Professional Documents
Culture Documents
Kata Pengantar
Infeksi Human Immunodeficinecy Virus atau HIV, saat ini merupakan
masalah dunia karena prevalensinya dengan cepat meningkat keseluruh
dunia. Pengidap HIV dapat menularkan virus ini kepada orang lain tetapi
belum memunculkan gejala klinis kecuali sudah menjadi Acquired Immuno
Deficiency Syndrome atau AIDS, di mana pada tahap ini mortalitasnya
tinggi. HIV adalah virus yang mempunyai target organ sistim imun dalam
tubuh sehingga infeksi ini akan berdampak terhadap mudahnya tubuh
terinfeksi oleh mikroorganisme lainnya. Prevalensi HIV pada ibu hamil
sudah tentu sangat tergantung berapa besar prevalensi HIV di populasi,
khususnya pada wanita.
Sampai saat ini belum didapatkan adanya pengaruh dari infeksi HIV
terhadap kehamilan. Tetapi jika sudah terjadi AIDS didapatkan pengaruh
yang besar dengan terjadinya prematuritas , kematian janin dalam
kandungan. Diduga kondisi bayi dalam kandungan dipengaruhi oleh makin
memberatnya infeksi HIV. Dilaporkan tidak ada hubungan antara infeksi
HIV dengan makin meningkatnya cacat bayi. Meskipun kehamilan dikatakan
menambah beban terhadap sistim tubuh yang sudah berat menghadapi HIV,
tetapi sampai sekarang belum ada bukti yang menunjukkan bahwa HIV.
makin menjadi progresif setelah adanya kehamilan.
Dengan masih maraknya penggunaan narkoba suntikan di Indonesia maka
di masa depan peningkatan kasus HIV pada keahlian diperkirakan akan
semakin tajam. Dengan demikian petugas kesehatan baik dokter, bidan
maupun perawat perlu mendapat informasi mengenai hal ini. Untuk
menambah jumlah informasi mengenai infeksi HIV pada kehamilan yang
berbahasa Indonesia maka kami menulis buku kecil ini. Buku ini merupakan
rangkuman informasi mengenai infeksi HIV pada kehamilan yang
disesuaikan dengan keadaan di negara berkembang khususnya di Indonesia
i
Tim Penyusun
Ketua : Prof. dr. H. Soetomo Soewarto, SpOG-K
Anggota : dr. H. Imam Wahjudi, SpOG-K
Dr. dr. Kusnarman Keman, SpOG-K
dr. Nugrahanti Prasetyorini, SpOG-K
dr. Bambang Rahardjo, SpOG
dr. Mukhamad Nooryanto, SpOG
ii
Pedoman HIV pada Kehamilan di Indonesia
Daftar Isi
KataPengantari
TimPenyusunii
DaftarIsiiii
daftarsingkataniv
1. Pendahuluan1
1.1. Epidemiologi 1
1.2. Masalah HIV dari Segi Perinatologi 2
2. KonselingPrekonsepsi3
2.1. Pilihan Hamil pada ODHA 3
2.2. Screening HIV 3
3. PerawatanAntepartum5
3.1. Transmisi Vertikal HIV 5
3.2. Transmisi in utero 5
3.3. Pemberian antiretrovirus (ART) 6
3.4. Penatalaksanaan komprehensif untuk mencegah transmisi dari ibu
ke bayi 8
3.5. Algoritma Pemberian ART dalam Kehamilan & Menyusui 9
4. PerawatanIntrapartum11
4.1. Transmisi intrapartum 11
4.2. Penanganan intra partum 12
4.3. Pemberian ART intrapartum 13
4.4. Persalinan Pervaginam atau Persalinan Perabdominam 13
5. PerawatanPostPartum17
5.1. Transmisi pasca persalinan 17
5.2. Pemberian Air Susu Ibu 17
5.3. Kontrasepsi 19
Referensi20
LampiranError!Bookmarknotdefined.
iii
daftar singkatan
HIV : Human Immunodeficiency Virus
Odha : orang dengan HIV/AIDS
CD : cluster differentiation
AIDS : Acquired Immunodeficiency Syndrome
PACTG : Pediatric Virology Committee of the AIDS Clinical Trials Group
PCR : Polymerase Chain Reaction
DNA : Deoxyribonucleic acid
RNA : Ribonucleic acid
ART : Antiretrovirus Therapy
FDA : Food and Drug Administration
ZDV ; zidovudin
AZT : azidotimidin
NVP : nevirapin
NRTI : Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor
NNRTI : Non-nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor
PI : Protease Inhibitor
PETRA : Perinatal Transmission Study
CDC : Centres for Disease Control and Prevention
ANRS : Agence Nationale de Reserche Scientifique
SAINT : South African Intrapartum Nevirapine Trial
iv
Pedoman HIV pada Kehamilan di Indonesia
Pendahuluan
1.1. Epidemiologi
Pada akhir tahun 2008, UNAIDS memperkirakan di seluruh dunia terdapat
33,4 juta orang yang hidup dengan HIV (ODHA), 15,7 juta diantaranya
perempuan dan 2,1 juta anak di bawah usia 15 tahun. Selama tahun 2008
terdapat 2,7 juta kasus baru dengan terdapat 280.000 kematian anak yang
menderita HIV. Dari jumlah tersebut diperkirakan orang yang hidup
dengan HIV meningkat lebih dari 20% dibandingkan dengan tahun 2000.1
Faktor resiko penularan HIV terbanyak melalui hubungan seksual secara
bebas dan berganti pasangan, kebocoran dari kondom dan dapat juga
ditularkan melalui pekerja seks komersial, dimana dalam beberapa kasus
juga dapat ditularkan melalui donor darah yang terinfeksi HIV, Dimana
pada anak ditemukan 18,1% kasus HIV baru ditularkan melalui transmisi
dari ibu ke anak sedangkan sebanyak 37,3% kasus HIV baru didapatkan
melalui hubungan sexual dengan berganti-ganti pasangan. 2
Epidemi HIV di Indonesia termasuk yang paling cepat berkembang di Asia.
Pada akhir 2009, diperkirakan ada 333.200 orang yang hidup dengan HIV
(ODHA) di Indonesia. Jumlah kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan telah
meningkat tajam dari 2.682 kasus pada 2004 menjadi 19.973 pada
Desember 2009. Di antara kasus 25% adalah perempuan. Epidemi AIDS
sekarang mempengaruhi hampir seluruh wilayah Indonesia, seperti dapat
terlihat dari terbaru Depkes laporan. Pada tahun 2004 hanya 16 dari 33
propinsi yang melaporkan HIV. Namun, pada akhir tahun 2009, kasus AIDS
yang dilaporkan di 32 propinsi dari 33 propinsi di Indonesia. Angka
peningkatan ini mencerminkan baik peningkatan penyebaran infeksi serta
adanya sistem pelaporan yang lebih baik.3
Penggunaan narkoba suntikan dan transmisi seksual tetap menjadi
mekanisme utama penularan HIV di Indonesia. Pada tahun 2009, data dari
Asia Wabah Modeling (AEM) menunjuk perlunya memberikan perhatian
terhadap berbagai isu seperti meningkatnya jumlah kematian terkait AIDS,
meningkatnya jumlah anak dengan HIV; kebutuhan yang berkembang untuk
kebutuhan ART dan peningkatan terkait pengeluaran nasional untuk
pengobatan.3
Dengan data tersebut AIDS masih merupakan prioritas kesehatan global
walaupun sudah banyak perkembangan yang signifikan telah tercapai dalam
1
PENDAHULUAN
mencegah terjadinya atau timbulnya infeksi kasus HIV baru dan juga
mencegah terjadinya kematian yang diakibatkan oleh HIV. 1
Infeksi HIV pada kehamilan : mengapa menjadi penting ?
- Efek pada kehamilan
- > 90 % kasus HIV anak ditularkan dari ibu
- Anak yang akan dilahirkan akan menjadi yatim piatu
- Sebagian besar ODHA adalah perempuan yang berada pada usia subur
2
Pedoman HIV pada Kehamilan di Indonesia
Konseling Prekonsepsi
1.3. Pilihan Hamil pada ODHA
Odha yang mempunyai pasangan sebaiknya menjalani konseling tentang
pilihan reproduksi mereka, apakah mempunyai anak atau tidak. Selanjutnya,
keputusan tetap ada di tangan Odha dan pasangannya. Alternatif terbaik
adalah tidak mempunyai anak atau adopsi. Namun, jika pasutri tersebut
memutuskan untuk mempunyai anak sendiri dengan kemungkinan infeksi
yang sudah disadari, pasangan tersebut sebaiknya pergi ke fasilitas
kesehatan yang menyediakan konseling, evaluasi, terapi, dan pemantauan
penularan perintal HIV. Beberapa alternatif yang dapat dilakukan adalah
pemakaian antiretrovirus, inseminasi dan pencucian sperma bagi suami,
operasi seksio sesarea, dan tidak menyusui bayi. 7,8,9,10,11,12,13
3
KONSELING PREKONSEPSI
4
Pedoman HIV pada Kehamilan di Indonesia
Perawatan Antepartum
1.5. Transmisi Vertikal HIV
Tanpa intervensi, risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya yang dilaporkan
berkisar antara 15-45%. Risiko penularan ini lebih tinggi di negara
berkembang dibandingkan dengan negara maju (21-43% dibandingkan 14-
26%). Penularan dapat terjadi pada saat kehamilan, intrapartum, dan
pascapersalinan. Sebagian besar penularan terjadi intrapartum. Pada ibu
yang tidak menyusui, 24-40% penularan terjadi intrauterine dan 60-75%
terjadi selama persalinan. Pada ibu yang menyusui bayinya, sekitar 20-25%
penularan terjadi intrauterine, 60-70% intrapartum atau saat awal
menyusui, dan 10-15% sisanya setelah pesalinan. Risiko infeksi intrauterine,
intrapartum, dan pasca persalinan adalah 6%, 18% dan 4% dari seluruh
kelahiran ibu dengan HIV positif. 6,7
5
PERAWATAN ANTEPARTUM
6
Pedoman HIV pada Kehamilan di Indonesia
Saat ini di Indonesia beberapa ART tersebut sudah tersedia dalam bentuk
generik dengan harga yang lebih murah, antara lain zidovudin, lamivudin,
nevirapin dan stavudin
Tabel1.KategoriFDAantiretrovirusuntukdigunakanpadakehamilan
Golongan Obat KategoriFDA
NucleosideReverse Zidovudin/ZDV/AZT C
TranscriptaseInhibitor(NRTI) Zalsitabin/ddC C
Didnosin/ddl B
Stavudin/d4T C
Lamivudin/3CT C
Abacavir/ABC C
TenofovirDF B
NonnucleosideReverse Nevirapin C
TranscriptaseInhibitor(NNRTI) Delavirdin C
Efavirenz C
ProteaseInhibitor(PI) Indinavir C
Ritonavir B
Saquinavir P
Nelfinavir B
Amprenavir C
Lopinavir C
Golonganlain Hidroksiurea D
Keterangan:
KategoriB: Tidak terdapat risiko untuk janin pada penelitian pada hewan, namun belum
terdapat penelitian pada wanita hamil; atau penelitian pada hewan
menunjukkanefek samping yang tidaksesuaidenganpenelitiankontrol pada
wanita trimester pertama (dan tidak terbukti berisiko pada trimester
berikutnya)
KategoriC: Pada penelitianhewan ditemukan efeksamping pada janin(teratogenik atau
embriosidal,ataulainnya)danbelumterdapatpenelitiankontrolpadawanita
hamil,ataubelumterdapatpenelitianefeksampingobatpadahewanataupun
wanita hamil. Obat kategori ini hanya diberikan jika keuntungannya melebihi
risikopotensialpadajanin.
KategoriD: Terdapat bukti positif risiko efek samping pada janin manusia, namun
keuntungan pada wanita hamil dapat diterima dibandingkan risikonya,
terutamauntukpenyelamatanjiwa
7
PERAWATAN ANTEPARTUM
Wanita dengan hasil test HIV Wanita dengan status HIV Wanita diketahui HIV positif
sebelumnya negatif tidak diketahui
Tes ulang Tawarkan tes dan konseling HIV Lihat kembali manajemen klinisnya
Melakukan upaya Tentukan status klinis dan Lanjutkan ARV, ganti ARV jika terbitti
preventif . test ulang 36 imunologis teratogen, lanjutkan ART selama
minggu lagi persalinan, profilaksis cotromoxazole jika
ada indikasi
8
Pedoman HIV pada Kehamilan di Indonesia
Diketahui HIV (+) dan telah Hasil Test HIV positif Hasil Test HIV negatif
menerima ART
Tidak menyusui
Ibu: lanjutkan AZT+3TC
sampai 1 minggu paska
persalinan
Bayi: NVP +AZT 2 x sehari
sejak saat baru lahir sampai usia
4-6 minggu
9
PERAWATAN ANTEPARTUM
10
Pedoman HIV pada Kehamilan di Indonesia
Perawatan Intrapartum
1.10. Transmisi intrapartum
Infeksi lambat/intrapartum didiagnosis jika pemeriksaan virologist negatif
dalam 48 jam pertama setelah kelahiran, dan tes 1 minggu berikutnya
menjadi positif dan bayi tidak menyusui. Selama persalinan, bayi dapat
tertular darah atau cairan servikovaginal yang mengandung HIV melalui
paparan trakeobronikal atau tertelan pada jalan lahir. HIV ditemukan pada
cairan servikovaginal 23,1% Odha yang hamil dan pada cairan aspirasi
lambung 10% bayi yang dilahirkan. Terdapatnya HIV pada cairan
servikovaginal berhubungan dengan duh vagina abnormal, kadar CD+ yang
rendah, dan defisiensi vitamin A akan menurunkan integritas plasenta dan
permukaan mukosa jalan lahir, sehingga akan memudahkan terjadi trauma
pada jalan lahir dan transmisi HIV vertikal. 8,13
Besarnya paparan pada jalan lahir juga dikaitkan dengan ulkus serviks atau
vagina, korioamnionitis, ketuban pecah dini, persalinan prematur,
penggunaan elektrode pada kepala janin, penggunaan vakum atau forceps,
episiotomy dan rendahnya kadar CD4+ ibu. Ketuban pecah lebih dari 4
jam sebelum persalinan akan meningkatkan risiko transmisi antepartum
sampai dua kali lipat dibanding jika ketuban pecah kurang dari 4 jam
sebelum persalinan.8,13,22
Diantara faktor-faktor tersebut, kadar HIV ibu pada saat persalinan atau
menjelang persalinan merupakan prediktor paling penting. Karena itu,
risiko penularan lebih tinggi terjadi pada ibu hamil dengan infeksi HIV
primer. Namun, belum ada hamil dengan infeksi HIV primer. Namun,
belum ada angka pasti pada kadar HIV berapa penularan dapat terjadi.
Penelitian dari the Women and Infants Transmission Study menunjukkan
pada kadar HIV ibu < 1000 kopi/mL menjelang atau saat persalinan, meski
tanpa pemakaian obat antiretrovirus, kemungkinan transmisi sangat kecil
atau tindak terjadi; sedang PACTG 185 menunjukkan angka < 500
kopi/mL. Garcia, dkk melaporkan 21% penularan HIV pada ibu dengan
kadar HIV menjelang atau saat persalinan < 100.000/ml, sedangkan pada
ibu dengan kadar HIV > 100.000/ ml penularan yang terjadi 63%. John, dkk
menemukan penularan empat kali lebih tinggi pada ibu dengan kadar viral
load > 43000 kopi/ mL. Namun, kadar HIV yang rendah atau tidak
terdeteksi tidak menjamin bahwa bayi tidak akan tertular karena pada
beberapa kasus penularan tegap terjadi. John, dkk p ada penelitiannya
11
PERAWATAN INTRAPARTUM
mengemukakan transmisi yang terjadi pada tiga orang ibu dengan kadar
HIV <5000 kopi/mL, sedangkan transmisi tidak terjadi pada seorang ibu
dengan kadar HIV > 1 juta kopi/mL. Selain itu, kadar HIV ibu sebelum dan
saat persalinan juga akan menentukan kadar HIV pada bayi yang
ditularkannya. Wiener, dkk mengemukakan hubungan linear kadar HIV ibu
dan kadar HIV bayi pada 3 bulan pertama kehidupannya. 13,15
Selain faktor ibu, faktor janin ternyata juga mempengaruhi transmisi
perinatal. Prematurias dan berat badan lahir rendah diduga berperan
karena sistem imunitas pada bayi tersebut belum berkembang baik.
Beberapa penelitian menghubungkan kelahiran prematur dengan stadium
penyakit HIV ibu, penggunaan kokain atau opiat. Pada bayi kembar, urutan
kelahiran juga memegang peranan. Menurut Duliege, dkk bayi yang lahir
pertama kali mempunyai risiko penularan dua kali lebih tinggi dibandingkan
bayi yang lahir kedua. Hal tersebut disebabkan bayi yang lahir pertama
lebih lama berada di jalan lahir dan biasanya berukuran lebih besar,
sehingga secara tidak langsung membersihkan jalan lahir untuk bayi yang
lahir berikutnya. 13,15
12
Pedoman HIV pada Kehamilan di Indonesia
13
PERAWATAN INTRAPARTUM
Dalam suatu randomized clinical trial, rasio bayi lahir terinfeksi dari wanita
yang menjalani SC dan perslinan pervaginam adalah 1,8% : 10,5% (P
<0,001). Dengan pemberian ART, Sc menurunkan resiko transmisi HIV
sebesar 80%. SC cito tidak memberikan efek yang diharapkan untuk
menurunkan transmisi HIV (AOR 1,0; 95% CI, 0,3-3,7). Hasil dari meta-
analisis 15 penelitian kohort prospektif juga menunjukkan manfaat
kelahiran sesar dijadwalkan dengan penurunan 50% pada resiko transmisi
HIV. Berdasarkan data ini, American College of Obstetricians dan
Gynecologists telah merekomendasikan pertimbangan SC elektif untuk
HIV ibu hamil yang terinfeksi HIV sejak tahun 1994.20,22,23
Namun, pertimbangan untuk melakukan seksio sesarea tanpa indikasi
obstetrik lain harus dilakukan dengan hati-hati, mengingat komplikasi
seksio yang mungkin terjadi pada Odha, terutama pada stadium lanjut.
Laporan PACTG 185 menyebutkan bahwa komplikasi minor seksio
sesarea seperti endometritis, infeksi luka, dan infeksi traktus urinarius lebih
banyak terjadi pada Odha dibandingkan dengan kelompok non HIV.
Namun, tidak ada perbedaan kejadian komplikasi mayor seperti
pneumonia, efusi pleura, ataupun sepsis.22,23
Selain seksio sesarea, berbagai cara telah dicoba untuk menurunkan risiko
transmisi intrapartum pada Odha. Salah satunya adalah pencucian jalan
lahir dengan kassa yang direndam dengan 0,25% klorheksidin. Ternyata
cara ini tidak dapat mengurangi risiko transmisi partus pervaginam.
14
Pedoman HIV pada Kehamilan di Indonesia
15
PERAWATAN INTRAPARTUM
16
Pedoman HIV pada Kehamilan di Indonesia
Perawatan Postpartum
1.14. Transmisi pasca persalinan
Air susu ibu diketahui mengandung HIV dalam jumlah cukup banyak.
Konsentrasi median sel yang terinfeksi HIV pada ibu yang menderita HIV
adalah 1 per 104 sel. Partikel virus dapat ditemukan pada komponen sel
dan non-sel air susu ibu. Pada penelitian Nduati, dkk, HIV ditemukan pada
58% pemeriksaan kolostrum dan air susu ibu. Kadar HIV tertinggi dalam
air susu ibu terjadi mulai minggu pertama sampai tiga bulan setelah
persalinan. HIV dalam konsentrasi rendah masih dapat dideteksi pada air
susu ibu sampai 9 bulan setelah persalinan. Risiko penularan pada bayi yang
disusui paling tinggi pada enam bulan pertama, kemudian menurun secara
bertahap pada bulan-bulan berikutnya. 10,11,12
Kadar HIV pada air susu ibu dipengaruhi kadar HIV serum ibu, CD4+ ibu,
dan definisi vitamin A. Semba, dkk mengemukakan bahwa kadar HIV di
dalam air susu ibu lebih tinggi pada ibu yang anaknya terinfeksi HIV dari
pada yang tidak. Berbagai macam faktor lain yang dapat mempertinggi
risiko transmisi HIV melalui air susu ibu antara lain mastitis atau luka di
putting susu, abses payudara, lesi di mukosa mulut bayi, prematuritas, dan
respons imun bayi. 10,11,12
17
PERAWATAN POSTPARTUM
18
Pedoman HIV pada Kehamilan di Indonesia
1.16. Kontrasepsi
Kontrasepsi tidak hanya mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, tetapi
juga berperan dalam pencegahan penularan HIV secara seksual termasuk
HIV. Masalah-masalah yang berkaitan dengan kontrasepsi dan HIV lebih
kompleks daripada perempuan yang tidak terinfeksi.13, 18,23
Konsisten, penggunaan kondom yang benar telah terbukti memberikan
tingkat perlindungan yang tinggi terhadap penularan HIV. Penggunaan
kondom cukup efektif dengan tingkat kegagalan sebesar 3%, serta memiliki
efek perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Hal ini
dikenal sebagai "perlindungan ganda". Ada interaksi antara obat terapi ARV
dan kontrasepsi hormonal dengan peningkatan risiko kegagalan
kontrasepsi. Penggunaan Kontrasepsi Intra Uterine (IUD) tidak secara
signifikan mengubah prevalensi transmisi HIV. Oleh karena itu penggunaan
IUD tampaknya aman dari sudut pandang pasangan seksual. Komplikasi
secara keseluruhan rendah pada perempuan yang terinfeksi setelah
pemasangan AKDR. Spermisida menawarkan perlindungan yang sangat
terbatas dari kehamilan dan dapat meningkatkan risiko penularan HIV.
Secara etis, tidak ada alasan medis untuk menolak atau memaksa sterilisasi
untuk pasien dengan HIV 13,18,23
19
PERAWATAN POSTPARTUM
Referensi
1. UNAIDS/WHO, AIDS epidemic update December 2008. Genewa: Joint United United Nations
Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) and World Health Organization (WHO), 2008
2. Wabwire-mangen,fred, et all, HIV modes of transmission and prevention response analysis,
march 2009.
3. National AIDS Commission Republic of Indonesia. 2009. Country Report on the Follow up to the
Declaration of Commitmen On HIV/AIDS (UNGASS)Reporting Period 2008 2009
4. Greenfield,Ronald et all Pediatrics HIV infections clinical presentation, 2012
5. Mofenson LM, Brady MT, Danner SP, Dominguez KL, Hazra R, Handelsman E, et al. Guidelines
for the Prevention and Treatment of Opportunistic Infections among HIV-exposed and HIV-
infected children: recommendations from CDC, the National Institutes of Health, the HIV
Medicine Association of the Infectious Diseases Society of America, the Pediatric Infectious
Diseases Society, and the American Academy of Pediatrics. MMWR Recomm Rep. Sep 4
2009;58:1-166
6. Kourtis AP, Lee FK, Abrams EJ, Jamieson DJ, Bulterys M. Mother-to-child transmission of HIV-1:
timing and implications for prevention. Lancet Infect Dis 2006;6:72632
7. American College of Obstetricians and Gynecologists. ACOG committee opinion scheduled
Cesarean delivery and the prevention of vertical transmission of HIV infection. Number 234, May
2000 (replaces number 219, August 1999). Int J Gynaecol Obstet. 2001 Jun;73(3):279-281
8. World Health Organization, Antiretroviral therapy for HIV infection in adults and adolescents
(2010 revision). 2010
9. World Health Organization, Essential prevention and care interventions for adults and
adolescents living with HIV in resource-limited settings. 2008
10. World Health Organization. Principles and recommendations on HIV and infant feeding. 2010
11. London JW. Breast feeding safer than mixed feeding for babies of HIV mothers. BMJ 2001 ; 322 :
511.
12. Nduati R, Richardson BA, John G, M bori-Ngacha D, Mwatha A, Ndinya-Achola J, et al. effect of
breastfeeding on mortality among HIV-1 infected women : a randomised trial. Lancet 2001 ; 357-
1651-55
13. Royal College of Obstetrician and Gynecologist (RCOG). Management HIV in Pregnancy. June
2010.
14. Warszawski J, Tubiana R, Le Chenadec J. Mother-to-child HI transmission despite antiretroviral
therapy in the ANRS French Perinatal Cohort. AIDS 2008;22:28999
15. Burgess T, Determinants of transmission of HIV from mother to child. Clin Obstet Gynecol
2001;44:198-209.
16. Duliege A-M, Amos CI, Felton S, Biggar RJ, The International Registry of HIV-exposed twins,
Goedert JJ. Birth order delivery route and concordance in the transmission of human
immunodeficiency virus type 1 from mothers to twins. J Pediatr 1995:126:625-32.
17. World Health Organization: Antiretroviral Drugs for Treating Pregnant Women and Preventing
HIV Infection in Infants: Towards Universal Access. Recommendations for Public Health
Approach: 2010 Version. Geneva, Switzerland: WHO; 2010.
18. Minkoff H. Prevention of mother-to-child transmission of HIV. Clin Obstet Gynecol 2001;44:210-
23.
19. Watts DH. Maternal therapy for HIV in pregnancy. Clin Obstet Gynecol 2001; 44:182-97
20. Jungmann EM, Mercey D, DeRuiter A, Edwards S, Dohoughue S, Booth T, et al. Is first trimester
exposure to the combination of antiretroviral therapy and folate antagonists a risk factor for
congenital abnormalities? Sex Transm Inf 2001:77:441-3
21. Toumala RE, Shapira DE, Mofenson LM, Bhyson Y, Culnane M, Hughes MD, et. al. Antiretroviral
therapy during pregnancy and the risk of an adverse outcome. N Engl J Med 2002:346:1863-70
22. World Health Organization. Antiretroviral therapy for HIV infection in infants and children
(2010 revision). 2010
23. UNAIDS and World Health Organization. AIDS epidemic update 2009. 2009 [cited; Available
from: http://data.unaids.org/pub/Report/2009/JC1700_Epi_Update_2009_en.pdf.
20
Pedoman HIV pada Kehamilan di Indonesia
Lampiran
Lampiran 1. Kelas rekomendasi
21
PERAWATAN POSTPARTUM
22