Professional Documents
Culture Documents
KASUS :
Budaya politik di Amerika Serikat, yang dikenal dalam gagasan Consensus School.
KELOMPOK 1 :
Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
pertolongan-Nya sehingga penyusunan makalah mengenai Budaya politik di Amerika
Serikat, yang dikenal dalam gagasan Consensus School ini dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun berdasarkan kasus tentang Abbot (2005, hal. 93)
merangkum berbagai kritik terhadap pemikiran Hartz yang dinilai menegasikan tradisi
dan pemikiran politik lainnya di Amerika Serikat seperti republikanisme, rasis,
diskursus politik Afro-Amerika, feminisme, kalvinisme, apa lagi Sosialisme dan
Feodalisme.
Kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Etika Bisnis
dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini tentu banyak sekali kekurangan baik dari segi isi
maupun penulisan, jadi besar harapan kami atas kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca sehingga dapat menjadi suatu masukan untuk
kesempurnaan pembuatan makalah berikutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi para pembaca khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung
Tim Penulis
DAFTAR ISI
LAMPIRAN ....................................................................................................................xi
Masalah keadilan muncul antara lain dalam kaitan dengan milik. Tentang itu
liberalisme dan sosialisme mempunyai pandangan yang sangat berbeda. Liberalisme
menekankan milik pribadi sebagai salah satu hak manusia yang terpenting. Sosialisme
berpendapat bahwa milik tidak boleh dibatasi pada kepentingan individu saja,
melainkan mempunyai fungsi sosial.
Perjuangan ideologis antara liberalisme dan sosialisme selama abad ke-19 dan ke-20
sebagian besar menghasilkan tatanan sosial ekonomi dunia sekarang dan dengan jelas
mempunyai aspek-aspek etis
John Locke (1632 1740), seorang filsuf Inggris yang banyak mendalami
masalah masalah sosial politik, secara umum diakui sebagai orang yang pertama kali
mendasarkan teori liberalisme tentang milik. Menurut Locke manusia mempunyai tiga
hak kodrat (natural rights) : life, freedom, and property.
Yang penting adalah hak atas milik karena kehidupan dan kebebasan kita miliki
juga. Jadi, hak atas milik menyediakan pola untuk memahami kedua hak lain juga.
Secara mendalam dapat mempengaruhi pemikiran tentang milik. Pemikiran ini di
uraikan dalam buku Two Treatises of Government (1690). Bila sesuatu yang tidak
bertuan diolah oleh pekerjaan manusia, maka dengan itu ia menjadi pemiliknya. Tetapi,
ada pembatasan bagi cara menjadi pemilik itu. Dari bahan tidak bertuan orang hanya
boleh mengambil sebanyak dapat dikonsumsi oleh orang itu sendiri (bersama keluarga
dan kenalan) sehingga masih tertinggal cukup banyak dan sama baik mutunya untuk
orang lain. Dalam pandangan Locke ini, sudah tampak beberapa ciri kaptalisme liberal
yang dengan tegas akan ditolak oleh Karl Marx.
3.1 Kesimpulan
Liberalisme dan sosialisme dapat dilihat sebagai dua ideologi antagonis yang
berjuang merebut hegemoni (kepemimpinan) di panggung politik ekonomi selama kira-
kira satu setengah abad. Pada saat sekarang dua ideologi ini tampaknya mencapai titik
perdamaian. Saat pergantian abad sekarang, liberalisme dan sosialisme dua-duanya
gagal dan serentak juga berhasil, dua-duanya kalah dan serentak juga menang. Situasi
ini mencuat di negara-negara industri di mana pertentangan historis antara liberalisme
dan sosialisme berlangsung sekian lama. Sosialisme gagal karena harus mengakui
keunggulan sistem ekonomi pasar bebas.
LAMPIRAN
KASUS
Bagi Hartz, tidak ada ketidaksetujuan terhadap konsensus yang merujuk kepada
nilai-nilai Amerika yang berbasis liberalisme. Hal ini dikarenakan bahwa liberalisme
merupakan fenomena yang bersifat natural, konsensus nasional yang sudah dibawa
sejak lahir oleh bangsa Amerika. Dengan demikian liberalisme atau tradisi liberal dapat
dikatakan telah menjadi identitas nasional di Amerika Serikat. Identitas nasional inilah
yang kemudian menjadi relevan dalam merefleksikan fenomena Tea Party dan simbol-
simbol nasional yang dibawanya. Dionne Jr., misalnya, menuliskan bahwa kepopuleran
yang seakan dinikmati oleh gerakanTea Party menggambarkan suatu klaim terhadap
monopoli intelektual dan moral atas gagasam mengenai Amerika yang membuat
kalangan konservatif lah di Amerika yang secara tipikal membawa-bawa kopi
Konstitusi di saku-saku mereka. Semangat kelompok Tea Party untuk merujuk tanpa
henti ke Bapak-Bapak Bangsa Amerika Serikat menunjukkan kecenderungan ini.
Dionne Jr. (2012, hal. 39) mengutip kata-kata anggota dewan Mike Pence dari Indiana
yang menyebutkan bahwa tidak ada suatu penderitaan yang berlangsung di negeri yang
tidak dapat diselesaikan dengan menaruh perhatian lebih dalam lagi kepada prinsip-
prinsip yang tertuang dalam Deklarasi Kemerdekaan dan Konstitusi Amerika Serikat.
Bahkan, segala konspirasi yang menyangkut kampanye hitam terhadap Presiden
Amerika dengan label-label seperti komunisme seringkali berujung kepada tudingan
tidak Amerika. Dalam anggapan yang demikian, meskipun dapat terdengar janggal,
pemikiran konservatif di AS yang berkembang sampai sekarang adalah konservatif atas
tradisi liberal, dengan kata lain, tradisi masyarakat liberal yang dikonservasi dalam
bentuk identitas nasional. Dalam sebuah kolom opini di media The Washington Post,
Mark Hulliung (2010) menuangkan anggapan ini dengan menulis bahwa seluruh posisi
politik di Amerika diwarnai oleh liberalismesedemikian rupa sehingga Amerika tidak
pernah memiliki tradisi konservatif murni, karena semua yang kemudian mendapatkan
tempatnya di Amerika menjadi konservatif. Hal ini berbeda dengan Eropa di mana
konservatisme merupakan gagasan yang dipelihara oleh kalangan aristokrat yang
mengusung aspek-aspek seperti nilai hirarki, penghormatan, dan tradisi.
Hirarki yang melembaga di Amerika adalah wujud dari institusi yang bersifat
liberal sejak awal. Penghormatan yang diberikan oleh bangsa Amerika adalah terhadap
kemerdekaan dan konstitusi yang menandai kelahiran bangsa Amerika. Tradisi yang
melembaga di Amerika adalah tradisi liberal seperti dikemukakan oleh Louis Hartz.
Dalam pemahaman demikian, Hulliung beranggapan bahwa ideologi yang diusung Tea
Party tidaklah konservatif, melainkan radikal, yakni radikal secara liberal.
Radikalisme liberal ini paralel dengan pehamanan liberalisme secara kaku yang
bersumber dari interpretasi terhadap pemikiran John Locke yang berulang kali dirujuk
oleh LouisHartz di dalam bukunya. Gejala ini oleh para pemikir sebagai tirani Locke.