You are on page 1of 19

MAKALAH ASUHAN KEGAWATDARURATAN HIPOTERMI

MAKALAH SEBAGAI UNSUR PENGEMBANGAN PROFESI KEPERAWATAN DALAM PENILAIAN

ANGKA KREDIT.

JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT

DISUSUN OLEH

IPUT TRI RETNO.A.Md.Kep.

NIP. 19791113 200701 2 005.

RUANG NUSA INDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGANJUK.

2017
MAKALAH ASUHAN KEGAWATDARURATAN HIPOTERMI

( MAKALAH SEBAGAI UNSUR PENGEMBANGAN PROFESI KEPERAWATAN DALAM PENILAIAN

ANGKA KREDIT.

JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT )

DISUSUN OLEH

IPUT TRI RETNO.A.Md.Kep.

NIP. 19791113 200701 2 005.

RUANG NUSA INDAH

Mengetahui

Kepala Ruang Nusa Indah.

SUMINI,S.Kep.Ners.

NIP.19630309 198803 2 008


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul MAKALAH

ASUHAN KEGAWATDARURATAN HIPOTERMI

Makalah ini disusun sebagai unsur pengembangan profesi keperawatan dalam


daftar Usul penetapan Angka Kredit Perawat.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis telah berusaha untuk mencapai hasil
yang maksimal, tetapi dengan keterbatasan wawasan , pengetahuan ,pengalaman dan
kemampuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna.
Dengan selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak,oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. FX.TEGUH PRARTONO HARIO UTORO,Sp.PD. Selaku Direktur


RSUD Nganjuk.
2. Semua Pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini.

Semoga semua bantuan berupa apapun atas penyelesaian penulisan ini dapat
diterima Tuhan Yang Maha Esa sebagai suatu amal kebajikan.

Penulis menyadari adanya kekurangan dalam menyusun karya tulis ini, oleh
karena itu penulis mengharap saran dan masukan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Semoga karya tulis dapat bermanfaat bagi rekan-rekan seprofesi khususnya dan masyarakat
pada umumnya.

Nganjuk, 22 Juni 2017


Penulis

IPUT TRI RETNO.A.Md.Kep.

NIP. 19791113 200701 2 005


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Saat ini tuntutan masyarakat terhadap kualitas layanan kesehatan semakin

meningkat. Hal tersebut didorong oleh berbagai perubahan mendasar di masyrakat baik

ekonomi, pendidikan, teknologi dan informasi serta berbagai perubahan lainnya. Terlebih

lagi tuntutan dari pemerintah yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat

untuk menerima pelayanan kesehatan. Tidak terkecuali perubahan tuntutan masyarakat

terhadap peningkatan kualitas layanan kebidanan. Salah satu layanan kebidanan yang

memerlukan peningkatan kualitas layanan adalah pelayanan asuhan terhadap bayi

hipotermia.

Kehidupan bayi baru lahir yang paling kritis adalah saat mengalami masa transisi

dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Salah satu yang menjadi masalah

yang dialami bayi pada masa transisi ini adalah hipotermia. Hipotermia yaitu penurunan

suhu tubuh bayi dibawah suhu normal.

Laporan WHO tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20

per 1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun

dan angka kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap

hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap enam

menit satu bayi Indonesia meninggal. (Roesli Utami, 2008) Menurut DEPKES RI angka

kematian sepsis neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir.

Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis,

kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum.(Depkes, 2007).

Di negara berkembang termasuk Indonesia, tingginya angka morbiditas dan

mortalitas Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) masih menjadi masalah utama.Penyebab

utama mortalitas BBLR di negara berkembang adalah asfiksia, sindrom gangguan nafas,

infeksi, serta komplikasi hipotermi. Bayi premature maupun bayi cukup bulan yang lahir

dengan berat badan rendah, terutama di bawah 2000 gram, terancam kematian akibat
hipotermi yaitu penurunan suhu badan di bawah 36,50c disamping asfiksia dan infeksi.

(Imral Chair,2007)

1. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini, yaitu :

1. Apa itu hipotermi ?

2. Mengapa hipotermi dapat terjadi ?

3. Bagaimana cara mencegah hipotermi ?

4. Bagaimana cara mengatasi hipotermi ?

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui apa itu hipotermi.

2. Untuk mengetahui mengapa hipotermi itu dapat terjadi dan bagaimana cara

mengatasinya.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Hipotermia

Terlalu lama kedinginan, khususnya dalam cuaca berangin dan hujan, dapat

menyebabkan mekanisme pemanasan tubuh terganggu sehingga menyebabkan penyakit

kronis. Hipotermia adalah suatu keadaan dimana tubuh merasa sangat kedinginan. Setelah

panas dipermukaan tubuh hilang maka akan terjadi pendinginan pada jaringan dalam dan

organ tubuh.

Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku, pembuluh darah

dapat mengerut dan memutus aliran darah ke telinga, hidung, jari dan kaki. Dalam kondisi

yang parah mungkin korban menderita ganggren (kemuyuh) dan perlu diamputasi.

Udara dingin yang basah disertai angin yang bertiup kencang, seringkali

dijumpai para pendaki ketika melakukan pendakian gunung. Tidak jarang badai dan hujan

lebat menyertai hawa dingin. Malam yang cerah seringkali membuat udara semakin dingin

dan berembun. Di puncak musim kemarau justru di sekitar puncak gunung seringkali

muncul kristal-kristal es yang menempel pada daun-daunan dan bunga edelweis. Pakaian

yang basah, kaos kaki yang basah semakin menambah dinginnya badan. Keadaan akan

semakin parah bila pendaki tidak memperhatikan makanan sehingga tubuh tidak

memperoleh energi untuk memanaskan badan. Dinginnya udara seringkali membuat perut

kembung sehingga enggan untuk makan, kecuali memang kehabisan makanan.

Hipotermi dibedakan atas:

1. Stres dingin (36 -36,50 C)

2. Hipotermi sedang (32 -360 C)

3. Hipotermi berat (dibawah 320 C)

Bayi-bayi yang sangat rawan terhadap hipotermi yaitu :

1. Bayi kurang bulan / prematur

2. Bayi berat lahir rendah

3. Bayi sakit
1. Pengertian Hipotermia

Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu inti

(suhu organ dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di

seluruubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga

menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk

mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading

termometer) sampai 250C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan

awal penyakit yang berakhir dengan kematian

Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu normal

pada bayi neonatus adalah adalah 36,5-37,5 derajat Celsius (suhu ketiak). Hipotermi

merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan

berat badan kurang dari 2,5 Kg Gejala awal hipotermi apabila suhu kurang dari 36 derajat

Celsius atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. terutama dengan berat badan

Beberapa pengertian hipotermia dari berbagai sumber :

1. Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo (2001),bayi hipotermia

adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal.adapun suhu normal pada neonatus

adalah 36,5o-37,5o Gejala awal pada hipotermi apabila suhu <36oC atau kedua kaki

dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi

sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320-36o C). Disebut hipotermia berat

bila suhu <32o C diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat mengukur

sampai 25o C.

2. Menurut Indarso F(2001), disamping sebagai suatu gejala,hipotermia merupakan

awal penyakit yang berakhir dengan kematian.

3. Menurut Sandra M.T (1997),hipotermi yaitu suatu kondisi dimana suhu tubuh inti

turun sampai dibawah 35o


1. Klasifikasi Hipotermia

2. Hipotermi spintas.

Yaitu penurunan suhu tubuh1-2c sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi

normal kembali setelah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu ruang di atur sebaik-

baiknya. Hipotermi sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia,

resusitasi lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi segera di bungkus

setelah lahir terlalucepat di mandikan (kurang dari 4 -6 jam sesudah lahir).

2. Hipotermi akut.

Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-12 jam,

terdapat pada bayi dengan BBLR, diruang tempat bersalin yang dingin, incubator

yang cukup panas. Terapinya adalah: segeralah masukan bayi segera kedalam

inkubataor yang suhunya sudah menurut kebutuhan bayi dan dalam kaadaan

telanjang supaya dapat di awasi secara teliti. Gejala bayi lemah,gelisah, pernafasan

dan bunyi jantung lambat serta kedu kaki dingin.

3. Hipotermi sekunder

Penurunan suhu tubuh yang tidak di sebabkan oleh suhu lingkungan yang

dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, syndrome gangguan nafas, penyakit

jantung bawaan yang berat,hipoksia dan hipoglikemi, BBLR. Pengobatan dengan

mengobati penyebab Misalnya: pemberian antibiotika,larutan glukosa, oksigen dan

sebagainya.

4. Cold injuri

Yaitu hipotermi yang timbul karena terlalu lama dalam ruang dingin(lebih

dari 12 jam). Gejala: lemah, tidak mau minum, badan dingin, oligoria , suhu

berkisar sekitar 29,5c-35c, tidak banyak bergerak, oedema, serta kemerahan pada

tangan, kaki dan muka, seolah-olah dalam keadaan sehat, pengerasan jaringan sub

kutis. Pengobatan : memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotika, pemberian

larutan glukosa10% dan kastikastiroid.


1. Jenis-Jenis Hipotermi

Beberapa jenis hipotermia, yaitu :

Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga <35c.>

Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung terhadap

udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.

Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sistemik

(seluruh tubuh) yan serius. Kebanyakan terjadinya sih di usim dingin (salju) dan

iklim dingin.

Berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas :

Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 12 derajat Celsius sesudah

lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4-8 jam, bila

suhu lingkungan diatur sebaik-baiknya. Biasanya hal ini terdapat pada BBLR,

hipoksia (suatu keadaan dimana suplai oksigen tidak mencukupi untuk keperluan

sel, jaringan atau organ), ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak

segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah

lahir), dan pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin.

Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-12

jam. Umumnya terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang

dingin, inkubator yang tidak cukup panas, kelalaian terhadap bayi yang akan lahir,

yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya.

Gejalanya adalah lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua

kaki dingin. Terapi yang dilakukan adalah dengan segera memasukkan bayi ke

dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam

keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.

Hipotermia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu

lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan

pernapasan dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi

tukar, penyakit jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan BBLR serta

hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan mengobati penyebabnya, misalnya


dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya.

Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat tranfusi tukar harus

dilakukan beberapa kali karena hipotermia harus diketahui secepatnya. Bila suhu

tubuh bayi sekitar 32 derajat Celsius, tranfusi tukar harus dihentikan untuk

sementara waktu sampai suhu tubuh menjadi normal kembali.

1. Etiologi Hipotermi

Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :

1. Jaringan lemak subkutan tipis.

2. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.

3. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.

4. ayi baru lahir tidak ada respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan.

5. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang berisiko tinggi

mengalami hipotermia.

6. Bayi dipisahkan dari ibunya segera mungkin setelah lahir.

7. Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur.

8. Tempat melahirkan yang dingin.

9. Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis,sindrom dengan pernapasan,

hipoglikemia perdarahan intra kranial.

Faktor pencetus hipotermia menurut Depkes RI,1992 :

1. Faktor lingkungan.

2. Syok.

3.

4. Gangguan endokrin metabolik.

5. Kurang gizi

6. Obat-obatan.

7. Aneka cuaca
1. Mekanisme Kehilangan Panas Pada Bayi Hipotermi

1. Radiasi adalah panas yang hilang dari objek yang hangat (bayi) ke

objekyang dingin. Misal BBL diletakkan ditempat yang dingin.

2. Konduksi adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung

kontak dengan permukaan yang lebih dingin. Misal popok atau celana basah

tidak langsung diganti.

3. Konveksi adalah hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya. Misal

BBL diletakkan dekat pintu atau jendela terbuka.

4. Evaporasi adalah hilangnya panas akibat penguapan dari air pada kulit bayi

misalnya cairan amnion pada bayi

1. Patofisiologi Hipotermi

Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral

pengatur panas di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu mencapaib rown

fat memacu pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol

dan asam lemak.Blood gliserol level meningkat, tetapi asam lemak secara lokal

dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah brown fat menjadi panas, kemudian

didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran darah.

Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan glukosa

untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat.

Methabolicther mogenesis yang efektif memerlukan integritas dari sistem syaraf

sentral,kecukupan darib r own fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen. Perubahan

fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem syaraf pusat antara lain depresi linier

dari metabolisme otak, amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu adaptasi

yang salah, EEG yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan

halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran darah

otak menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan penurunan yang progressif dari

aktivitas EEG.
1. Tanda dan Gejala Hipotermi

Berikut beberapa gejala bayi terkena hipotermia,yaitu :

1. Suhu tubuh bayi turun dari normalnya.

2. Bayi tidak mau minum atau menetek.

3. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.

4. Tubub bayi teraba dingin.

5. Dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh mengeras

(sklerema).

6. Kulit bayi berwarna merah muda dan terlihat sehat.

7. Lebih diam dari biasanya.

8. Hilang kesadaran.

9. Pernapasannya cepat.

10. Denyut nadinya melemah.

11. Gangguan penglihatan.

12. Pupil mata melebar (dilatasi) dan tidak bereaksi.

Berikut adalah tanda terjadinya hipotermia

Tanda-tanda hipotermia sedang :

1. Aktifitas berkurang.

2. Tangisan lemah.

3. Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata).

4. Kemampuan menghisap lemah.

5. Kaki teraba dingin.

6. Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin.

Tanda-tanda hipotermia berat :

1. Aktifitas berkurang,letargis.

2. Bibir dan kuku kebiruan.

3. Pernafasan lambat.

4. Bunyi jantung lambat.

5. Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik.


6. Risiko untuk kematian bayi.

Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia :

1. Muka,ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.

2. Bagian tubuh lainnya pucat.

3. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada

4. punggung,kaki dan tangan(sklerema).

Tanda-tanda klinis hipotermia:

1. Mild atau ringan (34-36c)

1. Sistem saraf pusat: amnesia, apati, terganggunya persepsi halusinasi

2. Cardiovaskular: denyut nadi cepat lalu berangsur melambat, meningkat4nya

tekanandarah,

3. Penafasan: nafas cepat lalu berangsur melambat,

4. Saraf dan otot: gemetar, menurunnya kemampuan koordinasi otot

2. Moderate, sedang (3034C)

1. Sistem saraf pusat: penurunan kesadaran secara berangsur, pelebaran pupil

2. Cardiovaskular: penurunan denyut nadi secara berangsur

3. Pernafasan: hilangnya reflex jalan nafas(seperti batuk, bersin)

4. Saraf dan otot: menurunnya reflex, berkurangnya respon menggigil, mulai

munculnya kaku tubuh akibat udara dingin

3. Severe, parah (<30C)

1. Sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip

2. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya

tekanandarah sistolik

3. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen

4. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer


1. Komplikasi

Hipotermi yang terjadi pada bayi apabila tidak tertangani dengan tepat akan

menyebabkan beberapa gangguan yang akan menyertai yakni:

1. Gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip)

2. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan

darah sistolik

3. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen

4. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer

1. Penatalaksanaan Umum

Saat lahir pengaturan suhu tubuh bayi belumlah terkendali dengan baik. Bayi bisa

kehilangan suhu tubuh secara cepat dan terkena hipotermi dalam kamar yang dingin. Bayi

yang mengalami hipotermi harus dihangatkan secara bertahap. Berikut beberapa cara

penanganan hipotermia untuk bayi :

1. Penanganan hipotermi pada BBL

1. Hangatkan bayi secara bertahap. Bawalah ia ke ruangan yang hangat.

Bungkuslah tubuhnya dengan selimut tebal.

2. Pakaikan topi dan dekaplah si kecil agar ia menjadi hangat oleh panas tubuh

anda.

2. Penanganan hipotermia secara umum untuk balita

1. Jika ia mampu melakukannya,minta anak berendam air hangat. Bila warna

kulitnya telah kembali normal,segera keringkan dan bungkus tubuhnya

dengan handuk tebal atau selimut.

2. Kenakan pakaian tebal dan baringkan anak di tempat tidur. Pakaikan selimut

yang cukup banyak. Tutupi kepalanya dengan topi atau pastikan suhu dalam

ruangan cukup hangat. Temani anak.

3. Berikan anak minuman hangat dan makanan penuh energi,misalnya cokelat.

Jangan tinggalkan anak sendirian,kecuali anda yakin warna kulit dan suhu

tubuhnya telah kembali normal.


Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :

Jangan menempelkan sumber panas langsung,seperti botol berisi air panas ke kulit

anak. Anak harus menjadi hangat secara bertahap.

Jika anak hilang kesadaran,bukalah saluran udaranya dan periksa pernapasannya.

Jika anak bernapas,baringkan ia pada posisi pemulihan,jika tidak bernapas,mulailah

bantuan pernapasan dan kompresi dada. Telepon Ambulans.

1. Prinsip Dasar Untuk Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir

1. Mengeringkan bayi segera setelah lahir

Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui

jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat

kehilangan panas tubuh. Akibatnya dapat timbul serangan dingin (cold stress) yang

merupakan gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala

menggigil oleh karena kontrol suhunya masih belum sempurna. Hal ini menyebabkan

gejala awal hipotermia seringkali tidak terdeteksi oleh ibu atau keluarga bayi atau penolong

persalinan. Untuk mencengah terjadinya serangan dinginadalah sebagai berikut:

1. setiap bayi lahir harus segera dikeringkan dengan handuk yang kering dan bersih

(sebaiknya handuk tersebut dihangatkan terlebih dahulu). Mengeringkan tubuh bayi

harus dilakukan dengan cepat.dimulai dari kepala kemudian seluruh tubuh bayi.

Handuk yang basah harus diganti dengan handuk lain yang kering dan hangat.

2. Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut,diberi tepi atau tutup

kepala,kaos tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan telungkup di atas dada ibu

untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.

2. Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat

merangsang rooting refleksdan bayi mendapat kalori.

3. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil. Untuk

mencengah terjadinya serangan dingin ibu atau keluarga dan penolong persalinan

harus menunda memandikan bayi. Beberapa kriteria dalam memandikan bayi;


4. Pada bayi lahir sehat yaitu lahir cukup bulan,berat>2.500 gram,langsung menangis

kuat,memandikan bayi ditunda selama kurang lebih 24 jam setelah kelahiran. Pada

saat memandikan bayi gunakanlah air hangat.

5. Pada bayi lahir dengan risiko (tidak termasuk kriteria di atas),keadaan umum bayi

lemah atau bayi dengan berat lahir < 2.000 gram sebaiknya bayi jangan dimandikan

ditunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh bayi

stabil,bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.

6. Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu merujuk.

7. Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri.

8. Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan.

Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang

harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui

penyinaran lampu.

Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah

menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar

terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga bayi tetap hangat,tubuh ibu dan

bayi harus berada di dalam 1 pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut

sebagai metode Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan.

Bila tubuh bayi masih dingin,gunakanlah selimut atau kain hangat yang diseterika

terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang

kali sampai tubuh bayi hangat.

Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI

sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak mengisap beri infus glukosa 10 %

sebanyak 60-80 ml/kg per hari.


BAB III

PEMBAHASAN

1. Kesimpulan

Hipotermi pada bayi baru lahir perlu mendapat perhatian dari para petugas

kesehatan dan khususnya calon ibu yang akan memiliki anak. Mereka perlu memiliki

pengetahuan tentang bagaimana cara memperlakukan bayi pertama kali ketika lahir.

Penanganan yang salah terhadap bayi bisa menyebabkan dampak negatif bagi mereka.

Sebagai contoh terjadinya hipotermi pada bayi disebabkan oleh kebiasaan / perilaku yang

salah seperti mengeringkan dan membersihkan tubuh bayi menunggu setelah plasenta lahir,

memandikan bayi dilakukan segera setelah lahir, membersihkan lemak bayi segera setelah

lahir, memercikkan air hangat / air dingin / air kembang / minyak wangi pada bayi baru

lahir yang tidak menangis (untuk merangsang pernafasan) , mengosok tubuh bayi dengan

minyak kayu putih / obat gosok , bayi baru lahir tidak segera didekapkan / dipisah /tidak

segera disusui oleh ibunya. Semua kebiasaan diatas justru mengakibatkan penurunan suhu

tubuh pada bayi.

Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir.

Oleh karena itu para petugas kesehatan harus melakukan tindakan pencegahan terjadinya

hipotermi di tingkat pelayanan dasar. Sebaiknya para petugas kesehatan memiliki

penguasaan dalam mencegah dan menangani hipotermi pada bayi baru lahir untuk

memberikan dampak positif yang sangat berarti dalam mencegah terjadinya kematian.

Begitu pula dengan ibu, penolong persalinan, dan keluarga di rumah yang bisa dengan

mudah mencegah terjadinya hipotermi.


BAB IV

PENUTUP

Peran perawat sangat diperlukan untuk mencengah terjadinya risiko hipotermia

pada bayi. Maka dari itu seorang perawat itu harusn memiliki pengetahuan yng luas,sikap

dan keterampilan dalam melakukan asuhan untuk mencengah terjadinya hal yang tidak

diinginkan. Bayi yang mengalami hipotermia mempunyai risiko tinggi terhadap kematian

sehingga memerlukan pengawasan oleh perawatan yang intensif dan ketat dari tenaga

kesehatan yang berpengalaman dan berkualitas tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

Saifudin, Abdul.Penanganan Esensial dasar Kegawat-Daruratan Obstetri dan Bayi Baru

Lahir. Jakarta.

Wiknjosastro,DjokoWaspodo.2009.AcuanNasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: EGC

Bari, Abdul S. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Farrer, H. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. 2006. Buku Acuan Nasional : Pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal. Jakarta : YBP-SP.

Rukiyah dan Yulianti, L. 2010. Asuhan Neonatus, bayi dan anak Balita. Jakarta: TIM

You might also like