Professional Documents
Culture Documents
Pengantar
1. Tentang Amos
2. Pengolahan Teks
Pembagian teks
Ayat 7: Obyek pewartaan Amos (yang dituju)
2.2. Tafsir
.
Ayat 10-12: mengikuti suatu pola yang ketat: tuduhan
pertama (ayat 10) adalah berupa kebencian kepada teguran
yang pada tempatnya; yang kedua (ayat 11a) tuduhan
berupa ketiadaan hukum, praktek-praktek memeras. Yang
ketiga adalah penghukuman yang diancam dengan
pencabutan hak milik (ay 11b). Kini menyusul dua tuduhan
selanjutnya , yang mengimbangi kedua yang pertama:
tuduhan yang ketiga (teman tuduhan yang kedua)
berurusan dengan ketiadaan hukum dan praktek-praktek
yang memeras (ayat 12), dan tuduhan yang keempat
(dengan mengeraskan yang pertama) dengan
membungkamkan terguran yang pada tempatnya (ay
13)[18].
Kesalahan sosial (12) diserahkan lagi kepada pengadilan
surga untuk diputuskan sebagai perbuatanmu yang jahat
dan dosa (bdk 3:9-15). Suatu pembaharuan (reformasi)
moral belaka, tidaklah memadai; harus ada sesuatu
kekembalian kepada Allah. Dosa-dosa khusus adalah
pemakaian kekayaan untuk mengelakan keadilan, dan
pelaksanaan keadilan yang tak sama kepada orang kaya
dan orang miskin[19].
Ayat 13: Sebab itu orang yang berakal budi akan berdiam diri
pada waktu itu, karena waktu itu adalah waktu yang jahat.
Pemerintahan terror yang bengis mengakhiri
kebebasan berbicara, dan orang-orang diperintah oleh
kebijaksanaan yang berakal budi, bukan oleh kebenaran.
Orang yang tak berpengaruh tau bahwa apabila ia
membawa perkaranya kepada pengadilan (ay 12b), ia tidak
akan mendapat kepuasan, ia terpaksa berdiam diri
menghadapi kesalahan-kesalahan yang tak diperbaiki dari
orang-orang lain[21]. Tampak bahwa banyak rakyat kecil
yang bungkam akan keadilan karena adanya
ketidakpuasan dalam penanganan perkara. Di sini dituntut
ingatan kolektif untuk menyelesaikan setiap persoalan
keadilan yang diabaikan. Tidak adanya ingatan kolektif
menyebabkan hukum kehilangan martabatnya dan
keadilan semakin terpinggirkan. Maka stabilitas politik
pun akan semakin parah karena hukum diperjualbelikan,
dipermainkan demi kepentingan segelintir orang. Melihat
realitas ini Yahwe tidak bisa berdiam Diri. Ia murka dan
hendak menghukum Israel karena mengabaikan
perjanjian mereka.
C. Penutup
Demi keadilan, Allah pun berpihak. Bukan kepada Israel, tetapi kepada
mereka yang terpinggirkan di tengah masyarakat Israel yang sedang
sejahtera dan mapan. Orang-orang yang terpinggirkan, seperti
"orang lemah" (11) dan "orang miskin" (12) berada dalam posisi
tertindas. Orang Israel justru membenci orang yang bertugas
sebagai penjaga keadilan (10). Mengapa Israel berlaku begitu?
Karena mereka jahat (12-13) dan melecehkan keadilan dan kebenaran
(7). Allah, dengan kemahakuasaan-Nya, bangkit melawan mereka dan
memihak orang-orang tertindas. Allah Israel adalah pembela
orang-orang yang terpinggirkan dan diperlakukan tidak adil. Pelaku
penindasan sebenarnya sedang melawan Allah sendiri.
Sebagaimana Allah, kita pun harus berpihak, demi keadilan. Umat Allah
sejati niscaya berpihak kepada mereka yang dibela Allah. Salah
satu hal yang paling mendesak saat ini adalah memilih pemimpin
negara dan daerah yang memperhatikan orang-orang yang
terpinggirkan. Pilihlah pemimpin yang benar-benar punya hati dan
kesungguhan untuk melaksanakan program-program yang pro-rakyat,
mulai dari jaminan kesehatan, pendidikan murah dan berkualitas
bagi semua penduduk, layanan birokrasi yang singkat dan bebas
korupsi, serta banyak lagi. Jangan pilih mereka yang lebih membela
kepentingan para pemodal, yang gemar gusur sana-sini demi
"pembangunan". Allah niscaya menghukum pemimpin seperti ini.