You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem integument/sistem penutup tubuh (covering) adalah suatu sistem penyusun

tubuh suatu makhluk hidup yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar. Sistem

integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan

menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali

merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik,

kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa

Latin "integumentum", yang berarti "penutup".

Secara ilmiah kulit adalah lapisan terluar yang terdapat di luar jaringan yang

terdapat pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh, kulit

merupakan organ yang paling luas permukaan yang membungkus seluruh bagian luar

tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia.

Cahaya matahari mengandung sinar ultra violet dan melindungi terhadap

mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh misalnya menjadi pucat, kekuning-

kunigan, kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat. Ganguan psikis juga dapat

mengakibatkan kelainan atau perubahan pada kulit misanya karna stres, ketakutan, dan

keadaan marah akan mengakibatkan perubahan pada kulit wajah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Dari Kulit?

2. Apa Saja Lapisan Pada Kulit?


3. Apa Saja Pembuluh Darah dan Saraf Pada Kulit?

4. Apa Saja Bagian Pada Kulit?

5. Bagaimana Fisiologi Sistem Integumen?

6. Apa Saja Fungsi Kulit?

7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Sistem Integumen?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Kulit

2. Untuk Mengetahui Apa Saja Lapisan Pada Kulit

3. Untuk Mengetahui Apa Saja Pembuluh Darah dan Saraf Pada kulit

4. Untuk Mengetahui Apa Saja Bagian pada Kulit

5. Untuk Mengetahui Bagaimana Fisiologi Sistem Integumen

6. Untuk Mengetahui Apa saja Fungsi Kulit

7. Untuk Mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Sistem Integumen

D. Metode Penuisan

Makalah ini dibuat dengan menggunakan metode penulisan dari sumber-sumber

yang diperoleh dari buku maupun media lainnya.

E. Sistematika Penulisan

Laporan ini disusun secara sistematis yang terdiri dari 3 Bab, yaitu tersusun sebagai

berikut :
BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdapat Latar belakang masalah yang diambil, tujuan dari penulisan

makalah ini, dan juga membuat sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Pada Bab ini menyajikan penjelasan tinjauan teoritis yang berisi gambaran umum kulit

yang terdi dari: Pengertian kulit, lapisan kulit, pembuluh darah dan saraf, bagian kulit,

fisiologi sistem integumen, fungi kulit, dan Asuhan Keperawatan Sistem Integumen.

BAB III PENUTUP

Pada Bab ini penulis menuliskan kesimpulan dan saran dari makalah.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kulit

Sistem integument merupakan system organ yang membedakan, memisahkan,

melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya yang

mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya ( kering atau

lender ).

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan

melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan

kelenjar mukosa.

7
B. Lapisan Kulit

1. Epidermis

Adalah stratum korneum, selnya sudah mati tidak mempunyai inti sel (inti sel

nya sudah mati) dan mengandung zat keratin. Stratum lusidum, sel pipih, bedanya

dengan stratum granulosum iyalah sel-sel sudah banyak yang kehilangan dan inti dan

butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat

pada telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pita yang

bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat, disebut stratum lusidum.

Statum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan.sel-

sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukan kulit. Dalam

sitoplasma terdapat butir butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam

pembentukan keratin oleh karena banyak butir-butir stratum granulasum.

Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang


palingn tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan.sel-selnya disebut

spinosun karena jika kita terlihat dibawah mikroskop bahwa sel-selnya terdiri dari sel

yang bentuknya polygonal, banyak sudut dan mempunyai tanduk (spina). Disebut

akantosum sebab sel-selnya berduri. Ternyata spina atau tanduk tersebut ada

hubungan antara sel yang lain yang disebut intercelulair briges atau jembatan

interseluler.

Stratum basal/germinativum. Disebut stratum basal karena sel-sel nya terletak

dibagian basal/basis stratum graminativum menggantikan sel-sel yang diatasnya dan

merupakan sel-sel induk.

Bentuknya slindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Didalam nya terdapat

butir-butir yang halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut disusun seperti pagar

(palisade) dibagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran disebut membran

basalis, sel-sel basalis dengan membran basalis merupakan batas terbawah dari

9
epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada

waktu kerium menojol pada epidermis tonjolan ini tersebut papilla kori (papilla kulit),

dan epidermis kea rah koreum tonjilan ini disebut rete ridges atau rete pegee

(prosesus interpalpilaris)

2. Dermis

Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh

membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini

tidak jelas hanya kita ambil sebagian patokan ialah mulainya terdapat sel lemak.

Dermis terdiri dari dua lapisan: bagian atas, pars papilaris (stratum papilar) dan

bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara pars papilaris dan pars
retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun

pars retikularis terdiri dari jaringan ikat longgar yang tersusun dari serabut-serabut:

serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut retikulus.

Serabut ini saling beranyaman dan masing-masing mempunyai tugas yang

berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan kepada kulit, serabut elastis,

memberikan kelenturan pada kulit, dan retikulus, terdapat terutama di sekitar kelenjar

dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada asal tersebut.

3. Subkutan

Subkutan terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara gerombolan

ini berjalan serabut-serabut jaringan ikatan dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat

dengan intinya terdesak kepinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan


lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat

dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama (berlainan). Guna

penikulus adipolus adalah sebagian shock breaker atau pegas bila tekanan trauma

mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu,

penimpunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Dibawah subkutis terdapat

selaput otot kemudian baru terdapat otot.

C. Pembuluh Darah dan Saraf

11

1. Pembuluh Darah

Pembuluh darah kulit terdiri dari dua anyaman pembuluh darah nadi yaitu

anyaman pembuluh nadi atas atau luar, anyaman ini terdapat antara stratum papilaris

dan stratum retikularis dari anyaman ini berjalan arteriole pada tiap-tiap papila kori,

anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam, anyaman ini terdapat antara

korium dan subkutis. Anyaman ini memberikan cabang-cabang pembuluh nadi ke

alat-alat tambahan yang terdapat di korium.

Dalam hal ini percabangan juga membentuk anyaman pembuluh nadi yang

terdapat pada lapisan subkutis. Cabang-cabang ini kemudian akan menjadi pembuluh

darah balik/vena yang juga akan membentuk anyaman, yaitu anyaman pembuluh

darah balik yang ke dalam. Peredaran darah dalam kulit adalah penting sekali. Oleh

karena diperkirakan 1/5 dari darah yang beredar melalui kulit. Disamping itu,

pembuluh darah pada kulit sangat cepat menyempit/melebar oleh pengaruh atau

rangsangan panas, dingin, tekanan sakit, nyeri, dan emosi, penyempitan dan

pelebaran ini terjadi secara refleks.


2. Persarafan Kulit

Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal dan permukaan

yang terdiri dari saraf-saraf motorik dan saraf sensorik. Ujung saraf motorik berguna

untuk menggerakan sel-sel otot yang terdapat pada kulit. Sedangkan saraf sensorik

berguna untuk menerima rangsangan yang terdapat dari luar atau kulit. Pada kulit

ujung-ujung saraf yang bebas untuk menerima rangsangan. Ujung-ujung saraf yang

bebas untuk menerima rangsangan sakit/nyeri banyak terdapat di epidermis. Disini

ujung-ujung sarafnya mempunyai bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu

organ.

D. Bagian Kulit

1. Rambut

Sel epidermis yang berubah, rambut tumbuh dari folikel rambut didalam
epidermis. Folikel rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas, dasarnya terdapat

papil tempat rambut tumbuh. Akar berada didalam folikel pada ujung paling dalam

dan bagian sebelah luar disebut batang rambut. Pada folikel rambut terdapat otot

polos kecil sebagai penegak rambut. Rambut terdiri dari:

a. Rambut panjang di kepala, pubis dan jenggot

b. Rambut pendek di lubang hidung, liang telinga dan alis

c. Rambut bulu lanugo diseluruh tubuh

d. Rambut seksual di pubis dan aksila (ketiak)

Warna kulit dipengaruhi oleh pertumbuhan darah pada kulit, banyak sedikitnya

lemak, dan pigmen kulit yang disebut melanin. Banyak sedikitnya melanin

dipengaruhi oleh ras atau suku bangsa, hormon, dan pengaruh sinar ultraviolet dan

inframerah.

13
2. Kuku

Kuku adalah sel epidermis kulit-kulit yang telah berubah, tertanam dalam palung

kuku menurut garis lekukan pada kulit. Palung kuku mendapat persarafan dan

pembuluh darah yang banyak. Bagian proksimal terletak dalam lipatan kulit

merupakan awal kuku tumbuh, badan kuku, bagian yang tidak ditutupi kulit dengan

kuat terikat dalam palung kulit dan bagian atas merupakan bagian yang bebas. Bagian

dari kuku terdiri dari ujung kuku atas ujung batas, badan kuku yang merupakan

bagian yang besar, dan akar kuku (radiks).

3. Kelenjar Kulit
Kelenjar kulit merupakan lobulus yang bergulung-gulung dengan saluran keluar

lurus merupakan jalan untuk mengeluarkan berbagai zat dari badan (kelenjar

keringat). Kulit mempunyai daya regenerasi yang besar. Setelah kulit terluka, sel-sel

dalam dermis melawan infeksi lokal kapiler dan jaringan ikat akan mengalami

regenerasi epitel yang tumbuh dari tepi luka menutupi jaringan ikat yang bergenerasi

sehingga terbentuk jaringan parut. Pada mulanya berwarna kemerahan karena

meningkatnya jumlah kapiler akhirnya berubag menjadi serabut kolagen keputihan

yang terlihat melalui epitel.

Manifestasi ketuaan kulit meliputi kulit tampak lebih tipis karena perubahan

dalam komposisi kimia zat dasar jaringan ikat. Karena kekurangan cairan dan

hilangnya elastisitas pada serat-serat elastis dermis dan subkutis akibat lipatan kulit

yang ditimbulkan dengan menarik jaringan dibawahnya, lambat laun menghilang dan

akan timbul bintik pigmentasi yang tidak beraturan.

Kelenjar sebasea berasal dari rambut yang bermuara pada saluran folikel rambut

untuk melunasi rambut dan kulit yang berdekatan. Kelenjar kantongnya dalam kulit,

bentuknya seperti botol dan bermuara dalam folikel rambut. Paling banyak terdapat

pada kepala dan wajah sekitar hidung, mulut dan telinga tidak terdapat pada telapak

kaki dan telapak tangan. Ada dua kelenjar yang terdapat pada kulit yaitu kelenjar

keringat yang menghasilkan sudorivera dan kelenjar yang menghasilkan kelenjar

sebasea. Kelenjar terdiri dari badan kelenjar, saluran kelenjar, dan muara kelenjar.

Kelenjar kringat adalah alat utama untuk mengendalikan suhu tubuh, berkurang

pada waktu iklim dingin dan mengikat pada suhu panas. Sekresi aktif dan kelenjar

keringat dibawah pengendalian saraf simpatis. Keringat berisi air dan sedikit garam
yang dikeluarkan melalui defusi secara sederhana, kurang lebih 500 cc/hari.

E. Fisiologi Sistem Integumen

Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus

seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan

kimia. Cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap

mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan.

Kulit merupakan indicator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan

melihat perubahan yang terjai pada kulit. Misalnya, menjadi pucat, kekuning kuningan

kemerah merahan atau suhu kulit meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang

terjadi pada tubuh atau ganggguan kulit karena penyakit tertentu.

Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit.

Misalnya, karena stress, ketakutan atau dalam keadaan marah, akan terjadi perubahan

15

pada kulit wajah. Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah seseorang telah

lanjut usia atau masih muda. Wanita atau pria juga dapat membedakan penampilan kulit.

Warna kulit juga dapat menentukan rasa tau suku bangsa misalnya kulit hitam suku

bangsa negro, kulit kuning baangsa mongol, kulit putih dari eropa dan lain lain.

F. Fungsi Kulit

Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalani

kelangsungan hidup secara umum yaitu :

1. Fungsi Proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,

misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang lainnya dapat


menimbulkan iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas, misalnya radiasi,

sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena

adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut serabut jaringan

penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut

berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan mengadakan tanning

(pengobatan dengan asam asetil).

2. Fungsi Absorbs

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan

yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak.

Premabilitas kulit terhadap O

2
, CO

2
dan uap air memugkinkan kulit ikut mengambil

bagian pada fungsi resprasi. Kemampuan absorbs kulit dipengaruhi tebal tipisnya

kulit, hidrasi, kelembapan, dan metabolism. Penyerapan dapat berlangsung melalui

celah antara lain sel, menembus sel sel epidermis atau melalui saluran kelenjar dan

yang lebih banyak melalui sel sel epidermis.

3. Fungsi Kulit Sebagai Pengatur Panas

Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini

karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas,

medula oblongata. Suhu normal sdalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat

untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari artiel

kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kuli menjadi panas dan
kelebihan panas yang dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan

cairan pada permukaan tubuh) dalam vasokontrinsik (pembuluh darah mngerut, kulit

mennjadi pucat dan dingn, hilangnya keringat dibatasi, dan panas tubuhyang tidak

dikeluarkan. Kulit melakukan peran ini dengan cara mengelurkan keringat, kontraksi

otot, dan pembuluh darah kulit.

4. Fungsi Ekskresi

Kelenjar- kelanjar kulit mengeluarkan zat zat yang tidak berguna lagi atau zat

sisa metabolism dalam tubuh berupa Nacl, urea, asam urat, dan amino. Sebum yang

diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum ( bahan

berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit

tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman

pada kulit.

5. Fungsi Persepsi

Kulit mengandung ujung ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respon

terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin

diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh papiladermis dan markel prenvier,

sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensrik lebih banyak

jumlahnya di daerah yang erotic.

6. Fungsi Pembentukan Pigmen

Sel pembentuk pgmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini berasal

dari rigi saraf. Menosit mementuk warna kulit. Ezim melanosum dibentuk oleh alat

golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O

2
terhadap sinar mattahari

mempengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan

denkrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh melanofag. Warna kulit tidak

selamanya dipengaruhi oleh pigme kulit melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit,

reduksi HB dan karoten.

7. Fungsi Kretanisasi

Kretinosit dimulai dari sel basal yang megadakan pembelahan. Sel basal yang lain

akan berpindah keatas yang berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin keatas sel

ini semakin gepeng dan berganula menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya

menghilang dan kretinosit ini mejadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung

terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses sintesi dan degenerasi

17

menjadi apisan tanduk yg berlangung kira-kira 14 21 hari dan memberikan

perlindungan kulit terhdap infeksi secara mekanis-fisiologik.

8. Fungsi Pembentukan Vitamin D

Dengan mengubah dehidroksi kolestrol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi

kebutuhan vitamin D tidak mencukupi dengan hanya dari proses tersebut. Pemberian

vtamain D sistemik masih tetap diperlukan.

G. Asuhan Keperawatan Sistem Integumen

1. Pengkajian kulit

Riwayat Kesehatan

Selama wawancara riwayat kesehatan, ajukan pertanyaan tentang riwayat

alergi kulit, reaksi alergi kulit terhadap makanan, obat serta zat kimia, masalah kulit
sebelumnya dan riwayat kanker kulit. Nama-nama kosmetika, sabun, sampo, atau

produk higine personal lainnya juga harus ditanyakan jika terdapat masalah kulit yang

terjadi setelah memakai produk tersebut. Riwayat kesehatan akan berisi informasi

yang spesifik mengenai awetan, tanda dan gejala, lokasi dan durasi nyeri, gatal-gatal,

ruan atau gangguan rasa nyaman lainnya yang dialami pasien. Secara ringkas

pengkajian riwayat kesehatan integument meliputi hal hal berikut ini :

1) Tanyakan pada pasien tentang persepsi pola hidup sehat.

2) Tanyakan apakan pasien mempunyai binatang peliharaan.

3) Tanyakan apakah pola nutrisi yang digunakan dapat mengubah kondisi kulit

pasien.

4) Tanyakan dalam pola sehari hari kondisi kulit tentang kekeringan.

5) Tanyakan pada pasien adanya lesi, kemerahan atau memar.

6) Tanyakan tentang penggunaan pelindung dari matahari dan beberapa efeknya.

7) Tanyakan frekuensi mandi dan jenis sabun yang digunakan.

8) Tanyakan adakah terjadi trouma kulit akhir-akhir ini.

9) Tanyakan riwayat alergi yang menyebabkan bintik-bintik merah.

10) Tanyakan apakah menggunakan obat-obat topical dan menggunakan pil

perawatan kulit.

11) Tanyakan apakah mempunyai riwayat keluarga dengan gangguan kulit seperti

kanker kulit atau psioriasis.

12) Tanyakan kondidi psikologis pasien dengan kondisi kulit dalam mekanime koping

dan tanyakan pola kepercayaan yang digunakan dengan masalah yang dirasakan

pasien.
2. Pemeriksaan Fisik

a. Karakteristik kulit normal

1) Warna

Kulit bagian tubuh yang terbuka khususnya di bagian iklim panas cenderung

lebih berpigmen darioada bagian tubuh lainya. Efek vasodilatasi yang di

timbulkan oleh demam, sengatan matahari dan inflamasi akan menimbulkan

bercak merah muda atau kemerahan pada kulit. Pucat merupakan keadaan

tidak adanya atau berkurangnya tonus, serta vaskularitas kulit yang normal

dan paling jelas terlihat pada konjungtiva. Warna kebiruan pada sianosis

menunjukan hipoksia seluler yang mudah terlihat pada ektremitas, dasar kuku,

bibir, serta membrane mukosa. Ikterus yaitu kulit yang menguning,

berhubungan langsung dengan kenaikan bilirubin serum dan sering kali

terlihat pada sclera serta membran mukosa.

2) Tekstur kulit

Tekstur kulit normalnya lembut dan kencang. Normalnya kulit adalah elastic

dan dapat cepat kembali apbila dilakukan pencubitan yang sering disebut

turgor kulit baik.

19

3) Suhu

Suhu kulit normalnya hangat tetapi pada bagian tangan dan kaki bersuhu

dingin karena bagian perifer akubat suatu kodisi vasokontriksi.

4) Kelembaban

Normalnya teraba kering saat disentuh dan peningkatan aktivitas kelembaban


akan meningkat.

5) Bau busuk

Kulit normalnya bebas dari segala bau yang tidak mengenakan. Bau yang

tajam secara normal dapat ditemukan pada peningkatan produksi keringat

terutama pada area aksila dan lipat paha.

b. Efloresensi

Efloresensi adalah pengkajian kulit yang dapat dilihat dengan mata

telanjang (secara objektif), dan bila perlu dapat diperiksa dengan perabaan.

Terdapat dua macam pengajian efloresensi, meliputi:

1) Efloresensi primer adalah kelainan kulit yang terjadi pada permukaan kulit.

Macam-macam efloresensi primer :

a) Makula

Kararteristik perubahan warna kulit yang tegas dengan ukuran dan bentuk

bervariasi tanpa disertai peninggian atau cekungan. (bila diameter >1 cm

disebut patch).

b) Papula

Karateristiknya peninggian kulit yang solid dengan diameter <1 cm dan

bagian terbesarnya berada diatas permukaan kulit (bila papula bergabung

dengan diameter >1 cm dan permukaan datar disebut plakat)

c) Nodul

Seperti papula, berbentuk kubah, ukuran >1 cm dan lebih dalam. Tumor

merupakan istilah umum untuk menunjukkan adanya suatu massa baik

jinak maupun ganas yang >2 cm.


d) Tumor

Seperti nodul tetapi lebih besar dari nodul.

e) Vesikula

Peninggian kulit berbatas tegas berisi cairan dengan ukuran < 1 cm, dapat

pecah menjadi erosi, dapat bergabung menjadi bula.

f) Bula

Peninggian kulit berbatas tegas berisi cairan dengan ukuran >1 cm.

g) Pustula

Seperti halnya vesikula, tetapi isinya pus dan berada diatas kulit yang

meradang.

h) Urtika

Peninggian kulit yang datar oleh karena edema pada dermis bagian atas.

Bersifat gagal, timbulnya cepat, hilangnya cepat, pori-pori melebar, warna

pucat.

i) Efloresensi sekunder adalah kelainan kulit yang terjadi selama perjalanan

penyakit.

2) Efloresensi sekunder adalah kelainan kulit yang terjadi selama perjalanan

penyakit.

Macam-macam efloresensi sekunder

a) Skuama

Karakteristiknya partikel edema dapat kering atau berminyak, tipis

ataupun tebal dan dilapisi masa keratin. Warnanya bervariasi putih, keabu-

abuan, kuning, atau colat.


21

b) Erosi

Hilangnya lapisan kulit sebatas epidermis dan sembuh tanpa

meninggalkan jaringan parut.

c) Ekskoriasi

Hilangnya jaringan sampai dengan stratum papilare.

d) Ulkus

Hilangnya kontinuitas jaringan pada dermis atau lebih dalam, sembuh

dengan meninggalkan jaringan parut.

e) Krusta

Pengeringan cairan tubuh bercampur dengan epitel debris bakteri.

f) Sikatriks

Pembentukan jaringan baru yang bersifat lebih banyak mengandung

jaringan ikat untuk mengganti jaringan yang rusak akibat penyakit atau

trauma pada dermis yang lebih dalam. Dapat terjadi atrofi disebut sikatriks

atrofi, bila membesar disebut sikatriks hipertrofi. Adalah retakan kulit

yang linier sepanjang epidermis atau sampai dermis, dapat multiple.

3. Pengkajian kuku

Kondisi kuku mencerminkan status kesehatan umum, status nutrisi, pekerjaan,

dan tingkat perawatan diri seseorang, bahkan status psikologis juga dapat

diungkapkan dari adanya bukti-bukti gigitan kuku. Sebelum mengkaji, perawat

mengumpulkan riwayat singkat. Bagian kuku yang paling dapat dilihat adalah plat

kuku, lapisan transparan sel epitel yang menutupi bantalan kuku. Vaskularitas
bantalan kuku memberi warna lapisan di bawah kuku. Semilunar, area putih dibagian

dasar bantalan kuku disebut lunula, yaitu merupakan dari mana plat kuku terbentuk.

Inspeksi dan palpasi Perawat menginspeksi warna bantalan kuku, kebersihan,

panjang, ketebalan dan bentuk plat kuku, tekstur kuku, sudut antara kuku dan

bantalan kuku, serta kondisi lipatan kuku lateral dan proksimal di sekitar kuku.

Perawat juga melapisi bagaian dasar kuku.

4. Data Objektif Yang Mungkin Ditemukan :

a. Terjadi perubahan warna kulit, turgor, elastisitas, kelembapan, kebersihan,

dan bau.

b. Terdapat lesi primer misalnya macula, papula, vesikula, pustule, bula,

nodula, atau urtikaria.

c. Terdapat lesi sekunder, misalnya krusta, skuama/sisik, fisura, erosi, atau

lkus.

d. Ditemukannya tanda-tanda radang (rubor/kemerahan, dolor/nyeri,

kalor/panas, tumor/benjolan dan fungsieolesa/perubahan bentuk).

e. Dari pemeriksaan penunjang (kultur kulit, biopsy, uji alergi atau

pemeriksaan darah) didapatkan kelainan.

Keluhan :

a. Mengeluh kulit gatal, nyeri, kemerahan, berminyak, kering, kasar, tidak

rata, terkelupas, lepuh, panas, dingin, perubahan warna kulit dan timbul borok.

b. Adanya riwayat alergi, kontak dengan bahan-bahan tertentu (kosmetik,

sabun, obat, tanaman, bahan kimia)

c. Riwayat keluarga atau tetangga dengan penyakit kulit.


d. Adanya perubahan pola kebiasaan sehari-hari.

23

e. Ditemukan data psikologis yang berkaitan dengan masalah kulit (rasa

malu, dikucilkan orang lain, harga diri rendah, takut tidak sembuh, dan cemas).

5. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan masalh

integument adalah :

a. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan jaringan,

gangguan kekebalan tubuh, atau infeksi.

b. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan proses peradangan,

terbukanya ujung-ujung saraf kulit, atau tidak adekuatnya pengetahuan tentang

pelaksanaan nyeri.

c. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan anatomi kulit

atau bentuk tubuh.

d. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan penyakit yang tidak

teratasi dengan mudah.

e. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis, perubahan kulit,

atau potensial keganasan.

f. Resiko infeksi yang berhubungan dengan tidak adanya perlindungan kulit.

g. Defesiensi pengetahuan tentang factor penyebab timbulnya lesi, cara

pengobatan, dan perawatan diri.

h. Gangguan istirahat tidur yang berhubungan dengan rasa gatal atau nyeri

pada kulit.
i. Isolasi sosial yang berhubungan dengan penolakan dari oranglain karena

perubahan bentuk kulit.

j. Potensial kecacatan sekunder yang berhubungan dengan hilangnya sensasi

rasa/anastesi, kurangnya pengetahuan tentang perawatn diri.

6. Rencana Keperawatan

Tujuan yang harus dicapai pada klien dengan masalah kulit dapat ditentukan

berdasarkan tujuan jangka pendek atau jangka panjang. Tujuan keperawatan secara

umum adalah sebagai berikut.

a. Kulit menjadi normal kembali.

b. Berkurangnya rasa nyeri atau gatal

c. Terlindungnya kulit dari trauma.

d. Tidak terjadi infeksi

e. Konsep diri positif

f. Tidak terjadi penularan

g. Kebutuhan istirahat tidur dapat terpenuhi.

25

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan

melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan

kelenjar mukosa. Kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutan.

Pembuluh darah kulit terdiri dari dua anyaman pembuluh darah nadi yaitu anyaman
pembuluh nadi atas atau luar, anyaman ini terdapat antara stratum papilaris dan stratum

retikularis dari anyaman ini berjalan arteriole pada tiap-tiap papila kori, anyaman

pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam, anyaman ini terdapat antara korium dan

subkutis. Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal dan permukaan

yang terdiri dari saraf-saraf motorik dan saraf sensorik.

Bagian kulit terdiri dari kuku, rambut, dan kelenjar keringat. Kulit merupakan

indicator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang

terjai pada kulit.

B. Saran

1. Bagi mahasiswa dapat memahami dan mengerti tentang system integument.

2. Pembaca diharapkan menerapkannya dalam memasuki dunia kerja nanti

Daftar Pustaka

27

Mutaqin, Arif.2009.Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.Jakarta: Salemba

Medika

Nurahman, Elly.2001.Anatomi dan Fisiologi.Jakarta: Salemba Medika

Syaiffudin.2010.Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Perawat. Jakarta: EGC

You might also like