You are on page 1of 4

Bab II

Tinjauan Pustaka
2.1 Vitamin A
Vitamin A atau berdasarkan struktur kimianya disebut Retinol atau Retinal atau juga Asam
Retinoat, dikenal dan dipromosikan sebagai faktor pencegahan xeropthalmia, berfungsi untuk
pertumbuhan sel epitel dan pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf retina mata, makanya
disebut Retinol atau Retinal. Jumlah yang dianjurkan berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG)
yang dianjurkan (KGA-2004) per hari 400 ug retinol untuk anak-anak dan dewasa 500 ug retinol.
Sumbernya ada yang hewani sebagai retinol dan ada juga dari nabati sebagai pro vitamin A sebagai
karoten, nanti dalam usus dengan bantuan tirosin baru dikonversi menjadi retinol. Vitamin A
merupakan zat gizi mikro yang penting bagi ibu nifas. Vitamin A membantu hipofise anterior
untuk merangsang sekresi hormon prolaktin di dalam epitel otak dan mengaktifkan sel-sel epitel
pada alveoli untuk menampung air susu di dalam payudara. Peranan vitamin A adalah membentuk
respon imun melalui peningkatan respon imun sel T dan retinol yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B (leukosit yang berperan dalam proses kekebalan hu-
moral). Kekurangan vitamin A dapat menurunkan fungsi kekebalan tubuh sehingga dapat
meningkatkan terjadinya morbiditas dan mortalitas dari beberapa penyakit infeksi seperti diare,
infeksi saluran pernapasan bawah, dan campak.8
Vitamin A pada bayi diperlukan untuk kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan. Status
vitamin A pada kebanyakan bayi yang baru dilahirkan adalah marginal dan ibu nifas umumnya
tidak mendapatkan asupan vitamin A yang cukup, karena itu berisiko untuk mengalami kurang
Vitamin A. Wanita yang menyusui memiliki resiko kekurangan vitamin A dikarenakan sejumlah
vitamin A dikeluarkan melalui Air Susu Ibu (ASI). Asupan vitamin A yang tidak memadai untuk
menggantikan vitamin A yang disekresi dan ditransfer kepada bayi melalui ASI akan menurunkan
cadangan Vitamin A pada ibu, sehingga akan mengalami deplesi dan ASI yang dihasilkan
berkurang kualitas vitamin Anya. ASI merupakan sumber asupan utama bagi bayi. Hasil penelitian
Dijkhuizen et al. 2 di perdesaan Kabupaten Bogor menemukan kandungan vitamin A dalam ASI
sebesar 11,1 g/dL sedangkan Permaesih di Serang menemukan sebesar 16,5 g/dL. Nilai ini di
bawah nilai normal menurut WHO yaitu sebesar 30 g/dL. Batas serum retinol bayi dari ibu yang
saat hamil yang ditentukan oleh WHO, 1997 yaitu sebesar 20 g/dL. Menurut beberapa peneliti,
pada saat menyusui tubuh ibu mampu menghasilkan ASI yang cukup mengandung zat-zat gizi
esensial walaupun pada saat itu tubuh ibu sedang mengalami kekurangan, namun beberapa
penelitian menunjukkan adanya hubungan yang erat antara asupan makanan ibu menyusui dengan
kandungan vitamin A pada ASI. Peningkatan status vitamin A pada ibu menyusui maupun balita
diketahui memberi pengaruh menguntungkan terhadap morbiditas dan mortalitas.9
Penelitian yang telah dilakukan di beberapa negara menunjukkan bahwa pemberian kapsul
vitamin A sebanyak 200 000 SI, tidak memadai untuk ibu nifas dan bayinya, oleh karena itu
IVACG, 2001 mengeluarkan rekomendasi suplementasi kapsul vitamin A 2 x 200 000 SI kepada
ibu nifas segera setelah melahirkan dalam rentang waktu 0 - 42 hari. Bukti ilmiah tentang
pemberian kapsul vitamin A 2 x 200 000 SI bersamaan dalam satu waktu maupun 2 hari berturut
-turut pada ibu nifas terhadap kandungan retinol AS1 di Indonesia maupun luar negeri belumlah
tersedia. Program Gizi telah melaksanakan distibusi kapsul 1 x 200 000 SI sejak tahun 1994.9
Salah satu sasaran pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi adalah pada ibu nifas, vitamin
A memiliki manfaat penting bagi ibu dan bayi yang disusuinya dan dapat meningkatkan kuantitas
Air Susu Ibu (ASI), meningkatkan daya tahan tubuh serta meningkatkan kelangsungan hidup anak.
Oleh sebab itu, pemerintah memprogramkan pemberian vitamin A untuk meningkatkan kesehatan
ibu pada ibu nifas.9
Kekurangan vitamin A pada saat nifas berhubungan erat dengan kejadian anemia pada ibu
menyusui, kekurangan berat badan, kurang gizi, meningkatnya risiko infeksi dan penyakit
reproduksi, serta menurunkan kelangsungan hidup ibu hingga dua tahun setelah melahirkan. Ibu
nifas yang cukup mendapatkan vitamin A akan meningkatkan kandungan vitamin A pada bayi
yang disusuinya, sehingga bayi yang disusui lebih kebal terhadap penyakit di samping itu
memelihara kesehatan ibu dimana kesehatan ibu lebih cepat pulih pada masa nifas. Usaha
pemerintah dalam menurunkan angka kebutaan yaitu melakukan pengadaan program gizi terapan
Applied Nutrition Program (ANP) yaitu salah satunya program penyediaan kapsul vitamin A
untuk mengatasi permasalahan kekurangan Vitamin A (KVA) untuk bayi dan balita serta
pemerintah menyedikan sedikitnya satu kapsul vitamin A paska bersalin untuk menaikkan jumlah
kandungan vitamin A dalam ASI, sehingga akan meningkatkan status vitamin A pada bayi yang
disusuinya dan mengurangi risiko buta senja pada ibu menyusui ini karena kurang vitamin A.10
2.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu nifas terhadap konsumsi
vitamin A

2.2.1 Pengetahuan
Pengetahuan ibu nifas tentang konsumsi vitamin A selama masa nifas adalah kemampuan
ibu dalam menjawab pertanyaan dalam kuesioner tentang vitamin A. Pengetahuan dan sikap
terhadap kesehatan merupakan salah satu faktor predisposisi yang memengaruhi perilaku. Jika
seorang ibu nifas tidak pernah mendapatkan informasi atau penyuluhan mengenai konsumsi
Vitamin A, dapat berpengaruh dalam konsumsi vitamin Anya pada masa nifas. Pada penelitian
Dian Fientani tahun 2013 didapatkan bahwa dari 31 ibu dengan pengetahuan baik dalam
mengkonsumsi kapsul vitamin A ada 20 orang (64,5%). Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada
= 0,05 didapatkan p-Value 0,001, sehingga memperlihatkan ada hubungan antara pengetahuan
dengan konsumsi vitamin A.11 Pada penelitian Narimah pada tahun 2012 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden berpendidikan menengah atas, dengan persentase 65,6% mengonsumsi
vitamin A. Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada = 0,05 didapatkan p-Value 0,001, sehingga
memperlihatkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan konsumsi vitamin A.12

2.2.2 Pendidikan
Pendidikan ibu adalah pendidikan formal yang pernah diikuti oleh ibu yang terdiri dari
tingkat SD, SLTP, SMA, D3 dan S1. Pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan
respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana
keuntungan yang diperoleh dari gagasan tersebut. Dalam hal ini semakin tinggi pendidikan
seseorang, maka kesempatan untuk memperoleh informasi akan sesuatu dan juga pengetahuan
akan sesuatu hal semakin lebar. Dimana melalui lama pendidikan yang di tempuh melalui jenjang
pendidikan responden akan semakin banyak mendapatkan informasi dari berbagai sumber. Pada
penelitian Norma Jeepri Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berpendidikan SMA sebanyak 45 orang (46,9%). hasil analisis chi square didapatkan P Value
0,024 yang artinya terdapat hubungan anaara pendidikan dengan kepatuhan ibu nifas
mengkonsumsi vitamin A.13
2.2.3 Umur

2.2.4 ?

2.2.5 ?

You might also like