You are on page 1of 11

BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini seringkali kita temukan kasus kekerasan terjadi, baik itu
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) maupun kekerasan pada anak
yang sering kita kenal dengan sebutan child abuse. Kekerasan ini terjadi
pada orang orang yang seharusnya dilindungi justru menjadi objek
penganiayaan pada dirinya, bahkan baru baru ini kita temukan kasus
kekerasan pada anak angeline di kota bali. Kekerasan pada angeline itu
dilakukan oleh ibu angkatnya, tidak tanggung tanggung kejadian
angeline ini terjadi sampai harus membuat dia meninggal.

Menurut WHO tahun 2016 1 dari 10 orang anak terjadi kekerasan


setiap bulan, namun dari 24 hanya 1 orang tua saja yang mau
melaporkannya kepada pihak kepolisian untuk di proses hukum. Di
indonesia berdasarkan data dari komisi perlindungan anak indonesia
(KPAI) kasus yang terjadi pada anak dengan jumlah kasus per bidang dari
2011 sampai 2016 pertama anak dengan kasus hukum 6006 kasus, kasus
pengasuhan 3160 kasus, pendidikan 1764 kasus, kesehatan dan napza
1366 kasus serta pornografi dan cybercrime 1032 kasus.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana pengertian dari abuse ?
b. Bagaimana etiologi dari abuse ?
c. Bagaimana manifestasi dari abuse ?
d. Bagaimana patofisiologi dari abuse ?
e. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari abuse ?
f. Bagaimana penatalaksanaan dari abuse ?
g. Bagaimana komplikasi dari abuse ?
h. Bagaimana asuhan keperawatan dari abuse ?
1.3 Tujuan
1.1.1 Umum
Dengan disusunnya makalah ini, Mahasiswa dan semua pihak
yang bersangkutan dengan dunia kesehatan semoga bisa menjadikan
makalah ini sebagai salah satu sumber refrensi untuk
mengembembangkan dan memberikan asuhan keperawatan kegawat
daruratan psikiatri dengan baik khususnya pada klien dengan abuse.

1.1.2 Khusus
a. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami
pengertian dari abuse.
b. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami
etiologi dari abuse.
c. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami
manifestasi klinis dari abuse.
d. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami
pathofisiologi dari abuse.
e. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami
pemeriksaan penunjang dari abuse.
f. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami
penatalaksanaan dari abuse.
g. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami
komplikasi dari abuse.
h. Mahasiswa diharapkan dapat memberikan asuhan
keperawatan kegawat daruratan psikiatri dengan baik pada
klien abuse.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi mahasiswa
Manfaat makalah ini bagi mahasiswa, baik penyusun maupun
pembaca adalah untuk menambah wawasan asuhan keperawatan
kegawat daruratan psikiatri dengan baik pada klien abuse.
1.4.2 Bagi institusi
Makalah ini bagi institusi pendidikan kesehatan adalah untuk
mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik
dalam menelaah suatu fenomena kesehatan yang spesifik tentang
abuse.

1.4.3 Bagi masyarakat


Makalah ini bagi masyarakat adalah sebagai penambah
wawasan terhadap fenomena kesehatan yang saat ini menjadi
momok tersendiri di kalangan masyarakat ini.
BAB 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi

Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan


salah. Menurut WHO (dalam Bagong. S, dkk, 2000), kekerasan adalah
penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan,ancaman atau tindakan
terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat
yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan
memar/trauma,kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan
atau perampasan hak.Awal mulanya istilah tindak kekerasan pada anak
atau child abuse dan neglect dikenal dari dunia kedokteran. Sekitar tahun
1946, Caffey-seorang radiologist melaporkan kasus cedera yang berupa
gejala-gejala klinik seperti patah tulang panjang yang majemuk (multiple
fractures) pada anak-anak atau bayi disertai pendarahan subdural tanpa
mengetahui sebabnya (unrecognized trauma).

Dalam dunia kedokteran, istilah ini dikenal dengan istilah Caffey


Syndrome (Ranuh, 1999).Barker (dalam Huraerah, 2007) mendefinisikan
child abuse merupakan tindakan melukai beulang-ulang secara fisik dan
emosional terhadap anak yang ketergantungan, melalui desakan hasrat,
hukuman badan yang tak terkendali, degradasi dan cemoohan permanen
atau kekerasan seksual. Kekerasan seksual merupakan bentuk kontak
seksual atau bentuk lain yang tidak diinginkan secara seksual. Kekerasan
seksual biasanya disertai dengan tekanan psikologis atau fisik (OBarnett
et al., dalam Matlin, 2008). Perkosaan merupakan jenis kekerasan seksual
yang spesifik. Perkosaan dapat didefiniskan sebagai penetrasi seksual
tanpa izin atau dengan paksaan, disertai oleh kekerasan fisik (Tobach,dkk
dalam Matlin, 2008)
2.2 Etiologi

Gelles Richard.J (1982) mengemukakan bahwa kekerasan terhadap anak


(child abuse) terjadi akibat kombinasi dari berbagai faktor, yaitu:

a. Pewarisan Kekerasan Antar Generasi (intergenerational transmission of


violance)

Banyak anak belajar perilaku kekerasan dari orangtuanya dan


ketika tumbuh menjadi dewasa mereka melakuakan tindakan kekerasan
kepada anaknya. Dengan demikian, perilaku kekerasan diwarisi
(transmitted) dari generasi ke generasi. Studi-studi menunjukkan bahwa
lebih kurang 30% anak-anak yang diperlakukan dengan kekerasan
menjadi orangtua yang bertindak keras kepada anak-anaknya. Sementara
itu, hanya 2 sampai 3 persen dari semua individu menjadi orangtua yang
memperlakukan kekerasan kepada anak-anaknya. Anak-anak yang
mengalami perlakuan salah dan kekerasan mungkin menerima perilaku ini
sebagai model perilaku mereka sendiri sebagai orangtua. Tetapi,
sebagian besar anak-anak yang diperlakukan dengan kekerasan tidak
menjadi orang dewasa yang memperlakukan kekerasan kepada anak-
anaknya.

b. Stres Sosial (social stress)

Stres yang ditimbulkan oleh berbagai kondisi sosial meningkatkan


risiko kekerasan terhadap anak dalam keluarga. Kondisi-kondisi sosial ini
mencakup: pengangguran (unemployment), penyakit (illness), kondisi
perumahan buruk (poor housing conditions), ukuran keluarga besar dari
rata-rata (a larger than average family size), kelahiran bayi baru (the
presence of a new baby), orang cacat (disabled person) di rumah, dan
kematian (the death) seorang anggota keluarga. Sebagian besar kasus
dilaporkan tentang tindakan kekerasan terhadap anak berasal dari
keluarga yang hidup dalam kemiskinan. Tindakan kekerasan terhadap
anak juga terjadi dalam keluarga kelas menengah dan kaya, tetapi
tindakan yang dilaporkan lebih banyak di antara keluarga miskin karena
beberapa alasan.

c. Isolasi Sosial dan Keterlibatan Masyarakat Bawah

Orangtua dan pengganti orangtua yang melakukan tindakan


kekerasan terhadap anak cenderung terisolasi secara sosial. Sedikit sekali
orangtua yang bertindak keras ikut serta dalam suatu organisasi
masyarakat dan kebanyakan mempunyai hubungan yang sedikit dengan
teman atau kerabat.

d. Struktur Keluarga

Tipe-tipe keluarga tertentu memiliki risiko yang meningkat untuk


melakukan tindakan kekerasan dan pengabaian kepada anak. Misalnya,
orangtua tunggal lebih memungkinkan melakukan tindakan kekerasan
terhadap anak dibandingkan dengan orangtua utuh. Selain itu, keluarga-
keluarga di mana baik suami atau istri mendominasi di dalam membuat
keputusan penting, seperti: di mana bertempat tinggal, pekerjaan apa
yang mau diambil, bilamana mempunyai anak, dan beberapa keputusan
lainnya, mempunyai tingkat kekerasan terhadap anak yang lebih tinggi
dibandingkan dengan keluarga-keluarga yang suami-istri sama-sama
bertanggung jawab atas keputusan-keputusan tersebut.

2.3 Manifestasi Klinis

Seringkali memiliki tanda tanda fisik akibat penganiayaan, dan setelah


jangka waktu tertentu dapat terlihat tanda tanda perilaku dan psikologis.
Seperti pada tabel di bawah ini :

Korban anak anak Wanita yang Korban lansia


dianiaya
Penganiayaan fisik : Penganiayaan fisik : Penganiayaan fisik :
Perkembangan Cedera kepala, Kurang gizi
terhambat leher dan bahu atau dehidrasi
Memar, bilur Mata memar Bau feses atau
Terkilir, dislokasi, Cedera selama urine
fraktur kehamilan Kotoran, kutu
Luka bakar akibat Terkilir, hewan, kutu
rokok dislokasi, rambut pada
Luka bakar akibat fraktur orang tersebut
cairan Memar, bilur Dekubitus,
Panas/api, Bekas luka luka, ruam
terutama yang berbentuk pada kulit
berbentuk seperti benda yang Memar, lecet,
kaos kaki atau digunakan fraktur
sarung tangan untuk Hematoma,
akibat dicelup ke mencederai bekas
dalam cairan Berulang kali cengkraman
panas berkunjung ke pada lengan
Cedera internal fasilitas Berbagai
Cedera dalam layanan cedera pada
berbagai tahap kesehatan, tahap
penyembuhan terutama UGD penyembuhan
Shaken baby Keluhan nyeri
syndrome (mis. tanpa cedera
Perdarahan ringan
intrakranial dan Berbagai
intraokular tanpa cedera dalam
trauma yang jelas) berbagai tahap
Kotoran, kutu penyembuhan
hewan, kutu
rambut pada anak
Penganiayaan seksual : Penganiayaan Penganiayaan
Eneuriesis seksual : seksual :
Labia dan rektum Eneuriesis Eneuriesis
merah dan Labia dan Labia dan
bengkak rektum merah rektum merah
Vagina sobek dan bengkak dan bengkak
Penyakit menular Vagina sobek Vagina sobek
seksual Penyakit Penyakit
Infeksi urinaria menular menular
kronis seksual seksual
Refleks gag Infeksi urinaria Infeksi urinaria
hiperaktif kronis kronis
Refleks gag Refleks gag
hiperaktif hiperaktif

2.4 Patofisiologi

Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai


reaksi terhadap kecemasan yang meningkat, perilaku kekerasan yang
agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
orang lain secara fisik maupun psikologis. Ketika seseorang yang marah
melakukan tindakan yang agresif akan membuat orang yang menjadi
objek rasa mrah akan merasakan akibat yang luar biasa, apabila
kekerasan fisik yang terjadi maka dapat dilihat secara mata namun
apabila secara psikologis akan memberikan dampak jangka panjang.
Salah satu akibat dari terjadinya kekerasan secara psikologis adalah
trauma akan perilaku yang dia dapatkan, sehingga ketika korban dari
amarah tersebut akan mengalami perasaan trauma yang berulang dan
akan membutuhkan waktu yang lama untuk menghilangkan rasa trauma
tersebut.
2.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan foto rontgen dan USG

2. Pemeriksaan laboratorium :

a. Pemeriksaan darah lengkap

b. Penapisan (skrining) penyakit kelamin (swab vagina)

c. Tes kehamilan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kehamilan

d. Pengambilan darah dan urine untuk pemeriksaan kandungan NAPZA

e. Pemeriksaan mikroskop adanya sperma dengan menggunakan


NaCL

2.6 Penatalaksanaan

1. Pertimbangan umum.

Pengobatan korban penganiayaan bergantung pada faktor faktor


yang mempengaruhi klien, seperti jenis penganiayaan yang diderita,
adanya cedera fisik, usia dan kondisi fisik korban, serta keunikan
lingkungan keluarga korban itu sendiri.

2. Pengobatan UGD

Sejak 1991, lembaga yang diakreditasi oleh Joint Commission on


Accreditation of Healthcare Organization (JCAHO) diharuskan
menerapkan standar kekerasan domestik JCAHO dalam prosedur
UGD.

3. Layanan intervensi krisis

Bermanfaat dalam merespon masalah langsung dan jangka pendek


yang terjadi akibat penganiayaan. Kerja sama dengan berbagai
anggota tim kesehatan sangat penting untuk memberikan pengobatan
yang kontinu. :
a. Lembaga kesejahteraan anak bertanggung jawab melindungi
anak anak dari bahaya dab kejahatan. Sistem hukum dapat
diberlakukan dengan memberikan hak asuh anak sementara
atau permanen kepada individu tertentu (kerabat atau orang tua
angkat) yang akan memberikan asuhan yang aman.
b. Wanita yang dianiaya dapat dirujuk ke rumah pelindungan atau
penampungan darurat untuk memastikan terlindunginya diri dan
anak anak mereka.
c. Lembaga sosial masyarakat, termasuk khusus lansia, dapat
memberikan berbagai layanan untuk memastikan keamanan
dan bantuan bagi korban tindak kekerasan.

4. layanan kesehatan jiwa dapat diberikan pada keluarga yang


mengalami kekerasan, seperti tindakan layanan kesehatan jiwa :

a. Dukungan terapeutik dengan memberikan konseling individu


atau kelompok untuk korban kekerasan.

b. Konseling individu untuk penganiaya atau pelaku kekerasan.

c. Terapi keluarga untuk memutus siklus penganiayaan.

5. Pencegahan

a. Pencegahan primer dapat dilakukan di komunitas dengan


mengidentifikasi keluarga yang berisiko tinggi terhadap
kekerasan dan mempromosikan program penyuluhan dan
layanan yang dapat meningkatkan fungsi keluarga.

b. Pencegahan sekunder meliputi deteksi dini dan pengobatan


kekerasan interpersonal.

2.7 Komplikasi

1. Depresi berat

2. Kecacatan
3. Kematian

4. Harga diri rendah

5. Rasa takut yang berlebihan

You might also like