Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
1
B. DEFENISI
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga plasenta terletak diatas atau sangat dekat yang akan menutupi seluruh atau
sebagian dari ostium uteri internum .1,2,3
Gambar 1.
Plasenta Previa
C. KLASIFIKASI :
2
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium uteri internum
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2
cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2cm dianggap plasenta letak
normal.2,3
D. EPIDEMIOLOGI
Plasenta previa terjadi pada 0,5 % dari semua kehamilan dan bertanggung
jawab terhadap 20 % pendarahan antepartum. Pada beberapa rumah sakit umum
pemerintah dilaporkan insiden plasenta previa berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%.
3
Di negara maju insidensinya lebih rendah yaitu kurang dari 1%, hal ini kemungkinan
disebabkan oleh berkurangnya wanita hamil paritas tinggi. Dengan penggunaan
ultrasonografi dalam obstetrik, deteksi dini pada plasenta previa bisa lebih tinggi.2,4
E. FAKTOR RESIKO
F. ETIOLOGI
4
daerah segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin. Teori lain
mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang
tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi,
usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kuretase, miomektomi, dan
sebagainya berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium
yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor resiko bagi terjadinya plasenta previa.
Cacat bekas bedah sesar berperan menaikkan insiden dua sampai tiga kali. Pada
perempuan perokok dijumpai insidensi plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat.
Hipoksemia akibat karbon mono-oksida hasil pembakaran rokok menyebabkan
plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Plasenta yang mengalami
hipertrofi akan mendekati atau menutupi ostium uteri internum. Plasenta yang terlalu
besar seperti pada kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan
pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian
atau seluruh ostium uteri internum.2
G. PATOFISIOLOGI
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan
mungkin juga lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim,
tampak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tampak plasenta
terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh
menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah
rahim, maka plasenta yang berimplantasi di situ sedikit banyak akan mengalami
laserasi akibat pelepasan pada desidua pada tapak plasenta. Demikian pula pada
waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak
plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang berasal dari
sirkulasi maternal yaitu dari ruang intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena
pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun
pasti kan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relative
dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak
5
mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya minimal,
dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna.
Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi
mengenai sinus yang besar dari plasenta dimana perdarahan akan berlangsung lebih
banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan
berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian
perdarahan. Demikian perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain (causeless).
Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri (pain-less).2
Pada plasenta yang menutupi seluruh uteri internum perdarahan terjadi lebih
awal dalam kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada
bagian terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya pada plasenta previa
parsialis atau letak rendah perdarahan baru akan terjadi pada waktu mendekati atau
mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak
pada perdarahan berikutnya. Perdarahan yang pertama sudah bisa terjadi pada
kehamilan dibawah 30 minggu, tetapi lebih separuh kejadiannya pada kehamilan 34
minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan terletak pada dekat dengan ostium
uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak
membentuk hematom retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan
melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian sangat
jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa.2
Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim, tapi tidak menutupi
ostium uteri internum pada trimester kedua dan bahkan pada awal trimester ketiga,
sangat kecil kemungkinan menjadi plasenta previa pada saat aterm karena
kemungkinan akan terjadi pergeseran plasenta atau migrasi menjauh serviks..2,3
H. DIAGNOSIS
1. Gejala klinis
6
Kejadian paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan tanpa disertai
nyeri, yang biasanya belum terjadi sampai menjelang akhir trimester kedua atau
sesudahnya. Biasanya pendarahan dari plasenta previa muncul tanpa gejala dan tanpa
menimbulkan nyeri pada wanita yang menjalani prenatalnya secara normal.
Untungnya, pendarahan awal tersebut jarang terjadi sangat hebat sehingga tidak
terbukti fatal. Pendarahan ini biasanya berhenti spontan, tetapi kemudian dapat
berulang. 3,4
2. Pemeriksaan luar
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen
sering ditemui bagian terbawah janin biasanya masih tinggi diatas simfisis dengan
letak janin tidak dalam letak memanjang dan sering berada bagian tengah pinngir
panggul. 4,7
3. Pemeriksaan in spekulo
7
Gambar 3 Tampak plasenta previa pada pemeriksaan inspekulo
Dikutip dari kepustakaan 6
4. Pemeriksaan Ultrasonografi
Metode paling sederhana, tepat, dan aman untuk menentukan lokasi plasenta
adalah dengan sonografi transabdomen, yang digunakan untuk mengetahui letak
plasenta secara cukup akurat. Oleh karena itu, pemindaian ultrasonografik pada
kasus yang tampak positif perlu diulang setelah kandung kemih dikosongkan.
Transabdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih yang penuh akan
memberi kepastian diagnosis plasenta previa dengan ketepatan tinggi sampai 96%-
98%. Walaupun lebih superior jarang diperlukan transvaginal ultrasonografi untuk
mendeteksi keadaan ostium uteri internum. Ditangan yang ahli dengan transvaginal
ultrasonografi dapat mencapai 98% positive predictive value dan 100% negatif
predictive value pada upaya diagnosis plasenta previa. Sebagian besar orang kini
sependapat bahwa pemeriksaan dengan pencitraan transvagina diindikasikan jika
pada pemeriksaan transabdomen plasenta letak rendah atau tampak menutupi os
serviks. Keuntungan dari transvagina ultrasonografi tidak perlu kandung kemih
penuh sehingga menghindari ketidaknyamanan pasien pada saat diperiksa, tetapi .
Kerugiannya pemeriksaan ini jika tidak hati-hati dan teliti, dapat memprovokasi
pendarahan akibat dari dimasukkannya probe kedalam vagina. Syarat probe harus
dimasukkan tidak lebih dari tiga sentimeter ke dalam vagina dan tidak harus
bersentuhan dengan serviks atau segmen bawah.2,3,6,8
8
Gambar 2 Transvaginal Ultrasonografi
Dikutip dari kepustakaan 6
9
Pada kehamilan antara 24-34 minggu diberikan steroid dalam perawatan
antenatal untuk pematangan paru janin. Dengan rawat jalan pasien akan merasa lebih
tenang dan bebas serta hemat biaya rumah sakit. Disarankan rawat inap bila keadaan
menjadi lebih serius.2
Hampir semua kasus plasenta previa harus dilakukan sesar. Pada sebagian
besar kasus, dibuat insisi uterus transversal. Karena dapat terjadi perdarahan janin
akibat insisi pada plasenta anterior, kadang-kadang dianjurkan insisi vertikal pada
kasus-kasus ini. Akan tetapi meski insisi meluas mengenai plasenta, prognosis ibu
atau janin jarang terganggu. Karena sifat segmen bawah uterus yang kurang
kontraktil, mungkin terjadi perdarahan tak terkontrol setelah pengeluaran plasenta.
Jika plasenta previa tertanam sebelah anterior di bekas insisi sesar, terdapat
peningkataan risiko plasenta akreta dan risiko pendarahan hebat. Jika plasenta previa
mengalami penyulit terkadang perdarahan dari jaringan plasenta sulit diatasi dengan
cara-cara konservatif.
Terapi Espektatif
Tujuan terapi espektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis. Upaya
diagnosis dilakukan secara non-invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat
dan baik. Syarat terapi ekspektatif antara lain kehamilan preterm dengan pendarahan
sedikit, belum ada tanda-tanda inpartu, keadaan ibu cukup baik, dan janin masih
10
hidup. Terapi espektatif meliputi rawat inap, tirah baring dan pemberian antibiotik
profilaksis, lakukan pemeriksaan USG untuk menentukan tempat implantasi plasenta,
berikan tokolitik bila ada kontraksi, berikan kortikosteroid untuk pematangan paru.9,10
Terapi aktif
- Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
- Kehamilan 37 minggu (BB 2500 gram) dan in partu
- Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (misal: anensefali)
- Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati PAP (2/5 atau 3/5
pada palpasi luar)
11
bekas tempat implantasi placenta sering menjadi sumber perdarahan karena
adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.
Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu
Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan,
infeksi, dan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Melahirkan Pervaginam9,10
12
Plasenta Previa
Rawat
Inspekulo
Konfirmasi USG
13
J. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang
menderita plasenta previa, diantaranya ada yang bisa menimbulkan pendarahan yang
cukup banyak dan fatal.2
1. Karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat
segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan
invasinya menorobos ke dalam miometrium bahkan sampai ke
perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta bahkan
plasenta perkreta. Paling ringan adalah plasenta akreta yang
perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum masuk ke dalam
miometrium. Walaupun tidak seluruh permukaan maternal plasenta
mengalami akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian terjadi
retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah
perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada
uterus yang yang pernah seksio sesaria. Dilaporkan plasenta akreta terjadi
sampai 10%-35% pada pasien yang pernah seksio sesaria satu kali dan
naik menjadi 60%-65% bila telah seksio sesaria tiga kali.
2. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah
sangat potensial untuk robek disertai dengan perdarahan yang banyak.
Oleh karena itu harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual
ditempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada
segmen bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan
tangan pada retensio plasenta. Apabila oleh salah satu sebab terjadi
perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara yang lebih
sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi a.uterina, ligasi
a.ovarika, pemasangan tampon atau ligasi a.hipogastrika maka pada
keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan
14
histerektomi total. Morbiditas dari semua tindakan ini tentu merupakan
komplikasi tidak langsung dari plasenta previa.
3. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini
memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala
konsekuensinya.
4. Kehamilan prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan
belum aterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan
amniosintesis untuk mengetahui kematangan paru-paru janin dan
pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin
sebagai upaya antisipasi.
5. Solusio plasenta
6. Pendarahan postpartum karena trofoblas menginvasi segmen bawah
rahimyang kurang didukung oleh jaringan vena.
K. PROGNOSIS
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika
dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan
penggunaaan USG, disamping ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah ada
di hampir semua rumah sakit kabupaten. Rawat inap yang lebih radikal ikut berperan
terutama bagi kasus yang pernah melahirkan dengan seksio sesarea atau bertempat
tinggal jauh dari fasilitas yang diperlukan. Penurunan jumlah ibu hamil dengan
paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialisasi program keluarga berencana
menambah penurunan insiden plasenta previa. Dengan demikian banyak komplikasi
maternal dapat dihindarkan. Namun, nasib janin masih belum terlepas dari
komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun karena intervensi
seksio sesarea. Karenanya kelahiran prematur belum sepenuhnya bisa dihindari
sekalipun tindakan konservatif diberlakukan. Pada satu penelitian yang melibatkan
93.000 persalinan oleh Crane dan kawan-kawan (1999) dilaporkan angka kelahiran
15
prematur 47%. Hubungan hambatan pertumbuhan janin dan kelainan bawaan dengan
plasenta previa belum terbukti.1,11
DAFTAR PUSTAKA
16
10. Oppenheimer L, 2007b. Diagnosis and Management of Placenta Previa.
SOGC Clinical Practice Guideline. J Obstet Gynaecol Can 2007;29(3):261-
266
11. Oppenheimer, L et. al, 2005. Diagnosis and Management of Placenta Previa.
Society of Obstetricians and Gynaecologists. Canada.
17