You are on page 1of 7

Nama : Rizka Diva Pratiwi Dikumpulkan pada : Rabu, 22 Nov 2017

NPM : 1506675900 Paraf Asisten :

Kelompok :4

Topik Pemicu : Pemanfaatan Mikroalga untuk Mereduksi Emisi Gas CO2

Outline : Pencahayaan Kontinyu

Pembahasan :

PENDAHULUAN
Cahaya merupakan bagian penting yang harus tersedia karena cahaya digunakan
mikroalga untuk melakukan proses fotosintesis. Cahaya sebagai sumber energi dapat
diperoleh langsung dari sinar matahari ataupun menggunakan sinar lampu. Cahaya
sendiri dimanfaatkan dalam bentuk energi cahaya menjadi energi ATP untuk
pertumbuhan dan pembentukan senyawa karbon (fiksasi CO2). Jenis lampu yang bisa
digunakan adalah white florescent light dengan intensitas sebesar 150 mol.m-2.s-1
(Yaming Ge et al., 2011).
Intensitas cahaya sering disebutkan dalam satuan microEinsteins/m2.s atau setara
dengan satu mol photons. Beberapa satuan lain seperti micromol/ m2.s, Lux dan W/m2
juga digunakan. Jeon et al (2005) melaporkan bahwa aktivitas fotosintesis naik seiring
kenaikan intensitas cahaya. Hal ini menjadi penting apabila mikroalga dibiakkan dalam
kedalaman tertentu, semakin dalam medium mikroalga, intensitas cahaya yang
dibutuhkan juga semakin tinggi. Choochote et al, (2010) melaporkan bahwa Chlorella
sp dapat tumbuh dalam keadaan maksimum pada kondisi intensitas cahaya 5000 lux.
Sebagian besar mikroalga tidak dapat tumbuh dengan baik dalam keadaan pencahayaan
yang konstan, karena membutuhkan waktu instirahat untuk menyimpan makanan.
Terkadang dilakukan manipulasi durasi pencahayaan light-dark (L/D) antara lain 16:8,
14:10 atau 12:12 waktu pencahayaan (Hadiyanto,2012).
Apabila intensitas cahaya terlalu tinggi, maka dapat menyebabkan fotoinhibisi
dan pemanasan. Intensitas cahaya 1000 lux cocok untuk kultur mikroalga dalam
erlenmeyer, sedangkan intensitas 5000 10000 lux cocok untuk kultur mikroalga
dengan volume besar (Coutteau, 1996).
Prinsip Penyerapan Cahaya
Cahaya mencakup bagian dari energi matahari dengan panjang gelombang
antara 390 nm sampai 760 nm dan tergolong cahaya tampak. Kisaran ini merupakan
porsi kecil dari kisaran spektrum elektromagnetik. Sifat cahaya sebagai partikel
biasanya diekspresikan dengan pernyataan bahwa cahaya menerpa sebagai foton atau
kuanta, yang merupakan suatu paket diskrit dari energi, dimana masing-masing
dikaitkan dengan panjang gelombang tertentu. Energi dalam tiap foton berbanding
terbalik dengan panjang gelombang. Cahaya biru dan ungu dengan gelombang yang
lebih pendek memiliki lebih banyak foton energetic disbanding cahaya merah atau
jingga dengan gelombang yang lebih panjang.
Prinsip dasar penyerapan cahaya adalah bahwa setiap molekul hanya dapat
menyerap satu foton pada waktu tertentu dan foton ini menyebabkan terjadinya eksitasi
pada satu electron dalam suatu molekul. Molekul-molekul pigmen yang telah
menangkap foton akan berada pada kondisi tereksitasi. Energi eksitasi inilah yang
dimanfaatkan untuk fotosintesis.
Untuk terjadinya fotosintesis, energi dalam bentuk elektron yang tereksitasi pada
berbagai pigmen harus disalurkan ke pigmen pengumpul energi yang disebut sebagai
pusat reaksi. Fotosintesis merupakan proses pembuatan makanan yang terjadi pada
tumbuhan hijau dengan bantuan sinar matahari dan enzim-enzim.
Fotosintesis adalah fungsi utama dari daun tumbuhan. Proses fotoseintesis ialah
proses dimana tumbuhan menyerap karbondioksida dan air untuk menghasilkan gula
dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Tumbuhan atau mikroalga menyerap
cahaya karena mempunyai pigmen yang disebut klorofil. Klorofil terdapat dalam
kloroplast. Klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis.
Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang
tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang
gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya tampak
terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500
nm) dan violet (< 400 nm). Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap
fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam
fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang
memiliki panjang gelombang tertentu. Kloroplas sendiri mengandung beberapa pigmen.
Sebagai contoh, pada Nannochloropsis sp. yang memiliki banyak klorofil a, yang
berperan langsung dalam reaksi terang, akan lebih banyak menyerap cahaya biru-violet
dan merah dan karena sedikit mengandung klorofil b menyerap cahaya biru dan oranye
dan memantulkan cahaya kuning-hijau lebih sedikit.

Fotosintesis Mikroalga Hijau


Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis mikroalga hijau dapat dibagi
menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap
(tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida). Reaksi terang terjadi
pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di dalam stroma. Dalam
reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan
oksigen (O2). Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi siklik yang membentuk
gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH). Energi yang digunakan
dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang. Pada proses reaksi gelap tidak
dibutuhkan cahaya matahari. Reaksi gelap bertujuan untuk mengubah senyawa yang
mengandung atom karbon menjadi molekul gula.

Gambar 1. Skema Reaksi Fotosintesis


Sumber : http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20247486.pdf
Proses fotosintesis ini selalu dikaitkan dengan proses biofiksasi. Proses
biofiksasi adalah proses yang terintegrasi dalam proses fotosintesis, dimana CO2
terfiksasi oleh mikroalga hijau melalui tahap reaksi gelap pada fotosintesis. Hal ini
menjadi menarik karena pada beberapa mikroorganisme, proses biofiksasi
menghasilkan sintesis senyawa organik yang memiliki nilai jual tinggi, misalnya
trigeliserida untuk bahan bakar diesel oleh Nannochloris sp. dan hidrokarbon rantai
panjang oleh Botryococcus braunii. Ditinjau dari penghilangan CO2 nya, biofiksasi
memang lebih mahal dibanding penghilangan CO2 konvensional, namun produk
samping yang dihasilkan menjadi lebih ekonomis jika diproduksi secara simultan
menjadi produk bernilai jual tinggi.
PENCAHAYAAN KONTINYU
Intensitas cahaya merupakan faktor penting bagi pertumbuhan mikroalga, selain
nutrient. Intensitas cahaya sangat dibutuhkan dalam proses fotosintesis karena hal ini
berhubungan dengan jumlah energi yang diterima oleh mikroalga untuk melakukan
fotosintesis (Becker, 1994). Maka dari itu, sangat penting untuk melakukan pemberian
cahaya kepada mikroalga, baik secara kontinyu maupun tak kontinyu.
Pencahayaan kontinyu adalah pemberian cahaya secara terus menerus hingga
mencapai fase stasionernya. Alterasi merupakan perubahan pemberian cahaya kontinyu
dengan pemberian intensitas cahaya yang semakin tinggi seiring dengan pertambahan
jumlah sel. Dari beberapa penelitian sebelumnya, didapatkan bahwa semakin meningkat
jumlah sel maka kultur akan semakin pekat sehingga cahaya yang diterima tidak lagi
merata ke semua sel. Karena itu, perlu diadakan peningkatan intensitas cahaya agar
dapat masuk dan merata ke semua sel.
Beberapa kriteria terkait cahaya yang perlu diperhatikan untuk memperoleh
pertumbuhan alga yang baik di dalam fotobioreaktor diantaranya:
1. Intensitas cahaya, panjang gelombang, dan frekuensi pemaparan
Intensitas dari iradiasi cahaya matahari dapat mencapai 2800 mol/m2.s
yang nilainya sangat melebihi batas cahaya untuk fotosintesis alga yang berkisar
50 300 mol/m2.s. Untuk mengatasi hal ini, teknik penyinaran kilat digunakan
untuk meningkatkan penggunaan cahaya pada kultur alga di luar ruangan.
Frekuensi penyinaran kilat yang diberikan harus bernilai setinggi mungkin untuk
meningkatkan pertumbuhan sel (Hu et al., 1996b).
Penggunaan lampu LED mampu menyiapkan panjang gelombang
spesifik dengan 50 95% cahaya diemisikan pada panjang gelombang tersebut.
Hal ini menyebabkan konsumsi energi yang lebih rendah daripada lampu pijar
sehingga lebih banyak digunakan untuk bioreaktor dalam ruangan.
2. Penyebaran cahaya
Semua jenis pencahayaan akan menghasilkan cahaya berlebih pada
daerah yang dekat dari sumber cahaya dan cahaya yang tidak cukup untuk
fotosintesis pada daerah yang jauh dari sumber cahaya. Penyebaran cahaya yang
tak merata ini menyebabkan sel yang berada dekat dengan sumber cahaya
mendapat lebih banyak cahaya dari padasel yang berada lebih jauh dari sumber
tersebut (Frohlich et al., 1983). Selain itu, sel tersebut juga mampu menjadi
penghambat penyebaran cahaya karena bayangan yang dihasilkan mampu
menutupi transmisi cahaya pada sel lain di dalam bioreaktor dan mengurangi
proses fotosintesis (Ree dan Gotham, 1980; Bannister, 1979; Tamiya et al.,
1953).
3. Periode Terang dan Periode Gelap
Cahaya yang digunakan terus menerus mampu memengaruhi proses
fotosintesis, terlebih apabila emisi cahaya tersebut terlalu tinggi sehingga
mampu menyebabkan fotoinhibisi yang mengurangi laju pertumbuhan dari alga.
Observasi pada Porphyridium cruentum menunjukkan bahwa aktivitas
fotosintesis mengalami nilai paling rendah ketika pukul 12:00 14:00. Oleh
karena itu, diperlukan pergantian antara periode terang dan periode gelap dengan
frekuensi yang optimal berkisar antara 3 25 Hz (Perner-Nocha dan Posten,
2007).
Permasalahan paling umum terkait periode terang dan periode gelap ini
terletak pada siklus serta variasi dari intensitas cahaya yang diperoleh. Pada
keadaan gelap (tanpa cahaya), sel fotosintesis akan mengubah reaksi
biokimianya dari produksi energi untuk pertumbuhan autotropis menjadi
konsumsi energi untuk pertumbuhan heterotropis (Ogboona et al., 1999).
Akibatnya, proses konsumsi tersebut menyebabkan kehilangan berat sel tubuh
sebesar 5 10% (setara dengan kehilangan 16 32% dari keseluruhan berat
yang dihasilkan selama periode terang) pada Spirulina plantesis.

Berdasarkan pertimbangan di atas, beberapa model sistem pencahayaan pada


desain fotobioreaktor adalah sebagai berikut:
Solar Lighting: Mekanisme ini telah diterapkan pada Oak Ridge National
Laboratory di mana sinar matahari dikontrol menggunakan kolektor sinar yang
diletakkan pada atap kemudian didistribusikan melalui serat optik besar menuju
growth chamber fotobioreaktor. Alga tersusun pada cloth menyerupai membran
yang lembab dengan lembaran pencahayaan dengan serat optik di dalamnya.
Produksi optimum diperoleh ketika membran disusun vertikal sehingga
diperoleh penyebaran cahaya yang baik.
Bionavitas Light Immersion Technology: LITTM merupakan suatu produk paten
dari Bionavitas, Inc. yang mampu meningkatkan yield alga dengan model yang
lebih efisien dan terukur. Sumber cahaya yang ada dimanfaatkan dengan
memaparkannya ke dalam kultur sehingga dihasilkan biomassa hingga
peningkatan eksponensial. Teknologi ini juga mencegah fotoinhibisi akibat
bayangan dan dapat diterapkan pada kolam terbuka maupun bioreaktor tertutup
dengan cahaya yang masuk lebih dalam.
Fiberoptic Solar System: Sistem ini mampu menghasilkan banyak keuntungan
seperti efisiensi dari sisi energi listrik, distribusi cahaya, dan rasio permukaan
teradiasi dapat diatur sesuai bentuk reaktor. Cahaya yang diemisikan dari serat
ini mampu menjadi salah satu metode yang menjanjikan distribusi cahaya
seragam yang lebih baik pada bioreaktor.
Femtobeam: Fotobioreaktor femtobeam mampu menghasilkan desain yang tidak
membutuhkan cahaya matahari dan bergantung seluruhnya pada sumber cahaya

DAFTAR PUSTAKA
Reinhart, Debra R. Townsend, Timothy G.. 1997. Landfill Bioreactor Design & Operation.
CRC Press
Benz, Gregory T.. 2011. Bioreactor Design for Chemical Engineers. Ohio: American Institute
on Chemical Engineers (AIChE)
Rusparyati, Endang. 2012. Pengaruh Penambahan Cahaya Kontinu terhadap Produktivitas
Tanaman Karet Rakyat (Hevea Brasiliensis Muell Arg.) di Tanjung Jabung Barat,
Jambi. [ONLINE] Diakses melalui
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/58838/8/Cover.pdf pada 20
November 2017
Arifin, Agus Choirul. 2013. Fiksasi CO2 oleh Chlorella vulgaris sebagai Medium Pengkonversi
dalam Bubble Column Reactors. [ONLINE] Diakses melalui
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=60990&val=4187 pada 20
November 2017
Yunita, Dita. 2013. Optimasi pencahayaan dengan metode alterasi sebagai upaya untuk
meningkatkan produksi biomassa mikroalga Spirulina Platensis. [ONLINE] Diakses
melalui http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=20247486&lokasi=lokal pada 20
November 2017
Claudia, Ingrid. 2012. Efek Pencahayaan terhadap Produksi Biomassa Nannochloropsis sp.
pada Reaktor Pelat Datar. [ONLINE] Diakses melalui
http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=20247486&lokasi=lokal pada 20 November
2017
Cecilia. 2017. Pengaruh Siklus Pencahayaan terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Lipid
Mikroalga Botryococcus Braunii Termutasi UV-B dan Alami. [ONLINE] Diakses
melalui http://repository.its.ac.id pada 20 November 2017
Oilgae. (2015). Research and Innovations on Enhancing Lighting System of a Photobioreactor.
[ONLINE] Tersedia di: http://www.oilgae.com/ref/ downloads/ photobioreactor-
lighting.pdf Diakses pada 1 November 2016

You might also like