You are on page 1of 11

Siapa yang memberi makan (saat berbuka) untuk orang yang puasa, maka dia mendapat pahala seperti

pahala
orang yang diberi makannya itu tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya. (HR At-Tirmizy, An-Nasai, Ibnu
Majah, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaemah).

Bulan Ramadhan adalah waktu yang sangat tepat untuk bersedekah, karena pahalanya akan dilipatgandakan
oleh Allah Taala. Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam sendiri telah memberikan contoh yang baik, karena
beliau paling banyak sedekahnya pada bulan Ramadhan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas
dijelaskan:

Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam adalah orang yang paling dermawan, dan
kedermawaan beliau akan bertambah pada bulan Ramadhan ketika bertemu dengan Jibril. Beliau bertemu
dengan Jibril setiap malam Ramadhan untuk mempelajari Al-Quran, dan Rasulullah Shalallahu alaihi wa
salam lebih dermawan dari angin yang bertiup kencang. (HR Bukhari).

Suatu kenikmatan yang sangat besar apabila dengan rezeki yang telah Allah Taala karuniakan, kita dapat
menyisihkan sebagiannya untuk memberi makanan berbuka kepada orang-orang yang berpuasa karena
pahalanya yang sangat besar.

Inilah janji pahala yang Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sebutkan,

Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut,
tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga. (HR. Tirmidzi, no. 807 dan Ibnu Majah,
no. 1746).

Al Munawi rahimahullah menjelaskan bahwa memberi makan buka puasa di sini boleh jadi dengan makan
malam, atau dengan kurma. Jika tidak bisa dengan itu, maka bisa pula dengan seteguk air. (lihat Faidul Qadhir
6/243).

Ath Thobari rahimahullah menerangkan, Barangsiapa yang menolong seorang mukmin dalam beramal
kebaikan, maka orang yang menolong tersebut akan mendapatkan pahala semisal pelaku kebaikan tadi. Rasul
shallallahu alaihi wa sallam memberi kabar bahwa orang yang mempersiapkan segala perlengkapan perang
bagi orang yang ingin berperang, maka ia akan mendapatkan pahala berperang. Begitu pula orang yang
memberi makan buka puasa atau memberi kekuatan melalui konsumsi makanan bagi orang yang berpuasa,
maka ia pun akan mendapatkan pahala berpuasa. (lihat Syarh Ibnu Baththal, 9/65).

Selain itu keutamaan bagi orang yang memberi makanan berbuka adalah doa orang ketika menyantab makanan
berbuka tersebut, Karena doa orang yang berbuka puasa adalah doa yang mustajab.

Diantara Doa yang diajarkan Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam adalah:

Pertama,

Ya Allah, berilah makanan orang yang memberi aku makan dan berilah minum orang yang memberi aku
minuman.

Hadis selengkapnya:

Dari Al-Miqdad radhiallahu anhu, beliau mengatakan:







Saya datang ke Madinah bersama dua temanku. Sementara pendengaran dan penglihatan kami mulai
terganggu karena sangat lapar dan kehausan, kemudian kami mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa
sallam (HR. Muslim, No.2055).

Kedua,

Ya Allah, berkahilah rezeki yang Engkau anugerahkan kepada mereka, ampuni mereka dan berikanlah rahmat
kepada mereka.

Hadis selengkapnya:

Dari Abdullah bin Busr radhiallahu anhu, beliau bercerita:


] [ :

:





















: .




:

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah singgah di rumah bapakku maka kami suguhkan kepada
beliau makanan dan adonan kurma gandum. Beliau pun memakannya. Kemudian disuguhkan kurma kering,
beliau pun memakannya dan membuang biji dengan dua jari, telunjuk dan tengah. Kemudian disuguhkan
minuman dan beliau meminumnya. Setelah itu, beliau berikan ke samping kanannya. (setelah hendak pergi),
ayahku memohon kepada beliau sambil memegang kekang tunggangan beliau: Berdoalah kepada Allah untuk
kami. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam mendoakan: ALLAHUMMA BAARIK LAHUM FII-MAA
RAZAQTAHUM (HR. Muslim 2042).

Dua doa di atas, berlaku umum, untuk setiap kejadian ketika kita diberi makanan orang lain. Baik ketika sedang
puasa maupun di luar waktu puasa.

Ketiga,

Orang-orang yang puasa berbuka di tempatmu, orang-orang baik makan hidanganmu, dan para malaikat
turun kepadamu

Hadis Selengkapnya:

Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, beliau mengatakan:

Bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkunjung ke rumah Sad bin Ubadah, lalu disuguhkan kepada
beliau roti dan minyak zaitun, beliaupun memakannya. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam
bersabda: AFTHARA NDAKUMUS-SHOOIMUUN.
(HR. Abu Daud 3854, Ibnu Majah 1747, Ad-Darimi dalam sunannya 1813, dan sanadnya dinilai shahih oleh
Husain Salim Ad-Darani dalam tahqiq untuk sunan Ad-Darimi)

Disaat kita memberi makan berbuka, hendaklah memilih orang yang terbaik atau orang yang sholih. Karena
ingatlah harta terbaik adalah di sisi orang yang sholih. Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah mengatakan
pada Amru bin Al Ash,

Wahai Amru, sebaik-baik harta adalah harta di tangan hamba yang Shalih. (HR. Ahmad 4/197. Syaikh
Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim).

By: Abu Akrom S


Bulan Ramadhan merupakan waktu atau kesempatan yang tepat untuk menuai pahala yang
melimpah. Salah satunya dengan memberi sesuap nasi, secangkir teh, secuil kurma atau snack
kepada orang yang berpuasa.

Seperti sabda Rasulullah SAW

"Barang siapa yang memberi buka orang yang puasa maka dia akan mendapatkan pahala seperti
pahalanya orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun."

(HR Ahmad dalam Musnadnya, Tirmidzi dalam Jaminya, Ibnu Majah dalam Sunannya, dan Ibnu
Hiban dalam Shahihnya, dan dishahihkan oleh Tirmidzi)

Di antara keutamaan lainnya bagi orang yang memberi makan berbuka adalah keutamaan yang
diraih dari doa orang yang menyantap makanan berbuka. Jika orang yang menyantap makanan
mendoakan si pemberi makanan, maka sungguh itu adalah doa yang terkabulkan.

Rasulullah SAW pernah bersabda:

"Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak: (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa
ketika dia berbuka, (3) Doa orang yang terdzolimi.

Tentu ini merupakan peluang melipatgandakan pahala dan hendaknya seorang muslim yang
berkecukupan berlomba-lomba dalam hal ini sebagaimana sabda Nabi SAW

Yang artinya :

Siapa memberi Makan Sahurorang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang
berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga (HR.
Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, dishahihkan oleh AL-Albani)

Bagaimana jika memberi Makan Sahurberbuka ini melalui perantara yayasan atau lembaga
yang mengkoordinasikan mengumpulkan sumbangan kaum muslimin dan memberi Makan
Sahurkepada orang-orang miskin? Apakah pahalanya sebagaimana dalam hadits juga?
Memberi Makanan Berbuka Puasa
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah ditanya, Sebagian Yayasan (lembaga) sosial
mengumpulkan sumbangan dari kaum muslimin untuk menyediakan makanan berbuka puasa
bagi orang-orang miskin kaum muslimin pada bulan Ramadhan. Apakah pahala memberi
makanan buka puasa sampai kepadanya (penyumbang) atau apakah penyumbang harus
menyerahkan makanan buka puasa tersebut dengan sendiri?

Beliau menjawab, Jika seorang muslim menyumbangkan untuk berbuka puasa bagi orang yang
berpuasa maka ia akan mendapat pahala dari sedekah tersebut sama saja apakah ia
menyerahkan dengan sendiri atau diwakilkan oleh orang atau lembaga sosial yang ia percaya.

Demikian penjelasan ringkas mengenai Memberi Makanan Berbuka Puasa, semoga


bermanfaat.

Wallahu alam
FIRMAN ALLAH TENTANG ANAK YATIM :

Tahukah kamu orang yang mendustakan agama itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak memberi
makan orang miskin, maka celakalah bagi orang-orang yang sholeh yaitu orang-orang yang lalai dari
sholatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang berguna.

(QS. Al-Maun ayat 1-7)

Allah berfirman, artinya,Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.
Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin.

(QS. an-Nisa: 36).

Allah telah berfirman dalam kitab-Nya, artinya, Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil
(yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapak, kaum kerabat,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah
shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada
kamu, dan kamu selalu berpaling.

(QS. al-Baqarah: 83).

Allah berfirman,artinya, Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang(QS. ad-
Dhuha: 9)

Allah berfirman, artinya, Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-
kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin,

(QS. al-Baqarah 2:177)

Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: Apa saja harta yang kamu nafkahkan
hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, .

(Q.S. Al Baqarah, 2:215)

Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: Mengurus urusan mereka secara patut
adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui
siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan.. (Q.S. Al Baqarah, 2:220)

Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik
dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan
(menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar. (Q.S. An Nisaa, 4:2)

Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu
mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan
janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa
(membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka
hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, maka bolehlah
ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka
hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah Allah sebagai
Pengawas (atas persaksian itu). (Q.S. An Nisaa, 4:6)

Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan
api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (Q.S. An Nisaa,
4:10)

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, ,
(Q.S. An Nisaa 4:36)

Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia
dewasa. (Q.S. Al Anaam, 6:152)

Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai
ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S. Al
Israa, 17 : 34)

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang
ditawan. (Q.S. Al Insaan, 76:8)

Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: Tuhanku menghinakanku.
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim. (Q.S. Al Fajr, 89 : 16-17)

Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau
memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, (Q.S. Al Balad, 90 :
12-15)

Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. Sebab itu,
terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.

(Q.S. Adh Dhuhaa, 93:8-9)

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya
kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, . (Q.S. Al Baqarah, 2 : 177)

Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: Apa saja harta yang kamu nafkahkan
hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, . (Q.S. Al Baqarah, 2:215)

Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: Mengurus urusan mereka secara patut
adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui
siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan.. (Q.S. Al Baqarah, 2:220)

HADIS HADIS TENTANG ANAK YATIM :

Cukup banyak hadis yang membahas tentang anak yatim dimana ada 142 hadits yang terdapat pada 42 kitab
hadits yang membahas tentang yatim diantaranya :

Aku dan pemelihara anak yatim di surga seperti ini (dan beliau memberi isyarat dengan telunjuk dan jari
tengahnya, lalu membukanya (HR. Bukhari, Turmudzi, Abu Daud)

Barangsiapa mengambil anak yatim dari kalangan Muslimin, dan memberinya makan dan minum, Allah akan
memasukkannya ke surga, kecuali bila ia berbuat dosa besar yang tidak terampuni.( HR. Turmudzi)

Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan
(diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak
yatim tapi ia diperlakukan dengan buruk. (HR. Ibnu Mubarak)

Sesungguhnya, seorang laki-laki mengeluh kepada Nabi s.a.w., karena hatinya yang keras. Nabi s.a.w.
berkata: -Usaplah kepala yatim, dan berilah makan orang miskin. (HR. Ahmad)

Anak yatim menangis, arasy berguncang. Sabda Tuhan: Demi keagungan-Ku, siapa saja yang menghiburnya
dan menghentikan tangisannya, Aku pastikan baginya surga (Hadis Qudsi 208) ( 17/2/2010; 17:30:44)

Barangsiapa meletakan tangannya di atas kepala anak yatim dengan penuh kasih sayang, maka Allah akan
menuliskan kebaikan pada setiap lembar rambut yang disentuh tangannya. (HR.Ahmad, Ath-Thabrani, Ibnu
Hibban, Ibnu Abi Aufa)
Harta-benda anak yatim tidak terkena zakat sampai dia baligh. (HR. Abu Yala dan Abu Hanifah) Tidak
disebut lagi anak yatim bila sudah baligh. (HR. Abu Hanifah)

Demi yang mengutus aku dengan hak, Allah tidak akan menyiksa orang yang mengasihi dan menyayangi anak
yatim, berbicara kepadanya dengan lembut dan mengasihi keyatiman serta kelemahannya, dan tidak bersikap
angkuh dengan apa yang Allah anugerahkan kepadanya terhadap tetangganya. Demi yang mengutus aku
dengan hak, Allah tidak akan menerima sedekah seorang yang mempunyai kerabat keluarga yang
membutuhkan santunannya sedang sedekah itu diberikan kepada orang lain. Demi yang jiwaku dalam
genggamanNya, ketahuilah, Allah tidak akan memandangnya (memperhatikannya) kelak pada hari kiamat.

(HR. Ath-Thabrani)

Barangsiapa menjadi wali atas harta anak yatim hendaklah dikembangkan dan jangan dibiarkan harta itu
susut karena dimakan sodaqoh (zakat). (HR. Al-Baihaqi)

Tidak mungkin seorang yatim ikut memakan jamuan makanan, lalu setan mendekati makanan itu (HR. Ath-
Thabrani)

Keutamaan Menyantuni Anak Yatim


Dari Sahl bin Saad radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,

By Abdullah Taslim, Lc., MA. 9 March 2012
52 28072 37

Dari Sahl bin Saad radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini, kemudian beliau
shallallahu alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu alaihi wa
sallam, serta agak merenggangkan keduanya[1].

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan dan pahala orang yang meyantuni anak yatim,
sehingga imam Bukhari mencantumkan hadits ini dalam bab: keutamaan orang yang mengasuh anak yatim.

Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:


Makna hadits ini: orang yang menyantuni anak yatim di dunia akan menempati kedudukan yang tinggi
di surga dekat dengan kedudukan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam[2].
Arti menanggung anak yatim adalah mengurusi dan memperhatikan semua keperluan hidupnya,
seperti nafkah (makan dan minum), pakaian, mengasuh dan mendidiknya dengan pendidikan Islam yang
benar[3].
Yang dimaksud dengan anak yatim adalah seorang anak yang ditinggal oleh ayahnya sebelum anak itu
mencapai usia dewasa[4].
Keutamaan dalam hadits ini belaku bagi orang yang meyantuni anak yatim dari harta orang itu sendiri
atau harta anak yatim tersebut jika orang itu benar-benar yang mendapat kepercayaan untuk itu[5].
Demikian pula, keutamaan ini berlaku bagi orang yang meyantuni anak yatim yang punya hubungan
keluarga dengannya atau anak yatim yang sama sekali tidak punya hubungan keluarga dengannya[6].
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan mengasuh anak yatim, yang ini sering
terjadi dalam kasus anak angkat, karena ketidakpahaman sebagian dari kaum muslimin terhadap
hukum-hukum dalam syariat Islam, di antaranya:

1. Larangan menisbatkan anak angkat/anak asuh kepada selain ayah kandungnya, berdasarkan firman Allah
Subhanahu wa Taala:


{
}
Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak (kandung) mereka; itulah
yang lebih adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka
sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu (QS al-Ahzaab: 5).

2. Anak angkat/anak asuh tidak berhak mendapatkan warisan dari orang tua yang mengasuhnya, berbeda
dengan kebiasaan di zaman Jahiliyah yang menganggap anak angkat seperti anak kandung yang berhak
mendapatkan warisan ketika orang tua angkatnya meninggal dunia[7].

3. Anak angkat/anak asuh bukanlah mahram[8], sehingga wajib bagi orang tua yang mengasuhnya maupun
anak-anak kandung mereka untuk memakai hijab yang menutupi aurat di depan anak tersebut, sebagaimana
ketika mereka di depan orang lain yang bukan mahram, berbeda dengan kebiasaan di masa Jahiliyah.
Ayat dan Hadis tentang Anak Yatim
13 Februari 2013 pukul 14:31

Dan berbuat baiklah kepada ibu bapak dan kaum kerabat serta anak-anak yatim dan orang-orang miskin. (QS
Al Baqoroh,2:83)

Dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin. (Al
Baqoroh,2:177)

Katakanlah, Apa saja harta benda (yang halal) yang kamu infakkan, maka berikanlah kepada ibu bapak, kaum
kerabat dan anak-anak yatim. (QS Al Baqoroh,2:215)

Dan mereka bertanya kepadamu mengenai anak-anak yatim. Katakanlah, Memperbaiki keadaan anak-anak
yatim itu amat baik bagimu. (QS Al Baqoroh,2:220)

Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang telah baligh) harta-harta mereka. (QS An Nisaa,4:2)

Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap perempuan-perempuan yatim (bila kamu menikahi
mereka), maka nikahilah dua, tiga atau empat (QS An Nisaa,4:31)

Dan ujilah anak-anak yatim itu (sebelum baligh) sehingga mereka cukup umur (dewasa). Kemudian jika kamu
melihat keadaan mereka (tanda-tanda yang menunjukkan bahwa mereka telah berfikir matang dan mampu
menjaga hartanya) maka serahkanlah kepada mereka hartanya. Janganlah kamu makan harta anak-anak yatim
secara melampaui batas dan secara terburu-buru (merebut kesempatan) sebelum mereka dewasa. (QS An
Nisa,6)

Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dan kaum kerabat dan anak-anak yatim. (QS An
Nisaa,4:127)

Dan apa yang selalu dibacakan kepadamu dalam kitab ini mengenai perempuan-perempuan yatim (QS An
Nisaa,4:6)

Dan (kamupun diwajibkan) supaya mengurus (hak dan keperluan) anak-anak yatim dengan adil. (QS An
Nisaa,4:127)

Dan janganlah kamu hampiri harta anak yatim melainkan dengan cara yang baik (untuk menjaganya). (QS
Al Anam,6:521)
Dan janganlah kamu menghampiri harta anak yatim melainkan dengan cara yang baik (QS Al Isro,17:34)

Mereka juga memberi makan dengan makanan yang dibutuhkan dan disukainya kepada orang miskin dan anak
yatim serta tawanan. QS Ad Dahr,76:8)

Tidak sekali-kali, bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim. (QS Al Fajr,89:17)

Atau memberi makan pada hari kelaparan terhadap anak-anak yatim dari kaum kerabat. (QS Al Balad,90:14-
15)

Bukankah DIA dapati engkau dalam keadaan yatim, lalu DIA melindungi. (QS Ad Dhuha,93:6)

Maka adapun terhadap anak yatim, maka janganlah engkau hinakan. (QS Ad Dhuha,93:9)

Persoalan anak yatim adalah persoalan yang sangat besar dan setiap orang bertanggungjawab untuk menjaga
mereka, harta mereka dengan hati-hati dan menyampaikan faidah dari harta anak yatim itu kepada mereka dan
menjauhkan diri agar tidak memakan harta anak yatim. Bila hendak mengawini perempuan yatim, jangan
sampai mengurangi mas kawinnya.

Rosululloh saw. bersabda, Aku dan penjaga anak yatim akan berada di dalam Jannah yang berdekatan seperti
dekatnya jari tengah dan jari telunjuk.

Rosululloh saw. mengisyaratkan bahwa jari tengah lebih tinggi dari jari telunjuk, maksudnya adalah karena
kenabian, kedudukan beliau saw. lebih tinggi dari orang lain, tetapi penjaga anak yatim dan penjaga harta
mereka akan berada berdekatan dengan beliau saw.

Rosululloh saw. bersabda, Barangsiapa meletakkan tangannya di atas kepala anak yatim dengan penuh kasih
sayang, maka untuk setiap helai rambut yang disentuhnya akan memperoleh satu pahala, dan barangsiapa
berbuat baik terhadap anak yatim, dia akan bersamaku di Jannah seperti dua jari ini. Ketika mensabdakan
hadits ini Rosululloh saw. berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.

Diterangkan dalam sebuah hadits bahwa pada hari hisab ada sebagian orang yang dibangkitkan dalam keadaan
api dinyalakan di mulut mereka. Mendengar hal ini sebagian sahabat r.a. bertanya, Ya Rosululloh, siapakah
mereka ini? Rosululloh saw. menjawab dengan membaca ayat al Qur-an surat An Nisaa,4:10 Sesungguhnya
orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zhalim, sesungguhnya ia memasukkan api ke dalam
perutnya. Dan mereka akan memasuki api yang menyala-nyala (neraka).

Pada malam Isro Miraj, Rosululloh menemui suatu kaum yang bibir mereka besar seperti unta. Beberapa
Malaikat dengan kasar membuka mulut mereka dan memasukkan batu-batu berapi yang besar ke dalamnya.
Api itu masuk melalui mulut-mulut mereka dan keluar melalui dubur mereka, mereka menjerit dan menangis
karena kesakitan. Rosululloh menanyakan ini kepada Jibril a.s., Siapakah mereka itu? Jibril a.s.
menjawabMerekalah orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zhalim. Kini mereka memakan api.

Ada empat jenis manusia yang tidak akan dimasukkan oleh ALLOH ke dalam Jannah dan mereka tidak akan
mendapat nikmat sedikitpun dari nikmat Jannah:

1. Orang yang gemar minum khomr (mabuk-mabukan)

2. Orang yang makan riba

3. Orang yang makan harta anak yatim secara zholim

4. Orang yang durhaka pada ibu bapak. (Durrul Mantsur)

Syah Abdul Aziz rah.a. menulis dalam tafsirnya bahwa ada dua jenis kebaikan dapat dilakukan terhadap anak
yatim:

1. Apa yang wajib bagi ahli warits. Misal: menjaga harta anak-anak yatim, mengembangkan hasil dari tanahnya
agar keuntungannya dapat dipergunakan untuk biaya makan, pakaian dan pendidikannya.

2. Yang bersifat umum. Yaitu jangan membiarkan anak yatim dalam kesusahan, berilah kasih sayang kepada
mereka. Di dalam majlis berilah tempat duduk yang terhormat. Usaplah kepalanya dengan penuh kasih sayang,
perlakukan mereka seperti kepada anak sendiri, lahir dan batin (agar mereka tidak merasakan kesedihan dan
duka cita yang berlarut-larut karena kematian ayahnya). ~*~

You might also like