Professional Documents
Culture Documents
A. Landasan Teori
1. Kanker Cerviks
1.1 Defenisi
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
dari suatu kelompok sel yang tidak normal pada serviks yang disebabkan oleh
1.2 Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tak terkendali. Jika sel sel serviks terus membelah, maka akan
terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak / ganas.
Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut kanker serviks. Hingga saat
serviks. Virus papilloma ini berukuran kecil, diameter virus ini kurang lebih 55
nm. Terdapat lebih dari 100 tipe HPV, HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56,
dan 58 sering ditemukan pada kanker maupun lesi pra kanker serviks dan Varian
HPV yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56. HPV tipe 16
syste kekebalan tubuh alami, tetapi ada sebagian yang tidak menghilang dan
menetap. HPV yang menetap inilah yang menyebabkan perubahan sel leher rahim
menjadi kanker serviks. Perjalanan kanker serviks dari infeksi HPV, tahap pre
2010).
1.3 Patofisiologi
yang abnormal. Dalam kasus kanker serviks, terjadi karena sel penyusun serviks
portio (bagian luar) dan endoserviks kanalis serviks (bagian dalam). Masing-
masing bagian itu dilapisi oleh sel penyusun yang disebut dengan sel epitel. Pada
bagian eksoserviks dilapisi oleh sel epitel gepeng berlapis (Squamous compleks),
sedangkan pada endoserviks dilapisi oleh sel epitel kuboid / silindris pendek
selapis bersilia. Pada daerah perbatasan keduanya terdapat area yang disebut
squamo-columnar junction (SJC). Pada bagian peralihan ini, sel-sel epitel itu
biasanya akan mengalami metaplasi (perubahan sel menjadi abnormal). Hal ini
disebabkan karena sel-sel itu saling bertumpuk dan saling mendesak, sehingga
sel-sel tersebut bila tersensivitas bisa berubah menjadi sel yang abnormal dan
terjadinya kanker serviks yang menonjol adalah usia, paritas, perilaku hubungan
penggunaan AKDR. Usia wanita yang melakukan hubungan seksual pertama kali
pada usia <16 tahun mempunyai resiko menderita kanker serviks. Penelitian
dianggap masih terlalu muda. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia
35-55 tahun. Hal ini dapat meningkatkan insidensi dengan tingginya paritas,
Kanker serviks di jumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus
Perilaku hubungan seksual yang buruk atau wanita yang sering melakukan
yang sangat besar terhadap kanker serviks. Akibat dari perilaku hubungan seksual
yang buruk ini, wanita bisa saja terinfeksi oleh virus herpes simpleks (HSV-2) dan
virus papilloma atau virus kondiloma akuinata yang diduga sebagai faktor
Mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas, dan
kuantitas dan kualitas makanan kurang. Hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
yang diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita
terutama yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
smegma.
sel kanker sedangkan penggunaan AKDR akan terpengaruh terhadap serviks yaitu
bermula dari adanya erosi serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa
dari vagina makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
Sekitar 75-80% gejala perdarahan setelah coitus atau senggama akan dialami
wanita atau timbulnya perdarahan menstruasi yang lebih sering dan jumlah
volume darah banyak. Perdarahan yang timbul akan semakin sering terjadi tidak
hanya setelah coitus tetapi diluar coitus juga, ini sering disebut juga dengan
yang lebih lanjut yaitu stadium II dan stadium III. Perdarahan spontan juga dapat
terjadi pada wanita yang telah menopouse. Adanya bau busuk yang khas juga
memperkuat adanya kanker. Selain itu, rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke
serabut saraf juga terjadi jika sudah meradang. Sebelum memasuki tingkat akhir,
gejala-gejala lain akan timbul akibat metastase dari sel kanker yaitu kegagalan
(Prawirohardjo, 2002).
Tabel. Tingkat keganasan klinik menurut FIGO (1978) (Yatim, 2005 hal : 46)
Tingkat Kriteria
Stadium 0 Karsinoma In Situ (KIS) atau Karsinoma intraepithelial:
membrana basalis masih utuh
Stadium I Karsinoma terbatas pada serviks
Stadium Ia Karsinoma invasive hanya ditemukan secara
mikroskopik
Stadium Ib Lesi invasif > 5 mm
Stadium Ib1 Lesi klinis berukuran < 4 mm
Stadium Ib2 Lesi klinis > 4 mm
Stadium II Karsinoma meluas melampaui serviks, tetapi belum
meluas pada dinding panggul, karsinoma melibatkan
vagina tetapi tidak sampai 1/3 bagian bawah
Stadium IIa Mengenai vagina tetapi tidak jelas mengenai
parametrium
Stadium IIb Jelas sampai ke parametrium, tetapi belum sampai ke
dinding panggul
Stadium III Karsinoma keluar sampai dinding panggul, tumor
mencapai 1/3 bawah vagina
Stadium IIIa Tidak mencapai dinding panggul tapi terkena hingga
1/3 bawah vagina
Stadium IIIb Perluasan ke dinding panggul atau hidronefrosis atau
ginjal tidak berfungsi
Stadium IV Proses keganasan telah keluar dari dinding panggul
kecil dan melibatkan mukosa rectum dan atau vesika
urinaria atau telah bermetastase keluar panggul atau
ketempat yang jauh.
Stadium IVa Penyebaran sampai organ didekatnya
Stadium IVb Telah bermetastase jauh
arah yaitu ke arah fornises dan dinding vagina, ke arah korpus uterus, ke arah
dan kiri sel tumor dapat menyebar ke kelenjar iliak luar dan iliak dalam
(Prawirohardjo, 2002).
Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim, test
yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada leher rahim dengan
Saat ini telah ada teknik thin prep ( liquid base cytology) adalah metode
pap smear yang di modifikasi yaitu sel usapanserviks dikumpulkan dalam cairan
serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan
IVA (Inspeks Visual Asam asetat) tes merupakan alternaif skrining untuk
kanker serviks. Tes ini sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga
dengan asam asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada permukaan serviks
1.8.2 Schillentest
mengikat yodium. Bila portio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal
akan berwarna cokelat tua, sedangkan yang terkena karsinona tidak berwarna.
serviks, tetapi meliputi vulva dan vagina. Prosedurnya sama dengan pap smear,
tenaga medis dapat melihat lebih dekat dengan alat kolposkopi sehingga dapat
memberikan saran pengobatan atau terapi atau tindak lanjut apa yang perlu
dilakukan.
diagnosa lebih lanjut, atau kadang serviks yang abnormal justru diterapi saat di
biopsi. Sedankan Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir
serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi
1.9 Penatalaksanaan
apabila kanker belum menyebar. Bila tumor masih berada didalam jaringan servik
dan ukurannya masih kurang dari 3 mm maka dilakukan operasi ekstra facial
histerektomi. Biasanya operasi dengan cara ini pada penderita tingkat klinik
seperti ini. Resiko kambuh dan penyebaran ke kelenjar getah bening adalah
kurang dari 1 %. Kanker serviks Stadium Ia2, Ib, atau dilakukan operasi
pengangkatan rahim secara total berikut kelenjar getah bening sekitarnya (radikal
histerektomi).
tinggi energinya untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi radiasi ini dapat
1.9.1.3 Kemoterapi
untuk membunuh sel-sel kanker dan disebut juga terapi sistemik (systemic
therapy) kerena obat-obat masuk kedalam aliran darah dan dapat mempengaruhi
sel-sel diseluruh tubuh. Untuk perawatan kanker leher rahim, kemoterapi biasanya
digabungkan dengan terapi radiasi, tetapi untuk kanker yang telah menyebar pada
pengontrol sakit (pain control). Secara umum pengobatan kanker leher rahim
cara operasi. Ketiga cara pengobatan tersebut bisa dilakukan salah satu atau
kombinasi. Tidak semua kanker rahim berhasil baik dengan cara pengobatan
tersebut. Pada kanker leher rahim stadium lanjut, 1/3 penderita kankernya tumbuh
lagi setelah pengobatan. Kekambuhan terjadi pada 1-2 tahun setelah pengobatan
dihentikan. Penyebaran kanker biasanya ke vagina bagian atas rahim dan orang
lain dirongga panggul. Kanker ini tumbuh lagi pada bagian atas vagina setelah
1.10 Pencegahan
antara lain :
1. Jaga kebersihan organ intim dan Jalani pola hidup sehat dengan cara makan
2. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
pasangan.
4. Menjalani atau melakukan tes pap smear secara teratur dengan tujuan untuk
dengan secara teratur melakukan tes pap smear telah mengurangi angka
2. KUALITAS HIDUP
2.1 Defenisi
dipengaruhi baik secara positif maupun negatif oleh persepsi individual mengenai
beberapa dimensi kehidupan yang penting bagi mereka (Chang, viktor, dan
Weissman, 2004). Definisi yang sedikit berbeda dikemukakan oleh Ontario Social
sebagai respon personal mengenai perbedaan yang dirasakan antara kenyataan dan
kualitas hidup adalah perbedaan antara kenyataan yang dialaminya saat ini dengan
Berdasarkan hal ini, maka komponen objektif dari kualitas hidup tidak
faktor kondisi kehidupan yang dapat berpengaruh ataupun tidak tergantung dari
persepsi individu.
Coons dan Kaplan (1994 dalam Larasakti, 2009) menyatakan bahwa setiap
menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain
halnya jika menghadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya.
Fayers dan Machin (1998 dalam Sekarwiri, 2008) kualitas hidup diartikan sebagai
persepsi individu mengenai posisi individu hidup dalam konteks budaya dan
sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan,
standar yang ditetapkan dan perhatian seseorang. Definisi WHO (1994) ini juga
mengukur kualitas hidup selain dimensi fisik dan psikologis (dalam Yudianto,
saat ini dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan
lingkungan.
bahwa kualitas hidup terdiri dari empat dimensi yaitu dimensi fisik dan okupasi,
keadaan psikologi, interaksi social dan sensasi somatic. Post, Witte dan Scrijver
(1999 dalam Sekarwiri, 2008) juga membuat empat dimensi kualitas hidup yaitu
(1994 dalam Sekarwiri, 2008), menyatakan bahwa kualitas hidup juga terdiri dari
empat dimensi yaitu dimensi fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan.
2008) mengatakan bahwa dimensi fisik terdiri dari tujuh item. Item pertama
dalam Sekarwiri, 2008). Nyeri merupakan sensasi fisik yang tidak menyenangkan
yang dialami oleh individu seperti kekakuan, kesakitan, nyeri, dengan durasi lama
atau pendek. Sensasi tidak menyenangkan dapat berubah menjadi sensasi yang
menyedihkan dan mempengaruhi hidup individu itu sendiri (Potter dan Perry,
2005).
kualitas tidur dan istirahat yang dimiliki oleh individu (WHOQOL BREF dalam
Sekarwiri, 2008). Istirahat dan tidur merupakan satu kesatuan yang saling
kegiatan jasmaniah menurun sehingga badan menjadi lebih segar, sedangkan tidur
adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan
perpindahan yang mampu dilakukan oleh individu dengan mudah dan cepat. Item
kelima energi dan kelelahan, merupakan item yang mengeksplor tenaga, dan
kekuatan yang cukup untuk merasakan hidup yang sebenarnya dan dapat
Sekarwiri, 2008) menyatakan bahwa dimensi psikologis terdiri dari enam item.
Intem pertama Body image dan apprearance, adalah sikap seseorang terhadap
tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan
seseorang tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa
individu menilai atau menggambarkan dirinya sendiri. Self- estem ini menilai apa
yang individu rasakan tentang dirinya. Hal ini dapat memiliki jarak dari perasaan
positif hingga perasaan yang ekstrim negatif tentang diri mereka sendiri
dari hal-hal baik dalam hidup. Pandangan individu dan perasaan pada masa depan
merupakan bagian penting dari segi ini. Dimensi psikologis keempat adalah
hidupnya berarti. Sedangkan item keenam yaitu berfikir, belajar, memori, dan
antara individu satu dengan individu lainnya yang saling mempengaruhi dan
Item pertama dukungan sosial, merupakan item yang mengacu pada apa
yang dirasakan individu pada tanggung jawab, dukungan, dan tersedianya bantuan
dari keluarga dan teman. Hal ini berfokus kepada apa yang dirasakan individu
pada dukungan keluarga dan teman, faktanya pada tingkatan mana individu
disekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi
mereka bisa berbagi pengalaman baik senang maupun sedih dengan orang yang
merupakan dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan dimana individu dapat
mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang tepat bentuk hubungan
suami istri berupa hubungan fisik atau perilaku yang mengekspresikan seksualitas
seseorang yang berkaitan dengan seks (Animouse, 2010). Sedangkan item ketiga
keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dapat diduga ikut
mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari individu itu (Potter dan
pandangan individu pada sumber penghasilan. Fokusnya item ini adalah apakah
individu dapat menghasilkan atau tidak yang berakibat pada kualitas hidup
individu. Item kedua Freedom, physical safety dan security, merupakan item yang
sekitar. Maksud dekat berarti berapa lama waktu yang diperlukan untuk
Sekarwiri, 2008).
terhadap apa yang terjadi. Dalam hal ini termasuk program pendidikan formal,
atau pembelajaran orang dewasa atau aktivitas pada waktu luang baik dalam
keinginan untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan, dan relaksasi. Item
ketujuh lingkungan fisik, merupakan item yang menguji pandangan individu pada
dua cara, yaitu pengukuran kualitas hidup secara menyeluruh (kualitas hidup
dari alat ukur WHOQOL. Alat ukur ini memiliki item pertanyaan yang lebih
memiliki 100 item, dan terdiri dari enam dimensi yaitu dimensi fisik, psikologis,
dari empat dimensi yaitu dimensi fisik, psikologis, hubungan sosial dan
lingkungan.
sebagai bentuk pendek dari alat ukur WHOQOL 100 dan peneliti dapat
ukur ini digunakan pada situasi penelitian dimana waktu yang digunakan dalam
penelitian sangat terbatas, dimana ketidaknyaman atau beban yang dirasakan oleh
WHOQOL BREF merupakan alat ukur yang paling mampu dalam mewakili
dimensi, berkaitan erat dengan model WHOQOL secara umum, dan memiliki
validitas diskriminan.
Hayes (2000 dalam Sekarwiri, 2008), menunjukkan bahwa alat ukur WHOQOL
BREF merupakan alternatif alat ukur yang tepat dari WHOQOL 100 dalam
dimensi fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Dengan demikian alat
ukur yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah alat ukur kualitas
hidup yang dikembangkan oleh WHO, yaitu WHOQOL BREF yang mencakup
budaya dan sistem nilai dimana individu tinggal (WHO dalam Haryono, 2008).
Hal ini juga sesuai dengan apa yang dikatakan Fadda dan Jiron (2003 dalam
Nofitri, 2009) bahwa kualitas hidup bervariasi antara individu yang tinggal di kota
atau wilayah satu dengan yang lain bergantung pada konteks budaya, sistem, dan
berbagai kondisi yang berlaku pada wilayah tersebut. Para peneliti (dalam Nofitri,
status pernikahan, penghasilan, dan hubungan dengan orang lain sebagai faktor-
faktor yang dikemukakan oleh para peneliti (dalam Nofitri, 2009), yaitu:
salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Bain, dkk (2003 dalam
Nofitri, 2009) menemukan adanya perbedaan antara kualitas hidup antara laki-laki
dan perempuan, dimana kualitas hidup laki-laki cenderung lebih baik daripada
serta akses dan kendali terhadap berbagai sumber sehingga kebutuhan atau hal-hal
yang penting bagi laki-laki dan perempuan juga akan berbeda. Hal ini
dengan kualitas hidup pada laki-laki dan perempuan. Ryff dan Singer (1998 dalam
perempuan tidak jauh berbeda, namun perempuan lebih banyak terkait dengan
aspek hubungan yang bersifat positif sedangkan kesejahteraan tinggi pada pria
lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik.
2.4.2 Usia
Moons, dkk (2004) dan Dalkey (2002) (dalam Nofitri, 2009) mengatakan
bahwa usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian
yang dilakukan oleh Wagner, Abbot, dan Lett (2004 dalam Nofitri, 2009)
oleh Ryff dan Singer (1998 dalam Nofitri, 2009) individu dewasa
Penelitian yang dilakukan oleh Rugerri, dkk (2001 dalam Nofitri, 2009)
menemukan adanya kontribusi dari faktor usia tua terhadap kualitas hidup
subjektif
2.4.3 Pendidikan
bahwa tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas hidup subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Wahl, dkk (2004 dalam
Nofitri, 2009) menemukan bahwa kualitas hidup akan meningkat seiring dengan
lebih tingginya tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu. Penelitian yang
dilakukan oleh Noghani, dkk (2007 dalam Nofitri, 2009) menemukan adanya
pengaruh positif dari pendidikan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak
banyak.
2.4.4 Pekerjaan
penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari
pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disablity
tertentu). Wahl, dkk (2004 dalam Nofitri, 2009) menemukan bahwa status
pekerjaan berhubungan dengan kualitas hidup baik pada pria maupun wanita.
perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidak menikah, individu bercerai
ataupun janda, dan individu yang menikah. Zapf et al (1987 dalam Nofitri, 2009)
menunjukkan bahwa individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih
akibat pasangan meninggal Glenn dan Weaver (1981 dalam Nofitri, 2009).
2.4.6 Penghasilan
Baxter, dkk (1998) dan Dalkey (2002) (dalam Nofitri, 2009) menemukan
adanya pengaruh dari faktor demografi berupa penghasilan dengan kualitas hidup
Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007 dalam Nofitri, 2009) juga menemukan
adanya kontribusi yang lumayan dari faktor penghasilan terhadap kualitas hidup
Baxter, dkk (1998 dalam Nofitri, 2009) menemukan adanya pengaruh dari
faktor demografi berupa faktor jaringan sosial dengan kualitas hidup yang
dihayati secara subjektif. Myers, dalam Kahneman, Diener, dan Schwarz (1999
dalam Nofitri, 2009) mengatakan bahwa pada saat kebutuhan akan hubungan
dekat dengan orang lain terpenuhi, baik melalui hubungan pertemanan yang saling
yang lebih baik baik secara fisik maupun emosional. Penelitian yang dilakukan
oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007 dalam Nofitri, 2009) juga
menemukan bahwa faktor hubungan dengan orang lain memiliki kontribusi yang
stadium dini, kanker serviks tidak begitu menimbulkan masalah atau keluhan.
Penderita kanker serviks biasanya datang setelah kanker berada pada stadium
masa menopouse, timbulnya keputihan yang banyak dan bercampur dengan darah
serta berbau, nyeri panggul, nyeri saat berhubungan seksual dan kesulitan untuk
buang air kecil serta nafsu makan juga menurun (Karolina, 2010). Hal ini
mempengaruhi kualitas hidup menurut para ahli dalam kutipan Sekarwiri (2008)
hidup terdiri dari empat dimensi yang dapat dijadikan untuk mengukur kualitas
hidup, yaitu dimensi fisik, psikologi, hubungan sosial dan lingkungan. Dari
keempat dimensi kualitas hidup ini akan dapat diketahui, apakah kualitas hidup
seseorang tersebut baik, atau tidak. Dalam penelitian ini, yang akan diteliti adalah
bagaimana kualitas hidup wanita yang menderita kanker serviks, apakah kualitas
upaya memenuhi kebutuhan klien. Menurut A Maslow ada lima kebutuhan dasar
rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki, kebutuhan
perdarahan spontan pada masa menopouse, timbulnya keputihan yang banyak dan
bercampur dengan darah serta berbau, nyeri panggul, nyeri saat berhubungan
B. Tinjauan Kasus
keperawatan yaitu :
1 2 3 4 5
1. Identitas :
2. Gejala Awal :
- Keputihan yang - -
banyak, berbau dan
berwarna
- Perdarahan setelah
koitus
-
- Perdarahan spontan - -
Dx 6 : Gangguan bodi image b.d. adanya bau tidak enak pada vagina.
Dx 7 : Perubahan pola sexual b.d. adanya bau tidak enak pada vagina.
6. Dx 6 - -
7. Dx 7 - -
8. Dx 8 - - - -
9. Dx 9 - -
10. Dx 10 -
11. Dx 11 - - - -
Keterangan :
pasien kelolaan.
serviks.
Tabel. Evaluasi Keperawatan pada pasien kanker serviks di Ruangan RB1 Obgyn
evaluasi keperawatan. Pada pasien kelolaan yang dirawat di Ruangan RB1 Obgyn
setelah dilihat dari hasil pemeriksaan dan kondisi pasien perawat dan dokter dapat
memutuskan bahwa pasien tersebut sudah boleh pulang dan melakukan berobat
sudah agak membaik tetapi masih terlihat lemah jika dibandingkan dengan
keadaan sewaktu masuk. Ny. P menjalani rawatan selama 10 hari dengan keluhan
Jaringan yang diantar ke Patologi Anatomi membutuhkan waktu yang agak lama
yaitu seminggu maka perawat dan dokter memutuskan pasien untuk pulang dan
berobat jalan terlebih dahulu. Perawat menjelaskan kepada klien tentang jadwal
Ny. S masuk pada tanggal 09 Juni 2012 dengan keluhan keputihan yang
banyak, berwarna dan berbau. Klien menjalani operasi histerektomi radikal pada
tanggal 11 Juni 2012, kemudian menjalani perawatan intensif di ICU Pasca Bedah
selama 1 hari. Setelah kondisi Ny.S membaik, maka klien dirawat kembali di
Ruangan RB1 Obgyn. Klien dirawat selama kurang lebih 2 minggu, setelah luka
insisi kering, klien di latih melakukan Bladder Training. Melihat kondisi pasien
Ny. B masuk pada tanggal 25 Juni 2012 dengan keluhan perdarahan dan
sulit berkemih. Klien dirawat selama 3 hari di rumah sakit. Selama di rawat di
rumah sakit, klien mendapat perawatan invasif yaitu pemasangan kateter untuk
membantu kesulitan berkemih klien. Setelah dipasang kateter, tampak urine klien
pemeriksaan usg ginjal dan biobsi jaringan tetapi klien menolak dilakukan
tindakan tersebut, klien dan keluarga mengambil keputusan untuk PAPS (Pulang
atas permintaan sendiri) walaupun perawat dan dokter sudah menjelaskan klien
Ny. E masuk pada tanggal 2 Juni 2012 dengan keluhan keputihan yang
banyak, berbau dan berwarna. Selain gejala itu klien juga merasakan nyeri pada
pinggang dan panggul. Selama dirawat klien menjalani beberapa tindakan dan
pemeriksaan, hal ini dilakukan untuk memastikan diagnosa yang telah ditegakkan.
membutuhkan waktu yang agak lama yaitu seminggu maka perawat dan dokter
memutuskan pasien untuk pulang dan berobat jalan terlebih dahulu tetapi klien
mengatakan tidak mau pulang dulu dengan alasan rumah klien jauh dan
thorax, dari hasil foto tersebut tidak ada kelainan pada organ dalam dada. Pada
tanggal 14 Juni didapat hasil Biopsi jaringan dari PA yaitu klien dinyatakan (+)
positif kanker serviks dengan stadium IIIb. Kemudian klien direncanakan untuk
radioterapi terlebih dahulu dan sedang menunggu jadwal dari bagian radioterapi
untuk pemasangan simulator pada awal Juli. Pada tanggal 20 Juni klien dilakukan
USG ginjal dan didapatkan hasilnya terdapat pembesaran ginjal klien, setelah
mendapatkan hasil klien dikonsulkan kepada divisi urologi. Dari hasil konsul
sudah berkurang.
ditemukan data mulai dari identitas meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan
dan status perkawinan serta ditemukan gejala awal, keluhan pasien sehingga
timbul masalah keperawatan pada pasien yang dirawat di Ruangan RB1 Obgyn
(Onkologi).
terjadinya kanker serviks salah satunya adalah umur dan jumlah paritas. Kanker
serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Hal ini dapat
wanita yang sering partus. Semakin sering partus maka semakin besar
dari vagina makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
Sekitar 75-80% gejala perdarahan setelah coitus atau senggama akan dialami
wanita atau timbulnya perdarahan menstruasi yang lebih sering dan jumlah
volume darah banyak. Perdarahan yang timbul akan semakin sering terjadi tidak
hanya setelah coitus tetapi diluar coitus juga, ini sering disebut juga dengan
perdarahan spontan. Perdarahan spontan juga dapat terjadi pada wanita yang telah
akibat metastase dari sel kanker yaitu kegagalan faal ginjal (CRF = Chronic Renal
Failure) akibat infiltrasi tumor ke ureter sebelum memasuki kandung kemih, yang
akan merasakan keluhan yang lain seperti nyeri pada panggul dan nafsu makan
dengan pasien kanker serviks, didapatkan bahwa gejala awal yang mereka dapat
adalah keputihan 60%, perdarahan setelah koitus 80%, perdarahan spontan 60%,
rasa nyeri panggul 80%, sulit BAK 40%, dan yang melaporkan selera makan
meurun sebanyak 60% serta didapat diagnosa keperawatan yang paling banyak
pengobatannya b.d. tidak mengenal sumber informasi sebanyak 100%, 100% juga
kematian, ancaman perubahan status kesehatan, fungsi peran dan pola interaksi
dan sebanyak 80% klien mendapatkan masalah Nyeri b.d. penekanan sel kanker
pada saraf, kematian sel dan Gangguan kebutuhan tidur b.d. perubahan pola tidur.
Pada bab ini praktikan akan menyimpulkan hasil yang diperoleh praktikan
A. Kesimpulan
semuanya pasien kanker serviks mengalami nyeri dan susah tidur bahkan masalah
kesehatan tentang penyakit dan pengobatan yang dilakukan pada pasien tidak
pernah di edukasikan atau diberikan sehingga banyak pasien Kanker Serviks yang
sudah pulang tidak mengetahui apa itu kanker serviks dan efek samping
pengobatan sehingga pasien ulangan yang akan mendapatkan terapi sering merasa
Kesehatan tentang Kanker Serviks dan Kemoterapi di 3 (tiga) ruangan yaitu III4,
III5, III6 Rindu B1 Obgyn (Onkologi) dengan media Poster dan Leaflet.
serviks, didapatkan bahwa gejala awal yang mereka dapat adalah keputihan 60%,
perdarahan setelah koitus 80%, perdarahan spontan 60%, rasa nyeri panggul 80%,
sulit BAK 40%, dan yang melaporkan selera makan menurun sebanyak 60% serta
perubahan status kesehatan, fungsi peran dan pola interaksi dan sebanyak 80%
klien mendapatkan masalah Nyeri b.d. penekanan sel kanker pada saraf, kematian
sel dan Gangguan kebutuhan tidur b.d. perubahan pola tidur. Selain itu, klien juga
melakukan penilaian terhadap kualitas hidup pasien kanker serviks yang dirawat
di rumah sakit dengan membandingkan kondisi pasien saat masuk dan kondisi
kanker serviks di RB1 Obgyn (Onkologi) ketika masuk, didapatkan data bahwa
pasien kanker serviks dengan kualitas hidup buruk sebanyak 20% dan pasien
data bahwa sebanyak 60% cukup baik kualitas hidup pasien kanker serviks di
Ruangan Rb1 Obgyn adalah klien melakukan role play dengan kegiatan pagi
mengikuti operan pasien bed to bed di ruang RB1 Obgyn (Onkologi), melakukan
Ganti Perban pada pasien yang pasca operasi. Praktikan juga mendapat