You are on page 1of 2

Anestesi

Anestesi lokal yang ideal mempunyai awitan yang cepat dan masa anestesi yang lama.
Zat anestesi lokal yang biasa digunakan terdiri atas 2 kelompok, yaitu ikatan ester dan
amida. Kelompok ester cepat diinaktivasi sehingga efek anestesi singkat, sedangkan
kelompok amida sulit dihidrolisis dalam jaringan sehingga efek anestesi bertahan
lebih lama. Kelompok ester terdiri atas prokain, tetrakain, benzokain, dan kokain.
Kelompok amida terdiri atas lidokain, mevipakain, dibukain, bupivakain, dan
etidokain.
Teknik pemberian anestesi terdiri atas infiltrasi zat anestesi, blok saraf dan pemberian
anestesi topikal. Zat anestesi untuk infiltrasi adalah lidokain 0,5-2% dengan atau
tanpa epinefrin. Epinefrin dapat mengurangi pendarahan dan memperpanjang efek
anestesi karena vasokonstriksi yang memperlambat absorbsi. Penggunaan jarum kecil
ukuran 30G mengurangi rasa nyeri karena tusukan jarum dan masuknya obat. Efek
anestesi biasanya terjadi setelah 1-2 menit. Infitrasi juga dapat igunakan dengan
teknik tumesen, yaitu teknik yang ditemukan tahun 1987 oleh Jaffrey A Klein,
seorang spesialis dermatologi dan farmakologi dari San Juan Capistriano, California,
Amerika Serikat, yaitu infiltrasi lidokain encer berkadar 0,05%-0,1% dalam sejumlah
besar larutan garam faal, adrenalin, dan larutan natrium bikarbonas 8,4%. Penemuan
tersebut sangat bersejarah bagi perkembangan bedah sedot lemak yang semula suatu
operasi yang perlu bius umum dan rawat inap menjadi tindakan dengan bius lokal
yang dapat dikerjakan spesialis IKKK secara rawat jalan. Infiltrasi dilakukan dengan
jarum suntik biasa atau kanula khusus untuk area yang kecil atau dengan pompa infus
untuk area luas. Efek anestesi terjadi 15-20menit setelah penyuntikan. Indikasi
anestesi cara tersebut selain untuk bedah sedot lemak juga dapat dilakukan untuk
eksisi tumor, menunjang pembuatan flap, tindakan dermabasi, ablasi endovena untuk
varises, dan berbagai tindakan intervensi lainnya.
Blok saraf dilakukan dengan menghambat nyeri melalui saraf sensorik, sehingga efek
anestesi bertahan lama dan kelainan kulit tidak terganggu. Jarum yang digunakan
berukuran 25-27G, dengan tujuan menghindari tusukan intravaskuler yang dapat
menyebabkan reaksi toksik sistemik pada saat melakukan blokade saraf. Efek anestesi
muncul 5-10 menit. Pengetahuan yang harus dikuasai pada anestesi tersebut adalah
letak anatomis saraf sensorik dan area kulit saraf tersebut.
Anestesi topikal digunakan sebelum tindakan ringan, pada selaput lendir dan kulit.
Vehikulum dapat berupa krim, salap, gel, cairan dan aerosol. Zat dingin juga dapat
digunakan sebagai anestesi topikal yang bersifat sementara dan singkat misalnya
etilklorida dan kloroform.
Toksisitas sistemik anestesi harus diwaspadai. Toksisitas dapat terjadi bila bahan
anestesi yang digunakan terlalu banyak, area tindakan memiliki vaskularisasi banyak,
atau bahan anestesi masuk ke area intravaskular, serta terdapat kelainan hati yang
menggangu proses detoksifikasi dan ekskresi. Gejala toksisitas bila bert akan muncul
pada sistem kardiovaskular dan susunan saraf pusat. Selain reaksi akibat toksisitas,
jenis reaksi yang tidak diinginkan lainnya dapat berupa alergi pada kulit.
Sumber: Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. FKUI. 2015. Hal
417-21

You might also like