Professional Documents
Culture Documents
LO.2.2 Fungsi
Lipid sebagai Cadangan Energi:
Fungsi Lipid:
LO.2.3 Metabolisme
LO.2.4 Kadar
Adanya kadar kolesterol yang berlebih dalam pembuluh darah
akan membuatendapan/lempengan yang akan mempersempit
atau menyumbat pembuluh darah. Peningkatankolesterol juga
dapat menyebabkan aterosklerosis. Untuk nilai kolesterol untuk
dewasa melebihi 240 mg/dl maka akan terkena resiko tinggi
penyakit jantung koroner, begitupun dengan nilai HDL jika
perempuan dan laki-laki kurang dari 35 mg/dl maka akan
terkena resiko tinggipenyakit jantung koroner,Dislipidemia yaitu
kadar lemak yang abnormal, yang ditandai dengan, peningkatan
kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL, penurunan
kadar kolesterol. HDL merupakan awal terjadinya
plakaterosklerosis. LDL merupakan kolesterol jahat karena dapat
menyusup kedinding pembuluh darah yang menyebabkan
terjadinya plak. Guguran plak aterosklerosismeninggalkan luka
pada dinding pembuluh darah, sehingga untuk menutup luka itu,
fibrinogenharus diubah menjadi benang-benang fibrin.
Peningkatan kadar fibrinogen merupakan salah satufaktor resiko
stroke dan penyakit jantung koroner.Kadar trigliserida yang
sangat tinggi sampai 800 mg/dl atau lebih bisa menyebabkan
pembesaranhati dan limpa.
LO.2.5 Faktor
LO.2.6 Patologis
LO.2.7 Penanganan
LI. 3 Memahami dan menjelaskan makanan yang halal
toyyibah secara islam
Kalangan ahli kedokteran islam menyebutkan makanan yang
halalan dan tayyiban. Al- quranberpesan agar manusia
memperhatikan yang dimakannya seperti ditegaskan dalam ayat :
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan ituadalah
musuh yang nyata bagimu.(QS. 2:168)Ibnu Abbas mengatakan
bahwa ayat ini turun mengenai suatu kaum yang terdiri dari
BaniSaqif, Bani Amir bin Sa'sa'ah, Khuza'ah dan Bani Mudli.
Mereka mengharamkan menurutkemauan mereka sendiri,
memakan beberapa jenis binatang seperti bahirah yaitu unta
betinayang telah beranak lima kali dan anak kelima itu jantan, lalu
dibelah telinganya; danwasilah yaitu domba yang beranak dua
ekor, satu jantan dan satu betina lalu anak yang jantantidak boleh
dimakan dan harus diserahkan kepada berhala. Padahal Allah
tidak mengharamkan memakan jenis binatang itu, bahkan telah
menjelaskan apa- apa yangdiharamkan memakannya dalam
firman-Nya.
Sumber:
Murray Robert K., Daryl K. ganner, & Victor W.
Rodewell. Biokimia Harper. 2009. Ed.27. Jakarta : EGC
http://www.elmhurst.edu/~chm/vchembook/620fattya
cid.html
Penyakit jantung koroner (PJK) berkembang sebagai
akibat interaksi berbagai faktor risiko. Namun, dari
semua faktor yang bertalian dengan ateriosklerosis atau
penyakit jantung, profil lipid darah (kolesterol dan/atau
trigliserida) masih menjadi perhatian sebagai salah satu
faktor yang memberikan tanda-tanda bakal timbulnya
penyakit jantung koroner.
Tulisan ini hanya dibatasi pada pemahaman tentang
status lipid dan keterkaitannya dengan PJK sebagai
faktor risiko tradisional. Disadari bahwa perkembangan
mutakhir dalam bidang penyakit jantung menemukan
berbagai fakta-fakta baru tentang PJK. Namun,
pengendalian faktor-faktor risiko tradisional, terutama
dislipidemia, obesitas, merokok, dan hipertensi masih
cukup relevan dalam upaya menurunkan morbiditas dan
mortalias PJK dan bencana kardiovaskular lain.
Berbagai studi epidemiologik menunjukkan bahwa
semakin tinggi kadar lipid dalam darah maka semakin
besar risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Oleh
karena itu kontrol lipid darah, dan pengendalian kadar
lipid darah hingga batas normal akan menekan risiko
terjadinya penyakit jantung koroner.
Berbicara tentang lipid, kolesterol merupakan salah satu
dari lemak atau senyawa lipid yang sejak awal diyakini
sebagai faktor risiko PJK. Di dalam darah kolesterol
ditemukan bersama dengan fosfolipid, trigliserida, dan
asam lemak. Kolesterol berada dalam plasma atau serum
dalam dua fraksi, sebagai kolesterol tidak diesterifikasi
atau sebagai ester kolesterol, dengan yang terakhir ini
membentuk sekitar dua pertiga kolesterol total plasma.
Kecuali dinyatakan, istilah kolesterol digunakan untuk
menyatakan ester kolesterol dan kolesterol tidak
diesterifikasi total plasma.
Kolesterol dan lipid plasma lainnya tidak ada dalam
bentuk bebas atau tidak berdisosiasi di dalam aliran
darah. Sebaliknya ia membentuk kompleks dengan
senyawa protein yang disebut apolipoprotein (atau
apoprotein) dan dibawa di dalam kompleks
makromolekular yang disebut lipoprotein plasma. Akhir-
akhir ini, pengukuran kadar kolesterol total sebagai
faktor risiko utama telah digantikan oleh pengukuran
kolesterol dalam kelompok lipoprotein spesifik, yang
paling penting adalah LDL dan HDL.
Disamping itu nilai trigliserida serum juga berhubungan
positif dengan risiko PJK. Trigliserida adalah faktor
risiko univarian yang sangat penting untuk PJK, tetapi
tidak setelah analisis multivarian; meskipun analisis
seperti itu tidak tepat sama sekali, karena trigliserida
tidak berdiri sendiri dari kadar kolesterol dan kadar HDL
rendah, obesitas, diabetes atau hipertensi.
Kolesterol-LDL
Low Density Lipoprotein (LDL) adalah lipoprotein
utama pengangkut kolesterol dalam darah yang terlibat
dalam proses terjadinya PJK. Semakin tinggi kadar
kolesterol-LDL dalam darah menjadi petanda semakin
tingginya risiko PJK, karena itu kolesterol-LDL biasa
juga disebut 'kolesterol jahat'. Penurunan kolesterol-LDL
pada individu yang mempunyai penyakit jantung, atau
yang mempunyai risiko PJK, dapat memperlambat
perkembangan aterosklerosis , mengurangi kejadian
infark miokard dan mengurangi mortalitas.
The Adult Treatment Panel (ATP) of The National
Cholesterol Program telah menetapkan bahwa keputusan
untuk mengelola kolesterol tinggi akan berdasarkan nilai
kolesterol-LDL. Lebih jauh lagi, NCEP telah
menganjurkan klinisi untuk menggunakan kadar
kolesterol-LDL dalam membuat keputusan terapi, kapan
memulai terapi dengan diet dan atau mempertimbangkan
penggunaan obat.
Kolesterol-HDL
High Density Lipoprotein (HDL) merupakan lipoprotein
yang bersifat menurunkan faktor risiko pembentukan
aterosklerosis. Kolesterol-HDL beredar dalam darah dan
kembali ke hepar mengalami katabolisme membentuk
empedu serta dieleiminasi melalui usus besar. Sehingga
semakin tinggi kadar HDL, semakin banyak kolesterol
yang dieliminasi. Tidak seperti kadar kolesterol total
atau LDL, kadar HDL berhubungan terbalik dengan
risiko PJK.
Manfaat pemeriksaan HDL dalam menentukan risiko
PJK prematur juga sudah diketahui sebelum tahun 1990-
an. Berdasarkan Framinghan Heart Study penurunan
HDL sebesar 1 % berarti peningkatan risiko PJK sebesar
3 - 4 %. Selain itu, studi angiografik pada awal dekade
ini juga menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa
peningkatan nilai HDL ada hubungannya dengan
pengurangan kecepatan perkembangan lesi aterosklerosis
dan regresi lesi.
Dengan demikian HDL sering disebut kolesterol yang
baik; makin tinggi kadar HDL makin baik untuk pasien
tersebut. Berdasarkan panduan manajemen lipid dari
NCEP ATP II, nilai HDL yang tinggi merupakan satu
faktor risiko negatif untuk PJK, mengimbangi faktor
risiko positif seperti merokok sigaret, riwayat keluarga,
dan hipertensi
Trigliserida
Trigliserida bersirkulasi dalam darah bersama-sama
dengan VLDL (Very Low Densitiy Lipoprotein) yang
bersifat aterogenik. Trigliserida serum juga berhubungan
positif dengan risiko PJK. Namun, kebanyakan
penelitian prospektif menunjukkan bahwa risiko
berlebihan ini tergantung atas adanya bersamaan kadar
HDL yang rendah dan kolesterol-LDL yang tinggi,
obesitas, serta gangguan toleransi glukosa. Menurut
Reckless (1994) pada diabetes, hipertrigliserida pada
kenyataannya potensial menjadi aterogenik tanpa perlu
disertai oleh hiperkolesterolemia yang berat. Karena itu,
pada orang yang mangalami peningkatan trigliserida
harus diperiksa bagi tingginya kolesterol-LDL, turunnya
kolesterol-HDL, hiperglikemia, obesitas, dan
penyalahgunaan alkohol serta harus dilakukan tindakan
pencegahan yang tepat.
Interpretasi tes lipid darah
Berbagai pedoman telah dibuat untuk menilai hasil tes
lipid darah. Oleh The National Cholesterol Education
Program, Adult Treatment Panel III 2001 menetapkan
klasifikasi kolesterol dan trigliserida, yang merupakan
pedoman untuk interpretasi klinik hasil tes lipid darah
sebagai berikut :
A. Total Kolesterol
Kurang dari 200 mg/dl, dikategorikan level kolesterol
yang diinginkan.
Antara 200 - 239 mg/dl, dikategorikan garis batas level
kolesterol tinggi
Lebih besar atau sama dengan 240 mg/dl, diketegorikan
level kolesterol tinggi.
B. Kolesterol-LDL
Kurang dari 100 mg/dl, dikategorikan level Kolesterol-
LDL optimal
Antara 100 - 129 mg/dl, dikategorikan level Kolesterol
LDL mendekati optimal
Antara 130 - 159 mg/dl, dikategorikan garis batas level
kolesterol-LDL tinggi
Antara 160 - 189 mg/dl, dikategorikan level kolesterol-
LDL tinggi
Lebih besar atau sama dengan 190 mg/dl, dikategorikan
level kolesterol sangat tinggi.
C. Kolesterol-HDL
Kurang dari 40 mg/dl, dikategorikan level kolesterol
HDL rendah
Lebih besar atau sama dengan 60 mg/dl, dikategorikan
level kolesterol tinggi.
D. Trigliserida
Kurang dari 150 mg/dl, dikategorikan level trigliserida
normal
Antara 150 - 199 mg/dl, dikategorikan level trigliserida
garis batas level trigliserida tinggi
Antara 200 - 499 mg/dl, dikategorikan level trigliserida
tinggi
Lebih besar atau sama dengan 500 mg/dl, diketegorikan
level trigliserida sangat tinggi.
Penatalaksanaan Profil Lipid
Dalam penatalaksaan kebanyakan masalah lipid,
perhatian harus pada diet, pengendalian berat badan, dan
gerak badan. Karena kolesterol dan lemak jenuh
makanan telah terbukti menaikkan kolesterol-LDL, maka
masukan zat gizi ini harus dikurangi. Kalori berlebihan
menaikkan LDL dan trigliserida-VLDL, serta
menurunkan HDL, yang membuat pengaturan berat
badan menjadi penting.
HDL dapat ditinggikan oleh gerak badan, berhenti
merokok sigaret, meninggikan masukan ikan,
menghentikan penggunaan alkohol. Walaupun sejumlah
tindakan yang dilakukan untuk menurunkan LDL
kadang-kadang juga menurunkan HDL, biasanya rasio
LDL/HDL membaik, yang menggambarkan
berkurangnya efek aterogenik.
Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral biasanya
menderita peningkatan trigliserida yang bisa
mempengaruhi HDL, yang tergantung atas komposisi
estrogen-progesteron pil. Kontrasepsi oral dengan
dominan progestin bisa menurunkan HDL. Pada calon
koroner berisiko tinggi, tidak berespon dengan tindakan
kesehatan, maka perbaikan rasio LDL/HDL dapat
dicapai dengan obat yang penurun lipid. Dari ini
klofibrat dan asam nikotinat juga meninggikan HDL. Uji
coba yang melibatkan fibrat tidak memberi harapan diet,
kolestiramin dan asam nikotinat (bila digunakan dalam
kombinasi) terbukti menurunkan kolesterol 30 - 40 %.
Efek aterogenik lipid darah memerlukan beberapa
dasawarsa untuk menghasilkan penyakit klinik, sehingga
manfaat klinik tidak dapat diperkirakan dari tindakan
koreksi dalam waktu singkat. Perbaikan profil lipid harus
dapat dilihat dalam sebulan. Walaupun endapan lemak
sel dapat mengerut dalam seminggu, namun endapan
lemak ekstrasel membutuhkan waktu setahun atau lebih
untuk berubah bermakna. Bahkan massa lesi fibrosa
dapat berkurang, tetapi hanya setelah empat pengobatan
giat atau lebih (Kaplan dan Stamler, 1994).
Saat ini penggunaan obat-obat antioksidan menjadi
babak baru dalam upaya pengendalian faktor-faktor
risiko PJK, dimana obat-obat tersebut relatif lebih
murah. Santoso (1998) mengemukakan bahwa
perubahan oksidatif LDL dapat dihambat dengan
memberi antioksidan, misalnya vitamin yang larut dalam
lemak (vitamin A, vitamin E dan beta-karoten), vitamin
C dan probukal. Beberapa penelitian telah membuktikan
manfaat vitamin E bila dipakai dengan tujuan
pencegahan primer, yaitu menghambat terjadinya PJK
pada pria, wanita, dan orang tua.
Perubahan gaya hidup bermanifestasi terhadap
meningkatnya prevalensi penyakit-penyakit vaskuler,
terutama PJK. Lars Heslet (1993) mengingatkan
pentingnya memahami gaya hidup tak sehat; Hanya
dengan memahami kaitan gaya hidup tak sehat dengan
perkembangan penyakit, kita akan merawat kesehatan
kita dengan penuh tanggungjawab.