You are on page 1of 6

SKEMA CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA )

Pengertian
CVA Infark adalah sindrom klinik yang awal
timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa
defisit neurologi fokal atau global
yang berlangsung 24 jam terjadi karena trom
bositosis dan emboli yangmenyebabkan
penyumbatan yang bisa terjadi di sepanjang
jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke
otak. Darah ke otak disuplai oleh dua
arteriakarotis interna dan dua arteri
vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan
cabang dari lengkung aorta jantung (arcus
aorta) (Suzanne, 2002: 2131)
Etiologi
1.Trombosis serebri
a. Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya
kelenturan danelastisitas dinding pembuluh darah
b. Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang
akanmenyebabkan viskositas hematokrit meningkat
sehingga dapatmelambatkan aliran darah cerebral3)
c. Arteritis: radang pada arteri
2. Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada
pembuluhan darahotak oleh bekuan darah, lemak, dan
udara. Biasanya emboli berasaldari thrombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem
arteriserebri. Keadaan-keadaan yang dapat
menimbulkan emboli:
a. Penyakit jantung, reumatik
b. Infark miokardium
c. Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk
gumpalan-gumpalan kecil yang dapat
menyebabkan emboli cerebri
d. Endokarditis : menyebabkan gangguan pada
endokardium

Tanda dan gejala


J 1. jika terjadi peningkatan TIK maka dijumpai tanda dan gejala :
Perubahan tingkat kesadaran : penurunan orientasi dan respons
terhadap stimulus.
Perubahan kemampuan gerak ekstrimitas : kelemahan sampai
paralysis
Perubahan ukuran pupil : bilateral atau unilateral
dilatasi.Unilateral tanda dari perdarahan cerebral.
Perubahan tanda vital : nadi rendah, tekanan nadi melebar, nafas
irreguler, peningkatan suhu tubuh.
Keluhan kepala pusing.
Muntah projectile ( tanpa adanya rangsangan ).
2.Kelumpuhan dan kelemahan.
3.Penurunan penglihatan.
4.Deficit kognitif dan bahasa ( komunikasi ).
5.Pelo / disartria.
6.Kerusakan Nervus Kranialis.
7.Inkontinensia alvi dan uri.
Cerebro vascular accident (cva )

Komplikasi
Pemeriksan penunjang : 1. Dalam hal imobilisasi
Laboratorium
a. Infeksi pernafasan (Pneumoni)
Hitung darah lengkap.
b. Nyeri tekan pada decubitus
Kimia klinik
c. Konstipasi
Masa protombin
Urinalisis. 2. Dalam hal paralisis:
Diagnostik a. Nyeri pada punggung
Scan kepala b. Dislokasi sendi, deformitas
Angiografi serebral. 3. Dalam hal kerusakan otak
EEG. a. Epilepsy
Pungsi lumbal. b. sakit kepala
MRI. 4. Hipoksia serebral
X ray tengkorak a. Herniasi otak
b. Kontraktur

Penatalaksanaan
1. Untuk mengobati keadaan
akut, berusaha menstabilkan
TTV
2. Terapi konservatif

a
Asuhan keperawatan

Pengkajian

a. Identitas
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Riwayat psikososial-spiritual
g. Kebutuhan : nutrisi. Eliminasi,
aktivitas , istirahat

Pemeriksaan fisik

a. Sistem respirasi
b. Sistem cardiovascular
c. Sistem neurologi
d. Sistem perkemihan
e. Sitem reproduksi
f. Sistem endokrin
g. Sistem gastrointestinal
h. Sistem musculoskeletal
Pola nafas tidak efektif
Penurunan curah jantung
berhubungan dengan
berhubungan penurunan
penumpukan sekret akibat
konduksi pada miokardium
kelemahan refleks batuk.

Intervensi: Intervensi
1. Jelaskan pada klien 1. Posisikan klien
pentingnya latihan dengan meninggikan
napas agar dapat keduan tungkai kaki,
terlatih otot-otot kecuali jika fungsi
pernapasan sehingga ventrikel terganggu.
pola napas kembali 2. Kolaborasikan
efektif. dengan dokter untuk
2. Ajarkan klien untuk pemberian inotropik
menggunakan botol dan vasoaktif
tiup setiap jam saat (contoh; digoksin,
bangun untuk melatih dopamin, dobutamin
kekuatan otot napas. 3. Kolaborasikan
3. Kolaborasi dengn dengan pihak medis
dokter untuk pemberian untuk pelaksanaan
obat antikolinergi hemodialisa.
4. Sucktion sesuai 4. Pantau fungsi status
kebutuhan (obat-obatan hemodinamik klien.
antikolinergik 5. Pantau TTV
meningkatkan sekresi
bronkial)
5. Auskultasi bidang paru
setiap 8 jam, tingkatkan
frekuensi latihan napas
jika ada gangguan
bunyi napas.
Kerusakan mobilisasi fisik
berhubungan dengan
kelemahan otot akibat
gangguan neuromuskular

1. Intervensi
1. Bantu untuk reposisi, mengubah posisi
tubuh setiap satu jam jika memungkinkan
dari satu sisi ke sisi yang lainnya untuk
menurunkan resiko terjadinnya iskemia
jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek
pada daerah yang tertekan
2. Mengajarkan klien untuk melakukan
latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang
sakit karena gerakan aktif memberikan
massa, tonus dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi jantung dan
pernapasan.
3. Melakukan gerak pasif pada ekstremitas
yang tidak sakit sebab otot volunter akan
kehilangan tonus dan kekuatannya bila
tidak dilatih untuk digerakkan.
4. Memberikan papan kaki pada ekstrimitas
dalam posisi fungsionalnya untuk
mempertahankan ekstremitas dalam posisi
fisiologis; mencegah kontraktur dan
kehilangan fungsi sendi.
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien untuk mencegah
deformitas kontraktur dengan
menggunakan pengubahan posisi yang
hati-hati dan latihan rentang gerak
6. Mengevaluasi kekuatan dan kemampuan
motorik secara teratur untuk menentukan
perkembangan/munculnya kembali tanda
yang menghambat tercapainya tujuan
pasien.

You might also like