You are on page 1of 18

Dalam Rangka Kendali Mutu dan Kendali

Biaya
Permenkes No. 1438/MENKES/PER/IX/2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran,
dokter dan dokter gigi, menjelaskan bahwa:
Standar dalam melaksanakan praktik kedokteran
termasuk di Rumah Sakit meliputi :
PNPK (Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran)
PPK (Pedoman Praktik Klinis), yaitu : SPM (Standar
Pelayanan Medis) dan SAK (Standar Asuhan
Keperawatan)
Clinical Pathway
PNPK merupakan standar pelayanan
kedokteran yang bersifat nasional dan dibuat
oleh organisasi profesi serta disahkan oleh
menteri.
SPM dibuat dan diterapkan oleh pimpinan
pelayanan kesehatan
Clinical Pathway adalah perwujudan langkah
pelayanan yang lebih detail yang diberikan
pada masing-masing pasien berdasarkan
PNPK dan SPM.
Clinical Pathway (CP) juga sebagai sebuah
pemetaan mengenai tindakan klinis untuk
diagnosis tertentu dalam waktu tertentu yang
mendokumentasikan clinical practice terbaik
(bukan hanya clinical practice terbaru)
CP yang diterapkan dengan baik dapat
menjadi alat kendali mutu pelayanan
kesehatan RS. Disisi lain, dalam era JKN,
penerapan CP dapat menjadi salah satu upaya
kendali biaya. Biaya yang dikeluarkan RS
dapat dihitung berdasarkan CP dan
dibandingkan dengan tarif INA CBGs,
sehingga jika biaya melebihi tarif INA CBGs
maka RS dapat segera mengupayakan
efisiensi tanpa perlu melakukan Fraud
Bagaimana membuat CP dengan
benar?
1. Menentukan Topik
Topik yang dipilih terutama yang bersifat high
volume, high cost, high risk dan
problem prone
Atau kasus-kasus yang mempunyai gap yang
besar antara biaya yg dikeluarkan dengan tarif
INA CBGs.
2. Menunjuk Koordinator (penasehat
multidisiplin)
Direktur Pelayanan,
sebagai fasilitator.
Sebelumnya, terlebih dahulu dikumpulkan
anggota yang berasal dari berbagai disiplin yang
terlibat dalam pemberi pelayanan pasien, sebagai
tim yang wajib menyampaikan item-item
pelayanan yang diberikan kepada pasien
berdasarkan SPO (Standart Procedure
Operasional).
3. Menentukan Pemain Kunci
Siapa saja yang terlibat dalam pelayanan yang
diberikan kepada pasien. Misal, pemain kunci
kepada pasien Appendicitis Akut tanpa
komplikasi adalah dokter umum, dokter
spesialis bedah, dokter spesialis
anastesi, perawat dan ahli gizi.
4. Melakukan Kunjungan Lapangan
Kunjungan lapangan untuk mencari SPO/SPM dan
SAK agar dapat menilai sejauh mana pelayanan
yang didapatkan pasien. Juga menilai hambatan
yang terjadi di bangsal dalam menjalankan
SPO/SPM.
Dapat pula dilakukan benchmarking terhadap
penerapan CP di tempat lain. Perlu diingat! CP
untuk kasus yang sama di RS lain belum tentu
serta merta diterapkan di RS kita, hasil
benchmarking perlu dipadukan dengan
kemampuan manajerial dan SDM RS dan kondisi-
kondisi lain yang terkait.
5. Mencari Literatur
PNPK
Jurnal Penelitian Internasional
Evidence Based Medicine

6. Melaksanakan Costumer Focus Group


Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan
disesuaikan dengan kemampuan RS sehingga
kesenjangan antara harapan dan pelayanan yang
didapatkan pasien dapat diketahui dan diperbaiki
7. Telaah PPK
Langkah awal adalah membuat PPK (menurut
Permenkes No. 1438 tahun 2010, CP bersifat
sebagai pelengkap PPK.
PPK harus di-review setiap 2 tahun sekali,
sehingga secara tidak langsung pembuatan CP
dapat meningkatkan kepatuhan review PPK.
8. Analisis Casemix
Dalam pengembangan CP perlu dilakukan
pengumpulan aktivitas-aktivitas untuk dikaitkan
dengan besarnya biaya, untuk mencegah adanya
Fraud.
Identifikasi LoS suatu Diagnosis, Biaya Perkasus,
Penggunaan Obat apakah sudah sesuai dengan
formularium nasional maupun tes penunjang
diagnostik.
9. Menetapkan Desain CP serta Pengukuran
Proses dan Outcome
Dalam menetapkan Desain CP, hal yang
terpenting adalah beberapa informasi yang harus
ada, yaitu : kolom pencatatan informasi
tambahan, variasi, kolom tanda tangan, serta
kolom verifiksi dari RM (rekam medik). Kemudian
ditetapkan item-itemaktivitas dari masing-
masing penyakit sesuai dengan literatur dan
keadaan RS.
10. Sosialisasi dan Edukasi
Tahap awal dapat dilakukan uji coba penerapan
CP yang telah disusun guna mendapat feedback
untuk mendapat bentuk dan konten yang sesuai
kondisi di lapangan
Sosialisasi dilakukan intensif minimal 6 bulan
Ingat !!!
CP adalah alat. Efektifitas dalam kendali
mutu dan kendali biaya amat tergantung
pada user yang menerapkannya,
sehingga perlu disusun strategi
sedemikian rupa agar alat tersebut
diterapkan sebagaimana mestinya dalam
kepatuhan dan ketepatan penggunaannya.
Terima Kasih..

You might also like