You are on page 1of 27

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE


DI RUANG ANGGREK RSUD NGANJUK

MAKALAH SEBAGAI UNSUR PENGEMBANGAN PROFESI KEPERAWATAN DALAM


PENILAIAN ANGKA KREDIT.

JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT

DISUSUN OLEH

TRI MUHARTATIK,A.Md.Kep.
NIP. 19680919 199403 2 017

RUANG ANGGREK.

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGANJUK.


2017
MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE


DI RUANG ANGGREK RSUD NGANJUK

( MAKALAH SEBAGAI UNSUR PENGEMBANGAN PROFESI KEPERAWATAN DALAM PENILAIAN

ANGKA KREDIT.

JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT

DISUSUN OLEH

TRI MUHARTATIK,A.Md.Kep.
NIP. 19680919 199403 2 017

RUANG ANGGREK

Mengetahui
Kepala Ruang ANGGREK.

DIYONO,S.Kep.Ners.
NIP. 19700125 199403 1 006
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunianya, sehingga penulis daapat menyelesaikan makalah yang berjudul MAKALAH ASUHAN
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE DI RUANG ANGGREK RSUD NGANJUK
Makalah ini disusun sebagai unsur pengembangan profesi keperawatan dalam daftar
Usul penetapan Angka Kredit Perawat.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis telah berusaha untuk mencapai hasil
yang maksimal, tetapi dengan keterbatasan wawasan , pengetahuan ,pengalaman dan
kemampuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna.
Dengan selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak,oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Bapak dr. FX. TEGUH PRARTONO H.U, Sp.PD. Selaku Direktur
RSUD Nganjuk.
2. Semua Pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini.

Semoga semua bantuan berupa apapun atas penyelesaian penulisan ini dapat
diterima Tuhan Yang Maha Esa sebagai suatu amal kebajikan.

Penulis menyadari adanya kekurangan dalam menyusun karya tulis ini, oleh karena
itu penulis mengharap saran dan masukan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Semoga karya tulis dapat bermanfaat bagi rekan-rekan seprofesi khususnya dan masyarakat
pada umumnya.

Nganjuk, 15 Nopember 2017


Penulis

TRI MUHARTATIK,A.Md.Kep.
NIP. 19680919 199403 2 017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih
banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi
penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang
tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah
adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang
mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap
sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak
sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja diare akan membahayakan
anak. (anaksehat.blogdrive.com).
Menurut data United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health Organization
(WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada
bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal
dunia setiap tahunnya karena diare
Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika
digabung. Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan
penanganan serius.

Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460 balita
setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di mana kasus
kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun. Umumnya, kematian
disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan perawatan pertama saat anak
terkena diare.
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi
lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor utamanya.
Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai
penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare baru,
yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di saluran pencernaan.
Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan.
(lifestyle.okezone.com).
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di
Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Dari
hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian
nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia
mengalami episode diare sebanyak 1,6 2 kali per tahun
Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu
penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16
provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang
dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama
disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat.
(piogama.ugm.ac.id).
Sedangkan di Provinsi Riau Pada 27 maret 2008 tercatat Diare 182 kasus yang diakibatkan
adanya banjir di Provinsi Riau. Adapun kecamatan yang terkena banjir sebanyak 36 kecamatan, 164
desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950 Jiwa. (yankesriau.wordpress.com).
Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan untuk
mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan ternyata ada beberapa jenis
yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri yang masuk ke makanan atau
minuman, makanan berbumbu tajam, alergi makanan, reaksi obat, alkohol dan bahkan perubahan
emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula sejumlah penyakit tertentu.
(lovenhealth.blogspot.com).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare

Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare
2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare
3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare
4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare
5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare
6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari
3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya
inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu
kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3
kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir
sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

2. Etiologi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi
infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas,
dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E.
hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare
seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
c. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare
yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan
protein.
d. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis
makanan tertentu.
e. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

3. Manifestasi klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia,
nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi
yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan
akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih
menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh
deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi
pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien
mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada
diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut
yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan tinja.
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

5. Penatalaksanaan

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare.
Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti
oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita
dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru
dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena
merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah
dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan
berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk
rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi
masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi
stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh
(self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli
perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi
kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka
pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti.
Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.

6. Komplikasi
Menurut Broyles (1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia,
disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia), hiponatremia, dan shock
hipovolemik.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji data
menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia
kemudian timbul diare.
Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi
ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput
lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4. Riwayat psikososial keluarga.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari
penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
5. Kebutuhan dasar.
Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit
atau jarang.
Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat
badan pasien.
Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat
distensi abdomen.
6. Pemerikasaan fisik.
a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai
koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak
cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat
badan menurun, anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen.
Palpasi : Turgor kulit kurang elastic
Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.
e. Pemeriksaan penunjang.
f. Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui
penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

2. Diagnosa yang Mungkin Muncul


a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake
terbatas (mual).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan
informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru
3. Intervensi dan Rasional

Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta
intake terbatas (mual)
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan
Pantau intake dan output. yang keluar bersama feses.
Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan
pengganti.
Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai status
hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa. Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui

Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan
Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut. Menurunkan kebutuhan
metabolic. Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera
mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per
oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi
kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis
klien memungkinkan. Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet
Memenuhi kebutuhan nutrisi klien. Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi
Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih
lanju

Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.


Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal. Atur posisi yang
nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi. Menurunkan tegangan permukaan
abdomen dan mengurangi nyeri. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa
nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen. Meningkatkan relaksasi,
mengalihkan fokus perhatian klien dan meningkatkan kemampuan koping. Bersihkan area
anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit.
Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi. Kolaborasi pemberian obat
analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi. Analgetik sebagai agen anti nyeri dan
antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis.
Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri,
petunjuk verbal dan non verbal. Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan
intervensi selanjutnya.
Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang. Dorong keluarga klien untuk
membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat.
Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah.
Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang
anaknya mengalami masalah yang sama. Membantu menurunkan stres dengan mengetahui
bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah yang demikian. Ciptakan
lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien.
Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan
Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d
pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan
kognitif.
Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu
mendemonstrasikan perawatan anak di rumah. Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti
pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya. Efektivitas
pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan
sebelumnya. Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap
gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari. Pemahaman tentang
masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam
proses perawatan klien. Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara
pemberian serta efek samping yang mungkin timbul. Meningkatkan pemahaman dan
partisipasi keluarga klien dalam pengobatan. Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan
perineal setelah defekasi. Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap
kebutuhan perawatan diri anaknya

Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan.
Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn
yang dilakukan. Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan. Berikan sentuhan
dan berbicara pada anak sesering mungkin. Memberikan rasa nyaman dan mengurangi
stress. Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan
klien. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum
4. Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan
sebelumnya.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang
belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian
dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum
teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Anak XX
Umur : 4 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Sengkut, Berbek
Tanggal Masuk: 23 Oktober 2017
Diagnosa medis: gastroenteritis

Nama Ayah : Tuan XX


Umur : 35 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Sengkut, Berbek

Nama Ayah : Ny. XX


Umur : 31 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Sengkut, Berbek

1. Keluhan Utama
Alasan masuk dengan keluhan BAB berlendir dan berdarah sudah 4 hari yang lalu. BAB yang
sedikit tapi sering sekitar 7-8 kali perhari.px. masuk via IGD RSUD Nganjuk, Rujukan Puskesmas
Berbek
2. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran compos mentis, panjang badan 65 cm, BB 6 kg, LILA 35 cm, lingkar kepala 18
cm, TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit, keluhan lain BAB berlendir dan
berdarah serta encer.
3. Riwayat kesehatan
keluhan utama BAB encer, berlendir dan berdarah,sehari bias 7-8 kali. Keluhan sudah ada 4 hari
sebelum pasien masuk RS, factor pencetus adalah alergi susu sapi. Pada riwayat kesehatan dahulu
tidak ada penyakit berat dan tidak ada dioperasi, keluarga tidak ada penyakit menular atau
keturunan.

4. Riwayat Imunisasi
imunisasi belum lengkap, imunisasi yang didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi yang belum
didapat adalah Campak, waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS.

5. Psikososial
hubungan dengan anggota keluarga anak sangat dekat dengan ayah dan ibunya. ps tidak ada teman
sebaya. karakter periang.

6. Riwayat Tumbuh Kembang


motorik halus, motorik kasar, kognitif dan bahasa berkembang dengan baik.

7. Jenis Kebutuhan
a. makanan, pada kondisi sehat nakan teratur, makanan air tajin, 3x/ hari. selama sakit ps tidak
diperbolehkan minum susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap putting susu lemah,
ASI diberikan tidak adekuat, ibu jarang menyusui bayinya.
b. cairan, selama sehat ps minum susu teratur, selama sakit masukan oral sebayak 300cc dan
pemasukan parenteral sebanyak 250cc total 550 cc.
c. eliminasi, selama sehat frekuensi BAK 5-6 kali perhari, warna kuning bening bau khas, jumlah
350- 400 cc/ hari. selama sakit frekuensi 6-7 kali perhari, warna kuning, bau khas, tidak
terpasang kateter, ada tahana waktu BAK, ps tampak mengedan saat BAK. BAB selama sehat
1 x / hari, konsistensi lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan bau tidak terkaji. waktu sakit
BAB 7-8 x / hari dengan konsistensi encer, tidak mengikuti bentuk kolon, warna kuning
kemerahan, bau amis, jumlah tidak terkaji, ada lendir dan darah, ps tampak mengedan saat
BAB dan meringis, tidak ada pemakaian laksatif.
d. tidur, selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam tidur 11,5
jam. waktu sakit, pola teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam,
e. kebutuha bermain, waktu sehat, jenis permainan tepuk tangan frekuensi sering jika ps tidak bisa
tidur, 16 menit tiap bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan sama.
8. Pemeriksaan Fisik
a. kepala : lingkar kepala 37 cm, distribusi rambut hanya dibagian atas saja tekstur rambut halus,
warna hitam, tidak ada lesi, wajah agak pucat.
b. Mata : mata simetris, palpebra tidak ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera putih,m
ukuran pupil 2 cm, reaksi pupil +/+ kiri dan kanan.
c. Hidung : hidung simetris, warna sama dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka hidung
tidak ada kelainan, tidak ada sekret dan polip.
d. Telinga: posis sejajar kiri dan kana, tidak ada secret, membrane timpani tidak ada peradangan,
ketajaman penuh. Tidak ada nyri aurikel dan mastoid.
e. Mulut : simetris, bersih, bibir normal, gigi belum lengkap, tonsil normal.
f. Thorak / dada paru : bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru simetris,
ekspansi dada simetris, taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada
suara nafas tambahan.
g. Jantung: iktus kordis tidak terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis teraba,
batas jantung jelas dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi jantung S1 dan
S2 terdengar, intensitas S1>S2 dan bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung tambahan.
h. Abdomen dan anus : abdomen bentuk soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar, tidak
ada lesi dan asites. Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara abdomen
tympani, tidak terdapat massa dan pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda peritonitis
tidak ada. Palpasi dalam pada hepar dan limpa tidak terdapat pembesaran dan nyeri. Warna
anus merah muda / kemerah-merahan. terdapat lesi, tidak ada fistula dan hemoroid.
i. Genitalia : simetris, tidak terpasang kateter dan tidak ada kelainan.
j. Ektremitas dan punggung : punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang
belakang. Ekstremitas simetris, tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi tulang dan sendi
normal. Kekuatan otot 5. Tidak ada keterbatasan gerak.
k. Kulit : lesi tidak ada, kulit lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah merah.

9. Pemeriksaan Neurologis
Reflek fisiologis: babynski +, rooting +, soaking lemah, bayi malas mengisap putting susu ibunya,
reflek meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik.

11. Hasil Pemeriksaan Diagnostic


- Pemeriksaan Hb = 9,8 gr% ( 04 Nov. 2010)
- Pemeriksaan Hb = 10,2 gr% ( 05 Nov. 2010)
- Pemeriksaan Hb = 10,7 gr% ( 06 Nov. 2010)
12. Terapi Yang Diberikan
02-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

03-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

02-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

B. Analisa Data
No. Data Fokus Penyebab Masalah
1. DO: Alergi susu Diare
BAB encer, berlendir serta berdarah
sapi
KU ps. Lemah
Bising usus 38x/menit
BAB 7-8 Perhari
TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46
x/menit
DS:
Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari,
jumlah sedikit.
2. DO: ekskresi/BAB Kerusakan
Warna anus kemerahan
sering integritas kulit
Terdapat lesi disekitar anus
Frekuensi diare 7-8 x/ hari
Daerah sekitar anus lembab
DS:
Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2
hari.
3. Do: Kelemahan Menyusui
Bayi tampak malas menyusu kepada ibunya
reflek tidak efektif
Reflek menyusu lemah
BB turun = 6,5 kg 6 kg dalam 3 hari menyusui
KU lemah
Ps. Hanya minum susu ASI
Hb: 9,8 gr%
Wajah bayi agak pucat

DS:
Ibunya mengataka bahwa jarang menyusui
anaknya
Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak
teratur

C. Diagnosa Keperawatan
Diare b.d Alergi susu sapi
kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

D. Intervensi
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
1 Diare b.d Alergi susu sapi Setelah dilakukan tidakan Fluid management
Ditandai dengan : keperawatan dalam 5 x 24 jam Timbang popok/pembalut
Keluaga mengatakan eliminasi BAB dan status jika diperlukan
BAB encer sudah 4 hari, hidrasi efektif. Pertahankan catatan intake
jumlah sedikit. dan output yang akurat
BAB encer, berlendir Kriteria hasil: Monitor status hidrasi
serta berdarah Tidak ada diare (kelembaban membran mukosa,
KU ps. Lemah Konsistensi tidak cair nadi adekuat, tekanan darah
Bising usus 38x/menit Ada ampas ortostatik), jika diperlukan
BAB 7-8 Perhari Tidak ada tanda-tanda Monitor vital sign
TTV: Suhu: 36,6 C, dehidrasi Monitor masukan
Nadi 140 x/menit, RR 46 TTV dalam batas normal makanan / cairan dan hitung
x/menit Bising usus dalam batas intake kalori harian
normal Kolaborasikan pemberian
cairan intravena IV
Monitor status nutrisi
Dorong masukan oral
Kontrol bising usus
Dorong keluarga untuk
membantu pasien minum susu
Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih muncul
meburuk
Berikan oralit sesuai
indikasi
2 kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tidakan Skin care
b/d ekskresi/BAB sering keperawatan dalam 5 x 24 jam Hindari kerutan padaa tempat
DO: membrane mukosa dan kulit tidur
Warna anus kembali efektif Jaga kebersihan kulit agar
kemerahan tetap bersih dan kering
Terdapat lesi Kriteria Hasil : Mobilisasi pasien (ubah posisi
disekitar anus v Integritas kulit yang baik pasien) setiap dua jam sekali
Frekuensi diare 7-8 bisa dipertahankan (sensasi, Monitor kulit akan adanya
x/ hari elastisitas, temperatur, hidrasi, kemerahan
Daerah sekitar anus pigmentasi) Oleskan lotion atau
lembab v Tidak ada luka/lesi pada minyak/baby oil pada derah yang
DS: kulit tertekan
Keluarga mengatakan lesi v Perfusi jaringan baik Monitor status nutrisi pasien
dibagian anus sudah 2 hari. v Menunjukkan pemahaman Memandikan pasien dengan
dalam proses perbaikan kulit sabun dan air hangat
dan mencegah terjadinya Jaga kulit tetap kering
sedera berulang
v Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
3 Menyusui tidak efektif b.d Setelah dilakukan tidakan Nutrition Management
Kelemahan reflek keperawatan dalam 7 x 24 jam Kaji BB setiap hari
menyusui d.d: status nutrisi dan menyusui Kaji adanya kelemahan dan
Do: efektif. kelasan bayi dalam menyusui
Bayi tampak malas Kriteria Hasil : Kaji kadar Hb
menyusu kepada ibunya Adanya peningkatan berat Ajarkan ibu pentingnya
Reflek menyusu badan sesuai dengan tujuan memberi susu secara teratur
lemah malnutrisi Kaji adanya pucat
BB turun = 6,5 kg Tidak terjadi penurunan Beritahu ibu pentingnya ASI
6 kg dalam 3 hari berat badan yang berarti bagi bayi
KU lemah Ibu mau menyusui
Ps. Hanya minum anaknya dengan teratur
susu ASI Reflek menyusui anak
Hb: 9,8 gr% baik
Wajah bayi agak Hb dalam batas normal
pucat Bayi tidak lagi malas
mengisap putting susu
DS: Bayi tidak lagi pucat
Ibunya mengatakan
bahwa jarang menyusui
anaknya
Ibunya mengatakan
mrnyusui anaknya tidak
teratur

E. Implementasi dan Evaluasi


Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf
/ hari Dx
04 09.00
Nov. 09.10
2010 10.00

Kamis

Advertisement
12.00
12.30
12.45
13.00
I
Mengukur TTV
Mengkaji keadaan umum ps
Memberikan cairan lewat infus
Mengukur balance cairan
Mengkaji BAB
Menimbang popok
Mengukur bising usus
S: -
O:
- berat popok 500 gr
- TTV: S: 36,6 C
N: 140x/menit
RR:46 X/menit
- IVFD=RL 20 tts / menit mikro.
- Balance cairan +150 ml
- KU ps lemah
- BAB encer, berlendir, dan berdarah
- Bisisng usus = 38 x / menit
A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
TTD
04
Nov.
2010

Kamis
09.00
09.10

19.15

10.00
12.00
II
Mengkaji adnya lesi
Mengkaji frekuensi diare setiap 24 jam
Mengobservasi tanda tanda kerusakan integritas kulit
Memandikan ps
Melakukan verbeden
S:
- keluaga mengatakan ada lesi dibagian anus
O:
- frekuensi diare 7-8 x/ hari
- terdapat kemerahan disekitar anus
- verbeden setiap hari
- ps. Tamapk tenag setelah dimandikan dan diberi lotion
A: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
TTD
04
Nov.
2010
Kamis
10.00

12.00
12.10
12.15
12.30

12.45
III
mengkaji kekuatan menusui pada bayi
menimbang BB
Mengkaji turgor kulit
Mengkaji adanya alergi
Mengkaji tingkat kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.
Memberiakn diit sesuai indikasi
Mengukur Hb
S:-
O:
- Ps. Alergi susu sapi
- Diit diberikan sesuai konsultasi ahli gizi
- BB: 6 kg
- Turgor kulit jelek
- Lingkungan nyaman selama pemberian diit
- Tidak ada perubahan pigmen kulit
- Hb 9,8 gr%
A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
TTD

Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf


/ hari Dx
06 09.00 I Mengukur TTV S: - TTD
Nov. 09.10 Mengkaji keadaan umum O:
2010 10.00 ps - berat popok 400 gr
Memberikan cairan lewat - TTV: S: 36,8 C
Sabtu 12.00 infus N: 148 x /menit
12.30 Mengukur balance cairan RR:50 x /menit
12.45 Mengkaji BAB - IVFD=RL 20 tts / menit mikro.
13.00 Menimbang popok - Balance cairan +170 ml
Mengukur bising usus - KU ps lemah
- BAB encer, berlendir, dan berdarah
- Bisisng usus = 36 x / menit
A: Diare b.d Alergi susu sapi belum
teratasi
P=Intervensi dilanjutkan
06 09.00 II Mengkaji adnya lesi S: TTD
Nov. 09.10 Mengkaji frekuensi diare - keluaga mengatakan masih ada
2010 setiap 24 jam lesi dibagian anus
19.15 Mengobservasi tanda O:
Sabtu tanda kerusakan integritas - frekuensi diare 6-7 x / hari
kulit - terdapat kemerahan disekitar
10.00 Memandikan ps anus
12.00 Melakukan verbeden - verbeden setiap hari
- ps. Tampak tenag setelah
dimandikan dan diberi lotion
A: kerusakan integritas kulit b/d
ekskresi/BAB sering belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
06 10.00 III mengkaji kekuatan S:- TTD
Nov. menusui pada bayi O:
2010 12.00 menimbang BB - Ps. Alergi susu sapi
12.10 Mengkaji turgor kulit - Diit diberikan sesuai konsultasi ahli
Sabtu 12.15 Mengkaji adanya alergi gizi
12.30 Mengkaji tingkat - BB: 6,1 kg
kerajinan ibu dalam - Turgor kulit jelek
menyusui bayinya. - Lingkungan nyaman selama
12.45 Memberiakn diit sesuai pemberian diit
indikasi - Tidak ada perubahan pigmen kulit
13.00 Mengukur Hb - Hb 10,2 gr%
A: Menyusui tidak efektif b.d
Kelemahan reflek menyusui belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf


/ hari Dx
05 09.00 I Mengukur TTV S: - TTD
Nov. 09.10 Mengkaji keadaan umum O:
2010 10.00 ps - berat popok 350 gr
Memberikan cairan lewat - TTV: S: 36,5 C
Jumat 12.00 infus N: 140 x /menit
12.30 Mengukur balance cairan RR: 46 x /menit
12.45 Mengkaji BAB - IVFD=RL 20 tts / menit mikro.
13.00 Menimbang popok - Balance cairan +170 ml
Mengukur bising usus - KU ps lemah
- BAB encer, berlendir, dan berdarah
- Bising usus = 32 x / menit
A: Diare b.d Alergi susu sapi belum
teratasi
P=Intervensi dilanjutkan
05 09.00 II Mengkaji adnya lesi S: TTD
Nov. 09.10 Mengkaji frekuensi diare - keluaga mengatakan masih ada
2010 setiap 24 jam lesi dibagian anus
19.15 Mengobservasi tanda O:
Jumat tanda kerusakan integritas - frekuensi diare 5 x / hari
kulit - terdapat kemerahan disekitar
10.00 Memandikan ps anus
12.00 Melakukan verbeden - verbeden setiap hari
- ps. Tampak tenag setelah
dimandikan dan diberi lotion
A: kerusakan integritas kulit b/d
ekskresi/BAB sering belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
05 10.00 III mengkaji kekuatan S:- TTD
Nov. menusui pada bayi O:
2010 12.00 menimbang BB - Ps. Alergi susu sapi
12.10 Mengkaji turgor kulit - Diit diberikan sesuai konsultasi ahli
Jumat 12.15 Mengkaji adanya alergi gizi
12.30 Mengkaji tingkat - BB: 6,3 kg
kerajinan ibu dalam - Turgor kulit jelek
menyusui bayinya. - Lingkungan nyaman selama
12.45 Memberiakn diit sesuai pemberian diit
indikasi - Tidak ada perubahan pigmen kulit
13.00 Mengukur Hb - Hb 10,7 gr%
A: Menyusui tidak efektif b.d
Kelemahan reflek menyusui belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Sesuai dengan pengkajian teoritis dibandingkan dengan Pengkajian pada Anak XX dengan
Gastroenteritis maka didapatkan data senajng sebagai berikut :
No. Data Senjang Penyebab Masalah
1. DO: Alergi susu Diare
BAB encer, berlendir serta berdarah
sapi
KU ps. Lemah
Bising usus 38x/menit
BAB 7-8 Perhari
TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46
x/menit
DS:
Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari,
jumlah sedikit.
2. DO: ekskresi/BAB Kerusakan
Warna anus kemerahan
sering integritas kulit
Terdapat lesi disekitar anus
Frekuensi diare 7-8 x/ hari
Daerah sekitar anus lembab
DS:
Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2
hari.
3. Do: Kelemahan Menyusui
Bayi tampak malas menyusu kepada ibunya
reflek tidak efektif
Reflek menyusu lemah
BB turun = 6,5 kg 6 kg dalam 3 hari menyusui
KU lemah
Ps. Hanya minum susu ASI
Hb: 9,8 gr%
Wajah bayi agak pucat

DS:
Ibunya mengatakan bahwa jarang menyusui
anaknya
Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak
teratur

Data senjang diatas sesuai dengan pengkajian teoritis yang telah dibuat.
B. Diagnosa Keperawatan
Secara teoritis diagnosa keperawatan yang berkemungkinan muncul pada diare ada 6 diagnosa.
Dari 6 diagnosa keperawatan tersebut, hanya 3 diagnosa yang kelompok temukan pada kasus ini.
Adapun diagnosa yang muncul pada anak XX Yaitu:
1. Diare b.d Alergi susu sapi
Diagnosa ini diangkat karena bayi tersebut diare disebabkan oleh alergi susu sapi.
2. Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Diagnosa ini diangkat karena pada anus pasien sudah terdapat lesi dan warnanya merah muda
3. Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
Diagnosa ini diangkat karena bayi tampak malas menyusui dan menyusui tidak teratur

C. Perencanaan
1. Intervensi Fluid management diangkat diharapkan eliminasi BAB dan status hidrasi bias efektif
2. Intervensi Skin care diangkat diharapkan membrane mukosa dan kulit kembali efektif
3. Intervensi Nutrition Management diangkat diharapkan status nutrisi dan menyusui efektif.
4. Implementasi
a. Diare b.d Alergi susu sapi
1. Mengukur TTV
2. Mengkaji keadaan umum ps
3. Memberikan cairan lewat infus
4. Mengukur balance cairan
5. Mengkaji BAB
6. Menimbang popok
7. Mengukur bising usus
b. kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
1. Mengkaji adnya lesi
2. Mengkaji frekuensi diare setiap 24 jam
3. Mengobservasi tanda tanda kerusakan integritas kulit
4. Memandikan ps
5. Melakukan verbeden
c. Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
1. mengkaji kekuatan menusui pada bayi
2. menimbang BB
3. Mengkaji turgor kulit
4. Mengkaji adanya alergi
5. Mengkaji tingkat kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.
6. Memberiakan diit sesuai indikasi
7. Mengukur Hb
Dalam asuhan keperawatn hanya implementasi diatas saja yang dilaksanakan, ada beberapa
intervensi yang tidak dilakukan karena keterbatasan waktu bagi kelompok untuk mengelola pasien.

E. Evaluasi
Dalam evaluasi ini tidak semua criteria hasil dapat tercapai karena keterbatasan waktu dari
kelompok untuk mengelola asuhan keperawatan pada anak XX.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang kelompom lakukan pada An. A dengan
Gastroenteritis di ruang Anggrek RSUD Nganjuk dapat ditemukan 3 diagnosa keperawatan yang
muncul yaitu:
Diare b.d Alergi susu sapi
kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
Setelah Perencanaan keperawatan disusun, dalam pelaksanaan keperawatan, kelompok dapat
melaksanakan semua rencana keperawatan yang telah disusun Dalam melaksanakan tindakan
keperawatan kelompok bekerjasama dengan klien, keluarga, dan perawat ruangan. Selain itu,
implementasi keperawatan tersebut disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas ruangan perawatan klien.

B. Saran
Bagi Institusi
Diharapkan dapat menambah koleksi bacaan di perpustakaan sehingga mudah dalam pembuatan
tugas.
Bagi Rumah Sakit
Diharapkan data ini dapat menjadi referensi dalam pembuatan asuhan keperawatan yang mengacu
pada standar SNL (Standard Nursing Language) yang dianjurkan oleh NANDA.
DAFTAR PUSTAKA

A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI

Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC,
Jakarta

Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.

Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta

Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda company, USA.

NIC (Nursing Intervention Classification)

NOC (Nursing Outcomes Classification)

You might also like