You are on page 1of 23

PRAKTEK KDDK

PENJAHITAN LUKA

Kelompok 6

IRFANDI SOUMARIRIS 1010322008

ANGGIA SIMILIKITI 1010322034

ELSA HAZILA 1010322046

ROZANISYA PRATIWI 1010323032

IRVAN 1010323042

PUTRI WULAN SORY 1010323048

PRODI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul PENJAHITAN
LUKA. Kemudian dari pada itu, shalawat serta salam tidak lupa kami kirimkan kepada
Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini kami buat sebagai pelaksanaan tugas dari mata kuliah Keperawatan
Dewasa.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen, teman-teman, dan semua
pihak yang ikut membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga penulis dapat
menyelesaikannya. Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
kami sangat mengharapkan saran dan kritikan dari teman-teman semua.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman


mengenai penjahitan luka, serta demi kemajuan dunia kesehatan Indonesia.

Hormat Kami ,

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................... . ii

DAFTAR ISI...... . iii

BAB I PENDAHULUAN.. . 1

1.1 Latar Belakang Masalah.... . 1


1.2 Rumusan Masalah...... . 1
1.3 Tujuan Penulisan.... . 2
BAB II ISI..... . 3

2.1 Definisi Luka... 3


2.2 Jenis-Jenis Luka ...................... 3
2.3 Mekanisme Terjadinya Luka .............................. 4
2.4 Proses Penyembuhan Luka.................................. 5
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka......................... . 7
2.6 Jahitan Luka ......................................................................... . 8
2.7 Jenis-jenis Benang yang Digunakan Untuk Menjahit Luka ........ . 9
2.8 Jenis Jahitan Luka ................................................................. . 10
2.9 Komplikasi dalam Menjahit Luka ................................................ . 12
2.10 Proses Desinfeksi ................................................................ . 13
2.11 Pembersihan Luka ............................................................... . 13
2.12 Proses Debridement ............................................................ . 13
2.13 Penjahitan luka .................................................................. . 14
2.14 Tutup Luka .......................................................................... . 15
2.15 Angkat Jahitan Luka............................................................. . 16
2.16 Tindakan Keperawatan ....................................................... . 16

BAB III PENUTUP... . 18

3.1 Kesimpulan.... . 18
3.2 Saran...... . 18
DAFTAR PUSTAKA.... . 19
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang perawat pada suatu saat akan menghadapi kasus yang mengharuskannya
menjahit luka, baik sebagai tindakan definitif ataupun tindakan sementara. Angka kejadian
luka terbuka yang memerlukan jahitan cukup tinggi, pada instalasi gawat darurat di Rumah
sakit didapatkan kasus yang cukup tinggi. Sehingga setiap perawat, khususnya perawat
medikal bedah membutuhkan pengetahuan dan kemampuan menjahit luka agar bekasnya
kelak tidak menambah masalah bagi pasien.

Dalam makalah ini akan diulas mengenai anatomi dan fisiologi penyembuhan luka,
alat dan bahan yang diperlukan dalam penjahitan luka, teknik menjahit luka, hingga
perawatan luka setelah dijahit dan komplikasi yang mungkin terjadi.

Makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca atau perawat yang memerlukan
rujukan singkat mengenai penjahitan luka.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membuat rumusan masalah yang
diantaranya sebagai berikut :
1. Apakah definisi luka?
2. Apa saja jenis-jenis luka?
3. Bagaimana terjadinya mekanisme luka?
4. Bagaimana proses penyembuhan luka?
5. Apa Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka?
6. Apa yang dimaksud dengan jahitan luka?
7. Apa saja jenis-jenis benang yang digunakan untuk menjahit luka?
8. Apa saja jenis jahitan luka?
9. Apakah komplikasi dalam menjahit luka?
10. Bagaimana proses desinfeksi?
11. Bagaimana proses debridement
12. Apa saja alat, bahan, dan perlengkapan saat menjahit luka
13. Bagaimana proses dalam menjahit luka
14. Apa yang dimaksud dengan tutup luka?
15. Bagaimana cara angkat jahitan luka?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi luka.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis luka.
3. Untuk mengetahui terjadinya mekanisme luka.
4. Untuk mengetahui proses penyembuhan luka.
5. Untuk mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka.
6. Untuk mengetahui maksud dari jahitan luka.
7. Untuk mengetahui jenis-jenis benang yang digunakan untuk menjahit luka
8. Untuk mengetahui jenis jahitan luka.
9. Untuk mengetahui komplikasi dalam menjahit luka
10. Untuk mengetahui proses desinfeksi.
11. Untuk mengetahui proses debridement
12. Untuk mengetahui alat, bahan, dan perlengkapan saat menjahit luka
13. Untuk mengetahui proses dalam menjahit luka
14. Untuk mengetahui maksud dari tutup luka
15. Untuk mengetahui cara angkat jahitan luka
BAB II

ISI

2.1. Pengertian

Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka
adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain
(Kozier, 1995). Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel

2.2 Jenis-Jenis Luka

Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan
menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997).
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi
proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan,
genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang
tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson Pratt).
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam
kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi
luka adalah 3% - 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka
akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut,
inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a. Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi
pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka Partial Thickness : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya
tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c. Stadium III : Luka Full Thickness : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi
tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan
epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis
sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.

b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan,
dapat karena faktor eksogen dan endogen.

2.3 Mekanisme terjadinya luka

1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal
yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura
seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau
yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau
oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya
pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya
lukanya akan melebar.

7. Luka Bakar (Combustio)

Anatomi Kulit

Jahitan yang umum dilakukan adalah jahitan pada kulit. Berikut anatomi kulit :

a. Epidermis (tebalnya 0,05 mm, pada telapak tangan/kaki hingga 1,5 mm)
1. berlapis,berkeratin, dan avaskular.
2. Stratum korneum: lapisan keratin yang hamper aseluler.
3. Stratum lusidum: lapisan sl-sel mati tanpa inti sel.
4. Stratum granulosum: sitoplasma mengandung granula yang akan berkontribusi
dalam pembentukan keratin.
5. Stratum spinosum: desmosom menghubungkan sel-selnya sehingga tampak
seperti duri.
6. Stratum germinativum (lapisan basal)
Hemidesmosom menghubungkan sel-sel basal dngan membrane basal
Melanosit menghasilkan melanin yang akan difagosit oleh keratinosit
sekitarnya
b. Dermis tebalnya sekitar 3mm
1. Papilla dermis: lapisan tipis superficial yang tediri atas jaringan vascular longgar
2. Retikula dermis: lapisan tebal yang lebih dalam, kurang vascular
3. Mengandung fibroblast, adiposity, makrofag, kolagen, dan substansi dasar
4. Terdapat kelenjar keringat, folikel rambut, kelenjar sebasea, ujung saraf, dan
pembuluh darah
5. Pembuluh darah berasal dari aa. Perforator keluar dari otot menembus fasia atau
langsung sebagai pembuluh arteri kulit direkta
c. Adneksa
Terdiri dari kelenjar sebasa, kelenjar keringat ekrin dan apokrin. Merupakan sumber
epitelisasi pada luka dengan kehilangan sbagian ktebalan kulit (partial thickness).
Ket :

Penampang kulit, terdiri atas : (1) stratum korneum, (2) epidermis, (3) dermis,(4) kelenjar
sebasea, (5) folikel rambut, (6) pleksus papilla dermis, (7) arteri kutaneus direkta, (8) a.
perforator yang menghidupi satu area, (9) fascia dari otot, (10) kelenjar keringat, (11) korpus
Paccini.

(Dikutip dari Sudjatmiko G. Petunjuk praktis Bedah Plastik Rekonstruksi.)

2.4 Penyembuhan Luka

Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan
dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing
dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan
terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu
untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas
dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan
jaringan (Taylor, 1997).
1. Prinsip Penyembuhan Luka
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu: (1)
Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya
kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang, (2) Respon tubuh pada luka lebih
efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga, (3) Respon tubuh secara sistemik pada
trauma, (4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka, (5) Keutuhan kulit dan mukosa
membran disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari
mikroorganisme, dan (6) Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari
benda asing tubuh termasuk bakteri.
2. Fase Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga
berhubungan dengan regenerasi jaringan. Tubuh secara normal akan berespon terhadap
cedera dengan jalan proses peradangan, yang dikarakteristikkan dengan lima tanda
utama: bengkak (swelling), kemerahan (redness), panas (heat), Nyeri (pain) dan
kerusakan fungsi (impaired function). Fase penyembuhan luka digambarkan seperti
yang terjadi pada luka pembedahan . Menurut Kozier, 1995 :
a. Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 4 hari. Dua proses utama
terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian
perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi
pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan
bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan
matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga
dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis
dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel
berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh
dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme.

Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler


digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai darah
yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan
pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit
bengkak.
Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah
interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama
lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan
sel debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan
faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir
pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses
penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan
b. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah
pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke
daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis
kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi
luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari
luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka
sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan
penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka.
3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai
kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan
terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu.
Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari
jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen
bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut
akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara
kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan
terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang
berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan
parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas normal. Meskipun
proses penyembuhanluka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil
yang dicapai sangat tergantung pada kondisi biologis masing-masing individu, lokasi
serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat
dibandingkan dengan kurang gizi, diserta penyakit sistemik (diabetes mielitus).

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

1. Usia, Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan


jaringan
2. Infeksi, Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah
ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.
3. Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
4. Hematoma, Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan
yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga
menghambat proses penyembuhan luka.
5. Benda asing, Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari
serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu
cairan yang kental yang disebut dengan nanah (Pus).
6. Iskemia, Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat
dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu
adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
7. Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi
penurunan protein-kalori tubuh.
8. Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh
terhadap cedera, Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan, Antibiotik : efektif
diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang
spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat
koagulasi intravaskular.

2.6 Jahitan luka

Jahitan digunakan untuk hemostasis atau untuk menghubungkan struktur anatomi


yang terpotong (Sabiston,1995). Menurut Sodera dan Saleh (1991), jahitan merupakan hasil
penggunaan bahan berupa benang untuk mengikat atau ligasi pembuluh darah dan
menghubungkan antara dua tepi luka. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
penjahitan merupakan tindakan menghubungkan jaringan yang terputus atau terpotong untuk
mencegah pendarahan dengan menggunakan benang. Prinsip Umum Penjahitan luka :
Menurut Brown (1995), prinsipprinsip umum yang harus dilaksanakan dalam penjahitan
luka laserasi adalah sebagai berikut :

1. Penyembuhan akan terjadi lebih cepat bila tepi-tepi kulit dirapatkan satu sama lain
dengan hati-hati.
2. Tegangan dari tepitepi kulit harus seminimal mungkin atau kalau mungkin tidak ada
sama sekali. Ini dapat dicapai dengan memotong atau merapikan kulit secara hatihati
sebelum dijahit.
3. Tepi kulit harus ditarik dengan ringan, ini dilakukan dengn memakai traksi ringan
pada tepitepi kulit dan lebih rentan lagi pada lapisan dermal daripada kulit yang
dijahit.
4. Setiap ruang mati harus ditutup, baik dengan jahitan subkutans yang dapat diserap
atau dengan mengikutsertakan lapisan ini pada waktu menjahit kulit.
5. Jahitan halus tetapi banyak yang dijahit pada jarak yang sama lebih disukai daripada
jahitan yang lebih besar dan berjauhan.
6. Setiap jahitan dibiarkan pada tempatnya hanya selama diperlukan. Oleh karena itu
jahitan pada wajah harus dilepas secepat mungkin (48 jam5 hari), sedangkan jahitan
pada dinding abdomen dan kaki harus dibiarkan selama 10 hari atau lebih.
7. Semua luka harus ditutup sebersih mungkin.
8. Pemakaian forsep dan trauma jaringan diusahakan seminimal mungkin

Menurut Sodera dan Saleh (1991), penjahitan merupakan suatu cara menjahit untuk
mendekatkan atau menghubungkan dua tepi luka. Dapat dibedakan menjadi :

1. Jahitan Primer (primary Suture Line) adalah jahitan yang digunakan untuk
mempertahankan kedudukan tepi luka yang saling dihubungkan selama proses
penyembuhan sehingga dapat sembuh secara primer.
2. Jahitan Kontinyu yaitu jahitan dengan sejumlah penjahitan dari seluruh luka dengan
menggunakan satu benang yang sama dan disimpulkan pada akhir jahitan serta
dipotong setelah dibuat simpul. Digunakan untuk menjahit peritonium kulit, subcutis
dan organ.
3. Jahitan Simpul/Kerat/Knot, yaitu merupakan tehnik ikatan yang mengakhiri suatu
jahitan. Digunakan untuk memperkuat dan mempertahankan jahitan luka sehingga
jahitan tidak terlepas atau mengendor. Yang dimaksud dengan jerat adalah pengikatan
satu kali, sedang simpul adalah pengikatan dengan dua jerat atau lebih.

2.7 Jenisjenis benang yang digunakan dalam penjahitan

1. Seide (Silk/Sutra): Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi
dengan perekat, tidak diserap oleh tubuh. Pada penggunaan disebelah luar, maka
benang harus dibuka kembali. Berguna untuk menjahit kulit, mengikat pembuluh
arteri besar. Ukuran yang sering digunakan adalah nomor 2 nol 3 nol, 1 nol dan
nomor 1.
2. Plain Catgut: Bersifat dapat diserap tubuh, penyerapan berlangsung dalam waktu 7
10 hari dan warnanya putih kekuningan. Berguna untuk mengikat sumber pendarahan
kecil, menjahit subcutis dan dapat pula digunakan untuk bergerak dan luas lukanya
kecil. Benang ini harus dilakukan penyimpulan 3 kali karena dalam tubuh akan
mengembang. Bila penyimpulan dilakukan hanya 2 kali akan terbuka kembali.
3. Chromic Catgut: Bersifat dapat diserap oleh tubuh, penyerapannya lebih lama yaitu
sampai 20 hari. Chromic Catgut biasanya menyebabkan reaksi inflamasi yang lebih
besar dibandingkan dengan plain catgut. Berguna untuk penjahitan luka yang
dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari dan bila mobilitas harus segera
dilakukan.

2.8 Macam-macam jahitan luka

1. Jahitan Simpul Tunggal


Sinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Inerrupted Suture, Merupakan jenis jahitan
yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan situasi.

Teknik : Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi
luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum
secara tegak lurus pada atau searah garis luka.

- Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm.
- Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan

- Benang dipotong kurang lebih 1 cm.

2. Jahitan matras Horizontal

Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress

Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan


dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.Memberikan hasil jahitan
yang kuat.

3. Jahitan Matras Vertikal

Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far

Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan
menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di
dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini.

4. Jahitan Matras Modifikasi

Sinonim : Half Burried Mattress Suture

Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah
subkutannya.

5. Jahitan Jelujur sederhana

Sinonim : Simple running suture, Simple continous, Continous over and over

Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan
hasiel kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang
longgar.

6. Jahitan Jelujur Feston

Sinonim : Running locked suture, Interlocking suture


Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai
pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.

7. Jahitan Jelujur horizontal

Sinonim : Running Horizontal suture

Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.

8. Jahitan Simpul Intrakutan

Sinonim : Subcutaneus Interupted suture, Intradermal burried suture, Interrupted dermal


stitch.

Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit area yang dalam
kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul sederhana.

9. Jahitan Jelujur Intrakutan

Sinonim : Running subcuticular suture, Jahitan jelujur subkutikular

Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal menghasilkan kosmetik
yang baik

2.9 Komplikasi menjahit luka

1. Overlapping: Terjadi sebagai akibat tidak dilakukan adaptasi luka sehingga luka
menjadi tumpang tindih dan luka mengalami penyembuhan yang lambat dan apabila
sembuh maka hasilnya akan buruk.
2. Nekrosis: Jahitan yang terlalu tegang dapat menyebabkan avaskularisasi sehingga
menyebabkan kematian jaringan.
3. Infeksi: Infeksi dapat terjadi karena tehnik penjahitan yang tidak steril, luka yang
telah terkontaminasi, dan adanya benda asing yang masih tertinggal.
4. Perdarahan: Terapi antikoagulan atau pada pasien dengan hipertensi.
5. Hematoma: Terjadi pada pasien dengan pembuluh darah arteri terpotong dan tidak
dilakukan ligasi/pengikatan sehingga perdarahan terus berlangsung dan menyebabkan
bengkak.
6. Dead space (ruang/rongga mati): Yaitu adanya rongga pada luka yang terjadi
karena penjahitan yang tidak lapis demi lapis.
7. Sinus: Bila luka infeksi sembuh dengan meninggalkan saluran sinus, biasanya ada
jahitan multifilament yaitu benang pada dasar sinus yang bertindak sebagai benda
asing.
8. Dehisensi: Adalah luka yang membuka sebelum waktunya disebabkan karena jahitan
yang terlalu kuat atau penggunaan bahan benang yang buruk.
9. Abses: Infeksi hebat yang telah menghasilkan produk pus/nanah.

2.10 Desinfeksi (Sin. Antiseptik atau Germisida)

Adalah tindakan dalam melakukan pembebasan bakteri dari lapangan operasi dalam
hal ini yaitu luka dan sekitarnya.

Macam bahan desinfeksi: Alkohol 70%, Betadine 10%, Perhidrol 3%, Savlon
(Cefrimid +Chlorhexidine), Hibiscrub (Chlorhexidine 4%)

Teknik : Desinfeksi sekitar luka dengan kasa yang di basahi bahan desinfeksan. Tutup
dengan doek steril atau kasa steril. Bila perlu anestesi Lido/Xylo 0,5-1%

2.11 Pembersihan Luka

Adalah mencuci bagian luka

Bahan yang di gunakan : Perhidrol, Savlon, Boor water, Normal Saline, PZ

Bilas dengan garam faali atau boor water

2.12 Debridement (Wound Excision)


Adalah membuang jaringan yang mati serta merapikan tepi luka. Memotong dengan
menggunakan scalpel atau gunting. Rawat perdarahan dengan meligasi menggunakan cat gut

Perawatan Perdarahan Adalah suatu tindakan untuk menghentikan proses perdarahan

Yaitu dengan kompresi lokal atau ligasi pembuluh darah atau jaringan sekitar
perdarahan

2.13 Penjahitan luka


2.14.1 Tujuan menjahit luka

1. Mencegah parut luka di kemudian hari menjadi parut hipertrofik (tebal, gelap, tidak
rata), atau keloid (tumbuh terus, gatal, nyeri)

2. Membuat bekas luka halus, tak begitu nyata

3. Memuaskan pasien dan mengurangi morbiditas.

2.14.2 Indikasi menjahit luka

Adanya luka yang terbuka merupakan indikasi untuk ditututp secara primer (dijahit).

Penyembuhan akan lebih baik dan lebih cepat bila ditutup secara primer bila
dibandingkan dengan penyembuhan sekunder.
Bila luka lebih cepat ditutup maka kemungkinan infeksi dan kmplikasi akan
berkurang.
Bekas lukanya lebih bagus.
2.14.3 Penangan luka khusus

Ada beberapa kondisi yang membuat penjahitan luka tidak serta merta dikerjakan
oleh perawat, guna menghindari malifecence atau kerugian pasien, yaitu :

Luka yang terkontaminasi berat.


Kehilangan jaringan yang bermakna.
Luka yang kompleks pada wajah dan tangan yang memerlukan segera
penanganan spesialis bedah plastic.
Terdapat kerusakan pada struktur di bawah luka (misalnya fraktur terbuka)
Luka terbuka lama (>6 jam atau yang diperkirakan dengan debridement tidak
dapat bersih)
Perlu penilaian vitalitas jaringan dibawahnya (misalnya otot, saraf, dll).

Penjahitan luka membutuhkan beberapa persiapan baik alat, bahan serta beberapa
peralatan lain. Urutan teknik juga harus dimengerti oleh operator serta asistennya.

Alat, bahan dan perlengkapan yang di butuhkan

1. Naald Voeder ( Needle Holder ) atau pemegang jarum biasanya satu buah.
2. Pinset Chirrurgis atau pinset Bedah satu buah
3. Gunting benang satu buah.
4. Jarum jahit, tergantung ukuran cukup dua buah saja.
5. Benang jahit Seide atau silk
6. Benang Jahit Cat gut chromic dan plain.
7. Doek lubang steril
8. Kasa steril
9. Handscoon steril

Langkah-Langkah Kegiatan :

a. Pasien luka dibawa ke Ruang Tindakan ( R. Pengobatan ).


b. Petugas menyiapkan anestesi lokal dan alat hecting steril.
c. Petugas mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril.
d. Petugas melakukan antiseptis pada daerah luka dan menutupnya dengan kain steril.
e. Petugas melakukan anestesi dengan lidocain pada sekitar tepi luka.
f. Petugas membersihkan luka dengan betadin pada luka yang bersih dan dengan
H2O2, cairan steril serta betadin pada luka yang kotor.
g. Petugas menjahit luka dengan alat hecting yang telah disterilkan.
h. Petugas merapikan jahitan dengan pinset cirurgis.
i. Petugas membersihkan jahitan dengan betadin.
j. Petugas menutup luka dengan kasa steril dan drekatkan dengan plester.
k. Petugas memberikan ATS bila diperlukan tergantung dari sifat luka, kondisi luka
dan status imunisasi sebelumnya.
l. Petugas menganjurkan kepada pasien agar kontrol kembali setelah 2 hari lagi.
m. Petugas memberikan resep antibiotika dan analgetik untuk diambil di apotik
Puskesmas.

2. 14 Tutup atau Bebat Luka


Setelah luka di jahit dengan rapi di bersihkan dengan desinfeksan (beri salep). Tutup
luka dengan kasa steril yang dibasahi dengan betadine. Lekatkan dengan plester atau
hipafix ( bila perlu diikat dengan Verban)

2.15 Angkat Jahitan

Adalah proses pengambilan benang pada luka. Berdasarkan lokasi dan hari tindakan:

a. Muka atau leher hari ke 5


b. Perut hari ke7-10
c. Telapak tangan 10
d. Jari tangan hari ke 10
e. Tungkai atas hari ke 10
f. Tungkai bawah 10-14
g. Dada hari ke 7
h. Punggung hari ke 10-14

2.16. Tindakan Keperawatan

1. Tahap Pra Interaksi


Mengecek luka
Menyiapkan Alat, bahan dan perlengkapan yag dibutuhkan
a. Naald Voeder ( Jarum Suntik )
b. Pinset Chirrugis ( Pinset Bedah )
c. Alkohol 70%
d. Betadin 10%
e. Lidocain / Xylo 0,5 1 %
f. Gunting Benang
g. Jarum Jahit
h. Doek Lubang Kecil
i. Kasa Steril
j. Handscoon Steril
Mengidentifikasi klien (Jika Diperlukan)
Mencuci tangan
2. Tahap Orientasi
Memberikan salam
Jaga privacy klien
3. Tahap Interaksi
Pasang handscoon steril
Lakukan antiseptis pada daerah luka dan menutupnya dengan doek lubang
steril
Lakukan anastesi dengan lidocain / xylo pada sekitar tepi luka
Bersihkan luka dengan betadin pada luka yang bersih. H2O2 , cairan steril serta
betadin pada luka yang kotor
Jahit luka dengan alat hecting yang disterilkan
Rapikan jahitan dengan pinset chirrurgis
Bersihkan jahitan dengan betadin
Tutup jahitan dengan kasa steril dan direkatkan dengan plaster
4. Tahap Terminasi
Mengevaluasi respon / reaksi klien
Buka sarung tangan dan cuci tangan kembali
Berikan antiseptik bila diperlukan, tergantung dari sifat luka
Anjurkan klien kontrol setelah 2 hari
Berikan resep antibiotika dan analgetik untuk diambil di apotek.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan
dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing
dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan
terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu
untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas
dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan
jaringan.

3.2 Saran
Dengan mempelajari makalah ini, penulis berharap agar para pembaca tahu tentang
penjahitan luka. Tidak hanya tahu, namun juga bisa mempelajari dan mempraktekkan
Penjahitan Luka apabila terjadi hal-hal seperti itu disekitar kita.
REFERENSI

http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/penjahitan-luka.html

http://agung118galih.wordpress.com/2008/04/10/perawatan-luka-dan-teknik-jahitan/

www.youtube.com/watch?v=B9hFliQg9II

http://nersgoeng.blogspot.com/2011/03/penjahitan-luka_29.html

http://www.docstoc.com/docs/80485602/PROSEDUR-TETAP-MENJAHIT-LUKA

http://lodging2010.com/penjahitan-luka/

You might also like