You are on page 1of 33

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

PENCEMARAN LINGKUNGAN

PENGUKURAN TINGKAT PENCEMARAN SUARA DI JALAN RAYA


PUSAT KOTA PONTIANAK KALIMANTAN BARAT

Disusun oleh:
Iliana (H1041151005)

Dosen Pengampu
Diah Wulandari Rousdy, S.Si, M.Sc
Tri Rima Setyawati S.Si, M.Si
Riyandi, S.Si, M.si

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transportasi merupakan suatu pergerakan/perpindahan baik orang maupun barang
dari suatu tempat asal ke suatu tujuan. Dalam perpindahan atau pergerakan tersebut
tentu saja menggunakan sarana pengangkutan kendaraan yang dalam pengoprasiannya
menimbulkan suara seperti suara mesin yang keluar melalui knalpot maupun klakson.
Pada level tersebut suara-suara tersebut masih dapat ditolerir dalam arti bahwa akibat
yang ditimbulkannya bukan merupakan suatu gangguan akan tertapi pada tingkat yang
lebih tinggi suara yang ditimbulkan oleh kendaraan tersebut sudah merupakan suatu
gangguan atau polusi yang disebut kebisingan (Leksmono, 2008).
Misalnya Pada persimpangan jalan Imam Bonjol merupakan kawasan yang berisi
deretan pertokoan . Pada kawasan jalan ini merupakan simpang yang melayani lalu
lintas yang cukup padat, selain melayani lalu lintas pada Jl.Imam Bonjol sendiri,
simpang ini melayani lalu lintas dari Jl.Tanjungpura dan Jl. Veteran. Adanya jalur lalu
lintas yang cukup padat ini, menimbulkan kebisingan yang berdampak pada penduduk
yang tinggal di sekitaran kawasan tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka
dipandang perlu untuk melakukan perhitungan tingkat kebisingan di jalan raya guna
mengetahui apakah tingkat kebisingan yang terjadi masih dapat ditolerir atau sudah
melampaui ambang batas sehingga perlu dilakukan suatu kegiatan yang bertujuan
untuk mengurangi dampak negative dan kebisingan tersebut.
Kebisingan yang terus menerus akan menimbulkan ketulian secara perlahan, dalam
waktu hitungan bulan sampai tahun. Dengan kondisi seperti ini jarang disadari oleh
penderita sehingga ketika penderita baru menyadari menderita ketulian stadium akhir
sudah tidak bisa disembuhkan lagi.
Untuk mengetahui kebisingan di jalan raya, penting bagi mahasiswa untuk
melakukan uji coba (praktikum) pengukuran kebisingan. Sehingga dilakukan
pengukuran kebisingan di jalan raya, di tiga lokasi yaitu perempatan lampu merah Jl.
Imam Bonjol, perempatan lampu merah POLDA Jl. Ahmad Yani 2 dan di perempatan
Jl.Tanjung Raya 1 Pontianak Kalimantan Barat. Di tiga lokasi tersebut sumber
kebisingan berasal dari kendaraan bermotor yang didominasi oleh truk besar dan bus.
Dengan praktikum ini bertujuan untuk mengetahui apakah kebisingan atau suara yang
dihasilkan dari sumber-sumber tersebut sesuai dengan nilai ambang yang telah
ditentukan atau tidak?

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari praktikum lapangan Pencemaran lingkungan
mengenai pencemaran suara atau kebisingan adalah :
1. Bagaimana cara pengukuran kebisingan di jalan raya dan pengolahan data yang
dipeoleh dari hasil pengukuran di Jalan Imam Bonjol, Jalan Ahmad Yani 2 dan Jalan
Tanjung Raya 1?
2. Apakah tingkat kebisingan di Jalan Imam Bonjol, Jalan Ahmafd Yani 2, dan Jalan
Tanjung Raya 1 sesuai atau tidak dengan nilai ambang batas yang telah ditentukan?
3. Manakah lokasi yang paling tinggi tingkat kebisingannya di antara Jalan Imam
Bonjol, Jalan Ahmad Yani dan Jalan Tanjung Raya 1?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dilakukannya praktikum
lapangan Penccemaran Lingkungan, tentang Pencemaran suara adalah:
1. Untuk mengetahui cara pengukuran kebisingan dan acara pengolahan data yang
diperoleh dari hasil pengukuran kebisingan di Jalan Imam Bonjol, Jalan Ahmad Yani
2 dan Jalan Tanjung Raya 1.
2. Untuk mengetahui tingkat kebisingan atau suara yang dihasilkan di Jalan Imam
Bonjol, Jalan Ahmad Yani 2 dan Jalan Tanjung Raya 1 sesuai atau tidak dengan nilai
ambang batas yang telah di tentukan.
3. Untuk mengetahui intensitas kebisingan lokasi yang paling tinggi dari ketiga lokasi
antara persimpangan Jalan Imam Bonjol, Jalan Ahmad Yani 2 dan, dan Jalan Tanjung
Raya 1.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum lapangan Pencemaran Lingkungan ini, adalah
untuk menambah pengetahuan tentang intensitas pencemaran suara atau kebisingan
disekitar Jalan Imam Bonjol, Jalan Ahmad Yani 2 dan Jalan Tangjung Raya 1 sudah
melebihi atau belum nilai ambang batas yang telah ditentukan sebagai pencemar suara
yang dapat membahayakan kesehatan pendengaran mayarakat di sekitarnya. Serta
dapat meminimalisir terjadinya dampak negatif akibat kebisingan di Jalan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebisingan
Kebisingan berasal dari kata bising yang artinya semua bunyi yang mengalihkan
perhatian, mengganggu, atau berbahaya bagi kegiatan seharihari, bising umumnya
didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan dan juga dapat menyebabkan polusi
lingkungan (Srisantyorini2002).
Menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 48/MENLH/11/1996
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gengguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan. Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
PER. 13/MEN/X/2011 Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Suara adalah sensasi atau rasa yang dihasilkan oleh organ pendengaran manusia
ketika gelombang-gelombang suara dibentuk di udara sekeliling manusia melalui
getaran yang diterimanya. Gelombang suara merupakan gelombang longitudinal yang
terdengar sebagai bunyi bila masuk ke telinga berada pada frekuensi 20 20.000 Hz
atau disebut jangkauan suara yang dapat didengar Tingkat intensitas bunyi dinyatakan
dalam satuan bel atau decibel (dB). Polusi suara atau kebisingan dapat didefinisikan
sebagai suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia. Sehingga beberapa
kecil atau lembut suara yang terdengar, jika hal tersebut tidak diinginkan maka akan
disebut kebisingan. Alat standar untuk pengukuran kebisingan adalah Sound Level
Meter (SLM). SLM dapat mengukur tiga jenis karakter respon frekuensi, yang
ditunjukkan dalam skala A, B, dan C. Skala A ditemukan paling mewakili batasan
pendengaran manusia dan respons telinga terhadap kebisingan termasuk kebisingan
akibat lalu lintas, serta kebisingan yang dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Skala A dinyatakan dalam satuan dBA. Pemerintah Indonesia, melalui SK Menteri
Negara Lingkungan Hidup No: Kep.48/MENLH/XI/1996, tanggal 25 November 1996,
tentang kriteria batas tingkat kebisingan untuk daerah pemukiman mensyaratkan
tingkat kebisingan maksimum untuk outdoor adalah sebesar 55dBA. Kebisingan lalu
lintas berasal dari suara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor,terutama dari mesin
kendaraan, knalpot, serta akibat interaksi antara roda dengan jalan.Kendaraan berat
(truk,bus)dan mobil penumpang merupakan sumber kebisingan utama di jalan
raya.Secara garis besar strategi pengendalian bising dibagi menjadi tiga elemen yaitu
pengendalian terhadap sumber bising, pengendalian terhadap jalur bising dan
pengendalian terhadap penerima bising (Murwono, 1999).

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996 Tentang


Baku Tingkat Kebisingan:
2.2 Jenis-jenis kebisingan
Kebisingan berdasarkann frekuensi bunyi dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga)
bentuk dasar (Djlante, 2010):

a. Intermitten Noise (Kebisingan Terputus-putus).


Intermittten Noise adalah kebisingan diana suara timbul dan menghilang secara
perlahan-lahan. Termasuk dalam intermitten noise adalah kebisingan yang ditimbulkan
oleh suara kendaraan bermotor dan pesawat terbang yang tinggal landas.
b. Steady State Noise (Kebisingan Kontinyu)
Dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara (sound pressure levels) diukur dalam
octave band dan perubahan-perubahan tidak melebihi beberapa dB per detik, atau
kebisingan dimana fluktuasi dari intensitas suara tidak lebih 6dB, misalnya : suara
kompressor, kipas angin, darur pijar, gergaji sekuler, katub gas.
c. Impact Noise.
Impact noise adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak
intensitasnya tidak lebih dari 35 detik, dan waktu yang dibutuhkan untuk penurunan
sampai 20 dB di bawah puncaknya tidak lebih dari 500 detik. Atau bunyi yang
mempunyai perubahan-perubahan besar dalam octave band. Contoh : suara pukulan
palu, suara tembakan meriam/senapan dan ledakan bom.

2.3 Dampak Kebisingan


Kebisingan akan menggangu manuasia baik berupa gangguan Audiometrik
maupun berupa gangguan nonaudiometrik. Pengaruh utama dari kebisingan adalah
gangguan audiometric yaitu kerusakan pada sistem indera pendengaran manusia,
terlebih lagi jika tingkat kebisingannya sudah melampauai ambang batas tertentu.
Kerusakan pendengaran tidak hanya tergantung pada tingkat kebisingan saja, tetapi
juga tergantung dari lamanya paparan kebisingan tersebut. Jika tingkat kebisingan
mencapai 140 dB atau lebih, maka langsung akan memecahkan genderang telinga.
Beberapa tingkatan gangguan pendengaran akibat bising yaitu (Wardhana, 2001):
a. Hilang pendengaran sementara, dan pulih kembali setelah waktu tertentu
b. Imun atau kebal terhadap bising, biasanya hal ini karena selalu mendengar bising
tertentu
c. Pendengaran berdengung
d. Kehilangan pendengaran permanen atau tetap dan tidak akan pulih kembali.
Bising tidak hanya berpengaruh kepada sistem pendengaran manusia saja, tetapi
akan mengganggu organ tubuh lainnya seperti adrenalin meningkat, pembuluh darah
mengkerut tekanan darah naik, horman tiroid naik, jantung berdebar, reaksi otot,
gerakan usus, pupil melebar dan lain-lain.
Secara fisiologi kebisingan juga mengganggu antara lain kesulitan tidur, mudah
lelah, kejengkelan, penurunan kinerja, kelainan jiwa dan lain-lain. Selain itu bising
menggangu langsung kegiatan manusia sehari-hari berupa gangguan non audiometric
dan non fisiologi. Gangguantersebut antara lain adalah kurangnya konsentrasi terutama
pada kegiatan ajar mengajar, dan atau kegiatan ibadah, bahkan komunikasi kurang
maksimal sehingga siswa atau jemaah tidak dapat menerima informasi dengan baik
(Babba, 2007).

Tabel 1. Nilai Ambang Kebisingan

Lama kebisingan yg Tingkat


diperbolehkan per hari Kebisin
(jam) gan
(dBA)
8 90
6 92
4 95
3 97
2 100
1,5 102
1 105
0,5 110
0,25 115

2.4 Pengendalian Kebisingan


Unsur terjadinya kebisingan ada tiga yaitu adanya sumber, adanya medium dan
adanya penerima. Sehingga dalam teknik pengendalian kebisingan dapat dilakukan
dengan tiga metoda jugayaitu pengendalian sumber, pengendalian pada medium dan
pengendalian pada penerimanya.

2.4.1 Pengendalian Pada Sumber


Pengendalian pada sumber kebisingan seperti kendaraan bermotor dapat
dilakukan dengan pengendalian teknologi kendaraan yang ramah lingkungan dan
pengendalian lalu lintas kendaraan itu sendiri.
Sumber kebisingan dari aktifitas lalu lintas adalah kendaraan bermotor. Dalam
komponen kendaraan bermotor sumber kebisingan dapat berasal dari (Suwardjoko,
2002)
a. Mesin
b. Kipas pendingin suara
c. Sistem pembuangan sisa pembakaran (kenalpot)
d. Sistem roda dan ban, termasuk gesekannnya dengan permukaan jalan.
e. Hisapan karburator
f. Turbulensi aerodinamis kendaraan
g. Sistem transmisi dan roda gigi
Kebisingan yang dominan ditimbulkan oleh kendaraan yang bergerak pada
kecepatan rendah sampai sedang adalah pada keempat factor pertama, yaitu mesin,
jenis bahan bakar, kipas pendingin mesin dan sistem pembuangan pada kenalpot.
Sedang untuk kendaraan bergerak dijalan tol dipengaruhi oleh factor diatas.
Pengendalian kebisingan kendaraan bermotor dapat dilakukan oleh tiga pihak
yaitu; industry otomotif sebagai produsen kendaraan bermotor, pemerintah sebagai
regulator dan masyarakat sebagai pembeli dan pengguna kendaran bermotor.
Seiring dengan berkembangnya issue lingkungan, membuat manuasia sadar untuk
menjaga kelestarian alam antara lain dengan menggunakan produk yang ramah
lingkunga. Demikian juga dengan industry otomotif, seiring dengan perkembangan
teknologi maka industry berusaha membuat kendaraan bermotor yang ramah
lingkungan, yaitu kendaraan bermotor yang irit bahan bakar, emisi gas buang yang
rendah dan tidak mengeluarkan suara bising. Salah satu contoh kendaraan ramah
lingkungan yang saat ini dikembangkan oleh industry otomotif adalah Mobil hibryd,
salah satu jenis mobil ini menggunakan bateray yang tidak mengeluarkan emisi, irit
bahkan tidak menggunakan bahan bakar dan tidak mengeluarkan bunyi mesin.

2.4.2 Pengendalian Bising pada medium perambatan bising lalu lintas


Pengendalian ini dilakukan untuk meredam suara yang dikeluarkan oleh sumber
kebsingan. Peredaman juga bertujuan untuk agar suara bising hanya terjadi pada
sumber dan kawasan sekitarnya, dan frekuensi serta tingkat kebisingannya akan
berkurang pada kawasan yang dapat didengan oleh manusia lain diluar sistem itu.
Misalnya kebisingan dijalan tolhanya dirasakan oleh pengguna jalan toll, dan kurang
berpengaruh terhadap masyarakat yang tinggal disepanjang jalan tol tersebut.
Pengendalian ini dilakukan dengancara memutus jalur perambatan bising dari
sumbernya ke penerima. Salah satu caranya adalah mengisolasi/menutup seluruh
bagian sumber bising sehingga jalur perambatan bising benar-benar terputus (Dianto,
2009).
a. Barrier dan penjalaran suara
Ketika sumber kebisingan tidak dapat ditutup secara menyeluruh, seperti kasus
kebisingan di jalanraya, maka dapat digunakan barrier yang bagian atasnya
terbuka.Karena bagian atas barrier terbuka, maka dapat terjadi difraksi suara yang
menyebabkan keefektifan barrier berkurang. Untuk mengatasai hal tersebut, barrier
harus didesain antara lai dengan bentuk Y, T, anak panah, selinder dan lain sebagainya.
Untuk membuat barrier diperlukan skema perhitungan untuk menentukan keefektifan
dan desain terbaik barrier.
b. Barrier Tanaman
Tanaman atau pepohonan dapat menjadi penghalang kebisingan yang cukup efektif.
Namun untuk jalan tol tanaman pada umunya digunakan untuk mengurangi polusi
udara. Pepohan yang rimbun dengan tebal atau lebar 30 meter atara sumber dan
penerima suara, dapat mengurang kebisingan hingga 5 dB.
c. Barrier rigid
Bahan barrier dapat berupa gundukan tanah, batu, tembok atau beton, kayu loma
atau bahan-bahan padat lainnya. Bahan yang digunakan untuk barrier harus rigid dan
mempunyai densitas atau kepadatan yang tinggi (paling sedikit 20 Kgpermeter
perseginya). Kesemua bahan hampir sama efektifnya mengurangi tingkat tekanan
bunyi jika mempunyai kepadatan paling sedikit seperti tersebut diatas (Dianto, 2009).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum lapangan Pencemaran Lingkungan, tentang Pencemaran Suara atau
Kebisingan dilaksanakan pada hari kamis hingga sabtu, 15-17 Juni 2017 di tiga titik
lokasi yaitu Jalan Ahmad Yani 2, Jalan Imam Bonjol dan Jalan Tanjung Raya 1
Pontianak Kalimantan Barat. Waktu pelaksanaan praktikum lapangan dilaksanakan
pada tujuh waktu dalam sehari yaitu dimulai pada pukul 07.00, 13.00, 15.00, 20.00,
23.00, 01.00 dan 04.00 di tiga titik lokasi tersebut.

3.2. Deskripsi lokasi


Praktikum Pencemaran suara dilakukan di tiga lokasi jalan raya Pusat Kota
Pontianak. Lokasi pertama tepat di perempatan lampu merah samping POLDA Jalan
Ahmad Yani 2, lokasi ini dipilihkarena disini terjadi lalu lintas yang cukup padat dan
berbatasan dengan Kabupaten Kubu Raya dan merupakan arah menuju Bandar Udara
Supadio Pontianakserta merupakan tempat lalu lintas transportasi dari arah Jalan
Sungai Raya Dalam dan Jalan menuju Rumah sakit dr. Soedarso sehinnga lalu lintas di
jalan ini cukup padat. Kemudian lokasi kedua yaitu tepat di perempaan lampu merah
Jalan Imam Bonjol, lalu lintas dijalan ini snagat padat sekali bahkan sering terjadi
kemacetan. Hal ini disebabkan Jalan Imam Bonjol melayani lalu lintas dari
Jl.Tanjungpura yang dijadikan sebagai kawasan yang bergerak dibidang ekonomi dan
jasa dan terdapat deretan pertokoan serta terdapat beberapa hotel salah satunya hotel
Garuda, sehinnga lalu lintas dijlan ini sangat padat, dan Jl. Pahlawan juga kan
berbatasan dengan Jl. Veteran dimana di jalan ini terdapat salah satu pasar tradisional
di Kota Pontianak yaitu Pasar Flamboyan. Lokasi selanjutnya yaitu di perempatan
lampu merah Jalan Tanjung Raya 1 juga terjadi lalu lintas yang cukup padat dari arah
Jl. Sultan Hamid dan terdapat tol penyebrangan kemudian lalu lintas dari Jl. Tanjung
Raya 2 sehingga terjadi kepadatan di perempatan lampu merah ini. Sehingga tiga lokasi
tersebut dijadikan sebgai tempat melalukan praktikum karena menimbulkan sumber
kebisingan yang berasal dari kendaraan bermotor yang didominasi oleh truk besar dan
bus.
3.2.1 Peta Lokasi

Gambar 3.2.1 Peta Lokasi Jl. Tanjung Raya 1

Gambar 3.2.1 Peta Lokasi Jl. Imam Bonjol


Gambar 3.2.3 Peta Lokasi Jl. Jendral Ahmad Yani 2

3.3. Alat dan Bahan


3.3.1 Alat
Alat alat yang digunakan selama praktikum lapangan Pencemaran Lingkungan
tentang Pencemaran Suara adalah : alat tulis, kamera, stopwacth, Sound Level Meter
(SLM) dan kalkulator

3.4 . Cara kerja


3.4.1. Pengambilan Data Intensitas suara
Pengambilan datan intensitas suara dilakukan di tiga titik lokasi yaitu perempatan
lampu merah Jalan Ahmad yani 2, perempatan lampu merah Jalan Imam Bonjol dan
perempatan Lm[u Merah Jalan Tanjung Raya 1. Cara pengambilan datanya sama yaitu
dengan menggunakan alat ukur suara yaitu Sound Level Meter (SLM), dinyalakan
tombol On yang ada kemudian dipegang dan diarahkan ke jalan raya atau arah lalu
lintas, selanjutnya ditetapkan waktu pengukuran selama 10 menit lalu dilihat perubahan
angka pada Sound Level meter yang ada dan di cacat setiap 5 detik. Pengukuran
intensitas suara ini di lakukan selama 7 waktu dalam satu hari yaitu dimulai pada pukul
L1 (07.00), L2 (13.00), L3 (15.00), L4 (20.000), L5 (23.00), L6 (01.00) dan L7 (04.00).
Kemudian setelah di dapatkan data hasil pengukuran intensitas suara secara
keseluruhan seanjutnya akan dilakukan perhitungan untuk mencari nilai rata-rata
intensitas suara yang didapat dalam satuan dBA ( decibel).

3.5 Analisis Data


Adapun analisis data yang dihitung dapat menggunakan beberapa Rumus sebagai
berikut:
Cari nilai LSM dengan formula berikut :
a. Hitung LS :
LS = 10 log 1/ 16 (T1.100,1L1 + T2.100,1L2 + T3.100,1L3 + T4.100,1L4)
2. Hitung LM :
LM = 10 log 1/ 8 (T5.100,1L5 + T6.100,1L6 + T7.100,1L7)
3. Hitung LSM :
LSM = 10 log 1/ 24 (16.100,1Ls + 8.100,1(LM+5))

b. Hitung LTM
= 10 log 1/ n Tn.100,1Ln
= 10 log 1/ 120 (Ti.100,1Li + . + Tj.100,1Lj)
= 10 log 1/ 120 (11.100,1.35,8 + . + 10.100,1.77,8)
= 10 log 1/ 120 (n)
= n dBA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil dari praktikum lapangan pencemaran suara di Jalan Raya Pusat Kota
Pontianak Kalimantan adalah:
Tabel 4.1.1 Intensitas Suara di Jalan Ahmad Yani 2.

Waktu
Pemaparan Dba
Perhari
L1 (07:00) 66,73
L2 (13:00) 78,92
L3 (15:00) 73,17
L4 (20:00) 75,47
L5 (23:00) 63,81
L6 (01:00) 78,70
L7 (04:00) 70,45
Rata-rata 72.4642857

Tabel 4.1.2 Intensitas Suara di Jalan Imam Bonjol.


Waktu
Pemaparan dBA
Perhari
L1(07:00) 72,54
L2 (13:00) 74,14
L3 (15:00) 63,02
L4 (20:00) 78,97
L5 (23:00) 72,37
L6 (01:00) 74,14
L7 (04:00) 71,40
Rata-rata 72.368543

Table 4.2.3 Intensitas Suara di Jalan Tanjung Raya 1.


Waktu
Pemaparan dBA
Perhari
L1 (07:00) 57,85
L2 (13:00) 61,83
L3 (15:00) 70,35
L4 (20:00) 73,42
L5 (23:00) 73,26
L6 (01:00) 62,15
L7 (04:00) 71,4061,76
Rata-rata 72.464281

4.2 Pembahasan
Praktikum Lapangan tentang kebisingan atau pencemaran suara di jalan raya
merupakan praktikum yang bertujuan untuk mengukur intensitas kebisingan di jalan
raya dan juga sebagai sarana pembelajaran. Prinsip kerjanya dengan menggunakan
Sound Level Meter sebagai alat ukur dan mengolah hasil data yang diperoleh.
Pengukuran dilakukan pada wilayah kerja terbuka ditiga ttitik lokasi yaitu perempatan
lampu merah Jalan Imam Bonjol, perempatan lampu merah samping POLDA Jalan
Ahmad Yani 2 dan Perempatan lampu merah Jalan Tanjung Raya 1. Pada tiga lokasi
tersebut terdapat lalu lintas kendaraan yang didominasi kendaraan besar seperti truk
dan bus. Kondisi jalan dan lingkungan di lokasi survai, secara umum hampir sama,
ketiga kawasan berapa disekitar jalan utama yang arus lalu lintasnya tercampur.
Masing-masing kawasan sekolah sudah terdapat tanaman dan pagar pembatas, hanya
kerapatan tanaman dan ketinggian pagar berbeda. Tanaman dan pagar dapat berfungsi
sebagai pemantul dan penyerap bunyi yang diakibatkan oleh arus lalu lintas.

4.2.1 Nilai Intensitas Suara


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan fluktuasi arus lalu lintas pada tanggal
16-17 juli 2017 dapat dilihat pada tabel hasil intensitas suara yang telah di olah datanya
dan dapat diketahui arus lalu lintas tertinggi di sekitar Jalan Ahmad yani 2 terjadi pada
pukul 13.00 yaitu sebesar 78,92 Db. Komposisi kendaraan terbesar yang ada di lokasi
tersebut adalah sepeda motor dimana pada pukul 13.00 merupakan waktu istirahat para
kerja sehinnga banyak kendaraan yang memenuhi jalan tersebut. Kemudian arus lalu
lintas tertinggi di Jalan Imam Bonjol terjadi pada pukul 1300 hingga pukul 12.00 yaitu
sebesar 74,14-78,97dB, disekitar jalan ini omposisi kendaran terbesar juga sepeda
motor namun juga terdapat banyak kendaraan seperti bus dan truk-truk besar karena
area jalan ini merupakan kawasan ekonomi dan jasa sehingga jalan ini sering
mengalami kemacetan. Selanjutnya fluktuasi arus lalu litas di oerempatan Jalan Tnjung
Raya 1, dari hasil pengamatan intensitas tertinggi terjadi pada pukul 20.00 yaitu sebesar
73,4a Db. kepadatan arus lalu lintas ini terjadi di akibatkan lalu lintas dari tol yang
berbatasan dengan perempatan Jalan Imam tadi bonjol dan lokasinya yang berdekatan
sehingga Jalan Tanjung Raya 1 pun juga mengalami kepadatan. Komposisi kendaraan
terbesar di lokasi ini hampir sama dengan Jalan Imam Bonjol yaitu kendaraan bermotor
dan juga banyak terdapat kendaran seperti bus dan truk.

4.2.2 Tingkat Kebisingan


Tingkat kebisingan hasil pengukuran dengan Sound Level Meter (SLM) dapat
dilihat tabel hasil diatas dapat diketahui bahwa untuk ketiga lokasi tersebut memiliki
nilai rata-rata intensitas kebisingan yang hampir sama. Berdasarkan hasil pengukuran
intenitas suara yang dilakukan di setiap lokasi rata-rata nilainya adalah: Jalan Ahmad
Yani 2 sama dengan Jalan Tanjung Raya 1 yaitu sebesar 72,46 Db dan pada Jalan Imam
Bonjol Intenitas suaranya adalah sebesar 73,36 Db. Dari data yang telah diperoleh
ketiga lokasi tersebut sudah melewati ambang batas/baku mutu lingkungan yang telah
di tentukan yaitu untuk kawasan seperti statiun kereta api, terminal bus, bandar udara,
pelabuhan laut dan pinggiran jalan adalah antara 60-70 dB. Sedangkan menurut
Pemerintah Indonesia, melalui SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No:
Kep.48/MENLH/XI/1996, tanggal 25 November 1996, tentang kriteria batas tingkat
kebisingan untuk daerah pemukiman mensyaratkan tingkat kebisingan maksimum
untuk outdoor adalah sebesar 55dBA. Jadi dapat disimpulkan bahwa intensitas suara
di tiga lokasi ini telah melebihi ambang batas dan bagi penduduk disekitar lokasi
tersebut juga sudah tidak aman bagi kesehatan pendengaran mereka. Khususnya Pada
perempatan jalan Imam Bonjol merupakan pusat lalu lintas kendaraan yang didominasi
oleh sepeda mtor, bus dan trku-truk besar, pada wilayah kerja tersebut potensi terkena
paparan adalah pedagang pinggir jalan, tukang becak, pengguna jalan (pejalan kaki),
dan lain-lain.
Untuk itu perlu dilakukan penanganan untuk menguranginya. Nilai kebisingan.
yang lebih besar adalah di dekat jalan. Hal ini karena jarak sumber suara terlalu dekat
sehingga dapat membahayakan masyarakat yang tinggal disekitar jalan tersebut.
Menurut Permenakertrans Nomor 13/Men/X/2011 Nilai Ambang Batas kebisingan di
wilayah kerja adalah 85 dBA untuk paparan 8 jam per hari atau 40 jam per minggu.
Dari hasil pengukuran yang dilakukan dengan 10 titik pengukuran tidak ada nilai
kebisingan yang melebihi nilai ambang batas (85 dBA), maka wilayah kerja tersebut
aman untuk dilakukan aktivitas tanpa ada penanganan kebisingan ditempat kerja.

4.2.3 Penanganan Kebisingan


Penanganan kebisingan di lingkungan merupakan bentuk pengurangan
kebisingan di atas antara lain: merubah profil jalan (natural cut dan retained cut),
membuat barrier dalam bentuk gundukan tanah/pagar/dinding, menyediakan daerah
perlemahan jalan, mengendalikan pusat kebisingan, dan menggunakan jalur hijau
pelindung dan pertamanan untuk masyarakat yang tinggal di kawsan jalan raya. Namun
kebisingan di tiga lokasi jalan raya tersebut masih dapat ditolerir karena meskipun nilai
intensitas suara yang di dapat melebihi ambang batas atau baku mutu tetapi tidaklah
terlalu tinggi bagi pengguna jalan raya yang ghanya sesekali melewatinya, namun bagi
masyarak yang tinggal disekitar lokasi tersebut tetaplah harus berhati-hati dan berusaha
untung menanggulanginya. Misalnya untuk mengatasi kebisingan dari jalan raya,
masyarakat dapat membuat bangunan dengan material dinding yang lebih maksimal
dan fleksibel, karena permasalahan yang lebih memerlukan penanganan adalah
kebisingan luar. serta memerlukan penyelesaian barrier vegetasi untuk mengurangi
bising dari jalan raya. Perencanaan dinding bisa diselesaikan dengan pemilihan
material kaca atau batu bata, atau kombinasi dari keduanya dan membuat pagar tembok
yang lebih tebal dang tinggi (Dianto, 2009).

Pengendalian bising pada penerima bising lalu lintas dilalukan apabila


pengendalian bising tidak dapat dilakukan pada sunber bising atau medium
perambatan, maka alternative terkhir adalah melakukan pengendalian kebisingan pada
penerima. Usaha-usaha yanga dapat dilakukan antara lain adalah (Setiyo Huboyo,
2008):
Melindungi penerima dari kebisingan antara lain dengan pemakaian alat pelindung
seperti ear plug atau dengan cara mendesain rumah yang baik untuk meredam
kebisingan.
Mengisolasi penerima dengan cara membuat barrier yang rigid disekitar pemukiman
penduduk yang terkena dampak kebisingan
Langkah terakhir yang dilakukan adalah merelokasi pemukiman penduduk yang
terkena dampak kebisingan parah kelokasi lain dan menjadikan tempat tersebut sebagai
hutan lindung kota.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum lapangan tentang
pencemaran suara atau kebisingan lalu lintas di jalan raya pusat kota Pontianak adalah:
1. Untuk mengukut tigkat kebisingan di jalan dapat dilakukan dengan menggunakan
alat seperti Sound Level Meter (SLM) sedangkan pengolahan diambil sampel data
terlebih dahulu selama 10 menit dan mencatat nilai yang terdapat pada LSM pada setiap
5 detik. setelah data terkumpul dicari nilai rata-rata dari intensitas suatra tersebut
dengan menggunakan rumus ang telah ditentukan.
2. Berdasarkan data hasil yang didapat ketiga lokasi jalan raya tersebut yaitu Jalan
Ahmad Yani 2, Jalan Imam Bonjol dan Jalan Tanjung Raya 1 memiliki nilai intensitas
suara yang telah melebihi ambang batas atau baku mutu yang telah di tetapkan utntuk
jalan raya yaitu antara 60-70 Db.
3. Dari tiga lokasi jalan raya tersebut hasil pengukuran intensitas suaranya hampir
sama, namun intensitas suara tertinggi yaitu terdapat pada Jalan Ahmad Yani 2 dan
Jalan Tanjung Raya 1 yaitu sebesar 72,46 Db dan Jalan Imam Bonjol sebesar 72,36Db.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum Pencemaran suara selanjutnya dapat dilakukan di
kawasan pabrik-pabrik, industri, bandar udara, pelabuhan laut, rumah sakit,
perkantoran dan perdagangan maupun di sekolah dan sejenisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Babba, J., 2007. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan di Lingkungan Kerja dengan
Peningkatan Tekanan Darah (Penelitian pada Karyawan PT Semen Tonasa di
Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan), Tesis, Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro, Semarang.

Dianto, H. E. 2009, Perancangan Barrier Untuk Menurunkan Kebisingan Lalu Lintas


Di Pemukiman Sepanjang Ruas Tolsimo Rejosari, Jurusan Teknik Fisika,
Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.

Djalante, Susanti. 2010, Analisis Tingkat Kebisingan Di Jalan Raya Yang


Menggunakan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, Kendari, Universitas
Halualeo.
Leksmono suryo putranto,2008, Rekayasa lalu lintas, Indeks, Jakarta.

Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1996, Baku Tingkat Kebisingan, Surat Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep- 48/MENLH/1996/25

November 1996, Jakarta.

Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 48/MENLH/11/1996

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER. 13/MEN/X/2011

Setiyo Huboyo, Haryono dan Sri Sumiyati. 2008, Buku Ajar Pengendalian
Bising dan Bau, Semarang, Universitas Diponegoro.

Srisantyorini2002, Tingkat Kebisingan dan Gangguan Pendengaran Pada Karyawan


PT Friesche Vlag Indonesia Tahun 2002, Tesis, Program Pasca Sarjana
Universitas Indonesia, Jakarta.
Suwardjoko warpani 2002, Pengelolaan Lalu lintas dan angkutan jalan, Penerbit ITB,
Bandung.

Wardhana, Wisnu Arya, 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset,


Jakarta.
LAMPIRAN
1. ANALISIS DATA

PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN

1. Pukul 07:00 (L1)


a. Simpang Polda

Interval
X F
Kebisingan
50.2-58.2 54.2 6
59.2-67.2 63.2 2
68.2-76.2 72.2 2
77.2-85.2 81.2 4
86.2-94.2 90.2 58
95.2-103.2 99.2 22
104.2-112.2 108.2 13
113.2-121.2 117.2 13
Total 120
Rata-rata 15

b. Simpang Tanjung Raya

Interval
Kebisingan X F
32.1-43.1 37.6 7
44.1-55.1 49.6 2
56.1-67.1 61.6 3
68.1-79.1 73.6 3
80.1-91.1 85.6 83
92.1-103.1 97.6 6
104.1-115.1 109.6 9
116.1-127.1 121.6 7
Total 120
Rata-rata 15
c. Simpang Tanjungpura

Interval
Kebisingan X F
80.2-84.2 82.2 13
85.2-89.2 87.2 77
90.2-94.2 92.2 22
95.2-99.2 97.2 5
100.2-104.2 102.2 2
105.2-109.2 107.2 0
110.2-114.2 112.2 0
115.2-119.2 117.2 1
Total 120
Rata-rata 15

2. Pukul 01:00 (L2)


a. Simpang Tanjungpura

Interval
X F
Kebisingan
75.4-81.4 78.4 45
82.4-88.4 85.4 50
89.4-95.4 92.4 9
96.4-102.4 99.4 6
103.4-109.4 106.4 3
110.4-116.4 113.4 3
117.4-123.4 120.4 2
124.4-130.4 127.4 2
Total 120
Rata-rata 15
b.Simpang Polda
Interval
X F
Kebisingan
15.6-28.6 22.1 46
29.6-42.6 36.1 14
43.6-56.2 49.7 1
57.2-70.2 63.7 9
71.6-84.2 77.7 8
85.2-98.2 91.7 6
99.2-112.2 105.7 8
113.2-126.2 119.5 28
Total 120
Rata-rata 15

b. Simpang Tanjung Raya

Interval
Kebisingan X F
32.1-43.1 37.6 7
44.1-55.1 49.6 9
56.1-67.1 61.6 15
68.1-79.1 73.6 7
80.1-91.1 85.6 46
92.1-103.1 97.6 25
104.1-115.1 109.6 5
116.1-127.1 121.6 6
Total 120
Rata-rata 15

3. Pukul 15:00 (L3)


a. Simpang Tanjung Raya

Interval
Kebisingan X F
62.8-67.8 65.3 2
68.8-73.8 71.3 1
74.8-79.8 77.3 0
80.8-85.8 83.3 6
86.8-91.8 89.3 87
92.8-97.8 95.3 22
98.8-103.8 101.3 0
104.8-109.8 107.3 2
Total 120
Rata-rata 15

b. Simpang Tanjungpura

Interval
Kebisingan X F
55.8-63.8 59.8 7
64.8-72.8 68.8 15
73.8-81.8 77.8 2
82.8-90.8 86.8 43
91.8-99.8 95.8 45
100.8-108.8 104.8 3
109.8-117.8 113.8 4
118.8-126.8 122.8 1
Total 120
Rata-rata 15

c. Simpang Polda

Interval
Kebisingan X F
50.2-58.2 54.2 9
59.2-67.2 63.2 17
68.2-76.2 72.2 13
77.2-85.2 81.2 17
86.2-94.2 90.2 35
95.2-103.2 99.2 15
104.2-112.2 108.2 7
113.2-121.2 117.2 7
Total 120
Rata-rata 15

4. Pukul 20:00 (L4)


a. Simpang Tanjungpura

Interval
Kebisingan X F
26.2-38.2 32.2 6
39.2-51.2 45.2 10
52.2-64.2 58.2 19
65.2-77.2 71.2 20
73.2-90.2 84.2 35
91.2-103.2 97.2 8
104.2-116.2 110.2 17
117.2-129.2 123.2 5
Total 120
Rata-rata 15

b. Simpang Polda

Interval
Kebisingan X F
68.2-75.2 71.7 1
76.2-83.2 79.7 1
84.2-91.2 87.7 7
92.2-99.2 95.7 8
100.2-107.2 103.7 13
108.2-115.2 111.7 19
116.2-123.2 119.7 33
124.2-131.2 127.7 38
Total 120
Rata-rata 15

c. Simpang Tanjung Raya

Interval
Kebisingan X F
62.8-67.8 65.3 7
68.8-73.8 71.3 5
74.8-79.8 77.3 12
80.8-85.8 83.3 9
86.8-91.8 89.3 58
92.8-97.8 95.3 19
98.8-103.8 101.3 6
104.8-109.8 107.3 4
Total 120
Rata-rata 15

5. Pukul 23:00 (L5)


a.Simpang Tanjungpura
Interval
X F
Kebisingan
75.4-81.4 78.4 30
82.4-88.4 85.4 65
89.4-95.4 92.4 15
96.4-102.4 99.4 4
103.4-109.4 106.4 2
110.4-116.4 113.4 1
117.4-123.4 120.4 2
124.4-130.4 127.4 1
Total 120
Rata-rata 15
a.Simpang Polda

Interval
Kebisingan X F
26.6-38.6 32.6 43
39.6-51.6 45.6 3
52.6-64.6 58.6 0
65.6-77.6 71.6 0
78.6-90.6 84.6 1
91.6-103.6 97.6 7
104.6-116.6 110.6 27
117.6-129.6 123.6 39
Total 120
Rata-rata 15

c. Simpang Tanjung Raya

Interval
Kebisingan X F
62.8-67.8 65.3 12
68.8-73.8 71.3 7
74.8-79.8 77.3 13
80.8-85.8 83.3 8
86.8-91.8 89.3 52
92.8-97.8 95.3 21
98.8-103.8 101.3 5
104.8-109.8 107.3 2
Total 120
Rata-rata 15

6. Pukul 01:00 (L6)


a.Simpang Tanjungpura
Interval
X F
Kebisingan
75.4-81.4 78.4 45
82.4-88.4 85.4 50
89.4-95.4 92.4 9
96.4-102.4 99.4 6
103.4-109.4 106.4 3
110.4-116.4 113.4 3
117.4-123.4 120.4 2
124.4-130.4 127.4 2
Total 120
Rata-rata 15

a. Simpang Polda

Interval
X F
Kebisingan
15.6-28.6 22.1 46
29.6-42.6 36.1 14
43.6-56.2 49.7 1
57.2-70.2 63.7 9
71.6-84.2 77.7 8
85.2-98.2 91.7 6
99.2-112.2 105.7 8
113.2-126.2 119.5 28
Total 120
Rata-rata 15

b.Simpang Tanjung Raya

Interval
Kebisingan X F
32.1-43.1 37.6 13
44.1-55.1 49.6 6
56.1-67.1 61.6 9
68.1-79.1 73.6 8
80.1-91.1 85.6 57
92.1-103.1 97.6 9
104.1-115.1 109.6 10
116.1-127.1 121.6 8
Total 120
Rata-rata 15

7. Pukul 04:00 (L7)


a. Simpang Tanjung Raya

Interval
Kebisingan X F
32.1-43.1 37.6 5
44.1-55.1 49.6 10
56.1-67.1 61.6 13
68.1-79.1 73.6 7
80.1-91.1 85.6 57
92.1-103.1 97.6 19
104.1-115.1 109.6 5
116.1-127.1 121.6 4
Total 120
Rata-rata 15

b. Simpang Polda

Interval
Kebisingan X F
50.2-58.2 54.2 7
59.2-67.2 63.2 5
68.2-76.2 72.2 8
77.2-85.2 81.2 9
86.2-94.2 90.2 37
95.2-103.2 99.2 35
104.2-112.2 108.2 10
113.2-121.2 117.2 9
Total 120
Rata-rata 15

c. Simpang Tanjungpura

Interval
Kebisingan X F
80.2-84.2 82.2 10
85.2-89.2 87.2 54
90.2-94.2 92.2 43
95.2-99.2 97.2 5
100.2-104.2 102.2 2
105.2-109.2 107.2 2
110.2-114.2 112.2 3
115.2-119.2 117.2 1
Total 120
Rata-rata 15

You might also like