Professional Documents
Culture Documents
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Maulid Nabi Muhammad SAW.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Maulid Nabi Muhammad SAW ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..i
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN....1
BAB II PEMBAHASAN.3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
atas, maka pada makalah ini akan dibahas mengenai maulid Nabi Muhammad
SAW dan hikmah dalam meneladani pribadi beliau.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu
Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak, pada masa pemerintahan Sultan
Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya
sendiri justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk
membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan
semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib
melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem
dimana saa itu Masjid Al-Aqsha akan diubah menjadi gereja. Ketika itu dunia
Islam seperti kehilangan semangat jihad dan ukhuwah, sebab secara politis
terpecah belah dalam beberapa kerajaan dan kesultanan meskipun khalifahnya
satu, yaitu Khalifah Bani Abbas di Baghdad, Iraq.
Melihat suasana lesu itu, Shalahuddin berusaha untuk membangkitkan
semangat jihad kaum muslimin dengan menggelar Maulid Nabi pada 12 Rabiul
Awwal. Menurutnya, semangat jihad itu harus dibangkitkan kembali dengan cara
mempertebal kecintaan umat kepada Rasulullah SAW. Namun gagasan itu
sebenarnya bukan usulan dia, tetapi usulan dari saudara iparnya, Muzaffaruddin
Gekburi, yaitu seorang atabeg (bupati) di Irbil, Suriah Utara.
Awalnya, gagasan Shalahuddin ditentang para ulama, sebab sejak zaman
Nabi perayaan maulid itu tidak ada. Apalagi, di dalam agama islam hari raya
resmi cuma ada 2 yaitu, Hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Namun Shalahuddin
menegaskan bahwa perayaan Maulid hanyalah semarak syiar Islam, bukan
perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dikategorikan sebagai bidah.
Kebetulan Khlaifah An Nashir di Baghdad pun menyetujuinya. Maka, di tengah
musim haji pada 579 Hijriah atau 1183 Masehi, shalahuddin mengimbau seluruh
jamaah hajji agar setiap tahun merayakan maulid Nabi di kampong halaman
masing-masing. Salah satu kegiatan yang dalam maulid yang pertama kali digelar
oleh Shalahuddin pada 580 H/1184 M adalah sayembara menulis riwayat Nabi
yang diikuti oleh sejumlah ulama dan sasterawan.
Setelah diseleksi, pemenang pertamanya dalahSyaikh Jafar Al-Barzanji-yang
menulis riwayat Rasulullah SAW dan keluhuran akhlaknya dalam bentuk syair
yang panjang, yaitu Maulid Barzanji.
4
Ternyata, peringatan Maulid Nabi yang digagas oleh Shalahuddin al-Ayyubi
mampu menggelorakan semangat jihad kaum muslim dalam menghadapi serangan
agresi Barat dalam Perang salib. Shalahuddin berhasil menghimpun kekuatan,
sehingga Yerusalem berhasil direbut pada 583 H atau 1187 M. Pada zaman
sekarang, kebanyakan muslim di Negara-negara Islam merayakan Maulid Nabi,
diantaranya: Mesir, Syria, Lebanon, Yordania, Palestina, Iraq, Kuwait, Uni Emirat
Arab (tidak secra resmi karena mereka menyambut secara sembunyi-sembunyi di
rumah masing-masing), Sudan, Yaman, Libya, Tunisia, Algeria, Maroko,
Mauritania, Djibouti, Somalia, Turki, Pakistan, India, Sri Lanka, Iran,
Afghanistan, Azerbaidjan, Uzbekistan, Turkistan, Bosnia, Indonesia, Malaysia,
Brunei, Singapura, dan kebanyakan Negara islam yang lain. Di kebanyakan
Negara Arab, Maulidurrasul Saw merupakan hari cuti umum.
Oleh karena itu, sangatlah pantas bagi kita untuk selalu memperingati
kelahiran beliau sebagai bentuk syukur dan terima kasih yang dalam kepada Allah
SWT atas karunia-Nya yang agung dengan lahirnya Rasulullah SAW.
5
berbahagia didunia dan di akhirat. Sedangkan barangsiapa yang menolak dan
menentangnya, niscaya dia akan merugi di dunia dan di akhirat.
2.3.2. Nabi Muhammad SAW Diutus sebagai Saksi dan Pembawa Kabar Gembira
Artinya : Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan
pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, (QS. Al-Ahzab : 45)
Artinya: Dan demikianlah , telah Kami jadikan kamu suatu ummat yang di
tengah, supaya kamu menjadi saksi-saksi atas manusia, dan adalah Rasul menjadi
saksi(pula) atas kamu. Dan tidaklah Kami jadikan kiblat yang telah ada engkau
atasnya, melainkan supaya Kami ketahui siapa yang mengikut Rasul dari siapa
yang berpaling atas dua tumitnya. Dan memanglah berat itu kecuali atas orang
yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan tidaklah Allah akan menyia-nyiakan
iman kamu. Sesungguhnya Allah terhadap manusia adalah Penyantun lagi
Penyayang
6
Artinya : Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu,
yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir
kepada Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan dan
memperbaiki akhlak umat manusia, sekaligus sebagai contoh teladan baik. Nabi
shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlaq yang baik. (HR. Ahmad 2/381) .Keluhuran akhlak Nabi
Muhammad saw tercermin di seluruh aspek kehidupan beliau. Kecintaan pada
masyarakat yang dipimpinnya menunjukkan kasih sayang yang tulus.
7
Tujuannya adalah untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin
dalam perjuangan membebaskan Masjid al-Aqsha di Palestina dari cengkraman
kaum Salibis. Yang kemudian, menghasilkan efek besar berupa semangat jihad
umat Islam menggelora pada saat itu. Secara subtansial, perayaan Maulid Nabi
adalah sebagai bentuk upaya untuk mengenal akan keteladanan Nabi Muhammad
SAW sebagai pembawa ajaran agama Islam. Tercatat dalam sepanjang sejarah
kehidupan, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pemimipn besar yang sangat
luar biasa dalam memberikan teladan agung bagi umatnya.
Dalam konteks ini, Maulid harus diartikulasikan sebagai salah satu upaya
transformasi diri atas kesalehan umat. Yakni, sebagai semangat baru untuk
membangun nilai-nilai profetik agar tercipta masyarakat madani (Civil Society)
yang merupakan bagian dari demokrasi seperti toleransi, transparansi, anti
kekerasan, kesetaraan gender, cinta lingkungan, pluralisme, keadilan sosial, ruang
bebas partisipasi, dan humanisme. Dalam tatanan sejarah sosio antropologis
Islam, Nabi Muhammad SAW dapat dilihat dan dipahami dalam dua dimensi
sosial yang berbeda dan saling melengkapi.
Pertama, dalam perspektif teologis-religius, Nabi Muhammad SAW dilihat
dan dipahami sebagai sosok nabi sekaligus rasul terakhir dalam tatanan konsep
keislaman. Hal ini memposisikan Nabi Muhammad SAW sebagai sosok manusia
sakral yang merupakan wakil Tuhan di dunia yang bertugas membawa,
menyampaikan, serta mengaplikasikan segala bentuk pesan suci Tuhan kepada
umat manusia secara universal.
Kedua, dalam perspektif sosial-politik, Beliau dilihat dan dipahami sebagai
sosok politikus andal. Sosok individu Nabi Muhammad SAW yang identik
dengan sosok pemimpin yang adil, egaliter, toleran, humanis, serta non-
diskriminatif dan hegemonik, yang kemudian mampu membawa tatanan
masyarakat sosial Arab kala itu menuju suatu tatanan masyarakat sosial yang
sejahtera dan tentram. Tentu, sudah saatnya bagi kita untuk mulai memahami dan
memperingati Maulid secara lebih mendalam dan fundamental, sehingga kita
tidak hanya memahami dan memperingatinya sebatas sebagai hari kelahiran sosok
nabi dan rasul terakhir yang sarat dengan serangkaian ritual-ritual sakralistik
8
simbolik keislaman semata, namun menjadikannya sebagai kelahiran sosok
pemimpin. Karena bukan menjadi rahasia lagi bila kita sedang membutuhkan
sosok pemimpin bangsa yang mampu merekonstruksikan suatu citra
kepemimpinan dan masyarakat sosial yang ideal, egaliter, toleran, humanis dan
nondiskriminatif, sebagaimana dilakukan Nabi Muhammad SAW untuk seluruh
umat manusia. Kontekstualisasi peringatan Maulid tidak lagi dipahami dari
perspektif keislaman saja, melainkan harus dipahami dari berbagai perspektif
yang menyangkut segala persoalan. Misal, politik, budaya, ekonomi, maupun
agama.
9
seremonial belaka, namun mutlak bagi segenap umat Islam untuk menghayati
bahkan mengamalkan seluruh makna dan hikmah yang terkandung dari peringatan
mauled tersebut sehingga terbentuklah kepribadian muslim sejati.
Dalam kaitan itu, sepatutnya kita merenungkan salah satu hadits Nabi SAW
yang artinya: Sesungguhnya aku diutus oleh ALLH untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia.
Sabda Nabi tersebut sejalan dengan penegasan ALLH SWT melalui firman-
Nya, bahwa : Sungguh telah ada bagimu (contoh) keteladanan pada diri
Rasulullah (Muhammad). (QS. Al Ahzab; 21)
Berdasarkan rangkaian ayat dan hadits di atas, maka minimal ada dua makna
ataupun hikmah yang dapat kita petik dari peringatan Maulid Nabi Muhammad
SAW, yaitu:
Pertama, Nabi Muhammad SAW lahir dan diangkat sebagai pembawa risalah
syiar kebenaran (al Islam) sebagai ajaran Tauhid atau Aqidah yang Haq, sehingga
setiap muslim dituntut untuk selalu melakukan evaluasi atau koreksi terhadap
keikhlasan tauhidnya. Sebagai Aqidah yang haq, Islam muncul dan dibawa Nabi
Muhammad SAW di tengah masyarakat Arab yang diliputi dan sangat akrab
dengan kehidupan Jahiliyah yang disebabkan keyakinan sesembahan berhala
yang diyakini sebagai tuhan berupa patung serta tempat-tempat tertentu yang
dipandang angker atau syakral.
Ajaran Islam yang diturunkan ALLH sebagai wahyu-Nya kepada
Rasulullah Muhammad SAW merupakan ajaran kebenaran Tauhid kepada
ALLH sebagai satu-satunya Zat yang patut disembah dan hanya kepada-Nyalah
memohon segala pertolongan. Oleh karena itu, sebagai wujud kecintaan kepada
Nabiyullah SAW sekaligus bentuk ketaatan kepada ALLH SWT, maka
seharusnya setiap insan berupaya semaksimal mungkin untuk memperbaiki dan
mengikhlaskan Tauhidnya serta mengamalkan ibadah secara ikhlas dan berusaha
agar tidak menodai ibadahnya dengan berbagai bentuk kemusyrikan, misalnya;
berkeyakinan bahwa ada tempat-tempat atau benda-benda tertentu yang dianggap
angker, keramat atau memiliki keajaiban sehingga menggiring hatinya untuk
10
melakukan sesajian. Tegasnya bahwa hanya ALLH semata Tuhan kita serta
hanya kepada-Nya kita berserah diri.
Kedua, Rasululah SAW diutus sebagai Uswatun Hasanah (panutan atau
teladan yang baik) bagi segenap manusia. Selaku pembawa risalah Islam, Nabi
Muhammad SAW dinobatkan sebagai Rasul ALLH; telah dimodali dengan
karakter sikap kepribadian dan keteladanan yang sangat mulia, sehingga
sepatutnya dari peringatan Maulid itu, setiap insan Mumin dituntut untuk
merefleksikan, menghayati dan mengamalkan berbagai sifat dan perbuatan mulia
yang dimiliki Nabi Muhammad SAW, antara lain:
1. Shiddiq, artinya jujur/berkata benar;
2. Amanah, yakni terpercaya/memegang teguh kepercayaan;
3. Tabligh, artinya senantiasa menyampaikan kebenaran sekalipun terasa
pahit atau berat; serta
4. Fathanah, yang berarti cerdas karena ketekunan dan keuletan.
Suatu hal yang mutlak kita yakini dengan sungguh-sungguh dan ikhlas bahwa
ALLH memilih dan mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya bukan
semata-mata bagi suatu kelompok umat saja, namun sesungguhnya Rasulullah
merupakan figure terbaik yang diperuntukkan bagi segenap umat manusia. Hal ini
didasarkan pada firman ALLH SWT : Dan tidaklah kami mengutus engkau
(Muhammad), kecuali untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (QS. Al
Anbiy: 107). Oleh karenanya, adalah sebuah kerugian bahkan merupakan
pengingkaran apabila ada sekelompok manusia yang enggan atau tidak pernah
mengakui kerasulan Muhammad SAW; termasuk bagi umat Islam yang kikir
bershalawat kepadanya.
11
"Sesunggu hnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.
Hai orang-orang yangberiman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya". ( QS.Al-Ahzab:56.)
2. Berdzikir dan meningkatkan ibadah kepada Allah.
Syekh Husnayn Makhluf berkata: "Perayaan maulid harus dilakukan dengan
berdzikir kepada Allah SWT, mensyukuri kenikmatan Allah SWT atas kelahiran
Rasulullah SAW, dan dilakukan dengan cara yang sopan, khusyu' serta jauh dari
hal-hal yang diharamkan dan bid'ah yang munkar".
3. Membaca sejarah Rasulullah s.a.w. dan menceritakan kebaikan-kebaikan
dan keutamaan-keutamaan beliau.
4. Memberi sedekah kepada yang membutuhkan atau fakir miskin.
5. Meningkatkan silaturrahmi.
6. Menunjukkan rasa gembira dan bahagia dengan merasakan senantiasa
kehadiran Rasulullah SAW ditengah-tengah kita.
7. Mengadakan pengajian atau majlis ta'lim yang berisi anjuran untuk
kebaikan dan mensuri tauladani Rasulullah s.a.w.
12
2. Dengan acara memperingati maulid Nabi saw bisa menambah syiar islam
dan mendapat pahala yang besar.
Karena dalam peringatan maulid Nabi tidak lepas dari membaca shalawat
dan itu sangat diajarkan oleh agama islam, yang secara tegas diwajibkan oleh
Allah. Lihat surah Al Ahzab yang menyatakan bahwa Sesungguhnya Allah dan
para malaikat bershalawat kepada rasul.
3. Acara memperingati maulid Nabi SAW bisa dijadikan moment untuk mencari
ilmu (yang diwajibkan islam) tentang rasul dan ajarannya.
Karena disana diisi pengajian-pengajian tentang ajaran islam, tentang sunnah-
sunnah Rasulullah, kisah-kisah teladan Rasulullah SAW bersama para sahabat dan
para orang yang memusuhinya, juga kisah-kisah bagaimana hidup secara islami
menurut ajaran Rasul SAW, bukan sekedar bualan-bualan atau janji-janji manis
yang tak karu- karuan.
4. Acara memperingati maulid Nabi SAW merupakan wadah atau sarana untuk
mengkaji, mencintai dan meneladani beliau SAW.
Pepatah mengatakan: tak kenal maka tak sayang. Sangat mungkin seorang
muslim tidak banyak tahu tentang sejarah kehidupan Nabinya, lantas bagaimana
mungkin ia akan meneladani nabinya, jika ia sendiri tidak mengenalnya. Untuk
menyayangi sosok pribadi yang agung perlu pengenalan lebih jauh, karena dengan
banyak mengenal pribadi beliau kecintaan kita akan lebih bermakna. Dengan
memperingati maulid Nabi SAW, kaum muslimin akan menjadikan beliau sebagai
teladan dalam hidupnya, dan tidak perlu meneladani orang-orang yang tidak layak
untuk diteladani.
Dengan diadakannya perayaan Maulid Nabi kita sebagai umat islam akan
mempunyai niat untuk lebih bisa mengekspresikan cinta kita kepada Rasulullah
SAW dengan cara yang positif dan inovatif.Kita bisa mengungkap sejarah
perjuangan Rasulullah Muhammad SAW sebagai rasul kita, sehingga kita dapat
kembali meneladani prilaku Rasulullah SAW dalam seluruh aspek hidup dan
kehidupan kita.
13
2.7 Pelaksanaan Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW
Perayaan di Indonesia, Masyarakat muslim di Indonesia umumnya
menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan
seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair Barzanji dan pengajian.
Menurut penanggalan Jawa bulan Rabiul Awal disebut bulan Mulud, dan
acara Muludan juga dirayakan dengan perayaan dan permainan gamelan Sekaten.
Perayaan di Luar Negeri, Sebagian masyarakat muslim Sunni dan Syiah di
dunia merayakan Maulid Nabi. Muslim Sunni merayakannya pada tanggal 12
Rabiul Awal sedangkan muslim Syiah merayakannya pada tanggal 17 Rabiul
Awal, yang juga bertepatan dengan ulang tahun Imam Syiah yang keenam, yaitu
Imam Ja'far ash-Shadiq.
Maulid dirayakan pada banyak negara dengan penduduk mayoritas Muslim di
dunia, serta di negara-negara lain di mana masyarakat Muslim banyak membentuk
komunitas, contohnya antara lain di India, Britania, Rusia dan Kanada. Arab
Saudi adalah satu-satunya negara dengan penduduk mayoritas Muslim yang tidak
menjadikan Maulid sebagai hari libur resmi. Partisipasi dalam ritual perayaan hari
besar Islam ini umumnya dipandang sebagai ekspresi dari rasa keimanan dan
kebangkitan keberagamaan bagi para penganutnya.
14
Isra' Mi'raj, peringatan Muharram, dan lain-lain. Bagaimana sebenarnya aktifitas-
aktifitas itu? Secara khusus, Nabi Muhammad SAW memang tidak pernah
menyuruh hal-hal demikian. Karena tidak pernah menyuruh, maka secara spesial
pula, hal ini tidak bisa dikatakan "masyru'" [disyariatkan], tetapi juga tidak bisa
dikatakan berlawanan dengan teologi agama. Yang perlu kita tekankan dalam
memaknai aktifitas-aktifitas itu adalah "mengingat kembali hari kelahiran beliau -
-atau peristiwa-peristiwa penting lainnya-- dalam rangka meresapi nilai-nilai dan
hikmah yang terkandung pada kejadian itu". Misalnya, hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Itu bisa kita jadikan sebagai bentuk "mengingat kembali
diutusnya
Muhammad SAW" sebagai Rasul. Jika dengan mengingat saja kita bisa
mendapatkan semangat-semangat khusus dalam beragama, tentu ini akan
mendapatkan pahala. Apalagi jika peringatan itu betul-betul dengan niat "sebagai
bentuk rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW".
Dalam Shahih Bukhari diceritakan, sebuah kisah yang menyangkut tentang
Tsuwaibah. Tsuwaibah adalah budak [perempuan] Abu Lahab [paman Nabi
Muhammad SAW]. Tsuwaibah memberikan kabar kepada Abu Lahab tentang
kelahiran Muhammad [keponakannya], tepatnya hari Senin tanggal 12 Robiul
Awwal tahun Gajah. Abu Lahab bersuka cita sekali dengan kelahiran beliau.
Maka, dengan kegembiraan itu, Abu Lahab membebaskan Tsuwaibah. Dalam
riwayat disebutkan, bahwa setiap hari Senin, di akhirat nanti, siksa Abu Lahab
akan dikurangi karena pada hari itu, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, Abu
Lahab turut bersuka cita. Kepastian akan hal ini tentu kita kembalikan kepada
Allah SWT, yang paling berhak tentang urusan akhirat. Peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW secara seremonial sebagaimana yang kita lihat sekarang ini,
dimulai oleh Imam Shalahuddin Al-Ayyubi, komandan Perang Salib yang berhasil
merebut Jerusalem dari orang-orang Kristen. Akhirnya, setelah terbukti bahwa
kegiatan ini mampu membawa umat Islam untuk selalu ingat kepada Nabi
Muhammad SAW, menambah ketaqwaan dan keimanan, kegiatan ini pun
berkembang ke seluruh wilayah-wilayah Islam, termasuk Indonesia. Kita tidak
perlu merisaukan aktifitas itu. Aktifitas apapun, jika akan menambah ketaqwaan
15
kita, perlu kita lakukan.
Tentang pendapat Ulama dan Pemerintah Arab Saudi itu, memang benar. Tetapi,
jika kita ingin 100% seperti zaman Nabi Muhammad SAW, apapun yang ada di
sekeliling kita, jelas tidak ada di zaman Nabi. Yang menjadi prinsip kita adalah
esensi. Esensi dari suatu kegiatan itulah yang harus kita utamakan. Nabi
Muhammad SAW bersabda : 'Barang siapa yang melahirkan aktifitas yang baik,
maka baginya adalah pahala dan [juga mendapatkan] pahala orang yang turut
melakukannya' (Muslim dll). Makna 'aktifitas yang baik' secara sederhananya
adalah aktifitas yang menjadikan kita bertambah iman kepada Allah SWT dan
Nabi-Nabi-Nya, termasuk Nabi Muhammad SAW, dan lain-lainnya.
Masalah Bid'ah:
Ibnu Atsir dalam kitabnya "Annihayah fi Gharibil Hadist wal-Atsar" pada bab
Bid'ah dan pada pembahasan hadist Umar tentang Qiyamullail (sholat malam)
Ramadhan "Sebaik-baik bid'ah adalah ini", bahwa bid'ah terbagi menjadi dua :
bid'ah baik dan bid'ah sesat. Bid'ah yang bertentangan dengan perintah qur'an dan
hadist disebut bid'ah sesat, sedangkan bid'ah yang sesuai dengan ketentuan umum
ajaran agama dan mewujudkan tujuan dari syariah itu sendiri disebut bid'ah
hasanah. Ibnu Atsir menukil sebuah hadist Rasulullah "Barang siapa merintis
jalan kebaikan maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang orang yang
menjalankannya dan barang siapa merintis jalan sesat maka ia akan mendapat
dosa dan dosa orang yang menjalankannya". Rasulullah juga bersabda "Ikutilah
kepada teladan yang diberikan oleh dua orang sahabatku Abu Bakar dan Umar".
Dalam kesempatan lain Rasulullah juga menyatakan "Setiap yang baru dalam
agama adala Bid'ah". Untuk mensinkronkan dua hadist tersebut adalah dengan
pemahaman bahwa setiap tindakan yang jelas bertentangan dengan ajaran agama
disebut "bid'ah".
Izzuddin bin Abdussalam bahkan membuat kategori bid'ah sbb : 1) wajib
seperti meletakkan dasar-dasar ilmu agama dan bahasa Arab yang belum ada pada
zaman Rasulullah. Ini untuk menjaga dan melestarikan ajaran agama.seperti
kodifikasi al-Qur'an misalnya. 2) Bid'ah yang sunnah seperti mendirikan
16
madrasah di masjid, atau halaqah-halaqah kajian keagamaan dan membaca al-
Qur'an di dalam masjid. 3) Bid'ah yang haram seperti melagukan al-Qur'an hingga
merubah arti aslinya, 4) Bid'ah Makruh seperti menghias masjid dengan gambar-
gambar 5) Bid'ah yang halal, seperti bid'ah dalam tata cara pembagian daging
Qurban dan lain sebagainya.
Syatibi dalam Muwafawat mengatakan bahwa bid'ah adalah tindakan yang
diklaim mempunyai maslahah namun bertentangan dengan tujuan syariah.
Amalan-amalan yang tidak ada nash dalam syariah, seperti sujud syukur menurut
Imam Malik, berdoa bersama-sama setelah shalat fardlu, atau seperti puasa
disertai dengan tanpa bicara seharian, atau meninggalkan makanan tertentu, maka
ini harus dikaji dengan pertimbangan maslahat dan mafsadah menurut agama.
Manakala ia mendatangkan maslahat dan terpuji secara agama, ia pun terpuji dan
boleh dilaksanakan. Sebaliknya bila ia menimbulkan mafsadah, tidak boleh
dilaksanakan.(2/585)
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa bid'ah terjadi hanya dalam
masalah-masalah ibadah. Namun di sini juga ada kesulitan untuk membedakan
mana amalan yang masuk dalam kategori masalah ibadah dan mana yang bukan.
Memang agak rumit menentukan mana bid'ah yang baik dan tidak baik dan ini
sering menimbulkan percekcokan dan perselisihan antara umat Islam, bahkan
saling mengkafirkan. Selayaknya kita tidak membesar-besarkan masalah seperti
ini, karena kebanyakan kembalinya hanya kepada perbedaan cabang-cabang
ajaran (furu'iyah). Kita diperbolehkan berbeda pendapat dalam masalah cabang
agama karena ini masalah ijtihadiyah (hasil ijtihad ulama).
Sikap yang kurang terpuji dalam mensikapi masalah furu'iyah adalah
menklaim dirinya dan pendapatnya yang paling benar. (M. Luthfi Thomafi)
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Yang perlu dijadikan sebagai catatan adalah, bahwa peringatan maulid Nabi
ini pada dasarnya adalah untuk mengingat dan mempelajari kembali perjuangan
dan keteladanan Nabi Muhammad saw. Tujuannya tidak lain adalah agar setiap
Muslim memperoleh gambaran tentang hakikat Islam secara paripurna, yang
tercermin di dalam kehidupan Nabi Muhammad saw.
Juga sebagai kepala negara yang mengatur segala urusan dengan cerdas dan
bijaksana, sebagai suami teladan dan seorang ayah yang penuh kasih sayang,
sebagai panglima perang yang mahir, sebagai negarawan yang cerdas dan jujur.
Jadi pada dasarnya nilai-nilai inilah yang harus digali kembali melalui peringatan
maulid Nabi ini. Wallahu alam bishshawab.
B. Saran
Sebagai umat Islam, hendaklah kita mengikuti jejak Rasulullah saw dalam
mengamalkan nilai-nilai kebajikan, untuk menjadikan kita sebagai umat muslim
yang berwawasan luas dan berakhlak mulia. Yang tetap berpegang teguh pada
nilai-nilai agama dan menjaga moral bangsa.
18
DAFTAR PUSTAKA
19