bisa jadi
merupakan masalah dalam praktik keperawatan kita. Baik merupakan perbuatan
dari pihak yang tidak bertanggung jawab, ataupun segala hal yang terjadi
disebabkan oleh pertimbangan etis.

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap


pada kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu
yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-
hariya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika.
Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian.

1
Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan
prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan
untuk melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk
juga keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin
dalam standar praktek profesional. (Doheny et all, 1982).

Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang


berarti masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk
memberikan pelayanan yang dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya
setiap keputusan dari tindakan keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan
dan dipertanggunggugatkan dan setiap penganbilan keputusan tentunya tidak
hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata tetapi juga dengan
mempertimbangkan etika.

Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan
bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang
dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb
moral.(Nila Ismani, 2001)

Bioetik adalah studi tentang isu etika dalam pelayanan kesehatan (Hudak
& Gallo, 1997). Dalam pelaksanaannya etika keperawatan mengacu pada bioetik
sebagaimana tercantum dalam sumpah janji profesi keperawatan dan kode etik
profesi keperawatan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Isu etik dan legal pada keperawatan kritis


2. Keperawatan gawat darurat ditinjau dari aspek hukum
3. Tujuan keperawatan gawat darurat
4. Pencegahan keperawatan gawat darurat
5. Permasalahan dasar etika keperawatan
6. Permasalahan etika keperawatan saat ini
7. Trend dan issue keperawatan kritis

2
8. Pengertian issue
9. Beberapa issue keperawatan
10. Kecenderungan trend dan isu keperawatan kritis
11. Aspek etik dalam keperawatan kritis
12. Beberapa kasus tipe - tipe etik
13. Isu tentang legal dan etik keperawatan yang berkembang dalam
masyarakat saat ini.
14. Penerapan tanggung jawab dan tanggung gugat

C. TUJUAN

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :

1. Mengetahui isu etik dan legal pada keperawatan kritis


2. Mengetahui keperawatan gawat darurat ditinjau dari aspek hukum
3. Mengetahui tujuan keperawatan gawat darurat
4. Mengetahui pencegahan keperawatan gawat darurat
5. Mengetahui permasalahan dasar etik keperawatan
6. Mengetahui permasalahan etika keperawatan saat ini
7. Mengetahui trend dan issue keperawatan kritis
8. Mengetahui pengertian issue
9. Mengetahui beberapa issue keperawatan
10. Mengetahui kecenderungan trend dan isu keperawatan kritis
11. Mengetahui aspek etik dalam keperawatan kritis
12. Mengetahui beberapa kasus tipe - tipe etik
13. Mengetahui issue tentang legal dan etik keperawatan yang berkembang
dalam masyarakat saat ini.
14. Mengetahui penerapan tanggung jawab dan tanggung gugat

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. ISU ETIK DAN LEGAL PADA KEPERAWATAN KRITIS

Merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang menangani


respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup. Perawat ruang
intensif/kritis harus memberikan pelayanan keperawatan yang mencerminkan
pemahaman akan aspek etika dan legal keperawatan yang mencerminkan
pemahaman akan aspek etika dan legal kesehatan. Perawat ruang kritis harus
bekerja sesuai dengan aturan yang ada (standar rumah sakit/standar pelayanan
maupun asuhan keperawatan). Etik ditujukan untuk mengukur perilaku yang
diharapkan dari manusia sehingga jika manusia tersebut merupakan suatu
kelompok tertentu atau profesi tertentu seperti profesi keperawatan, maka
aturannya merupakan suatu kesepakatan dari kelompok tersebut yang disebut
kode etik.

Status pekerjaan sebagai seorang perawat rumah sakit ataupun bagian dari
staf paramedik tidak membuat perawat bisa menghindari tanggung jawab dan
kewajiban mematuhi hukum dalam setiap tindakan/pelayanan keperawatan yang
dilakukan. Kumpulan hukum/peraturan keperawatan yang telah dikembangkan
dikenal sebagai standar pelayanan keperawatan. Standar pelayanan keperawatan
ditentukan dengan pengambilan keputusan atas tindakan profesional yang paling
tepat dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada.

4
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif,
ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan
keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada
kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.

Gawat darurat (Emergensi) adalah keadaan yang membutuhkan tindakan


segera yang untuk menanggulangi ancaman terhadap jiwa atau anggota badan
yang timbul secara tiba-tiba. Keterlambatan penanganan dapat membahayakan
klien, mengakibatkan terjadinya kecacatan atau mengancam kehidupan.

Penderita gawat darurat adalah penderita yang oleh karena suatu penyebab
(penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan anestesi) yang bila tidak segera ditolong
akan mengalami cacat, kehilangan organ tubuh atau meninggal.

Pada Keperawatan Gawat Darurat diperlukan asuhan keperawatan. Asuhan


keperawatan dilaksanakan menggunakan metodologi pemecahan masalah melalui
pendekatan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi
etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawabnya.

B. KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DITINJAU DARI ASPEK


HUKUM

Pemahaman terhadap aspek hukum dalam Keperawatan Gawat Darurat


bertujuan meningkatkan kualitas penanganan pasien dan menjamin keamanan
serta keselamatan pasien. Aspek hukum menjadi penting karena konsensus
universal menyatakan bahwa pertimbangan aspek legal dan etika.

Permasalahan etik lainnya yang muncul dalam hukum Keperawatan Gawat


Darurat merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum dalam
kegawatdaruratan medik yaitu :

5
a. Diagnosis keadaan gawat darurat
b. Standar Operating Procedure
c. Kualifikasi tenaga medis
d. Hak otonomi pasien : informed consent (dewasa, anak)
e. Kewajiban untuk mencegah cedera atau bahaya pada pasien
f. Kewajiban untuk memberikan kebaikan pada pasien (rasa sakit,
menyelamatkan)
g. Kewajiban untuk merahasiakan (etika >< hukum)
h. Prinsip keadilan dan fairness
i. Kelalaian
j. Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang buruk dan kesalahan
terapi : salah obat, salah dosis
k. Diagnosis kematian
l. Surat Keterangan Kematian
m. Penyidikan medikolegal untuk forensik klinik : kejahatan susila, child
abuse, aborsi dan kerahasiaan informasi pasien

C. TUJUAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

1. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb)


2. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk
memperoleh penanganan yang Iebih memadai.
3. Menanggulangi korban bencana.

D. PENCEGAHAN PERMASALAHAN ETIK

Permasalahan etik dalam keperawatan gawat darurat dapat dicegah dengan :

1. Mematuhi standar operating procedure (SOP)


2. Melakukan pencatatan dengan bebar meliputi mencatat segala tindakan,
mencatat segala instruksi dan mencatat serah terima

Pada pasien dengan kasus-kasus terminal sering ditemui dilema etik,


misalnya kematian batang otak, penyakit terminal misalnya gagal ginjal. Peran

6
perawat dalam keperawatan gawat darurat ini peran perawat sangat diutamakan
yang diantaranya :

a. Fungsi Independen merupakan Fungsi mandiri berkaitan dengan pemberian


asuhan (Care);
b. Fungsi Dependen merupakan Fungsi yang didelegasikan sepenuhnya atau
sebagian dari profesi lain;
c. Fungsi Kolaboratif merupakan Kerjasama saling membantu dalam program
kesehatan (Perawat sebagai anggota Tim Kesehatan).

E. Permasalahan Dasar Etika Keperawatan

Bandman (1990) secara umum menjelaskan bahwa permasalahan etika keperaw


atan pada dasarnya terdiri dari lima jenis, yaitu :

1.Kuantitas Melawan Kuantitas Hidup

Contoh Masalahnya : seorang ibu minta perawat untuk melepas semua selang yan
g dipasang pada anaknya yang berusia 14 tahun, yang telah koma selama 8 hari. D
alam keadaan seperti ini, perawat menghadapi permasalahan tentang posisi apaka
h yang dimilikinya dalam menentukan keputusan secara moral. Sebenarnya peraw
at berada pada posisi permasalahan kuantitas melawan kuantitas hidup, karena kel
uarga pasien menanyakan apakah selang-selang yang dipasang hampir pada semu
a bagian tubuh dapat mempertahankan pasien untuk tetap hidup.

2.Kebebasan Melawan Penanganan dan pencegahan Bahaya.

Contoh masalahnya : seorang pasien berusia lanjut yang menolak untuk mengenak
an sabuk pengaman sewaktu berjalan. Ia ingin berjalan dengan bebas. Pada situasi
ini, perawat pada permasalahan upaya menjaga keselamatan pasien yang bertentan
gan dengan kebebasan pasien.

3.Berkata secara jujur melawan berkata bohong

Contoh masalahnya : seorang perawat yang mendapati teman kerjanya mengguna


kan narkotika. Dalam posisi ini, perawat tersebut berada pada masalah apakah ia a

7
kan mengatakan hal ini secara terbuka atau diam, karena diancam akan dibuka rah
asia yang dimilikinya bila melaporkan hal tersebut pada orang lain.

4.Keinginan terhadap pengetahuan yang bertentangan dengan falsafah agama, pol


itik, ekonomi dan ideologi

Contoh masalahnya : seorang pasien yang memilih penghapusan dosa daripada be


robat kedokter.

5.Terapi ilmiah konvensional melawan terapi tidak ilmiah dan coba-coba

Contoh masalahnya : di Irian Jaya, sebagian masyarakat melakukan tindakan untu


k mengatasi nyeri dengan daun-daun yang sifatnya gatal. Mereka percaya bahwa p
ada daun tersebut terdapat miang yang dapat melekat dan menghilangkan rasa nye
ri bila dipukul-pukulkan dibagian tubuh yang sakit.

F. Permasalahan Etika dalam Praktek Keperawatan Saat Ini

1) Malpraktek

Balck s law dictionary mendefinisikan malpraktek sebagai kesalahan profesio


nal atau kurangnya keterampilan tidak masuk akal "kegagalan atau satu layanan re
nder profesional untuk melatih bahwa tingkat keterampilan dan pembelajaran umu
m diterapkan dalam semua keadaan masyarakat oleh anggota terkemuka rata bijak
sana profesi dengan hasil dari cedera, kerugian atau kerusakan kepada penerima la
yanan tersebut atau mereka yang berhak untuk bergantung pada mereka ".

Bila dilihat dari definisi diatas maka malpraktek dapat terjadi karena tindakan yan
g disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negl
igence), ataupun suatu kekurang-mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasa
n (Sampurno, 2005). Malpraktek dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hany
a dokter, perawat. Profesional perbankan dan akutansi adalah beberapa profesi ya
ng dapat melakukan malpraktek.

2) Neglience (Kelalaian)
8
Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti mal
praktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian.

Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar seh
ingga mengakibatkan cidera/kerugian orang lain (Sampurno, 2005).

Sedangkan menurut amir dan hanafiah (1998) yang dimaksud dengan kelalaian ad
alah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sika
p hati-hati melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang sese
orang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.

Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang seha
rusnya dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-hati). (T
onia, 1994).

Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya dila
kukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindaka
n dibawah standar yang telah ditentukan. Kelalaian praktek keperawatan adalah se
orang perawat tidak mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan k
eperawatan yang lazim dipergunakan dalam merawat pasien atau orang yang terlu
ka menurut ukuran dilingkungan yang sama.

a. Jenis-jenis kelalaian

Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005), sebagai berikut:

1.Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar hukum atau tidak tep
at/layak.

Misal: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang memadai/tepat

2.Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi di


laksanakan dengan tidak tepat.

Misal: melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi prosedur

3.Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan


kewajibannya.

Misal: Pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak dilakukan.
9
Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga keseh
atan dianggap lalai, bila memenuhi empat (4) unsur, yaitu:

1.Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk tid
ak melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi t
ertentu.

2.Dereliction of the duty atau penyimpanagan kewajiban.

3.Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai
kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.

4.Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal ini
harus terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan ker
ugian yang setidaknya menurunkan Proximate cause .

b.Dampak Kelalaian

Kelalaian yang dilakukan oleh perawat akan memberikan dampak yang luas, tidak
saja kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak Rumah Sakit, Individu per
awat pelaku kelalaian dan terhadap profesi. Selain gugatan pidana, juga dapat beru
pa gugatan perdata dalam bentuk ganti rugi. (Sampurna, 2005).

Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa kelalaian merupakan bentu
k dari pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik bersifat pelanggaran aut
onomy, justice, nonmalefence, dan lainnya. (Kozier, 1991) dan penyelesainnya de
ngan menggunakan dilema etik. Sedangkan dari segi hukum pelanggaran ini dapat
ditujukan bagi pelaku baik secara individu dan profesi dan juga institusi penyelen
ggara pelayanan praktek keperawatan, dan bila ini terjadi kelalaian dapat digolon
gan perbuatan pidana dan perdata (pasal 339, 360 dan 361 KUHP).

3)Liability (Liabilitas)

Liabilitas adalah tanggungan yang dimiliki oleh seseorang terhadap setiap tindaka
n atau kegagalan melakukan tindakan. Perawat profesional, seperti halnya tenaga
kesehatan lain mempunyai tanggung jawab terhadap setiap bahaya yang timbulka
n dari kesalahan tindakannya. Tanggungan yang dibebankan perawat dapat berasa

10
l dari kesalahan yang dilakukan oleh perawat baik berupa tindakan kriminal kecer
obohan dan kelalaian.

Seperti telah didefinisikan diatas bahwa kelalaian merupakan kegagalan melakuka


n sesuatu yang oleh orang lain dengan klasifikasi yang sama, seharusnya dapat dil
akukan dalam situasi yang sama, hal ini merupakan masalah hukum yang paling la
zim terjadi dalam keperawatan. Terjadi akibat kegagalan menerapkan pengetahua
n dalam praktek antara lain disebabkan kurang pengetahuan. Dan dampak kelalaia
n ini dapat merugikan pasien.

G.TREND DAN ISU KEPERAWATAN KRITIS

Perkembangan yang pesat di bidang teknologi dan pelayanan kesehatan


cukup berkontribusi dalam mempersingkat waktu perawatan pasien di rumah
sakit.

Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational Performance,


(Rufo, 2011).

Merupakan paradigma baru dalam model pemberian perawatan saat ini


telah bergeser ke arah perbaikan kualitas hidup pasien dan keamanan perawatan
pasien. Tele-health terintegrasi adalah salah satu contohnya.

Dengan menggunakan perangkat mobile dan keahlian dari dokter yang


berpengalaman dapat dihubungkan ke lokasi terpencil, sehingga pemberi asuhan
keperawatan didaerah terpencil sekarang dapat menerima bantuan untuk
manajemen pasien secara langsung melalui metode ini.

Tele-ICU adalah salah satu contoh dari penerapan model teknologi yang
mempercepat pemecahan masalah klinis dan pengambilan keputusan, sehingga
mempercepat pemberian perawatan kritis dan akhirnya meningkatkan hasil yang
diharapkan. Konsep Tele-ICU memberikan manfaat bagi tim perawatan untuk
memperoleh kemudahan dalam pengawasan pasien jarak jauh, tidak untuk
mengendalikan atau mengganggu, tetapi untuk mendukung dan meningkatkan
kualitas perawatan. Saat pasien kritis keluarga, tim ICU dan tele-ICU dapat
11
berbagi pengalaman, berkolaborasi untuk menemukan solusi, dan pemahaman
melalui tele-ICU, serta belajar bagaimana bersama tim dapat meningkatkan
perawatan pasien

Definisi issue
Issue adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang namun
belum jelas faktannya atau buktinya.

Beberapa issue keperawatan pada saat ini :

1. EUTHANASIA
Membunuh bisa dilakukan secara legal. Itulah euthanasia, pembuhuhan legal
yang sampai kini masih jadi kontroversi. Pembunuhan legal ini pun ada beragam
jenisnya.
Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seorang individu secara tidak
menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai bantuan untuk
meringankan penderitaan dari individu yang akan mengakhiri hidupnya.
Ada empat metode euthanasia:

Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar


menginginkan kematian.
Euthanasia non sukarela: ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk
menyetujui karena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental
Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang sekarat
dapat ditanyakan persetujuan,.
Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk
euthanasia.

Euthanasia dapat menjadi aktif atau pasif:

Euthanasia aktif menjabarkan kasus ketika suatu tindakan dilakukan


dengan tujuan untuk menimbulkan kematian

12
Euthanasia pasif menjabarkan kasus ketika kematian diakibatkan oleh
penghentian tindakan medis.

2. ABORSI
Aborsi berasal dari bahasa latin abortus yaitu berhentinya kehamilan sebelum
usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.
Aborsi yaitu tindakan pemusnahan yang melanggar hukum , menyebabkan
lahir prematur fetus manusia sebelum masa lahir secara alami.
Aborsi telah dilakukan oleh manusia selama berabad-abad, tetapi selama itu
belum ada undang-undang yang mengatur mengenai tindakan aborsi.

Negara-negara yang mengadakan perubahan dalam hukum abortus pada


umumnya mengemukakan salah satu alasan/tujuan seperti yang tersebut di bawah
ini:
1. Untuk memberikan perlindungan hukum pada para medisi yang melakukan
abortus atas indikasi medik.
2. Untuk mencegah atau mengurangi terjadinya abortus provocatus criminalis.
3. Untuk mengendalikan laju pertambahan penduduk.
4. Untuk melindungi hal wanita dalam menentukan sendiri nasib
kandungannnya.
5. Untuk memenuhi desakan masyarakat.

3. CONFIDENTIALITY
Yang dimaksud confidentiality adalah menjaga privasi atau rahasia klien,
segala sesuatu mengenai klien boleh diketahui jika digunakan untuk pengobatan
klien atau mendapat izin dari klien. Sebagai perawat kita hendaknya menjaga
rahasia pasien itu tanpa memberitahukanya kepada orang lain maupun perawat
lain.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan
privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait
isu ini yang secara fundamental mesti dilakuakan dalam merawat pasien adalah:

13
a. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang
diberikan harus tetap terjaga
b. Individu yang menyalahgunakan kerahsiaan, keamanan, peraturan dan
informasi dapat dikenakan hukuman/ legal aspek
4. INFORMED CONSENT
Tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat informasi yang
cukup untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan.
Informed consent juga berarti mengambil keputusan bersama. Hak pasien untuk
menentukan nasibnya dapat terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah
menerima semua informasi yang ia perlukan sehingga ia dapat mengambil
keputusan yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila informasi yang diberikan
dapat menyebabkan guncangan psikis pada pasien.
Dokter harus menyadari bahwa informed consent memiliki dasar moral dan
etik yang kuat. Menurut American College of Physicians Ethics Manual, pasien
harus mendapat informasi dan mengerti tentang kondisinya sebelum mengambil
keputusan. Berbeda dengan teori terdahulu yang memandang tidak adanya
informed consent menurut hukum penganiayaan, kini hal ini dianggap sebagai
kelalaian. Informasi yang diberikan harus lengkap, tidak hanya berupa jawaban
atas pertanyaan pasien.

Kecenderungan trend dan isu keperawatan kritis

Perkembangan yang pesat di bidang teknologi dan pelayanan kesehatan


cukup berkontribusi dalam membuat orang tidak lagi dirawat dalam jangka waktu
lama di rumah sakit. Pasien yang berada di unit perawatan kritis dikatakan lebih
sakit dibanding sebelumnya. Sekarang ini banyak pasien yang dirawat di unit
kritis untuk waktu 5 tahun sudah dapat menjalani rawat jalan di rumah masing-
masing. Pasien unit kritis yang ada sekarang ini tidak mungkin bertahan hidup di
masa lalu dikarenakan buruknya sistem perawatan kritis yang ada. Sudah
direncanakan di beberapa rumah sakit akan adanya unit kritis yang lebih besar dan
kemungkinan mendapatkan pelayanan perawatan kritis di rumah atau tempat-
tempat alternatif lainnya. Perawat kritis harus tetap memantau informasi terbaru
dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki untuk mengelola metode dan
14
teknologi perawatan terbaru. Seiring dengan perkembangan perawatan yang
dilakukan pada pasien semakin kompleks dan banyaknya metode ataupun
teknologi perawatan baru yang diperkenalkan, perawat kritis dipandang perlu
untuk selalu meningkatkan pengetahuannya.

2. ASPEK ETIK DALAM KEPERAWATAN KRITIS

Ethics berasal dari bahasa yunani etos yang berarti adat, kebiasaan,
perilaku atau karakter
Etika keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan
menuntun perawat dalam praktek sehari-hari (Fry, 1994)
1. Jujur terhadap pasien
2. Menghargai pasien
3. Beradvokasi atas nama pasien
Aspek advokasi dibagi menjadi 3 model yaitu:
Right protection Model
merupakan peran perawat dalam menjaga hak pasien selama
mendapatkan perawatan
Value Based Decision Model
merupakan peran perawat dalam memberikan informasi pada
pasien dalam proses pengambilan keputusan
Respect for Persons Model
merupakan peran perawat dalam menjaga kehormatan dan privasi
pasien dalam proses keperawatan (Jaya Kuruvilla,Essentials of Critical
Care Nursing,2007: 9)

15
Contoh kasus tipe tipe etik:

a. Bioetik

Bioetik adalah studi filosofi yang mempelajari tentang kontrofersi dalam


etik menyangkut masalah biologi dan pengobatan.

Contoh kasus :

Tn.A (32tahun)dan Ny.B(28 tahun) belum memiliki keturunan,dalam usia


pernikahan 5 tahun.Klien memutuskan untuk memiliki bayi tabung.Namun
nyonya B menginginkan sel sperma tidak diambil dari sperma Tn.A melainkan
diambil dari pria X dengan alasan pribadi dan tidak diungkapkan pada tim
medis.Semua pihak klien (Tn.A,Ny.B,dan pria X)menyetujui hal ini.Klien berjanji
membayar lebih agar keputusan klien disetujui dan dirahasiakan oleh pihak
Rumah Sakit.

Penyelesaian:

Perawat harus bersifat profesionaldalam hal ini perlu ada perlindungan


hukum terhadap kegiatan perawat atau medis yang dilakukan.Sebagaimana
diketahui praktik bayi tabung tidak dibenarkan dinegara kita apabila sel ovum
dan sel sperma tidak diambil dari bukan pasangan suami istri.maka dalam kasus
ini perawat menolak permintaan klien sebagai bentuk bertanggung jawab
terhadap komitmen profesi.

b. Clinical ethics/etik klinik

Adalah bagian dari bioetik yang memperhatikan pada masalah etik selama
pemberian pelayanan pada klien.

16
Contoh kasus :

Ibu A bekerja sebagai pemulung yang berumur 36 tahun dalam keadaan


hamil datang ke RS. Dia mengalami pendarahan yang menyebabkan janin di
dalam rahimnya harus segera dilahirkan melalui jalan operasi. Apabila tidak
segera dilakukan operasi akibatnya akan mengancam nyawa ibu dan bayi. Suami
ibu A menolak untuk tidak dilakukan operasi, walaupun perawat telah
menjelaskan kepada klien dampak-dampak yang akan terjadi.

Penyelesaian :

Sebagai bentuk menghormati keputusan yang diambil keluarga klien,


perawat mengambil keputusan mengeluarkan informed consents (surat yang
melibatkan klien berpartisipasi membuat keputusan berhubungan dengan aspek
klien) yang bertujuan agar tidak terjadi penyalahan pada pihak medis oleh pihak
klien atas keputusan yang diambil.

c. nursing ethics/etik keperawatan

Adalah bagian dari bioetik yang merupakan studi formal tentang isu etik
dan dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk
mendapatkan keputusan etik.

Contoh kasus :

Seorang klien (Tn.D 23 tahun)pasien dengan fracture pada kaki selalu


menuntut tindakan keperawatan anda dalam berbagai hal meskipun masih bisa
dilakukan sendiri oleh klien seperti minta disuapi saat makan,minum obat dan

17
minum.dalam kasus ini perawat harus tetap melakukan yang terbaik untuk klien
bukan berarti membantu setiap kegiatan klien.

Penyelesaian :

Dalam hal ini perawat harus bersikap tegas dalam memandirikan


klien.Perawat sebaiknya melakukan konfrontasi agar klien bisa bersikap lebih
mandiri.

3. ISU TENTANG LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN YANG


BERKEMBANG DALAM MASYARAKAT SAAT INI.

Contoh Kasusnya :

Kelalaian dalam tindakan keperawatan , dimana tidak terpenuhi nya hak


hak Klien, seperti hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan yang maksimal
dan bermutu. Kasus yang biasa terjadi adalah kesalahan pemberian obat, hal ini
dikarenakan begitu banyaknya jumlah obat yang beredar metode pemberian yang
bervariasi. Kelalaian yang sering terjadi, diantaranya kegagalan membaca label
obat, kesalahan menghitung dosis obat, obat diberikan kepada pasien yang tidak
tepat, kesalahan mempersiapkan konsentrasi, atau kesalahan rute
pemberian.Beberapa kesalahan tersebut akan menimbulkan akibat yang fatal,
bahkan menimbulkan kematian, dan sudah menjadi kepercayaan masyarakat,
kesalahan pemberian obat seperti ini akan menjadi rahasia oleh perawat
perawat lain, demi menjaga hubungan Kesejawatan antara anggota Profesi serta
menjaga nama baik instansi pelayanan kesehatan terkait.

Dalam contoh diatas, maka ditinjau dari beberapa komponen isu etik dan
Legal keperawatan, berdasarkan :

a. Standar Profesi : Perawat tidak lagi berdisiplin terhadap ilmu yang diperoleh,
tidak berkomitmen pada profesi, dan tidak bekerja sesuai standar profesi.

18
b. Implikasi Komitmen Keperawatan : Perawat tidak melaksanakan kewajiban
profesi keperawatan dan melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan
Nuraninya.
c. Advokasi : Perawat tidak membela atau mendukung hak hak pasien.
d. Kesejawatan : Terjadi Interaksi antar sejawat dalam tindakan non terapeutik
terhadap klien, timbul hubungan tidak sehat dalam tindakan profesi
keperawatan ( Medis) dan masyarakat.
e. Hubungan Perawat - Klien : Meningkatnya kesadaran akan hakl hak nya,
masyarakat (klien) bisa saja menempuh jalur hukum untuk membela haknya.

contoh 1 tentang kejadian masalah legal keperawatan

Pasien usia lanjut mengalami disorientasi pada saat berada di ruang


perawatan. Perawat tidak membuat rencana keperawatan guna memantau dan
mempertahankan keamanan pasien dengan memasang penghalang tempat
tidur.sebagai akibat disorientasi,pasien kemudian terjatuh dari tempat tidur pada
waktu malam hari dan pasien mengalami patah tulang tungkai.

Penyelesaian :

Kasus tersebut melanggar pasal 54 ayat 1 dan ayat2 Uu No 23 th 1992


mengenai kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan standar profesi yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Sebaiknya yang dilakukan oleh perawat adalah perawat membuat rencana


keperawatan guna memantau dan mempertahankan kaemanan pasien dengan
melihat kondisi pasien yang lanjut usia tersebut. Dengan cara, memberikan atau
memasangkan penghalang tempat tidur agar pada saat tidur pasien tidak jatuh dan
mengalami cedera. Berilah kasih saying kepada pasien sebagaimana mengasihi
diri sendiri, sehingga menjaganya dengan sebaik mungkin.

contoh 2 tentang kejadian masalah legal keperawatan

19
Pada pasien pasca bedah disarankanuntuk melakukan ambulasi.Perawat
secara drastis menganjurkan pasien melakukan mobilisasi berjalan,padahal
disaat itu pasien mengalami demam,denyut nadi cepat ,dan mengeluh nyeri
abdomen.Perawat melakukan ambulasi pada pasien sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah dibuat tanpa mengkaji terlebih dahulu kondisi pasien
.Pasien kemudian bangun dan berjalan,pasien mengeluh pusing dan jatuh
sehingga mengalami trauma kepala.

Penyelesaian :

Kasus tersebut melanggar pasal 53 ayat 2 dan pasal 54 ayat 1 dan 2 UU no 23


tahun 1992.

Sebaiknya perawat melihat dan memahami keadaan pasien, dimana pasien


memerlukan istirahat setelah pembedahan yang telah dilakukan. Selain itu juga,
seharusnya sebelum melakukan latihan perawat seharusnya memeriksa keadaan
pasien apakah pasien siap untuk menjalani latihan . Perawat juga harus melihat
kondisi pasien sebelum membuat rencana keperawatan.

contoh 3 tentang kejadian masalah legal keperawatan

Seorang pasien yang menderita HIV tidak mengetahui penyakit yang


dideritainya karena tenaga kesehatan tidak memberikan kejelasan penyakit yang
dideritanya. Bahkan setelah pasien menikah dengan pasangannya,pasien juga
belum tahu penyakit yang di deritanya. lalu tanpa sepengetahuan pasien,tenaga
medis mencantumkan foto pasien pada sebuah media massa yang bertuliskan
perkawinan seorang pengidap HIV yangmana foto tersebut adalah pasien yang
menderita HIV tersebut, sehingga dia dikucilkan oleh masyarakat.

Penyelesaian :

Sebaiknya perawat atau tenaga medis memberitahukan keadaan yang


sebenarnya yang terjadi pada pasien. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman pada
diri pasien yang mempengaruhi kehidupannya. Seharusnya pasien juga menjaga

20
kerahasiaan yang terjadi pada pasien, dan menghormati haknya dalam
menentukan kehidupannya.

H. Penerapan Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat

1.Tanggung Jawab

Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah timbu


lnya penyakit, memelihara kesehatan, dan mengurangi penderitaan.

a). Tanggung jawab perawat terhadap masyarakat kelurga dan penderita

1. Perawat dalam rangka pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada t


anggung jawab yang pangkal tolaknya bersumber dari adanya kebutuhan
akan perawat untuk orang seorang, keluarga dan masyarakat.

2. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya dalam bidang perawat se


nantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghomati nilai-nilai bud
aya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari orang seorang, k
eluarga atau penderita, keluarganya dan masyarakat.

b). Tanggung jawab perawat tehadap tugas

1. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang


tinggi disetai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahua
n serta keterampilan perawatan sesuai dengan kebutuhan orang seo
rang atau penderita, keluarga dan masyarakat.

2. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehu


bungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya.

3. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan ketermpilan per


awatan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kema
nusiaan.

4. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa ber


usaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimb

21
angan kebangsaan, kesukuan, keagamaan, warna kulit, umur, jenis
kelamin, aliran politik yang dianut serta kedudukan sosial.

5. Perawat senantiasa mengutamakan perlindunagan-perlindungan da


n keselamatan penderita dalam melaksanakan tugas keperawatan, s
erta dengan matang mempetimbangkan kemampuan jika menerima
dan mengalihtugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya den
gan perawatan.

c). Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesional kesehatan l
ain

1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesame pera


wat dengan tenaga kesehatan lainnya baik dalam memelihara keser
asian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pel
ayanan kesehatan secara keseluruhan.

2. Perawat senantiasa menyebar luaskan pengetahuan, keterampilan d


an pengalamanya kepada sesama perawat serta menerima pengetah
uan dan pengalamanya kepada sesama perawat serta menerima pen
getahuan dan pengalaman dari profesi bidang perawatan.

d). Tanggung jawab perawat terhadap profesi perawatan

1. Perawat selalu berusaha meningkatkan pengetahuan profesional


secara sendiri-sendiri dan atau bersama-bersama dengan jalan men
ambah ilmu pengetahuan,keterapilan dan pengalam yang bermanfa
at bagi pengembangan perawatan.

2. Perawat selalu menjunjung tinggi nama baik profesi perawatan d


engan menunjukkan peri/tingka laku dan sifat-sifat pribadi yang tin
ggi.

3. Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pen


didikan dan pelanyanan perawat an serta menerapkanya dalam kegi
atan-kegiatan pelayanan danpendidikan perawatan.

22
4. Perawatan secara bersama-sama membina dan memelihara mutu
organisasi profesi perawatan sebagai sarana pengabdian.

e). Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah,banggsa dan tanah air

1. Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan seba


gai kebijaksanaan yang di gariskan oleh perintah dalam bid
ang kesehatan dan perawatan.

2. Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumba


ngkan pikiran kepada pemerintah dalam rangka meningkatk
an pelayanan kesehatan dan perawatan kepada masyarakat.

2.Tanggung Gugat

Tanggung gugat yaitu sebagai konsekuensi apabila seeorang melakukan kesalahan


/kelalaian dalam melaksanakan tanggung jawab tidak sesuai dengan aturan aturan
dalam perundang undangan yang telah ditetapkan.

Peran tinggi perawat dalam pelayanan kesehatan ada tanggung jawab dan tanggun
g gugat terhadap pelayanan yang dilakukan , yaitu :

a.Perawat bertanggung jawab dan tanggung gugat terhadap setiap tindakan dan pe
ngambilan keputusan keperawatan

b.Perawat mempertahankan kompetensinya dalam melaksanakan pelayanan keper


awatan .

c.Perawat melatih diri dalam menetapkan informasi dan menggunakan kompetensi


individunya serta kualifikasi kriteria untuk menerima konsultasi tanggung jawab d
an memberikan delegasi tindakan keperawatan kepada tenaga lain.

d.Perawat berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang terkait dengan pengembangan


ketentuan dari profesi keperawatan

e.Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi untuk melaksanakan dan meningkatk


an stndar profesi.

Masalah masalah yang timbul dalam praktik keperawatan terkait dengan tanggung
jawab dan tanggung gugat. isu bioetis,yang terkait dengan praktik keperawatan ya
23
ng berhubungan sesama perawat dan profesi lain .isu etis ini muncul hampir terjad
i disemua bidang keperawatan

Tanggung Gugat dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membu
at suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-konsekunsinya.
Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggu
gat ia menyatakan siap dan berani menghadapinya. Terutama yang berkaitan deng
an kegiatan-kegiatan profesinya. Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiata
n atau tindakan yang dilakukannya. Hal ini bisa dijelaskan dengan mengajukan tig
a pertanyaan berikut :

a.Kepada siap tanggung gugat itu ditujukan ?

b.Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat ?

c.Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya ?

BAB III

PENUTUP

B. KESIMPULAN

24
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang
melibatkan interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut
penentuan antara mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan
kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan
menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi
permasalah klien.

Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut dapat
mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak
bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang
tepat diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman
dan mutu asuhan keperawatan dapat dipertahankan.

C. SARAN

Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara


mandiri atau secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan
untuk menyelesaikan suatu dilema etik.

DAFTAR PUSTAKA

25
Dossey, B. M., Cathie E.G., Cornelia V. K. (1992). Critical care nursing: body-
mind- spirit. (3rd ed.). Philadelphia: J. B. Lippincott Company.

Emergency Nurses Association. (2000). Emergency Nursing Core Curriculum.


(5th ed.).

Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Sale, Mary L., Marilyn L.L., Jeanette C.H. ( ). Introduction to critical care
nursing. (3rd ed.). Philadelphia: W. B. Saunders Company.

Sampurno, B. (2005). Malpraktek dalam pelayanan kedokteran. Materi seminar


tidak dite
UU Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, http://www.dikt
i.go.id/files/atur/sehat/UU-44-2009RumahSakit.pdf diunduh 28/11/2012
UU Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, http://www.dikti.g
o.id/files/atur/sehat/UU-36-2009Kesehatan.pdf diunduh 28/11/2012

26

You might also like