Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Dicky Maulana Lazuardi
G99161034
Pembimbing :
dr. Trilastiti Widowati, Sp.KFR
I. ANAMNESA
A. Identitas Pasien
Nama : An. S
Umur : 15 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Karanganyar
Status : Belum Menikah
Tanggal Masuk : 2 Oktober 2017
Tanggal Pemeriksaan : 11 Oktober 2017
No RM : 01-39-41-XX
B. Keluhan Utama
Penurunan kesadaran setelah bertabrakan dengan pengendara motor lain
F. Riwayat Kebiasaan
Merokok : disangkal
Olahraga : jarang
Minum Alkohol : disangkal
G. Riwayat Gizi
Pasien biasa makan dengan nasi sayur dan lauk pauk 3x sehari. Selama
sakit nafsu makan pasien menurun.
H. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang pelajar SMP, tinggal bersama ayah dan ibunya.
Pasien membayar biaya rumah sakit dengan fasilitas BPJS PBI.
B. Tanda Vital
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/ menit, isi cukup, irama teratur
Respirasi : 22 x/ menit, irama teratur
Suhu : 36,7 0C per aksiler
Berat Badan : 40 kg
Tinggi Badan : 155 cm
IMT : 16.64 kg/m2 Kesan normoweight
C. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-),venektasi (-), spider
naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-)
D. Kepala
Bentuk mesochepal, kedudukan kepala simetris, vulnus excoriasi (+) di
regio mandibula temporal dan palpebra superior, rambut hitam, tidak
mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot (-)
E. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-
), strabismus (-/-)
F. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-), sekret (-)
G. Telinga
Deformitas (-), darah (-), sekret (-)
H. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), Oral drolling (-), lidah tremor (-), stomatitis (-
), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-)
I. Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (-), benjolan (-)
J. Thoraks
1. Retraksi (-), simetris
2. Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-)
3. Paru
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-)
K. Ekstremitas
Inspeksi : Simetris, shoulder tilt (-), skoliosis (-), edema (-),
inflamasi (-), deformitas (-), wasting muscle (-)
Palpasi : Suhu normal, nyeri gerak (-), nyeri tekan (-),
deformitas (-)
Perkusi : Nyeri ketok kostovertebra (-)
L. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar daripada dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+) normal 16x/ menit
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan, hepar lien tidak teraba
M. Ekstremitas
Oedem Akral dingin
Tangan Tangan Tangan Tangan
kanan (-) kiri (-) kanan (-) kiri (-)
Tungkai Tungkai Tungkai Tungkai
kanan (-) kiri (-) kanan (-) kiri (-)
N. Status Psikiatri
1. Deskripsi Umum
Penampilan : Wanita, tampak sesuai usia, perawatan cukup
Kesadaran : kuantitatif compos mentis, kualitatif tidak berubah
2. Psikomotor : normoaktif
3. Gangguan Persepsi
Halusinasi : (-)
Ilusi : (-)
4. Proses Pikir
Bentuk : realistik
Isi : waham (-)
Arus : koheren
5. Sensorium dan Kognitif
Konsentrasi : baik
Orientasi (O/W/T) : baik
Daya ingat : baik
6. Daya Nilai : daya nilai realita dan sosial baik
O. Status Neurologis
1. Kesadaran : GCS E4V5M6
2. Fungsi luhur : dalam batas normal
3. Fungsi vegetatif : dalam batas normal
4. Fungsi sensorik
a. Eksteroeptik : dalam batas normal
b. Propioseptik : dalam batas normal
5. Nervi craniales
a. N. I : fungsi penghidu dalam batas normal
b. N. II : reflek cahaya (+/+), pupil isokor (3mm/3mm)
c. N. III, IV, VI : gerak bola mata dalam batas normal, ptosis (-/-)
d. N. V : reflex kornea (+/+), parese (-/-)
e. N. VII : parese (-/-), simetris
f. N. VIII : Schwabach normal, weber lateralisasi (-)
g. N. IX, X : gag reflex (+/+), fungsi menelan baik
h. N. XI : m. sternocleudomastoideus dan m. trapezius
dalam batas normal
i. N. XII : Deviasi lidah (-)
6. Reflek Fisiologis
Dekstra Sinistra
Biceps +2 +2
Triceps +2 +2
Patella +2 +2
Achilles +2 +2
7. Reflek Patologis
Dekstra Sinistra
Hoffman-Trommer - -
Babinsky - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
8. Tanda Meningeal
Laseque (-/-)
Patrick (-/-)
Contra patrick (-/-)
10. Fungsi motorik Manual Muscle Test (MMT)
NECK MMT
Fleksor M. Sternocleidomastoideum 5
Ekstensor M. Sternocleidomastoideum 5
TRUNK MMT
Fleksor M. Rectus Abdominis 5
Thoracic group 5
Ektensor
Lumbal group 5
Rotator M. Obliquus Eksternus 5
Abdominis
Pelvic Elevation M. Quadratus Lumbaris 5
Dekstra Sinistra
Ektremitas Superior
MMT MMT
M. Deltoideus anterior 5 5
Fleksor
M. Bisepss anterior 5 5
M. Deltoideus 5 5
Ekstensor
M. Teres Mayor 5 5
M. Deltoideus 5 5
Abduktor
M. Biseps 5 5
Shoulder
M. Latissimus dorsi 5 5
Adduktor
M. Pectoralis mayor 5 5
Internal M. Latissimus dorsi 5 5
Rotasi M. Pectoralis mayor 5 5
Eksternal M. Teres mayor 5 5
Rotasi M. Infra supinatus 5 5
M. Biseps 5 5
Fleksor
M. Brachilais 5 5
Elbow Eksternsor M. Triseps 5 5
Supinator M. Supinatus 5 5
Pronator M. Pronator teres 5 5
Fleksor M. Fleksor carpi radialis 5 5
Ekstensor M. Ekstensor digitorum 5 5
Wrist
Abduktor M. Ekstensor carpi radialis 5 5
Adduktor M. Ekstensor carpi ulnaris 5 5
Fleksor M. Fleksor digitorum 5 5
Finger
Ekstensor M. Ekstensor digitorum 5 5
Grooming
0 = membutuhkan bantuan untuk perawatan diri 5
5 = independen dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan bercukur
Dressing
0 = dependen 10
5 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan sebagian pekerjaan
sendiri
10 = independen (termasuk mengancingkan resleting, menalikan pita,
dll.
Bowel
0 = inkontinensia (atau membutuhkan enema) 10
5 = occasional accident
10 = kontinensia
Bladder
0 = inkontinensia atau memakai kateter dan tidak mampu menangani 10
sendiri
5 = occasional accident
10 = kontinensia
Toilet use
0 = dependen 5
5 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan beberapa hal sendiri
10 = independen (on and off, dressing)
Transfer
0 = unable, tidak ada keseimbangan duduk 10
5 = butuh bantuan besar (satu atau dua orang, fisik), dapat duduk
10 = bantuan kecil (verbal atau fisik)
15 = independen
Mobility
0 = immobile atau < 50 yard 15
5 = wheelchair independen, > 50 yard
10 = berjalan dengan bantuan satu orang (verbal atau fisik) > 50 yard
15 = independen (tapi dapat menggunakan alat bantu apapun, tongkat) >
50 yard
Stairs
0 = unable 5
5 = membutuhkan bantuan (verbal, fisik, alat bantu)
10 = independen
Total (0-100) 85
Interpretasi hasil:
0-20 : ketergantungan total
21-61 : ketergantungan berat
62-90 : ketergantungan sedang
91-99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri
Status Ambulasi : ketergantungan sedang
Kesimpulan :
- Cor dan pulmo tak ada kelainan
- Tak tampak fraktur maupun dislokasi
2. MSCT kepala dengan reformat tanpa kontras 2 Oktober 2017
Kesimpulan :
- Hematosinus maksilaris dan etmoidalis kanan
- Edema Cerebri
3.MSCT whole abdomen dengan kontras 9 September 2017
Kesimpulan:
- Lesi hipodens pada cavum uteri curiga hematoma
- Perdarahan pada Cavum Pelvis
- Hepar/GB/Lien/Pankreas/Ren Bilateral tak tampak kelainan
4.Pelvis AP 2 Oktober 2017
Kesimpulan:
- Tak tampak fraktur pada regio pelvis
V. DAFTAR MASALAH
Masalah medis : Cedera otak sedang, hematuria
Problem Rehabilitasi Medik :
a) Fisioterapi : Hemiparese dextra tipe spastik
b) Okupasi terapi : Tidak ada gangguan
c) Terapi wicara : Tidak ada gangguan
d) Sosio-medik : Tidak ada gangguan
e) Orthesa-prothesa : Keterbatasan ambulasi sedang
f) Psikologi : tidak ada gangguan
VI. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Rehabilitasi Medik
- Fisioterapi : - Mobilisasi bertahap bila keadaan umum membaik
General ROM exercise
Terapi Wicara :-
Occupational terapi :-
Sosiomedik :
Edukasi terhadap keluarga pasien mengenai
bagaimana perawatan pasien dan pentingnya peran
keluarga dalam pengawasan dan membantu pasien
untuk melakukan latihan rehabilitasi di rumah.
Orthesa-Prothesa : -
Psikologi :-
2. Terapi Medikamentosa
- Diet nasi tim 1300 kkal dan susu 2x200 ml
- IVFD D5 NS 45 ml/jam
- Cefixime per oral 100 mg/12 jam
- Inj.ranitidin
- Inj.metamizol
- Paracetamol per oral 500 mg/24 jam
VIII. PLANNING
1. Planning diagnostik : KU/VS/SpO2/BC per 8 jam
2. Planning terapi : Fisioterapi
3. Planning edukasi :
1. Penjelasan penyakit dan komplikasi yang bisa
terjadi
IX. TUJUAN
A. Jangka Pendek
1. Perbaikan keadaan umum
2. Memelihara ROM
3. Mencegah terjadinya komplikasi akibat tirah baring seperti ulkus dekubitus,
atrofi otot, hipotensi ortostatik dan lain lain.
B. Jangka Panjang
1. Meningkatkan mobilitas anggota gerak pasien
2. Mengembalikan fungsi optimal anggota gerak pasien seperti semula
3. Mengoptimalkan fungsi aktivitas kehidupan sehari-hari
X. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Cedera Otak
A. Definisi
Cedera otak adalah suatu proses patologi pada otak yang bukan
bersifat degeneratif ataupun kongenital, melainkan karena faktor benturan
mekanis secara langsung pada kepala dengan momentum yang cukup besar
untuk menimbulkan kerusakan jaringan otak.5
Pada umumnya cedera otak diikuti dengan jejas pasa kepala (kulit
kepala/SCALP, os cranium, tulang-tulang wajah, nervus cranialis dan lain
sebagainya). Namun tidak semua jejas pada kepala menyebabkan cedera
otak (misalnya luka sayatan di kepala), dan tidak harus ada jejas kepala
untuk menyebabkan cedera otak (misalnya jatuh terduduk dari ketinggian
tanpa ada perlukaan di kepala).1
B. Etiologi
Menurut Mutaqin (2008), penyebab cedera otak terdiri dari benturan
mekanis dari:
1) Kecelakaan lalu lintas
2) Jatuh dari ketinggian
3) Olah raga (terkena pukulan pada olahraga tinju, benturan dengan pemain
lawan pada olahraga sepak bola, dan lain sebagainya)
4) Rekreasi (parachute jumping, bungee jumping, dan lain sebagainya)
5) Luka tembak
6) Kriminalitas
7) Child abuse
C. Patologi Stroke
1) Infark
Stroke infark terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak. Aliran
darah ke otak normalnya adalah 58 mL/100 gram jaringan otak per
menit; jika turun hingga 18 mL/100 gram jaringan otak per menit,
aktivitas listrik neuron akan terhenti meskipun struktur sel masih baik,
sehingga gejala klinis masih reversibel. Jika aliran darah ke otak turun
sampai <10 mL/100 gram jaringan otak per menit, akan terjadi
rangkaian perubahan biokimiawi sel dan membran yang ireversibel
membentuk daerah infark.3
2) Perdarahan Intraserebral
Kira-kira 10% stroke disebabkan oleh perdarahan intraserebral.
Hipertensi, khususnya yang tidak terkontrol, merupakan penyebab
utama. Penyebab lain adalah pecahnya aneurisma, malformasi
arterivena, angioma kavernosa, alkoholisme, diskrasia darah, terapi
antikoagulan, dan angiopati amiloid.3
3) Perdarahan Subaraknoid
Sebagian besar kasus disebabkan oleh pecahnya aneurisma pada
percabangan arteri-arteri besar. Penyebab lain adalah malformasi
arterivena atau tumor.3
1) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Foto Polos Kepala
Indikasi pemeriksaan foto polos kepala:
1. Kehilangan kesadaran, amnesia
2. Nyeri kepala menetap
3. Gejala neurologis fokal
4. Jejas pada kulit kepala
5. Kecurigaan luka tembus
6. Keluar cairan cerebrospinal atau darah dari hidung atau telinga
7. Deformitas tulang kepala, yang terlihat atau teraba
8. Kesulitan dalam penilaian klinis : mabuk, intoksikasi obat, epilepsi,
anak
9. Pasien dengan GCS 15, tanpa keluhan dan gejala tetapi mempunyai
resiko : benturan langsung atau jatuh pada permukaan yang keras,
pasien usia > 50 tahun.
Pemeriksaan CT Scan
Indikasi pemeriksaan CT kepala pada pasien cedera kepala :
1. GCS< 13 setelah resusitasi.
2. Deteorisasi neurologis : penurunan GCS 2 poin atau lebih,
hemiparesis, kejang.
3. Nyeri kepala, muntah yang menetap
4. Terdapat tanda fokal neurologis
5. Terdapat tanda Fraktur, atau kecurigaan fraktur
6. Trauma tembus, atau kecurigaan trauma tembus
7. Evaluasi pasca operasi
8. pasien multitrauma ( trauma signifikan lebih dari 1 organ )
9. Indikasi sosial
Kriteria Masuk Rumah Sakit
Pasien cedera kepala akan dirawat di rumah sakit dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Kebingungan atau riwayat pingsan / penurunan kesadaran
2. Keluhan dan gejala neurologik, termasuk nyeri kepala menetap dan muntah
3. Kesulitan dalam penilaian klinis, misalnya pada alkohol, epilepsi
4. Kondisi medik lain : gangguan koagulasi, diabetes mellitus
5. Fraktur tengkorak
6. CT scan abnormal
7. Tak ada yang dapat bertanggung jawab untuk observasi di luar rumah sakit
8. Umur pasien diatas 50 tahun
9. Anak-anak
10. Indikasi sosial
F. Algoritma Penatalaksanaan
G. Rehabilitasi Medik
Rehabilitasi merupakan bagian penting dalam proses pemulihan
stroke. Tujuan rehabilitasi ini adalah untuk menolong penderita cedera otak
untuk memperoleh kembali apa yang mungkin dapat dipertahankan untuk
memaksimalkan fungsi tubuh pada penderita cedera otak. 2
Rehabilitasi penderita cedera otak paling baik dikerjakan di rumah
sakit pada fase akut dan pusat rehabilitasi pada fase lanjut. Pada fase akut
penderita stroke dirawat di bangsal bedah, sedangkan pada fase lanjut dilatih
di Instalasi Rehabilitasi Medik. Tujuan program rehabilitasi adalah :
1) Mencegah komplikasi imobilisasi lama seperti kontraktur,
ulkus dekubitus, pneumonia, komplikasi kandung kencing selama fase
akut.
2) Mengajari kembali kemampuan melakukan aktifitas hidup sehari-
hari seperti makan, berpakaian, merawat diri, cebok, mandi.
3) Melatih kembali ambulasi atau berjalan.
4) Membantu penderita kembali berintegrasi dengan lingkungannya.
Upaya rehabilitasi terhadap penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas
perlu ditangani melalui rehabilitasi secara fisik, rehabilitasi psikologis dan sosial.
1. Rehabilitasi Fisik
a. Fisioterapi dan latihan peregangan untuk otot yang masih aktif pada
lengan atas dan bawah tubuh.
b. Perlengkapan splint dan kaliper
c. Transplantasi tendon
2. Rehabilitasi Psikologis
Pertama-tama dimulai agar pasien segera menerima ketidakmampuannya
dan memotivasi kembali keinginan dan rencana masa depannya.
Ancaman kerusakan atas kepercayaan diri dan harga diri datang dari
ketidakpastian financial, sosial serta seksual yang semuanya memerlukan
semangat hidup.
3. Rehabilitasi Sosial
a. Merancang rumah untuk memudahkan pasien dengan kursi roda,
perubahan paling sederhana adalah pada kamar mandi dan dapur sehingga
penderita tidak ketergantungan terhadap bantuan orang lain.
b. Membawa penderita ke tempat keramaian bila keadaan umum telah pulih
(bersosialisasi dengan masyarakat).
Daftar Pustaka