You are on page 1of 8

Analisis Komonitas Tumbuhan

A. Konsep Analisis Tumbuhan


Analisis vegetasi tumbuhan merupakan sutau cara mempelajari komposisi jenis dan
struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, suatu vegetasi yang mempelajari berupa komonitas
tumbuhan yang merupakan asosiasi konkrit dari semua spesies tetumbuhan yang menempati
siatu habitat. Tujuan yang ingin di capai dalam analisis komonitas adalah untuk mengetahui
komposisi spesies dan struktur komonitas pada suatu wilaya yang di pelajari ( Indriyanto,
2006).
Hasil analisis komonitas tumbuhan disajikan secara deskripsi mengenai komposisi
spesies dan struktur komonitasnya. Struktur suatu komonitas tidak hanya di pengaruhi oleh
hubungan spesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap spesies organisme. Hal ini
menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komonitas,
distribusi individu antar spesies dalam komonitas, bahkan dapat memberikan pengaruh pada
keseimbangan system dan akhirnya akan berpengaruh pada stabilitas komonitas. (Leksono,
2007 ).
Struktur Vegetasi memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif. Dengan demikian, dalam
deskripsi struktur vegetasi dapat dilakukan secara kualitatif dengan parameter kualitatif atau
secara kuantitatif dengan parameter kuantitatif ( Soegianto,1994 ). Hal utama dalam analisis
vegetasi adalah cara mendapatkan data, terutama data kuantitatif dari semua spesies
tumbuhan penyusun vegetasi, parameter kuantitatif dan kualitatif apa saja yang di perlukan,
penyajian data dan interprestasi data, agar dapat mengemukakan komposisi floristic serta
sifat-sifat komonitas tumbuhan secara utuh dan menyeluruh ( Arief, 1994 ).

B. Parameter Ekologi dalam Menganalisis Komonitas Tumbuhan


1. Parameter Kualitatif dalam Analisis Komonitas Tumbuhan
Menurut Indriyanto (2006), untuk kepentingan analisis komonitas tumbuhan di
perlukan parameter kualitatif, hal ini sesuai dengan sifat komonitas tumbuhan itu sendiri
bahwa dia memiliki sifat kualitatif dan sifat kuantitatif, beberapa parameter kualitatif
komonitas tumbuhan antara lain : Fisiognomi, fenologi, stratifikasi, kelimpahan,
penyebaran, daya hidup dan bentuk pertumbuhan :
a. Fisiognomi adalah penemakan luar dari suatu komonitas tumbuhan yang dapat
dideskripsikan berdasarkan kepala penampakn spesies tumbuhan dominan,
penampakan tinggi tumbuhan, dan warna tumbuhan yang tampak oleh mata.
b. Fenologi adalah perwujudan spesies pada setiap tingkat dalam siklus hidupnya.
Bentuk dari tumbuhan berubah-ubah sesuai dengan umurnya, sehinggah spesies
yang sama dengan tinggkat umur yang berbeda pasti memiliki fenologi yang
berbeda, sehinggah keanekaragan spesies dalam suatu komonitas akan
menentukan struktur komonitas tersebut.
c. Stratifikasi adalah distribusi tumbuhan dalam ruang vertical. Semua spesies
tumbuhan dalam komonitas tidak sama ukurannya, serta secara vertical tidak
menempati ruang yang sama.
d. Kelimpahan adalah parameter kualitatif yang mencerminkan distribusi relatif
spesies organisme dalam komonitas. Menurut penaksiran kualitatif , kelimpahan
dapat di kelompokan menjadi : sangat jarang, jarang ( kadang-kadang ), sering
banyak atau berlimpah, dan sangat banyak ( sangat berlimpah ).
e. Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan keberadaan
spesies organisme pada ruang secara horizontal, antara lain random, seragam, dan
berkelompok.
f. Daya hidup atau vitalitas adalah tingakat keberhasilan tumbuhan untuk hidup dan
tumbuh normal, serta kemampuan untuk bereproduksi. Daya hidup akan
menentukan setiap spesies organisme untuk memelihara kedudukannya dalam
suatu komonitas.
g. Bentuk pertumbuhan adalah penggolongan tumbuhan menurut bentuk
pertumbuhannya, habitat, atau menurut karakteristik lainnya. Misalnya Pohon,
semak, perdu, herba dan liana.

2. Parameter Kuantitatif dalam Analisis Komonitas Tumbuhan


Untuk Kepentingan deskripsi suatu vegetasi di perlukan minimal tiga macam
parameter kuantitatif antara lain densitas ( Kerapatan ), Frekuensi, dan kerimbunan.
Kerimbunan yang di maksud oleh Kusamana ( 1977 ) adalah sebagian dari parameter
dominasi. Kerimbunan adalah daerah yang di tempati oleh tetumbuhan dan dapat di
nyatakan dengan salah satu atau kedua-duanya dari penutupan dasar ( basal cover)
(Indriyanto, 2006 ).
Kusuma ( 1997 ) mengemukakan bahwa dalam penelitian ekologi hutan pada
umumnya para peneliti ingin mengetahui spesies tetumbuhan yang dominan yang
memberi ciri utama terhadap fisiognomi suatu komonitas hutan. Berbagai jenis
tumbuhan yang dominan dalam komonitas dapat di ketahui dengan mengukur
dominasi tersebut. Ukuran dominasi dapat dinyatakan dengan beberapa parameter,
antar lain biomassa, penutupan tajuk , las basal area, indeks nilai penting, dan
perbandingan nilai penting. ( summed dominance ratio).
Di sisi lain, masi banyak parameter kuantitatif yang dapat di gunakan untuk
mendeskripsikan komonitas tumbuhan, baik dari segi struktur komonitas maupun
tingkat kesamaanya dengan komonitas lain. Parameter yang di maksud meliputi
indeks keanekaragaman spesies dan indeks komonitas ( Indriyanto, 2006 ).
Uraian tiga macam parameter kuantitatif dalam analisis vegetasi adalah sebagi
berikut :
a. Densitas ( Kerapatan )
Menurut Fachrul ( 2007 ) densitas adalah jumlah individu persatuan luas atau per
unit volume. Dengan kata lain densitas merupakan jumlah individu organisme per
satuan ruang. Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan istilah yang sering
dugunakan adala kerapatan dengan notasi K. Dengan demikian, densitas spesies
ke-I dapat di hitung sebagai K-I dan densitas relatif setiap spesies ke-I dapat di
hitung sebgai KR-I :

Jumlah Individu satu jenis ( i )


K-i =
Luas seluruh petek contoh

Kerapatan Mutlak jenis ( i )


KR-I = x 100 %
Kerapatan total seluruh jenis

Frekuensi
Menurut Fachrul ( 2007 ) dalam aspek ekologi, frekuensi di gunakan untuk
menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisis suatu spesies tertentu
terhadap jumlah total sampel.
Frekuensi spesies tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat di temukannya
suatu spesies dari sejumlah petak contok yang di buat. Frekuensi merupakan
besarnya intensitas di temukanya spesies dalam pengamatan keberadaan
organisme pada komonitas atau ekosistem. Untuk kepentingan analisis komonitas
tumbuhan, frekuensi spesies ( F ), frekuensi spesies ke-i ( F-i ) dan frekuensi
relatif spesies ke-i ( FR-i ) dapat di hitung dengan rumus berikut :

Jumlah satuan petak yang di duduki oleh jenis ( i )


F-i =
Jumlah seluruh petek contoh

Frekuensi Jenis ( i )
FR-I = x 100 %
Jumlah Frekuensi seluruh jenis ( D- i )

Dominasi ( Dominance )
Dominasi menyatakan suatu jenis tumbuhan utama yang mempengaruhi dan
melaksanakan control terhadap komunitas dengan cara banyaknya jumlah jenis,
besarnya ukuran meupun pertumbuhannya yang dominan. Parameter vegetasi
dominan dapat di ketahui dengan kerimbunan ( Fachrul, 2007 ).

Jumlah Kerimbunan individu suatu jenis ( i )


D-i =
Jumlah total luas yang di buat untuk penarikan contoh

Kerimbunan jenis ( i )
DRi = x 100 %
Jumlah Kerimbunan seluruh jenis
Indeks Nilai Penting ( Important Value Index )
Indeks Nilai Penting ( INP ) merupakan indeks kepentingan yang
menggambarkan pentingnya peranan suatu vegetasi dalam ekosistemnya. Apabila
nilai INP suatu jenis vegetasi bernilai tinggi, maka jenis itu sangat mempengaruhi
kestabilan ekosistem tersebut ( Fachrul, 2007 ).

Indens Nilai penting ( INP ) dapat di gunakan untuk menentukan dominasi


jenis tumbuhan terhadaap jenis tumbuhan lainnya, karna dalam suatu komonitas
yang bersifat heterogen data parameter sendiri-sendiri dari nilai frekuensi,
kerapatan, dan dominasinya tidak dapat menggambarkan secara menyeluruh,
maka untuk menentukan nilai pentinggnya yang mempunyai kaitan dengan
struktur komunitasnya dapat di ketahui dari indeks nilai pentingnya, yaitu suatu
indeks yang di hitung berdasarkan jumlah seluruh nilai kerapatan relatif ( KR ),
frekuensi relatif ( FR ) dan dominasi relatif ( DR ), ( Fachrul, 2007 ):

INP = KR + FR + DR

Untuk mengetahui INP pada tingkat tumbuhan bawah ( under stories ), semai
(seedling) dan pancang ( sapling ) dihitung dari nilai krapatan relatif ( KR ) dan
frekuensi relatif ( FR ) ( Fachrul, 2007 ).

INP = KR + FR

Perbandingan Nilai Penting ( Summed Dominance Ratio )


Perbandingan Nilai Penting ( Summed Dominance Ratio )( SDR ) merupakan
parameter yang identic dengan indeks nilai penting. Oleh Karena itu, SDR juga dapat
di pakai untuk menentukan nilai dominasi spesies dalam suatu komonitas tumbuhan.
Summed Dominance Ratio menjadi parameter yang lebih sederhana karna besaranya
tersebut diperoleh dengan cara membagi indeks nilai penting dengan jumlah lain
parameter penyusunnya ( Indriyanto, 2006 ) ;
1). Untuk Tingkat tiang ( pole ) dan pohon ( tree ) :

KR + FR + DR
SDR=
3

3
2). Untuk tinggkat tumbuhan bawah ( under strories ), Semai ( seedling ) dan
pancang ( sapling ).

KR + FR
SDR=
2

3
SDR = Nilai Dominasi suatu jenis
KR= Kerapatan suatu relatif suatu jenis
FR = Frekuensi suatu Relatif suatu jenis
DR = Dominansi ( kerimbunan ) suatu relatif suatu jenis

Indeks Keanekaragaman ( Indeks of Deversity )


Keanekaragaman spesies merupakan ciri tingkatan komunitas berdasarkan
organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat di gunkan untuk mmenyatakan
struktur komunitas ( soegianto, 1994 ). Keanekaragaman spesies yang tinggi
menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitats tinggi karna interaksi
spesies yang terjadi dalam komunitas tersebut sangat tinggi ( Indriyanto, 2006 ).
Suatu Komunitas tersebut di nyatakan memiliki keanekaragaman jenis spesies
yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies. Sebaliknya suatu
komonitas dinyatakan rendah apabia komonitas tersebut disusun oleh spesies yang
sedikit dan hanyalah ada sedikit spesies yang dominan ( Indriyanto , 2006 ).
Untuk memperkirakan keanekaragaman spesies ada indeks keanekaragaman
yang dapat di gunakan dalam analisis komunitas tumbuhan adalah Indeks Shanon atau
Shanon Index of Generall Diversity ( H):

H = - { ni/ N log ( in/ N) }


Keterangan :
H = Indeks Shannon = indeks keanekaragaman Shannon
ni = jumlah individu dari suatu jenis i
N = Jumlah total individu seluruh jenis ( Indriyanto, 2006 )
Besarnya Indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon- wiener
didefinisikan sebagai berikut :
a. Nilai H 3 menunjukan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu tamsek
adalah melimpah tinggi.
b. Nilai H 1 H 3 menunjukan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu
tamsek adalah sedang melimpah.
c. Nilai H 1 menunjukan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu tamsek
adalah sedikit atau rendah ( Indriyanto,2006 ).

C. Metode-metode pengambilan sampel Anlisis Komunitas Tumbuhan


Metode Analisis Komunitas Tumbuhan
Secara garis besar metode analisis dalam ilmu vegetasi dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu metode destruktif dan metode non-destruktif.
1. Metode destruktif
Metode ini dilakukan untuk memahami jumlah materi organik yang terkandung atau
dapat dihasilkan oleh suatu vegetasi, variabel yang dipakai bisa berupa produktivitas primer
maupun biomasa. Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk-bentuk vegetasi yang
sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima meter
persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup atau berat keringnya.
Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas suatu padang rumput terbuka
dikaitkan dengan usaha pencarian lahan pengembalaan dan sekaligus menentukan kapasitas
tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara floristika yang
didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.

2. Metode non-destruktif
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yang berdasarkan penelaahan
vegetasi tidak didasarkan pada taksonominya, sehingga dikenal dengan pendekatan non-
floristika. Pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan vegetasi secara taksonomi,
atau pendekatan floristika.
a. Metode non-destruktif, non-floristika
Pada metode ini pembagian dunia vegetasi secara taksonomi sama sekali diabaikan,
tetapi dengan adanya pengklasifikasian tersendiri dengan dasar-dasar tertentu seperti:
tumbuhan tinggi, lumut daun, lumut kerak, alga dan jamur,
b. Metode non-destruktif, floristika
Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau keanekaragaman dari berbagai
bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap semua populasi spesies pembentuk vegetasi
tersebut, jadi dalam hal ini pemahaman dari setiap jenis vegetasi secara taksonomi adalah
mutlak di perlukan (Ardhana, 2012: 350-351).

You might also like