Professional Documents
Culture Documents
Prita Mulyasari adalah seorang ibu rumah tangga, mantan pasien Rumah Sakit
Omni Internasional Alam Sutra Tangerang. Saat dirawat di Rumah Sakit
tersebut Prita tidak mendapat kesembuhan namun penyakitnya malah bertambah
parah. Pihak rumah sakit tidak memberikan keterangan yang pasti mengenai
penyakit Prita, serta pihak Rumah Sakitpun tidak memberikan rekam medis
yang diperlukan oleh Prita. Kemudian Prita Mulyasari mengeluhkan pelayanan
rumah sakit tersebut melalui surat elektronik yang kemudian menyebar ke
berbagai mailing list di dunia maya. Akibatnya, pihak Rumah Sakit Omni
Internasional marah, dan merasa dicemarkan.
Sejak awal Dewan Pers sudah menolak keras dan meminta pemerintah dan DPR
untuk meninjau kembali keberadaan isi dari beberapa pasal yang terdapat dalam
UU ITE tersebut. Karena Undang-undang tersebut sangat berbahaya dan telah
membatasi kebebasan berekspresi (mengeluarkan pendapat) seseorang. Selain
itu beberapa aliansi menilai : bahwa rumusan pasal tersebut sangatlah lentur dan
bersifat keranjang sampah dan multi intrepretasi. Rumusan tersebut tidak hanya
menjangkau pembuat muatan tetapi juga penyebar dan para moderator milis,
maupun individu yang melakukan forward ke alamat tertentu.
Oleh karena itu dengan adanya hukum tertulis yang telah mengatur kita
hendaknya kita selalu berhati-hati dalam berkomunikasi menggunakan media.
Menurut saya dengan adanya kasus yang telah menimpa Prita menjadi tersangka
atas pencemaran nama baik/ dan mendapat sanksi ancaman penjara selama 6
tahun dan denda sebesar Rp. 1 M, kita harus lebih berhati-hati dalam
menghadapi perkembangan Teknologi di era globaliosasi ini. Hendaknya kita
dapat mengontrol diri kita sendiri jika akan menulis di sebuah akun. Kasus Prita
ini seharusnya kita jadikan pelajaran untuk melakukan intropeksi diri guna
memperbaiki sistem hukum dan Undang-undang yang banyak menimbulkan
perdebatan dan pertentangan. Selain itu seharusnya pihak membuat undang-
undang hendaknya lebih jelas dan lebih teliti dalam memberikan sanksi sesuai
dengan aturan dalam UU yang berlaku. Hukum yang telah ada memang kadang
kurang bisa terima dengan baik dan menimbulkan perdebatan di berbagai
kalangan. Bayangkan saja ketika kasus tersebut menimpa rakyat miskin.
Sedangkan jika dibandingkan dengan kasus korupsi yang terjadi di Negara kita,
hal itu kurang sepadan dan seolah hukum menjadi kurang adil untuk kita.
Pasal 30
1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan
cara apa pun.
2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun
dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik.
3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun
dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem
pengamanan.
Pasal 46
Kejahatan isi situs web terdiri dari pornografi dan pelanggaran hak cipta,
ujarnya. Pornografi merupakan pelanggaran paling banyak terjadi di dunia
maya dengan menampilkan foto, cerita atau gambar bergerak yang
pemuatannya selalu berlindung di balik hak kebebasan berpendapat dan
berserikat. Alasan ini, sering digunakan di Indonesia oleh pihak-pihak yang
terlibat dalam pornografi itu, sehingga situs-situs porno tumbuh subur karena
mudah diakses melalui internet. Sementara itu, pelanggaran hak cipta sering
terjadi baik pada situs web pribadi, komersial maupun akademisi berupa
memberikan fasilitas download gratis baik foto, lagu, softwere, film dan karya
tulis dilindungi hak ciptanya. Selain itu, menampilkan gambar-gambar yang
dilindungi hak cipta untuk latar belakang atau hiasan web pages dan
merekayasa gambar atau foto orang lain tanpa izin, seperti banyak terjadi pada
situs-situs porno. Selanjutnya, kejahatan dalam perdagangan secara elektronik
(e-commerce) dalam bentuk penipuan online, penipuan pemasaran berjenjang
online dan penipuan kartu kredit. Menurut Cahyana, penipuan online ciri-
cirinya harga produk yang banyak diminati sangat rendah, penjual tidak
menyediakan nomor telepon, tidak ada respon terhadap pertanyaan melalui e-
mail dan menjanjikan produk yang sedang tidak tersedia.
Risiko terburuk bagi korban kejahatan ini adalah telah membayar, namun tidak
mendapat produk, atau produk yang didapat tidak sesuai dengan yang
dijanjikan. Kemudian, penipuan pemasaran berjenjang online ciri-cirinya
mencari keuntungan dari merekrut anggota dan menjual produk secara fiktif,
dengan risiko bagi korban 98 persen investasi ini gagal atau rugi. Sedangkan
penipuan kartu kerdit ciri-cirinya terjadi biaya misterius pada penagihan kartu
untuk produk atau layanan internet yang tidak pernah dipesan, dengan risiko
korban perlu waktu untuk melunasi kreditnya. Sementara itu, pelanggaran
dalam bentuk lain terdiri dari recreational hacker, cracker atau criminal minded
hacker, political hacher, denial of service attack (DoS), Viruses, Piracy
(pembajakan), Fraud, Phishing, perjudian dan cyber stalking. Ia menjelaskan
recreational hacker umumnya bertujuan hanya untuk menjebol suatu sitem dan
menunjukkan kegagalan atau kurang andalnya sistem keamanan pada suatu
perusahaan.