Professional Documents
Culture Documents
PENJAHITAN LUKA
Kelompok 6
IRVAN 1010323042
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul PENJAHITAN
LUKA. Kemudian dari pada itu, shalawat serta salam tidak lupa kami kirimkan kepada
Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini kami buat sebagai pelaksanaan tugas dari mata kuliah Keperawatan
Dewasa.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen, teman-teman, dan semua
pihak yang ikut membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga penulis dapat
menyelesaikannya. Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
kami sangat mengharapkan saran dan kritikan dari teman-teman semua.
Hormat Kami ,
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................... . ii
BAB I PENDAHULUAN.. . 1
3.1 Kesimpulan.... . 18
3.2 Saran...... . 18
DAFTAR PUSTAKA.... . 19
BAB 1
PENDAHULUAN
Seorang perawat pada suatu saat akan menghadapi kasus yang mengharuskannya
menjahit luka, baik sebagai tindakan definitif ataupun tindakan sementara. Angka kejadian
luka terbuka yang memerlukan jahitan cukup tinggi, pada instalasi gawat darurat di Rumah
sakit didapatkan kasus yang cukup tinggi. Sehingga setiap perawat, khususnya perawat
medikal bedah membutuhkan pengetahuan dan kemampuan menjahit luka agar bekasnya
kelak tidak menambah masalah bagi pasien.
Dalam makalah ini akan diulas mengenai anatomi dan fisiologi penyembuhan luka,
alat dan bahan yang diperlukan dalam penjahitan luka, teknik menjahit luka, hingga
perawatan luka setelah dijahit dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca atau perawat yang memerlukan
rujukan singkat mengenai penjahitan luka.
ISI
2.1. Pengertian
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka
adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain
(Kozier, 1995). Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan
menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997).
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi
proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan,
genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang
tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson Pratt).
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam
kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi
luka adalah 3% - 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka
akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut,
inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a. Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi
pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka Partial Thickness : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya
tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c. Stadium III : Luka Full Thickness : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi
tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan
epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis
sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan,
dapat karena faktor eksogen dan endogen.
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal
yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura
seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau
yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau
oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya
pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya
lukanya akan melebar.
Anatomi Kulit
Jahitan yang umum dilakukan adalah jahitan pada kulit. Berikut anatomi kulit :
a. Epidermis (tebalnya 0,05 mm, pada telapak tangan/kaki hingga 1,5 mm)
1. berlapis,berkeratin, dan avaskular.
2. Stratum korneum: lapisan keratin yang hamper aseluler.
3. Stratum lusidum: lapisan sl-sel mati tanpa inti sel.
4. Stratum granulosum: sitoplasma mengandung granula yang akan berkontribusi
dalam pembentukan keratin.
5. Stratum spinosum: desmosom menghubungkan sel-selnya sehingga tampak
seperti duri.
6. Stratum germinativum (lapisan basal)
Hemidesmosom menghubungkan sel-sel basal dngan membrane basal
Melanosit menghasilkan melanin yang akan difagosit oleh keratinosit
sekitarnya
b. Dermis tebalnya sekitar 3mm
1. Papilla dermis: lapisan tipis superficial yang tediri atas jaringan vascular longgar
2. Retikula dermis: lapisan tebal yang lebih dalam, kurang vascular
3. Mengandung fibroblast, adiposity, makrofag, kolagen, dan substansi dasar
4. Terdapat kelenjar keringat, folikel rambut, kelenjar sebasea, ujung saraf, dan
pembuluh darah
5. Pembuluh darah berasal dari aa. Perforator keluar dari otot menembus fasia atau
langsung sebagai pembuluh arteri kulit direkta
c. Adneksa
Terdiri dari kelenjar sebasa, kelenjar keringat ekrin dan apokrin. Merupakan sumber
epitelisasi pada luka dengan kehilangan sbagian ktebalan kulit (partial thickness).
Ket :
Penampang kulit, terdiri atas : (1) stratum korneum, (2) epidermis, (3) dermis,(4) kelenjar
sebasea, (5) folikel rambut, (6) pleksus papilla dermis, (7) arteri kutaneus direkta, (8) a.
perforator yang menghidupi satu area, (9) fascia dari otot, (10) kelenjar keringat, (11) korpus
Paccini.
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan
dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing
dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan
terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu
untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas
dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan
jaringan (Taylor, 1997).
1. Prinsip Penyembuhan Luka
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu: (1)
Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya
kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang, (2) Respon tubuh pada luka lebih
efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga, (3) Respon tubuh secara sistemik pada
trauma, (4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka, (5) Keutuhan kulit dan mukosa
membran disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari
mikroorganisme, dan (6) Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari
benda asing tubuh termasuk bakteri.
2. Fase Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga
berhubungan dengan regenerasi jaringan. Tubuh secara normal akan berespon terhadap
cedera dengan jalan proses peradangan, yang dikarakteristikkan dengan lima tanda
utama: bengkak (swelling), kemerahan (redness), panas (heat), Nyeri (pain) dan
kerusakan fungsi (impaired function). Fase penyembuhan luka digambarkan seperti
yang terjadi pada luka pembedahan . Menurut Kozier, 1995 :
a. Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 4 hari. Dua proses utama
terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian
perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi
pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan
bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan
matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga
dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis
dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel
berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh
dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme.
1. Penyembuhan akan terjadi lebih cepat bila tepi-tepi kulit dirapatkan satu sama lain
dengan hati-hati.
2. Tegangan dari tepitepi kulit harus seminimal mungkin atau kalau mungkin tidak ada
sama sekali. Ini dapat dicapai dengan memotong atau merapikan kulit secara hatihati
sebelum dijahit.
3. Tepi kulit harus ditarik dengan ringan, ini dilakukan dengn memakai traksi ringan
pada tepitepi kulit dan lebih rentan lagi pada lapisan dermal daripada kulit yang
dijahit.
4. Setiap ruang mati harus ditutup, baik dengan jahitan subkutans yang dapat diserap
atau dengan mengikutsertakan lapisan ini pada waktu menjahit kulit.
5. Jahitan halus tetapi banyak yang dijahit pada jarak yang sama lebih disukai daripada
jahitan yang lebih besar dan berjauhan.
6. Setiap jahitan dibiarkan pada tempatnya hanya selama diperlukan. Oleh karena itu
jahitan pada wajah harus dilepas secepat mungkin (48 jam5 hari), sedangkan jahitan
pada dinding abdomen dan kaki harus dibiarkan selama 10 hari atau lebih.
7. Semua luka harus ditutup sebersih mungkin.
8. Pemakaian forsep dan trauma jaringan diusahakan seminimal mungkin
Menurut Sodera dan Saleh (1991), penjahitan merupakan suatu cara menjahit untuk
mendekatkan atau menghubungkan dua tepi luka. Dapat dibedakan menjadi :
1. Jahitan Primer (primary Suture Line) adalah jahitan yang digunakan untuk
mempertahankan kedudukan tepi luka yang saling dihubungkan selama proses
penyembuhan sehingga dapat sembuh secara primer.
2. Jahitan Kontinyu yaitu jahitan dengan sejumlah penjahitan dari seluruh luka dengan
menggunakan satu benang yang sama dan disimpulkan pada akhir jahitan serta
dipotong setelah dibuat simpul. Digunakan untuk menjahit peritonium kulit, subcutis
dan organ.
3. Jahitan Simpul/Kerat/Knot, yaitu merupakan tehnik ikatan yang mengakhiri suatu
jahitan. Digunakan untuk memperkuat dan mempertahankan jahitan luka sehingga
jahitan tidak terlepas atau mengendor. Yang dimaksud dengan jerat adalah pengikatan
satu kali, sedang simpul adalah pengikatan dengan dua jerat atau lebih.
1. Seide (Silk/Sutra): Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi
dengan perekat, tidak diserap oleh tubuh. Pada penggunaan disebelah luar, maka
benang harus dibuka kembali. Berguna untuk menjahit kulit, mengikat pembuluh
arteri besar. Ukuran yang sering digunakan adalah nomor 2 nol 3 nol, 1 nol dan
nomor 1.
2. Plain Catgut: Bersifat dapat diserap tubuh, penyerapan berlangsung dalam waktu 7
10 hari dan warnanya putih kekuningan. Berguna untuk mengikat sumber pendarahan
kecil, menjahit subcutis dan dapat pula digunakan untuk bergerak dan luas lukanya
kecil. Benang ini harus dilakukan penyimpulan 3 kali karena dalam tubuh akan
mengembang. Bila penyimpulan dilakukan hanya 2 kali akan terbuka kembali.
3. Chromic Catgut: Bersifat dapat diserap oleh tubuh, penyerapannya lebih lama yaitu
sampai 20 hari. Chromic Catgut biasanya menyebabkan reaksi inflamasi yang lebih
besar dibandingkan dengan plain catgut. Berguna untuk penjahitan luka yang
dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari dan bila mobilitas harus segera
dilakukan.
Teknik : Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi
luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum
secara tegak lurus pada atau searah garis luka.
- Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm.
- Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan
Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan
menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di
dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini.
Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah
subkutannya.
Sinonim : Simple running suture, Simple continous, Continous over and over
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan
hasiel kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang
longgar.
Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit area yang dalam
kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul sederhana.
Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal menghasilkan kosmetik
yang baik
1. Overlapping: Terjadi sebagai akibat tidak dilakukan adaptasi luka sehingga luka
menjadi tumpang tindih dan luka mengalami penyembuhan yang lambat dan apabila
sembuh maka hasilnya akan buruk.
2. Nekrosis: Jahitan yang terlalu tegang dapat menyebabkan avaskularisasi sehingga
menyebabkan kematian jaringan.
3. Infeksi: Infeksi dapat terjadi karena tehnik penjahitan yang tidak steril, luka yang
telah terkontaminasi, dan adanya benda asing yang masih tertinggal.
4. Perdarahan: Terapi antikoagulan atau pada pasien dengan hipertensi.
5. Hematoma: Terjadi pada pasien dengan pembuluh darah arteri terpotong dan tidak
dilakukan ligasi/pengikatan sehingga perdarahan terus berlangsung dan menyebabkan
bengkak.
6. Dead space (ruang/rongga mati): Yaitu adanya rongga pada luka yang terjadi
karena penjahitan yang tidak lapis demi lapis.
7. Sinus: Bila luka infeksi sembuh dengan meninggalkan saluran sinus, biasanya ada
jahitan multifilament yaitu benang pada dasar sinus yang bertindak sebagai benda
asing.
8. Dehisensi: Adalah luka yang membuka sebelum waktunya disebabkan karena jahitan
yang terlalu kuat atau penggunaan bahan benang yang buruk.
9. Abses: Infeksi hebat yang telah menghasilkan produk pus/nanah.
Adalah tindakan dalam melakukan pembebasan bakteri dari lapangan operasi dalam
hal ini yaitu luka dan sekitarnya.
Macam bahan desinfeksi: Alkohol 70%, Betadine 10%, Perhidrol 3%, Savlon
(Cefrimid +Chlorhexidine), Hibiscrub (Chlorhexidine 4%)
Teknik : Desinfeksi sekitar luka dengan kasa yang di basahi bahan desinfeksan. Tutup
dengan doek steril atau kasa steril. Bila perlu anestesi Lido/Xylo 0,5-1%
Yaitu dengan kompresi lokal atau ligasi pembuluh darah atau jaringan sekitar
perdarahan
1. Mencegah parut luka di kemudian hari menjadi parut hipertrofik (tebal, gelap, tidak
rata), atau keloid (tumbuh terus, gatal, nyeri)
Adanya luka yang terbuka merupakan indikasi untuk ditututp secara primer (dijahit).
Penyembuhan akan lebih baik dan lebih cepat bila ditutup secara primer bila
dibandingkan dengan penyembuhan sekunder.
Bila luka lebih cepat ditutup maka kemungkinan infeksi dan kmplikasi akan
berkurang.
Bekas lukanya lebih bagus.
2.14.3 Penangan luka khusus
Ada beberapa kondisi yang membuat penjahitan luka tidak serta merta dikerjakan
oleh perawat, guna menghindari malifecence atau kerugian pasien, yaitu :
Penjahitan luka membutuhkan beberapa persiapan baik alat, bahan serta beberapa
peralatan lain. Urutan teknik juga harus dimengerti oleh operator serta asistennya.
1. Naald Voeder ( Needle Holder ) atau pemegang jarum biasanya satu buah.
2. Pinset Chirrurgis atau pinset Bedah satu buah
3. Gunting benang satu buah.
4. Jarum jahit, tergantung ukuran cukup dua buah saja.
5. Benang jahit Seide atau silk
6. Benang Jahit Cat gut chromic dan plain.
7. Doek lubang steril
8. Kasa steril
9. Handscoon steril
Langkah-Langkah Kegiatan :
Adalah proses pengambilan benang pada luka. Berdasarkan lokasi dan hari tindakan:
3.1 Kesimpulan
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan
dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing
dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan
terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu
untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas
dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan
jaringan.
3.2 Saran
Dengan mempelajari makalah ini, penulis berharap agar para pembaca tahu tentang
penjahitan luka. Tidak hanya tahu, namun juga bisa mempelajari dan mempraktekkan
Penjahitan Luka apabila terjadi hal-hal seperti itu disekitar kita.
REFERENSI
http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/penjahitan-luka.html
http://agung118galih.wordpress.com/2008/04/10/perawatan-luka-dan-teknik-jahitan/
www.youtube.com/watch?v=B9hFliQg9II
http://nersgoeng.blogspot.com/2011/03/penjahitan-luka_29.html
http://www.docstoc.com/docs/80485602/PROSEDUR-TETAP-MENJAHIT-LUKA
http://lodging2010.com/penjahitan-luka/