You are on page 1of 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang BERPIKIR KRITIS
DALAM KEPERAWATAN.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami berharap ada nya kritik dan saran demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang. Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membaca nya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di waktu yang akan datang.

Langsa, 15 September 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
1
Kata pengantar ................................................................................................................1
Daftar isi .........................................................................................................................1

PEMBAHASAN
A. Pengertian Berpikir Kritis ..........................................................................................3
B. Karakteristik Berpikir Kritis.......................................................................................3
1. Konseptualisasi ........................................................................................................3
2. Rasional dan beralasan ............................................................................................3
3. Reflektif ...................................................................................................................3
4. Bagian dari satu sikap ..............................................................................................3
5. Kemampuan berpikir ...............................................................................................3
6. Berpikir kritis adalah berpikir kreatif ......................................................................3
7. Berpikir adil dan terbuka .........................................................................................3
8. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan .....................................................4
C. Asuhan keperawatan bermutu tinggi .........................................................................4
D. Asumsi dan model berpikir T.H.I.N.K. .....................................................................4
E. Model T.H.I.N.K. berpikir kritis ................................................................................5
F. Model pembelajaran berpikir kritis dalam keperawatan ............................................6
G. Fungsi berpikir dalam keperawatan ...........................................................................7
H. Berpikir kritis dalam setiap proses keperawatan .......................................................7
I. Penerapan berpikir kritis dalam transkultural keperawatan ........................................8
J. Manfaat berpikir kritis dalam keperawatan ................................................................10
K. Langkah-langkah pemecahan masalah ......................................................................10

Kesimpulan .....................................................................................................................10
Saran ...............................................................................................................................10

A. PENGERTIAN BERPIKIR KRITIS

2
Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi.
Informasi tersebut didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat, atau
komunikasi. Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat
mampu berpikir dengan sistematis dan menerapakan standar intelektual untuk menganalisis
proes berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam
mempertanggungjawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prinsip,
argumen, kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinan, dan aktivitas (bandman dan bandman,
1988).

B. KARAKTERISTIK BERPIKIR KRITIS


Berikut ini adalah karakteristik dari proses berpikir kritis dan penjabarannya.
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Sedangkan konsep
adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas, pikiran pikiran tentang kejadian,
obyek, atribut, dan sejenisnya. Dengan demikian, konseptualisasi merupakan pikiran abstrak
yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol simbol dan disimpan dalam otak.
2. Rasional dan beralasan (reasonable)
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat
dari fakta atau fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam
berpikir atau mengambil keputusan, tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan
data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta, dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil. Pemikir kritis akan selalu
menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lalu,
dengan menjawab pertanyaan mengapa bisa begitu dan bagaimana seharusnya.
5. Kemampuan berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya, tidak pasif menerima pemikiran dan
keyakinan orang lain, menganalisis semua isu, memutuskan secara benar, dan dapat
dipercaya.
6. Berpikir kritis adalah berpikir kreatif
Secara tradisional, profesi perawatan dan pendidikan keperawatan termasuk kurang
kreatif. Namun, saat ini telah ada perubahan untuk membuat seorang perawat berpikir
kreatif, yaitu selalu menggunakan keterampilan intelektualnya untuk mencipta berdasarkan
suatu pemikiran yang baru dan dihasilkan dari sintesis beberapa konsep.
7. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah, dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan
menjadi benar dan lebih baik. Perubahan dilakukan dengan penuh kesadaran dan kemauan,
kemudian hasilnya disosialisasikan beserta argumentasi mengapa memilih dan memutuskan
seperti itu.
8. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan

3
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan,
menciptakan sesuatu pemikiran baru, dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.

C. ASUHAN KEPERAWATAN YANG BERMUTU TINGGI


Asuhan keperawatan bermutu tinggi adalah tujuan perawatan disemua praktik pelayanan
keperawatan yang disebut great Nursing. Great Nursing adalah suatu konsep yang
susah/sulit didefinisikan secara sederhana, tetapi pada prinsipnya adalah aktivitas pelayanan
perawatan untuk menjadi lebih baik dan aman.
Klien + Anda (Perawat) + Keterampilan Berpikir + Pengetahuan + Proses Keperawatan
= Great Nursing
Greating Nursing berfokus pada klien dan kesehatan seseorang yang unik, sehingga
membutuhkan kreativitas individu sebagai kombinasi ilmu dan seni. Prinsip dari Great
Nursing adalah penggunaan secara efektif semua komponen ekuasi dan keyakinan perawat
bahwa klien adalah unik.
Memahami bahwa klien sebagai individu, keluarga kelompok atau komunitas, perawat
adalah seorang yang memberikan asuhan keperawatan kepada kllien berdasarkan ilmu dan
kemampuan yang telah diperolehnya dalam pendidikan formal perawat. Adapun keterampilan
berpikir kritis adalah integrasi dari kemampuan total recall, habits, inquiry, new idea,
reactivity, dan knowing how you think. Pada umumnya, pengetahuan dijelaskan sebagai
kumpulan informasi (aggregates of information) yang diperoleh dari berbagai sumber.
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan pemecahan masalah klien melalui apa yang
digunakan oleh seorang perawat profesional dalam bentuk tindakan perawatan, yang meliputi
pengkajian, diagnosis, perencanaan, inplementasi, dan evaluasi.

D. ASUMSI DAN MODEL BERPIKIR T.H.I.N.K


Asumsi berpikir (think) adalah komponen dasar yang meliputi pikiran, perasaan, dan
bekerja bersama/sejalan dengan keperawatan. Ada beberapa asumsi tentang berpikir kritis,
yaitu :
Asumsi pertama, adalah berpikir kritis melibatkan pemikiran, perasaan, dan bekerja yang
ketiganya merupakan keseluruhan komponen penting bagi perawat profesional yang bekerja
bersama-sama. Berpikir tanpa bekerja adalah sia-sia, bekerja tanpa berpikir akan melahirkan
bahaya, sedangkan berpikir dan bekerja tanpa perasaan adalah hal yang sangat tidak
mungkin (impossible).
Asumsi kedua, berpikir kritis memerlukan pengetahuan. Walaupun pikiran, perasaan, dan
bekeerja adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam keadaan nyata pada praktek
keperawatan, tetapi dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian untuk proses pembelajaran.
Asumsi ketiga, berpikir kritis dalam keperawatan bukan sesuatu yang asing, karena
sebenarnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Asumsi keempat, berpikir kritis dapat dipelajari melalui bacaan. Para pembaca dapat
belajar bagaimana cara meningkatkan kemampuan berpikirnya.
Asumsi kelima, berpikir kritis adalah cara berpikir secara sistematis dan efektif.

4
Asumsi keenam, berpikir kritis dalam keperawatan adalah campuran dari beberapa
aktivitas berpikir yang berhubungan dengan konteks dan situasi dimana proses berpikir itu
terjadi. Hal ini merupakan proses yang kompleks dan tidak sederhana.

E. MODEL T.H.I.N.K BERPIKIR KRITIS


a. Total Recall (Kemampuan Mengingat)
Total recall atau kemampuan mengingat adalah kemampuan mengingat kembali fakta
dimana dan bagaimana menemukan pengalaman dalam memorinya ketika dibutuhkan. Fakta
fakta keperawatan didapatkan berasal dari berbagai sumber, baik dikelas, buku, informasi
dari klien atau sumber lainnya. Misalnya, data data tentang klien dapat ditemukan dalam
pengumpulan data. Selain itu, dapat dikatakan juga sebagai kemampuan untuk mengakses
pengetahuan, karena pengetahuan menjadikan sesuatu dapat dipelajari dan disimpan dalam
pikiran.
Total recall sangat bergantung pada kemampuan memori otak. Memori adalah suatu proses
yang kompleks, yaitu proses untuk mengingat kembali hal hal yang berhubungan dengan
fakta dan beberapa pengalamannya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa total recall adalah mengingat fakta fakta
dimana dan mengapa serta menemukan sesuatu yang diperlukan dan fakta dalam
keperawatan yang diperoleh dari berbagai sumber termasuk klien dan keluarganya.
b. Habits (Kebiasaan)
Pola pikir yang diulang ulang akan menjadi suatu kebiasaan baru (Second Nature) yang
secara spontan dapat dilakukan. Hasil dari kebiasaan tersebut menjadi cara baru dalam
melakukan suatu kebiasaan. Orang sering mengartikan bahwa suatu kebiasaan itu dilakukan
tanpa berpikir.
Hal itu sebenarnya bukan perilaku kebiasaan, tetapi hanya proses berpikir untuk menjadi
kebiasaan. Proses berpikir dalam suatu kebiasaan sudah tersusun secara sistematis dan dapat
berjalan menjadi otomatis tanpa banyak waktu untuk mempertimbangkan penggunaan cara
cara baru dalam melakukan suatu aktvitas tertentu.
c. Inquiry (Penyelidik)
Inquiry (Penyelidik) adalah suatu penemuan fakta melalui pembuktian dengan pengujian
terhadap suatu isu penting atau pertanyaan yang membutuhkan suatu jawaban. Penyelidikan
merupakan buah pikiran utama yang digunakan dalam memperoleh suatu kesimpulan.
Penyelidikan dalam praktek keperawatan sangat penting terutama pada tahap pengkajian.
Adapun tahapan penyelidikan melliputi :
a. Mencari atau mendapatkan suatu informasi tentang sesuatu hal;
b. Membuat rangkuman sementara dari informasi yang didapat;
c. Mengenalisa beberapa kesenjangan atas rangkuman yang dibuat;
d. Mengumpulkan informasi tambahan yang berhubungan dengan informasi pertama;
e. Membandingkan antara informasi baru dengan apa yang lebih dulu diketahui;
f. Mencoba menjawab beberapa pertanyaan dan analisis yang bisa;
g. Mempertimbangkan satu atau lebih alternatif kesimpulan;
h. Memvalidasi keaslian alternatif kesimpulan dengan lebih banyak informasi.
d. New Ideas And Kreativity ( Ide Ide Baru Dan Kreativitas)

5
New ideas and kreativity (ide ide baru dan kreativitas) adalah ide ide dan kreativitas
yang menentukan bentuk berpikir yang sangat khusus. Berpikir kreatif (creative thinking)
adalah kebalikan dari kebiasaan (habits). Berpikir kritis sangat menghargai adanya kesalahan
dan perbedaan terhadap nilai nilai yang dipelajari. Ide ide baru dan kreativitas dasar perlu
dikembangkan dalam keperawatan, karena keperawatan memiliki bannyak standar yang dapat
menjamin pekerjaan lebih baik.

e. Knowing How You Think (Tahu Bagaimana Kamu Berpikir)


Knowing How You Think ( Tahu Bagaimana Kamu Berpikir) adalah kemampuan
mengetahui kita tentang bagaimana kita berpikir. Model tahu bagaimana kita berpikir ini
dapat membantu perawat bekerja secara kolaborasi dengan kesehatan lain. Satu hal yang
sangat penting dari tahu bagaimana kamu berpikir ini adalah mereka bekerja dengan refleksi,
bagaimana yang telah perawat dan klien pikirkan dalam bekerja sama sewaktu menjalankan
asuhan keperawatan.

F. MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN


a. Feeling Model
Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan. Pemikir kritis
mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan dalam
melakukan aktivitas keperawatan, dan perhatian/kewaspadaan. Feeling model merupakan
pegangan utama dalam keperawatan. namun perasaan saja tidak cukup, sehingga didalamnya
harus ada pikiran dan pengertian dari aktivitas yang dilakukan.
b. Vision Model
Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan menerjemahkan
perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan, dan ide tentang permasalahan
perawatan kesehatan klien.
c. Examine Model
Model ini digunakan untuk merefleksikan ide, pengertian, dan visi. Perawat menguji ide
dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang tepat
untuk analisis, mencari, menguji, melihat, konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan, dan
menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide.
Berpikir kritis dalam pendidikan didefinisikan sebagai pengujian penalaran ide ide,
analisis asumsi, prinsip, argumentasi, kesimpulan, isu, pertanyaan, keyakinan, dan tindakan
yang dihadapi.
Untuk menjelaskan lebih mendalam tentang definisi tersebut, alasan berpikir kritis adalah
untuk menganalisis penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan dan ketegasan
asumsi, kuatnya bukti bukti, menilai kesimpulan, membedakan antara baik dan buruk
argumen, serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar, serta
tindakan yang dilakukan

6
G. FUNGSI BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktivitas keperawatan sehari hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu isu dalam keperaawatan.
3. Mengidentifikasikan dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing masing indikasi, penyebab dan tujuan,
serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumentasi dan isu isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
6. Menguji asumsi asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktivitas keperawatan.
10. Digunakan dalam memberikan penjelasan, kerja sama, pembenaran, keyakinan, dan
kesimpulan serta tindakan keperawatan yang dilakukan.
11. Memberikan alasan alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang
dilakukan.
12. Merumuskan dan menjelaskan nilai nilai keputusan dalam keperawatan.
13. Mencari alasan, kriteria, prinsip prinsip, dan aktivitas nilai nilai keputusan.
14. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.

H. BERPIKIR KRITIS DALAM SETIAP PROSES KEPERAWATAN


a. Berpikir Kritis Dalam Tahap Pengkajian Diagnosis
Berpikir kritis dalam tahap pengkajian adalah proses pemahaman tentang informasi apa
yang dikumpulkan, metode prngumpulan data yang akan dilakukan, berpikir tentang
kesesuaian informasi, dan membuat suatu kesimpulan tentang respons klien terhadap kondisi
sakitnya.
Perumusan masalah keperawatan merupakan kesimpulan dari hasil pengkajian dan
mengandung dua kategori mendasar, yaitu kekuatan dan perhatian terhadap masalah
kesehatan klien. Perhatian terhadap masalah meliputi kemampuan perawat untuk mengatasi
masalah secara mandiri, dan perlunya keterlibatan profesi lain dan bekerja sama secara
interdisiplin, serta perlu/tidaknya perawatan klien yang harus dirujuk ke tenaga kesehatan
lain. Dengan demikian, berpikir kritis pada tahap pengkajian meliputi kegiatan pengumpulan
data dan validasi.
b. Berpikir kritis dalam tahap perencanaan
Berpikir dalam perencanaan berarti menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan
hasil yang diharapkan. Selain itu juga memerlukan keterampilan guna mensintesis ilmu yang
dimiliki untuk memilih tindakan yang tepat. Perencanaan asuhan keperawatan biasanya
ditulis berisikan dimana dan bagaimana menolong klien berdasarkan responnya terhadap
kondisi klien.

7
c. Berpikir kritis dalam tahap implementasi
Berpikir kritis dalam tahap implementasi tindakan keperawatan adalah keterampilan dalam
menguji hipotesis, karena tindakan keperawatan adalah tindakan nyata yang menentukan
tingkat keberhasilan untuk mencapai tujuan. Bekerja melalui aktivitas khusus, yaitu asuhan
keperawatan untuk membantu mencapai tujuan dalam perencanaan keperawatan, akan selalu
menggunakan pikiran tentang apa yang harus dilakukan, kapan, dimana, mengapa, dan
bagaimana intervensi keperawatan dilakukan.
d. Berpikir kritis dalam tahap evaluasi
Berpikir kritis dalam tahap evaluasi adalah mengkaji efektivitas tindakan dimana perawat
harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien, dan
memutuskan apakah tindakan keperawatan perlu diulang. Berpikir dan kumpulkan informasi
tentang respons klien setelah beberapa tindakan keperawatan dilakukan.

I. PENERAPAN BERPIKIR KRITIS DALAM TRANSKULTURAL KEPERAWATAN


Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu:
Penggunaan bahasa dalam keperawatan

Berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif. perawat


menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan idea, pikiran, info, fakta,
perasaan, keyakinan dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat atau profesi. Secara
nonverbal saat melakukan pendokumentasian keperawatan.

Argumentasi dalam keperawatan sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus


berargumentasi untuk menemukan, menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu, memberikan
penjelasan, mempertahankan terhadap suatu tuntutan/tuduhan. Badman and Badman (1988)
argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam keperawatan berhubungan dengan situasi
perdebatan, upaya untuk mempengaruhi individu ataupun kelompok. Pengambilan keputusan
dalam keperawatan sehari-hari perawat harus mengambil keputusan yang tepat.

Penerapan proses keperawatan. Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses
keperawatan, diantaranya :
a. Pengkajian: mengumpulkan data, melakukan observasi dalam pengumpulan data berfikir
kritis, mengelola dan mengkatagorikan data menggunakan ilmu-ilmu lain.

b. Perumusan diagnosa keperawatan: tahap pengambilan keputusan yang paling kritis,


menentukan masalah dan dengan argumen yaitu secara rasional.

c. Perencanaan keperawatan: menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil


yang diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih
tindakan.

d. Pelaksanaan keperawatan: pelaksanaan tindakan keperawatan adalah keterampilan dalam


menguji hipotesa, tindakan nyata yang menentukan tingkat keberhasilan.

8
e. Evaluasi keperawatan: mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus dapat mengambil
keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien.

Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang berbeda budaya, maka perawat
professional tetap memberikan asuhan keperawatan yang tinggi, demi terpenuhinya
kebutuhan dasar klien tersebut. Perawat professional akan berfikir kritis dalam menangani hal
tersebut. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21,
termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar.
Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi)
dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.

Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya


dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan
oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami
oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan
nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan,
ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering
ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara
diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau
menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan
meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia
mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk
bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap
telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan
berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar
dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Untuk
memahami perbedaan budaya yang ada maka perawat perlu berpikir secara kritis. Dalam
berpikir kritis seorang perawat harus bisa menyeleksi kebudayaan mana yang sesuai dengan
kesehatan atau yang tidak menyimpang dari kesehatan. Jika perawat dapat memahami
perbedaan budaya maka akan bisa meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dari perawat.

Budaya shock adalah kecemasan dan perasaan (dari kejutan, disorientasi, ketidakpastian,
kebingungan, dll) merasa ketika orang harus beroperasi dalam budaya yang berbeda dan tidak
dikenal seperti satu mungkin terjadi di negara asing. Ini tumbuh dari kesulitan dalam
asimilasi budaya baru, menyebabkan kesulitan dalam mengetahui apa yang sesuai dan apa
yang tidak. Hal ini sering digabungkan dengan atau bahkan tidak suka untuk jijik (moral atau
estetika) dengan aspek-aspek tertentu dari kebudayaan baru atau berbeda.

9
J. MANFAAT BERFIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN
Berikut ini merupakan manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan tujuan,
serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang
dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.
13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.

K. LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang dihadapi.


2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
3. Mengolah fakta dan data.
4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil.
7. Evaluasi

KESIMPULAN
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi berpikir kritis
adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah ke sasaran yang membantu individu membuat
penilaian berdasarkan kata bukan pikiran.
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk keperawatan profesional karena
cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.

SARAN
Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam keperawatan kita harus
mengembangkan pikiran secara rasional dan cermat, agar dalam berpikir kita dapat
mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan. Serta menganalisis pengertian
hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab, tujuan, dan tingkat hubungan dalam
keperawatan. Sehingga saat berpikir kritis dalam keperawatan pasien akan merasa lebih
nyaman dan tidak merasa terganggu dengan tindakan perawat.

10

You might also like