Professional Documents
Culture Documents
2.3 KLASIFIKASI
Angina di klasifikasikan dalam tiga type yaitu stable( Stable Exertional)
angina, unstable (Crescendo/ Pre- Infarction) angina dan variant ( Prinzmetals)
angina.
1. Stable Angina menggambarkan nyeri dada yang timbul saat peningkatan
aktivitas fisik maupun stress emosional. Dengan tanda- tanda khas yaitu
serangan merupakan gejala baru dan stabil, durasi dan intensitas gejala
stabil.
2. Unstable Angina berkaitan dengan nyeri dada yang timbul karena
aktivitas dengan derajat yang sulit di ramalkan dengan tanda khas yaitu
peningkatan frekuensi serangan dan intensitas nyerinya.
3. Variant angina di gambarkan sebagai nyeri dada yang biasanya terjadi
selama istirahat atau tidur daripada selama aktivitas. Variant angina
terutama di sebabkan oleh spasme arteri koroner. Klien dengan vaiant
angina mungkin tidak menunjukkan tanda aterosklerotik pada arteri
koroner ( udjianti, 2013 ).
2.4 PATOFISIOLOGI
Saat istirahat, jantung mempergunakan oksigen dalam jumlah yang cukup
besar(75%) dari aliran darah koroner, lebih besar dari beberapa organ utama yang
lain dalam tubuh. Saat metabolisme, beban kerja otot jantung dan konsumsi
oksigen meningkat sehingga kebutuhan akan oksigen meningkat berlipat ganda.
Oksigen tambahan di supali oleh peningkatan aliran darah arteri koroner.
Bila aliran darah koroner tidak dapat menyuplai kebutuhan sejumlah oksigen yang
di perlukan oleh otot jantung, maka terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan. Kecuali, bila rasio dari suplai dan kebutuhan menjadi seimbang,
jaringan otot jantung menjadi iskmia dan infark. Di sekitar area infark ada dua
zona yang d sebut injuri zone dan ischemic zone. Area infark akan terus berke
mbang bila supali darah tetap membahayakan atau kurang dari kebutuhan miokard
Luas nyata area infark tergantung pada tiga factor yaitu sirkulasi kolateral,
metabolisme anaerobic, dan peningkatan beban kerja miokard. sering
Sekali iskemik dari infar berkembang dari endokardium ke epikardium ( udjianti,
2013 ).
2.5 MANIFESTASI KLINIK
Stable Angina
1. Nyeri dada timbul setelah melakukan kegiatan atau mengalami sters psikis
atau emosi tinggi.
2. Serangan berlangsung kurang dari 10 menit dan stabil( frekuensi, lama
serangan, factor pencentus menetap dalam 30 hari terakhir).
3. Pola EKG.
a. Pada fase istirahat: normal.
b. Exercise test EKG(treadmill): segment ST depresi gelombang T
inverse (arrow head) atau datar.
4. Laboratorium: kadar kardiak iso- enzim normal.
5. Serangan nyeri dada hilang bila klien beristirahat dan mendapat obat
nitrogliserin vasodilator ( udjianti, 2013 ).
Untable angina
1. Nyeri dada timbul saat istirahat dan melakukan aktvitas
2. Nyeri lebih hebat dan frekuensi serangan lebih sering
3. Serangan berlangsung sampa dengan 30 menit atau lebih
4. Saat serangan timbul biasanya di sertai tanda-tanda sesak nafas mual
,muntah.
5. Pola EKG :segmen ST depresi saat serangan dan setelah serangan
(muncul sebagian )
b. Mata
a. Konjungtiva pucat merupakan manifestasi anemia
b. Konjungtiva kebiruan sianosis sentral
c. Ptechiae menandakan adanya emboli kapiler mata
d. Ikterik merupakan tanda adanya gangguan faal hati
e. Gangguan visus kerusakan pembuluh darah retina yg terjadi akibat
komplikasi hipertensi
c. Leher
a. Kelenjar Tiroid
b. trakea
a. Tactile fremitus
b. Denyut apeks ICS Vmid klavikulaline kiri
c. Getaran
d. Lokasi denyut arteri
3. Perkusi
a. Suara napas dan napas tambahan ( Rales, Ronkhi, Whesing) Bunyi Jantung, I
, II, III, Iv
b. Bising Jantung ( murmur) disfungsi katurp nitral, aorta, trikuspid, pulmonal.
e. Abdomen
5. Inspeksi
a. Hepatomegali
b. Asites
8. Perkusi
b. Shifting dullnes menunjukkan adanya asites /akumulasi cairan .
c. Ekstremitas & Integumen
9. Inspeksi
a. Warna kulit
b. Purpura/ptechie
c. Eritema nodusum (nodul ) pada daerah tibia tanda endokarditis streptococcus
d. Spinter hemorrhagic pada kuku merupakan tanda adanya infeksi bakterial
e. Capillary Refill time
f. Clubbing finger ( sudut kuku > 180 )
g. Edema
10. Palpasi
a. Pitting edema
b. Suhu ekstremitas
c. Nyeri akibat tromboplebitis vena kaki
d. Denyut nadi di temporal, karotid, brakial, radialis, femoral, popliteal,
posterotibial, dan dorsalis pedis. ( keadaan pembuluh darah, frekuensi, irama, ciri
denyutan, amplitudo nadi).
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnose keperawatan yang dapat diangkat pada kasus angina pectoris ini :
menurut Doenges,( 2000 ) adalah
a. Nyeri dada berhubungan dengan berbagai frekuensi durasi dan itensitas focus
menyempit, prilaku distraksi, menangis, gelisah, merintih ,mondar mandir, respon
otomatis seperti berkeringat, TD dan nadi berubah, dilatasipupil, peningkatan atau
penurunan frekuensi pernapasan.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan inotropik transient
atau memanjang, gangguan pada frekuensi atau irama dan irama dan kondusi
alektrikal ditandai dengan perubahan pembacaan hemodenamik, dispnea, gelisah,
penurunan toleransi aktifitas / kelemahan, menurunya nadi perifer, kulit dingin,
pucat, perubahan status mental, nyeri pada continue.
c. Intoleransi aktifitas berhubungan ketidak seimbangan antara suplai 02
mikroard dan kebutuhan. Yang ditandai dengan gangguan frekuensi jantung dan
TD dalam aktifitas, terjadinya distridmia, perubahan warna kulit/kelembaban.
d. Resiko terhadap keidakefektifan penatalaksanaan aturan teraupeutik
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang diet ,program terapi,program
aktivitas serta tand gejala komplikasi .
e. Kecemasan berhubungan dengan ancaman integritas biologis yang di rasakan
sekunder terhadap serangan jantung .
3.4 INTERVENSI
Perubahan kenyamanan (nyeri dada akut) berhubungan dengan
iskemia miokard sekunder terhadap ketidak seimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen miokard
Data penunjang
Subjektif: nyeri dada seperti di remas, ditekan beban berat, sesak nafas,
mual, muntah, berkeringat dingin, pusing.
Objektif: diarofesis, reaksi non-verbal (grimace, menekan dada kiri); EKG:
ST depresi atau elevasi, glombang T inversi; peningkatan kadar kardiak iso-
enzim; hasil pemeriksaan status jantung.
Tujuan
Nyeri berkurang atau hilang dan ikemia tidak berkembang
Kriteria hasil
1. Subjektif:nyeri berkurang atau hilang, poanapas eupna, mual dan munta
hilang reaksi non-verbal baik
2. Objektif:diaforesis hilang; EKG: segmen ST isoellektris, glombang T
positif, glombang Q patologis tidak muncul di lead yang bersangkutan
;kadar kadiak iso enzim normal
No Intervensi Rasional
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan askep 2x24 jam diharapkan aktivitas kembali
normal
No Intervensi Rasional
Data penunjang
Subjektif : Klien bertanya tentang keadaan penyakit ,penyebab diet
,factor pencetus ,pengobatan dan hal yang harus di lakukan setelah
sembuh
Objectif : tingkat pendidikan klien dan pemahaman klien tenang
kondisinya .
Tujuan :klien memahami penyakit dan penatalaksanaanya
Kriteria Hasil
Klien mampu :
1. Menjelaskan pengertian ,penyebab dan factor pencetus
penyakitnya
2. Menjelaskan manfaat dari diet yang di berikan
3. Melaksanakan tindakan yang harus di lakukan setelah sembuh dan
pulang ke rumah
No Intervensi Rasional
1 Diskusikan dengan klien 1. Pengetahuan tentang proses penyakit
dan keluarga tentang dan pengaturan gaya hidup
pengertian yang mendasari membantu mencegah serangan ulang
proses penyakit dan tujuan
pengaturan gaya hidup
.Diskusikan tentang
penyebab dan factor
pencetus timbulnya
serangan. Diskuskan gejala
yang timbul dan
A. Kesimpulan
Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari rongga dada atau toraks,
diantara kedua paru-paru.
Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak
yang berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan
oleh ischemia miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Rasa tidak enak
tersebut sering kali digambarkan sebagai rasa tertekan, rasa terjerat, rasa kemeng,
rasa penuh, rasa terbakar, rasa bengkak dan rasa seperti sakit gigi. Rasa tidak enak
tersebut biasanya berkisar 1 15 menit di daerah retrosternal, tetapi dapat juga
menjalar ke rahang, leher, bahu, punggung dan lengan kiri. Walaupun jarang,
kadang-kadang juga menjalar ke lengan kanan. Kadang-kadang keluhannya dapat
berupa cepat capai, sesak nafas pada saat aktivitas, yang disebabkan oleh
gangguan fungsi akibat ischemia miokard.
Mekanisme timbulnya angina pectoris didasarkan pada ketidak adekuatan
suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan
penyempitan lumen arteri koroner. Tidak diketahui secara pasti penyebab
ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang
bertanggungjawab atas ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakit arteri
koroner yang paling sering ditemukan. Apabila kebutuhan meningkat pada
jantung yang sehat maka arteri koroner berdilatasi sebagai respon peningkatan
kebutuhan akan oksigen, maka iskemik atau kekurangan suplai darah miokardium
dan hanya endotel yang cedera mengakbatkan hilangnya produksi No atau Nitrat
Oksid yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang relative.
B. Saran
Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan angina
pectoris diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat Informasi
atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien dengan angina pektoris selain itu
pengobatan terbaik untuk angina pektoris adalah pencegahan atau pengobatan dini
terhadap penyebabnya.
DAFTAR PUSAKA
Barbara C Long, 2006. Perawatan Medikal Bedah,Edisi II, Yayasan ikatan alumni
pendidikan keperawatan padjajaran, Bandung.
Doenges, E. Marlynn . 2000 . Rancana Asuhan Keperawatan . E&. 3 : Jakarta :
EGC
Drs. Syaifuddin, A. Mk. 2009 . Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa
Keperawatan . edisi 2 . Jakarta : salemba medika
Drs. Syaufuddin, A.Mk . 2006 . Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa
Keperawatan . edisi 3 . Jakarta : EGC
Perry, dan Potter (2005). Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smaltzer, Susanna . 2001 . Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah . E&. 8
.Jakarta : EGC
Sjaifoelah Noor, 2001. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Pustaka.
Udjianti, Juni Wajan . 2013 . Keperawatan Kardiovaskular . Jakarta : Salemba
Medika