Professional Documents
Culture Documents
Nim : 1157020056
Kelompok: Kelompok I
JURUSAN BIOLOGI
BANDUNG
2017 M/ 1438 H
BAB III
Sesudah
Sesudah
Pada praktikum kali ini pengamatan Jamur Saccharomycess cerevisae dan Aspergillus
niger. Pada kapang Saccharomycess cerevisae setelah dua hari timbul jamur pada cawan petri.
Terlihat dari hasil pengamatan jamur Saccharomycess dengan suhu 150C membentuk koloni
berwarna putih, dengan permukaan yang licin. Pada suhu 250C, jamur membentuk koloni dan
berwarna putih, permukaaan jamurnya terlihat lebih kasar daripada jamur dengan suhu 150C.
pada suhu 400C jamur membentuk koloni yang berbentuk bulat bulat kecil, permukaannya licin.
Pada suhu 600C, jamur membentuk koloni berbentuk bulat bulat kecil yang terpisah pisah, dan
hanya sedikit tidak sebanyak pada suhu sebelumnya. Pada suhu 800C, jamur hanya membentuk
sedikit koloni dengan warna putih dan permukaan sedikit kasar. Sedangkan pada suhu 1000C ,
media tidak terbentuk jamur Saccharomycess cerevisae, hal itu dikarenakan jamur tidak dapat
hidup disuhu tinggi. Jamur akan mati, dan tidak dapat tubuh bila ditempatkan disuhu tinggi.
Menurut Ghasem (2004) gambar literature mengenai Aspergillus niger seperti berikut :
Menurut Ergun (2000), menyatakan bahwa Aspergillus niger merupakan salah satu dari
tiga spesies Aspergillus. Aspergillus dapat hidup sebagai saprofit dan parasit pada substrat
makanan, pakaian, manusia, dan burung. Aspergillus biasanya tumbuh berkoloni pada makanan,
pakaian, dan alat-alat rumah tangga. Koloni Aspergillus biasanya tampak berwarna abu-abu,
hitam, cokelat, dan kehijauan. Menurut Camacho (2003), menyatakan bahwa Jamur ini dapat
tumbuh di daerah beriklim dingin maupun tropis. Aspergillus melakukan reproduksi secara
seksual dan aseksual. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan kuncup atau tunas
pada jamur uniseluler serta pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) dan pembentukan
spora aseksual (spora vegetatif) pada fungi multiseluler. Reproduksi jamur secara seksual
dilakukan oleh spora seksual.
Menurut Bardford (2002), menyatakan bahwa bagian tubuh dari Aspergillus niger yang
tampak ketika diamati dengan menggunakan mikroskop adalah bagian spora, sporangium dan
sporangiofor. Rizoid dari Aspergillus niger tidak tampak disebabkan ketika pengambilan.
Aspergillus niger dari medium kurang ke bawah, sehingga yang terambil hanyalah bagian
sporangiofor dan sporangiumnya saja. Menurut Alexander (2001) menyatakan bahwa, Spora
pada Aspergillus niger berfungsi sebagai reproduksi seksualnya sedangkan sporangium berfungsi
sebagai tempat spora berada. Aspergillus niger mempunyai hifa bersepta, koloninya berwarna
putih pada PDA 250C dan berubah menjadi hitam ketika konidia dibentuk. Kepala konidia
dari Aspergillus niger berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang
lebih longgar seiring dengan bertambahnya umur. Selain itu, Aspergillus niger memiliki warna
dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap
sampai hitam. Secara makroskopis, permukaan terlihat berwarna kehitaman, ketika diposisi
terbalik (berlawanan) terlihat berwarna putih kekuningan.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Aspergillus niger membentuk koloni berwarna abu abu, cokelat dan kehitaman dapat
hidup di suhu 35C-37C (optimum), 6C-8C (minimum), 45C-47C (maksimum). Sedangkan
pada Saccharomyces cerevisiae membentuk suatu koloni yang berbentuk bulat yang tidak begitu
kelihatan. Memiliki permukaan yang kasar, dan berwarna putih, kuning atau keabu-abuan. Dapat
tumbuh pada suhu tinggi 800C dan tidak dapat tumbuh diatas 800C
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, M.A. & T.W. Jeffries. 2001. Respiratory Efficiency And Metabolize Partitioning As
Regulatory Phenomena In Yeasts. Enzyme Micobe Technol. 12 (1): 2-29.
Bardford, J.P. & R.J. Hall. 2002. An Examination Of The Crabtree Effect Insaccharomyces
Cerevisiae: The Role Of Respiration Adaptation. Journal Of General Microbiology. 114
(3): 267 275.
Hepworth, M.. 2005. Technical, Environmental And Economic Aspects Of Unit Operation For
The Production Of Bioethanol From Sugar Beet In The United Kingdom. CET IIA
Exercise 5, Corpus Christi College.
Jeon, Bo Young Et Al. 2007. Development Of A Serial Bioreactor System For Direct Ethanol
Production From Starch Using Aspergillus Niger And Saccharomyces Cerevisiae.
Biotechnology And Bioprocess Engineering. 12(3): 566-573.
Lin, Yan And Shuzo Tanaka. 2006. Ethanol Fermentation From Biomass Resources: Current
State And Prospects. Applied Microbiology Biotechnology. 69 (5): 627-642.
Mcketta, John J. And William Aaron Cunningham. 2000. Encyclopedia Of Chemical Processing
And Design. Inc., New York And Bessel.
Nowak, J. 2000. Ethanol Yield And Productivity Of Zymomonas Mobilis In Various
Fermentation Methods. Electronic Journal Of Polish Agricultural Universities. 3(2): 120
125.