You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Penyakit autoimmune adalah penyakit dimana sistem kekebalan yang

terbentuk salah mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau organ

tubuh manusia justru dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak oleh

antibodi. Jadi adanya penyakit autoimmune tidak memberikan dampak

peningkatan ketahanan tubuh dalam melawan suatu penyakit, tetapi justru

terjadi kerusakan tubuh akibat kekebalan yang terbentuk.


Telah ditunjukkan pada manusia bahwa gen major histocompatibility

complex (MHC) dikaitkan dengan kejadian spesifik dari penyakit autoimmune.

Gen MHC ada pada semua vertebrata, gen ini menandai dua katagori pokok

molekul yang membentuk bagian dari sel membran dan seluruh bagian

membran.
Secara khusus gen tersebut memiliki peranan dalam menseleksi antigen

yang dapat dikenali oleh sel-T. Sebuah analisa keturunan dari anjing beardies

menunjukan bahwa hypoadrenocorticism mempengaruhi sifat keturunan yang

dihasilkan. Kejadian ini disebabkan adanya autosomal recessive gene yang

melakukan penetrasi secara tidak lengkap.


Jika tubuh dihadapkan sesuatu yang asing maka tubuh memerlukan

ketahanan berupa respon immun untuk melawan substansi tersebut dalam upaya

melindungi dirinya sendiri dari kondisi yang potensial menyebabkan penyakit.

Untuk melakukana hal tersebut secara efektif maka diperlukan kemampuan


untuk mengenali dirinya sendiri sehingga dapat memberikan respon pada

kondisi asing atau bukan dirinya sendiri. Pada penyakit autoimmune terjadi

kegagalan untuk mengenali beberapa bagian dari dirinya


Seekor anjing dengan penyakit Addison umumnya tidak lebih

darilimatahun. Gejala umum meliputi kelesuan, muntah dan diare. Akhirnya,

perubahan kimia darah anjing dan kadar gula drop menyebabkan hewan runtuh.

anjing yang tidak diobati dapat mengembangkan aritmia jantung.


2. Tujuan
2.1. Tujuan umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman

kepada mahasiswa mengenai konsep dasar penyakit Addison . Sehingga

mahasiswa memiliki konsep belajar dan berfikir yang akan dijadikan

sebagi acuan dalam pembelajaran.


2.2. Tujuan khusus
2.2.1. Agar mampu menjelaskan konsep teori mengenai Addison

Disease.
2.2.2. Agar mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien Addison

Disease.
2.2.3. Agar mampu menjelaskan pada klien atau masyarakat bagaimana

pentalaksanaan serta prinsip pencegahan dari Addison Disease.


3. Manfaat
Sebagai bahan acuan dan pemahaman mengenai konsep dasar penyakit pada

Penyakit Addison . Serta pemberian asuhan keperwatan pada penyakit Addison

disease.
BAB II

LANDASAN TEORI

1. Konsep Dasar Penyakit


1.1. Pengertian
Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormon

yang terjadi pada semua kelompok umur dan menimpa pria pria dan

wanita wanita sama rata. Penyakit di karakteristikan oleh kehilangan

berat badan, kelemahan otot, kelelahan, tekanan darah rendah dan

adakalanya penggelapan kulit pada kedua duanya yaitu bagian bagian

tubuh yang terbuka dan tidak terbuka. (http:/www.total kesehatan

nanda.com/Addison 4html)
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi

korteks tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon

hormon korteks adrenal (soediman,1996)


Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit

destruktif atau atrofik, biasanya auto imun atau tuberkulosa (baroon,

1994)
Penyakit Addison adalah terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak

adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon

hormon korteks adrenal (keperawatan medical bedah, bruner, dan suddart

edisi 8 hal 1325)


Penyakit Addison adalah kekurangan partikal ssekresi hormon

korteks adrenal. Keadaan seperti ini terlihat pada hipoado tironisme yang

hanya mengenal zona glomeruluna dan sakresi aldosteron pada sindrom

adrenogenetal dimana gangguan enzim menghambat sekresi steoid

(Patofisiologi Edisi 2 Hal 296)


1.2. Etiologi
1.2.1. Proses autoimun
Penyakit Addison karena proses autoimun didapatkan pada 75%

dari penderita. Secara histologik tidak didapatkan 3 lapisan

korteks adrenal, tampak bercak-bercak fibrosis dan infiltrasi

limfosit korteks adrenal . Pada serum penderita didapatkan

antibodi adrenal yang dapat diperiksa dengan cara Coons test,

ANA test, serta terdapat peningkatan imunoglobulin G.


1.2.2. Tuberkulosis
Kerusakan kelenjar Adrenal akibat tuberkulosis didapatkan pada

21% dari penderita . Tampak daerah nekrosis yang dikelilingi oleh

jaringan ikat dengan serbukan sel-sel limfosit, kadang kadang

dapat dijumpai tuberkel serta kalsifikasi Seringkali didapatkan


proses tuberkulosis yang aktif pada organ-organ lain, misalnya

tuberkulosis paru, tuberkulosis genito-urinari, tuberkulosis

vertebrata (Pott s disease), hati, limpa serta kelenjar limpa.


1.2.3. Infeksi lain
penyebab kerusakan kelenjar adrenal karena infeksi yang lebih

jarang ialah karena : histoplasmosis, koksidioid omikosis, serta

septikemi karena kuman stafilokok atau meningokok yang sering

menyebabkan perdarahan dan nekrosis.


1.2.4. Bahan-bahan kimia
Obat-obatan yang dapat menyebabkan hipofungsi kelenjar adrenal

dengan menghalangi biosintesis yaitu metirapon; sedang yang

membloking enzim misalnya amfenon, amino- glutetimid dll.


1.2.5. Iskemia
Embolisasi dan trombosis dapat menyebabkan iskemia korteks

adrenal, walaupun hal ini jarang terjadi.


1.2.6. Infiltrasi
Hipofungsi korteks adrenal akibat infiltrasi misalnya metastasis

tumor, sarkoidosis, penyakit amiloid dan hemokromatosis.


1.2.7. Perdarahan
Perdarahan korteks adrenal dapat terjadi pada penderita yang

mendapat pengobatan dengan antikoagulan, pasca operasi tumor

adrenal.
1.2.8. Lain-lain
Akibat pengobatan radiasi, adrenalektomi bilateral dan kelainan

kongenital.
1.3. Manifestasi Klinis
1.3.1. Hipotensi
1.3.2. Pusing
1.3.3. Hiperpigmentasi pada kulit
1.3.4. Hipoglikemia
1.3.5. Anoreksia
1.3.6. Dehidrasi
1.3.7. Mual muntah
1.3.8. Cemas
1.3.9. Kelelahan dan kelemahan otot
1.3.10. Keringat dingin dan gemetar
1.3.11. Penurunan kesadaran
1.4. Patofisiologi
Kerusakan pada korteks adrenal mempengaruhi insufisiensi

kortisol yang menyebabkan hilangnya glukoneogenesis, glikogen hati

menurun yang mengakibatkan hipoglikemia, insufisiensi kortisol

mengakibatkan ACTH dan sehingga merangsang sekresi melanin

meningkat sehingga timbul MSH hiperpigmentasi. Defisiensi aldosteron

dimanifestasikan dengan peningkatan kehilangan natrium melalui ginjal

dan peningkatan reabsorpsi kalium oleh ginjal kekurangan garam dapat

dikaitkan dengan kekurangan air dan volume. Penurunan volume plasma

yang bersirkulasi akan dikaitkan dengan kekurangan air dan volume

mengakibatkan hipotensi.
Pada sekitar 70% dari semua kasus, atrofi ini diduga terjadi karena

adanya gangguan autoimun. Dalam gangguan autoimun, sistem kekebalan

tubuh, bertanggung jawab untuk mengidentifikasi penyerbu asing seperti

virus atau bakteri dan membunuh mereka, sengaja dimulai untuk

mengidentifikasi sel-sel dari korteks adrenal sebagai asing, dan

menghancurkan mereka. Pada sekitar 20% dari semua kasus, perusakan

korteks adrenal disebabkan oleh tuberkulosis. Itu sisa kasus penyakit

Addison dapat disebabkan oleh infeksi jamur, seperti histoplasmosis,

coccidiomycosis, dan kriptokokosis, yang mempengaruhi adrenal kelenjar


dengan memproduksi merusak, massa tumor seperti disebut Granuloma;

penyakit amiloidosis disebut, di zat tepung yang disebut amiloid

diendapkan pada abnormal tempat seluruh tubuh, mengganggu fungsi apa

struktur itu hadir dalam; atau Invasi kelenjar adrenal oleh kanker.
Pada sekitar 75% dari semua pasien, penyakit Addison cenderung

menjadi sangat bertahap, perlahan-lahan berkembang penyakit. gejala

signifikan tidak dicatat sampai sekitar 90% dari korteks adrenal telah

dihancurkan. Yang paling umum termasuk gejala kelelahan dan

hilangnya energi, penurunan nafsu makan, mual, muntah, diare, sakit

perut, penurunan berat badan, lemah otot, pusing ketika berdiri, dehidrasi,

tidak biasa bidang gelap (pigmen) kulit, dan freckling gelap. Sebagai

penyakit berlangsung, pasien mungkin tampak telah sangat disamak, atau

kulit berwarna perunggu, dengan penggelapan lapisan mulut, vagina, dan

rektum, dan gelap pigmentasi daerah sekitar puting susu (aereola). Sebagai

dehidrasi menjadi lebih parah, tekanan darah akan terus untuk drop dan

pasien akan merasa semakin lemah dan pusing. Beberapa pasien

memiliki gejala kejiwaan, termasuk depresi dan mudah

tersinggung.Perempuan kehilangan kemaluan dan rambut ketiak, dan

berhenti setelah menstruasi normal periode.


Ketika pasien menjadi sakit dengan infeksi, atau ditekankan oleh

cedera, penyakit ini tiba-tiba dan kemajuan pesat, menjadi hidup

mengancam. Gejala dari krisis "Addisonian" termasuk jantung abnormal

irama, rasa sakit parah di punggung dan perut, tak terkendali mual dan
muntah, penurunan drastis dalam darah tekanan, gagal ginjal, dan pingsan.

Tentang25% dari pasien penyakit semua Addison diidentifikasi karena

terhadap perkembangan krisis Addisonian.


1.5. Pathway
1.6. Pemeriksaan Penunjang
1.6.1. Pemeriksaan Laboratorium
Penurunan konsentrasi dan natrium (hipoglikimea dan

hipoglinatrium). Peningkatan konsentrasi kalium serum

(hyperkalemia). Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis).

Penurunan kadar kortikoserum. Kadar Kortisol plasma rendah.


1.6.2. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya klasifikasi

diadrenal
1.6.3. CT Scan
Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive

hubungannya dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur,

penyakit infiltrasi malignan dan non malignan dan hemoragik

adrenal
1.6.4. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non

spesifik abnormal sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolik


1.6.5. Tes stimulating ACTH
Cortisol darah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk

sintetik dari ACTH diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH

yang disebut pendek cepat. Penyukuran cortisol dalam darah di

ulang 30 sampai 60 menit setelah suatu suntikan ACTH adalah

suatu kenaikan tingkatan tingkatan cortisol dalam darah dan urin.


1.6.6. Tes Stimulating CRH
Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes

stimulasi CRH Panjang diperlukan untuk menentukan penyebab

dari ketidak cukupan adrenal. Pada tes ini, CRH sintetik di

suntikkan secara intravena dan cortisol darah diukur sebelum dan

30, 60 ,90 dan 120 menit setelah suntikan. Pasien pasien dengan

ketidak cukupan adrenal seunder memp. Respon kekurangan

cortisol namun tidak hadir / penundaan respon respon ACTH.

Ketidakhadiran respon respon ACTH menunjuk pada pituitary

sebagai penyebab ; suatu penundaan respon ACTH menunjukan

pada hypothalamus sebagai penyebab.


1.7. Komplikasi
1.7.1. Syok, (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)
1.7.2. Kolaps sirkulasi
1.7.3. Dehidrasi
1.7.4. Hiperkalemia
1.7.5. Sepsis
1.7.6. Ca. Paru
Komplikasi yang paling serius dari penyakit Addison adalah krisis

adrenal.
Hal ini terjadi ketika seseorang dengan penyakit Addison

mengalami stres fisik yang berat. Kelenjar adrenal tidak dapat memasok

kortikosteroid tambahan yang diperlukan untuk mengatasi stres, dan

mengancam nyawa gejala berkembang.


Bahkan jika orang tersebut masih muda dan dinyatakan fit, krisis

adrenal dapat menimbulkan dehidrasi berat, hipotensi, syok hipovolemik,

atau stroke. Komplikasi peredaran darah lainnya juga dapat terjadi,


termasuk serangan jantung Komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian

atau cacat permanen.


Anak-anak dengan krisis adrenal lebih rentan terhadap

hipoglikemia. Jika hal ini tidak diakui dan diperlakukan, kerusakan otak

bisa menjadi konsekuensi.

2. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Addison


2.1. Pengkajian
2.1.1. Identitas Klien
2.1.2. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Pada umumnya klien mengeluh mual dan muntah, kelemahan
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering

muncul ialah pada gejala awal : kelemahan, fatigue, anoreksia,

nausea, muntah, BB turun, hipotensi dan hipoglikemi, astenia

(gejala cardinal). Pasien lemah yang berlebih, hiperpigmentasi,

rambut pubis dan axila berkurang pada perempuan, hipotensi

arterial (TD : 80/50 mm/Hg)


3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien dengan penyakit Addison kemungkinan pernah

mengalami tuberkolosis, karsinoma paru atau infeksi menahun

kuman gram negative, iskemia, infiltrasi, perdarahan dan

infeksi lainnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit Addison bukan merupakan penyakit herediter.
2.1.3. Dasar Data Pengkajian Pasien
1. Sistem Pernapasan
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya

kontraksi otot bantu pernapasan (dispneu), terdapat pergerakan

cuping hidung
Palpasi : Terdapat pergesekan dada tinggi
Perkusi : Resonan
Auskultasi : Terdapat suara ronkhi, krekels pada keadaan

infeksi
2. Sistem Cardiovaskuler
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula line

sinistra
Perkusi : Redup
Auskultasi : Suara jantung melemah
3. Sistem Pencernaan
Mulut dan tenggorokan : nafsu makan menurun, bibir kering
Abdomen :
Inspeksi : Bentuk simetris
Auskultasi: Bising usus meningkat
Palpasi : Nyeri tekan karena ada kram abdomen
Perkusi : Timpani
4. Sistem muskuluskeletal dan integument
Ekstremitas atas : terdapat nyeri
Ekstremitas bawah : terdapat nyeri
Penurunan tonus otot
5. Sistem Endokrin
Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto abdomen, Lab.

Diagnostik ACTH meningkat


Integumen Turgor kulit jelek, membran mukosa kering,

ekstremitas dingin, cyanosis, pucat, terjadi hiperpigmentasi di

bagian distal ekstremitas dan buku buku pada jari, siku dan

mebran mukosa
6. Sistem Eliminasi Urin
Diuresis yang diikuti oliguria, perubahan frekuensi dan

krakteristik urin
Eliminasi Alvi
Diare sampai terjadi konstipasi, kram abdomen

7. Sistem Neurosensori
Pusing, sinkope, gemetar, kelemahan otot, kesemutan terjadi

disorientasi waktu, tempat, ruang (karena kadar natrium

rendah), letargi, kelelahan mental, peka rangsangan, cemas,

koma ( dalam keadaan krisis)


8. Nyeri / kenyamanan
Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, nyeri tulang belakang,

abdomen, ekstremitas
9. Keamanan
Tidak toleran terhadap panas, cuaca udara panas, penngkatan

suhu, demam yang diikuti hipotermi (keadaan krisis)


10. Aktivitas / Istirahat
Lelah, nyeri / kelemahan pada otot terjadi perburukan setiap

hari, tidak mampu beraktivitas / bekerja. Peningkatan denyut

jantung / denyut nadi pada aktivitas yang minimal, penurunan

kekuatan dan rentang gerak sendi.


11. Seksualitas
Adanya riwayat menopouse dini, aminore, hilangnya tanda

tanda seks sekunder (berkurang rambut rambut pada tubuh

terutama pada wanita) hilangnya libido

12. Integritas Ego


Adanya riwayat riwayat fasctros stress yang baru dialami,

termasuk sakit fisik atau pembedahan, ansietas, peka rangsang,

depresi, emosi tidak stabil.


2.2. Dignosa Keperawatan
2.2.1. Dignosa 1
Kekurangan volume cairan dan elektrolit (kegagalan regulasi)

berhubungan dengan kelebihan natrium, kehilangan cairan melalui

ginjal, kelenjar keringat, saluran gastrointerstinal (karena

kekurangan aldosterone).
2.2.2. Diagnosa 2
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan difisiensi, glukokortikoid, metabolism lemak abnormal,

protein dan karbohidrat, mual dan muntah anoreksia.


2.2.3. Dignosa 3
Penurunan curah jantung berhubungan dengan menurunnya aliran

darah vena atau volume, berubahnya kecepatan, irama dan

konduksi jantung (akibat dari ketidakseimbangan elektrolit),

perubahan ukuran atau kekuatan otot jantung; metabolism yang

abnormal dengan kekurangan energi untuk tingkat sel.

2.2.4. Diagnosa 4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi

metabolisme, ketidakseimbangan cairan elektrolit dan glukosa.


2.2.5. Diagnosa 5
Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan dalam

kemampuan fungsi, perubahan karakteristik tubuh.


2.2.6. Diagnosa 6
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
2.2.7. Diagnosa 7
Ganguan eliminasi urine berhubungan dengan gangguan

reabsorbsi pada tubulus.


2.2.8. Diagnosa 8
Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas sistem konduksi

spasme otot abdomen.


2.3. Rencana Keperawatan
Diagnosa 1 Kekurangan volume cairan dan elektrolit kegagalan regulasi.
Kriteria Hasil :
Menunjukkan adanya perbaikan keseimbangan jaringan; dengan kriteria

pengeluaran urine yang adekuat (batas normal), tanda-tanda vital stabil,

tekanan nadi perifer jelas, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik dan

membrane mukosa lembab atau basah.

Rencana Rasional
Mandiri :
Pantau tanda vital, catat perubahan Hipotensi postural merupakan

tekanan darah pada perubahan bagian hipovolemia akibat

posisi, kekuatan dari nadi perifer. kekurangan hormone aldosterone

dan penurunan curah jantung

sebagai akibat dari penurunan


Auskultasi bising usus (peristaltic
kortisol. Nadi mungkin melemah
usus). Catat dan laporkan adanya
yang dengan mudah dapat hilang.
mual muntah dan diare. Kerusakan fungsi saluran cerna

dapat meningkatkan kehilangan


Berikan perawatan mulut secara
cairan dan elektrolit dan
teratur.
mempengaruhi cara untuk

Anjurkan cairan oral diatas 3000 pemberian cairan dan nutrisi.


Membantu menurunkan rasa tidak
ml/hari sesegera mungkin sesuai
nyaman akibat dehidrasi dan
dengan kemampuan pasien.
mempertahankan kerusakan

Ubah posisi secara teratur. Mesase membrane mukosa.


Adanya perbaikan pada saluran
terutama pada bgian tulang yang
cerna dan kembalinya fungsi
menonjol.
Kolaborasi : saluran cerna tersebut
Berikan cairan antara lain :
Cairan 0,9% NaCl. memungkinkan untuk memberikan

cairan dan elektrolit melalui oral.


Larutan glukosa Dehidrasi berat dapat menimbulkan

Berikan obat sesuai dengan indiksi: gangguan sirkulasi dan kerusakan


Kortison atau hidrokortison
kulit dapat terjadi dengan cepat.

Dengan pemberian cairan NaCl


Mineral kortikoid, flufokortison,
sebanyak 500-100 ml/jam dapat
deoksikortikosteron.
mengatasi kekurangan natrium

Untuk menghilangkan

hipoglikemia.
Pasang atau pertahankan kateter
Mengganti kekurangan kortison di
urine dan selang NG sesuai indikasi.
dalam tubuh dan meningkatkan

reabsorsi natrium sehingga dapat

menurunkan kehilangan cairan dan

mempertahankan curah jantung.


Dimulai setelah pemberian dosis

hidrokortison tinggi yang telah


mengakibatkan retensi garam

berlebihan yang mengakibatkan

gangguan tekanan darah dan

gangguan elektrolit dan munculnya

gejala tersebut di atas meningkat.


Untuk memfasilitasi ukuran

haluran dengan akurat baik urine

maupun dari lambung, memberikan

dekompresi lambung dan

membatasi muntah.

Dignosa 2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Kriteria Hasil :

Tidak ada mual dan muntah. Menunjukkan berat badan stabil atau

meningkat sesuai dengan nilai yang diharapkan laboratorium normal.

Rencana Rasional
Mandiri :

Auskultasi bising usus dan kaji Kekurangan kortisol dapat

apakah ada nyeri perut, mual atau menyebabkan gejala gastrointestinal

muntah. berat yang mempengaruhi

pencernaan dan absorsi dari


makanan.

Catat muntah mengenai jumlah Dapat membantu untuk menentukan

kejadian atau karekteristik lainnya derajat kemampuan pencernaan atau

absorsi makanan.

Berikan atau bantu perawatan Mulut yang bersih dapat

mulut. meningkatkan nafsu makan.

Catat adanya kulit yang dingin atau Gejala hipoglikemia dengan

basah, perubahan tingkat kesadarn, timbulnya tanda tersebut mungkin

nadi yang cepat, peka rangsang, perlu pemberian glukosa dan

nyeri kepala, sempoyongan. mengindikasikan pemberian

tambahan glukokortikoid.

Kolaborasi :

Lakukan pemeriksaan kadar gula Mengkaji kadar gula darah dan

darah sesuai indikasi kebutuhan terapi. Jika menurun

sebaiknya diet, maupun pemberian

glukokortikoid dikaji kembali.

Berikan glukosa intravena dan Memperbaiki hipoglikemia,

obat-obatan sesuai indikasi. memberi sumber energy untuk

fungsi seluler.

Glukokortikoid Untuk metabolism karbohidrat,

protein dan lemak.


Androgen Untuk meningkatkan nafsu makan,

memperbaiki tonus dan kekuatan

otot.

Berikan makanan dalam porsi kecil Makanan dalam porsi kecil

tetapi sering dengan tinggi kalori diberikan, akhirnya jumlah kalori

dan protein bila makan lewat oral perhari bisa terpenuhi, selain itu

telah dapat dilakukan mengurangi mual dan muntah serta

meningkatkan berat badan dan

mencegah hipoglikemia.

Pantau Hb Ht Anemia dapat terjadi akibat deficit

nutrisi atau pencernaan (dilusi)

yang terjadi akibat retensi cairan

sehubungan pemberian

glukokortikoid.

Diagnosa 3 Penurunan curah jantung


Kriteria Hasil :
Menunjukkan curah jantung yang adekuat yang ditandai dengan tanda-

tanda vital dalam batas normal, nadi perifer teraba dengan baik, pengisian

kapiler cepat dan status mental baik.

Rencana Rasional
Mandiri ;
Pantau tanda vital ; FJ, irama Peningkatan FJ merupakan
jantung, dan catat adanya disritmia. manifestasi awal sebagai

kompensasi hipovolemia dan

penurunan curah jantung.

Perkembangan dari kegagalan otot

jantung/krisis Addison. Mungkin

menyebabkan serangan tiba-tiba

menurun (hipotensi)
CVP memberikan gambaran

pengukuran yang langsung terhadap


Lakukan pengukuran CVP
volume cairan dan berkembangnya

komplikasi.
Pucat, kulit yang dingin, pengisian

kapiler yang memanjang, nadi yang

lambat dan lemah merupakan


Kaji warna kulit, suhu, pengisian
indikasi terjadi syok.
kapiler dan nadi perifer
Perbaikan volume sirkulasi

biasanya dapat memperbaiki curah

jantung karena hyperkalemia sering


Kolaborasi: terjadi.
Kadar oksigen yang maksimal
Berikan cairan, darah, larutan Nacl,
dapat membantu menurunkan kerja
dan volume ekspander sesuai
jantung.
dengan kebutuhan. Pasien cenderung mengalami
Berikan O2
hyperkalemia karena bila kadar

Pantau kalium darah (serum) natrium menurun (dampak

sekunder pada kekurangan

aldosterone), kalium tertahan oleh

ginjal.

Diagnosa 4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi

metabolisme, ketidakseimbangan cairan elektrolit dan glukosa.


Kriteria Hasil :
Menunjukan peningkatan klien dan partisipasi dalam aktivitas setelah

dilakukan tindakan, tanda-tanda vital dalam batas normal, nadi perifer

teraba dengan baik.

Rencana Rasional
Kaji tingkat kelemahan klien dan Pasien biasanya telah mengalami

identifikasi aktivitas yang dapat penurunan tenaga kelemahan otot,

dilakukan oleh klien. menjadi terus memburuk setiap hari

karena proses penyakit dan

Pantau tanda-tanda vital sebelum munculnya ketidakseimbangan

dan sesudah melakukan aktivitas. natrium kalium.


Kolapsnya sirkulasi dapat terjadi
Sarankan pasien untuk menentukan
sebagai dari stress, aktivitas jika
masa atau periode antara istirahat
curah jantung berkurang.
dan melakukan aktivitas. Mengurangi kelelahan dan menjaga
Diskusikan cara untuk menghemat
ketenangan pada jantung.
tenaga misal : duduk lebih baik dari
Pasien akan dapat melakukan
pada berdiri selama melakukan aktivitas yang lebih banyak dengan

aktivitas. mengurangi pengeluaran tenaga

pada setiap kegiatan yang

dilakukan.

Diagnosa 5 Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan dalam

kemampuan fungsi, perubahan karakteristik tubuh.

Kriteria Hasil :

Menunjukan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi

pada tubuhnya, dapat beradaptasi dengan orang lain, dapat

mengungkapkan perasaannya tentang dirinya.

Rencana Rasional
Dorong pasien untuk Membantu mengevaluasi berapa

mengungkapkan perasaan tentang banyak masalah yang dapat diubah

keadaannya misal : perubahan oleh pasien.

penampilan dan peran.

Sarankan pasien untuk melakukan Meminimalkan perasaan stress,

manajemen stress misal : frustasi, meningkatkan kemampuan

- Teknik relaksasi koping.

- Visualisasi

- Imaginasi
Dorong pasien untuk membuat Dapat membantu meningkatkan

pilihan guna berpartisipasi dalam kepercayaan diri, memperbaiki

penampilan diri sendiri. harga diri.

Fokus pada perbaikan yang sedang Ungkapkan seperti ini dapat

terjadi dan pengobatan misal mengangkat semangat pasien dan

menurunkan pigmentasi kulit. meningkatkan harga diri pasien.

Sarankan pasien untuk Dapat menolong pasien untuk

mengunjungi seseorang yang melihat hasil dari pengobatan yang

penyakitnya telah terkontrol dan telah dilakukan.

gejalanya telah berkurang.

Kolaborasi : Pendekatan secara koprehensif

Rujuk kepelayanan sosial dapat membantu memnuhi

konseling, dan kelompok kebutuhan pasien untuk

pendukung sesuai pendukung. memelihara tingkah laku pasien.

Diagnosa 6 Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.

Kriteria Hasil :

Pasien akan menyatakan pemahaman, kebutuhan untuk mengatasi

kurangnya percaya diri. Pasien akan menunjukan pemahaman program

medis dan gejala untuk dilaporkan ke dokter. Pasien akan menunjukan

perubahan pola hidup / perilaku untuk menurunkan terjadinya masalah.


Rencana Rasional
Bantu pasien dalam membuat Penurunan stress dapat membatasi

metode untuk menghindari atau pengeluaran katekolamin oleh

mengubah episode stres, diskusi sistem saraf simpatis, sehingga

teknik relaksasi. membatasi / mencegah respon

vasokonstriksi.

Diskusikan tujuan, dosis, efek Informasi perlu bagi pasien untuk

samping obat. mengikuti program terapi dan

mengevaluasi keefektifan.

Kaji skala ansietas. Mengetahui derajad kecemasan

klien.

Sarankan klien tetap menetapkan Membantu meningkatkan perasaan

secara aktif, jadwal yang teratur menyenangkan sehat, dan untuk

dalam makan, tidur dan latihan. memahami bahwa aktivitas fisik

yang tidak teratur dapat

meningkatkan kebutuhan hormone.

Diskusikan perasaan pasien yang Dengan mendiskusikan fakta

berhubungan dengan pemakaian fakta tersebut dapat membantu

obat untuk sepanjang kehidupan Pasien untuk memasukkan

pasien. perubahan perilaku yang perlu ke

dalam gaya hidup.

Kolaborasi dengan dokter tentang Agar pasien tidak merasa stress dan
pemberian anti depresan, diazepam. merasa tenang.

Diagnosa 7 Ganguan eliminasi urine berhubungan dengan gangguan

reabsorbsi pada tubulus.

Kriteria Hasil :

Klien tidak lagi mengeluh BAK sedikit / kencing tidak lancar.

Rencana Rasional
Anjurkan pada Klien agar diet Menambah retensi Na+

tinggi garam.

Anjurkan pada klien untuk minum Melancarkan aliran kencing .

banyak.

Pemasangan kateter. Agar klien dapat BAK dengan

lancar.

Observasi input dan output. Mengetahui keseimbangan cairan.

Kolaborasi pemberian diuretic. meningkatkan kerja ginjal untuk

melancarkan BAK.

Diagnosa 8 Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas sistem

konduksi spasme otot abdomen.

Kriteria Hasil :
Klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak menyeringai kesakitan,

TTV dalam batas normal.

Rencana Rasional
Beri penjelasan pada klien tentang Meningkatkan pengetahuan klien

penyebab nyeri dan proses dan keluarga, serta agar klien lebih

penyakit. kooperatif terhadap tindakan yang

akan dilakukan.

Kaji tanda tanda adanya nyeri Bermanfaat dalam mengevaluasi

baik verbal maupun non verbal, nyeri, menentukan pilihan

catat lokasi, intensitas (skala 0 intervensi, menentukan efektifitas

10) dan lamanya. terapi.

Anjurkan pasien untuk Membantu untuk menfokuskan

menggunakan teknik relaksasi, kembali perhatian dan membantu

seperti imajinasi, misal musik yang pasien untuk mengatasi nyeri / rasa

lembut, relaksasi. tidak nyaman secara lebih efektif.

Kolaborasi : Menurunkan nyeri dan rasa tidak

Berikan obat analgetik dan atau nyaman, meningkatkan istirahat.

analgetik sprei tenggorok sesuai

dengan kebutuhannya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak

adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon korteks

adrenal. Jadi tetaplah menjalankan pola hidup sehat untuk meminimalisir

terinfeksinya penyakit. Terutama terhadap penyakit Penyakit Addison ini.


Penyakit addison merupakan insufiensi adrenal yang berat dengan ekserbasi

yang tiba-tiba. Hal ini dapat menimbulkan kematian apabila tidak segera

ditangani.
2. Saran
Sebagai bahan acuan dan pemahaman mengenai konsep dasar penyakit pada

Penyakit Addison . Serta pemberian asuhan keperawatan pada penyakit Addison

disease. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai konsep dasar

penyakit Addison . Sehingga mahasiswa memiliki konsep belajar dan berfikir

yang akan dijadikan sebagi acuan dalam pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah,Edisi 8 vol.1, Jakarta :

EGC.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan PasiEdisi 3. Jakarta : EGC.

Sherwood, Laualee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth edisi 8 Vol. 2. Jakarta : EGC.

http://nswahyunc.blogspot.com/2012/04/askep-addison-disease.html

http://musyrihah-megarezky.blogspot.com/2011/11/askep-addison-disease_11.html

You might also like