You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keadaan kesehatan reproduksi di indonesia saat ini masih belum seperti
yang diharapkan dibandingkan dengan keadaan dinegara-negara lain.
Indoneisa masih tertinggal dalam banyak aspek kesehatan reproduksi. Masalah
kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama bukan hanya individu yang
bersangkutan, karena dampak menyanfkut berbagai askpek kehidupan dan
menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat (Manuaba, 2009).
Ada berbagai macam gangguan repoduksi seperti gangguan menstruasi,
syndrom premenstruasi, tumor yang berasal dari otot uterus atau yang disebut
mioma uteri. Gangguan sistem reproduksi yang sering terjadi pada wanita
adalah mioma uteri (Joedosaputra, 2005).
Di Jawa Tengah mioma uteri merupakan indikasi utama diakkanya
histerektomi yaitu sekitar 600.000 kasus setiap tahun, sedangkan miomektomi
hanya sekitar 37.000 kasus (Victory et-al, 2006). Kejadian mioma uteri lebih
tinggi pada usia diatas 35 tahun yaitu mendekati angka 40%. Tingginya angka
kejadian mioma uteri atara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan
mioma uteri dengan estrogen yang meningkat. Mioma uteri dilaporkan belum
pernah terjadi sebeum menarche dan menopause (Notoatmodjo, 2005).
Angka kejadian mioma uteri di Negara berkembang maupun negara-
negara maju masih relatif banyak. Di Indonesia masih ditemukan penderita
mioma uteri 2.39-11.7% dari semua penderita ginekologi yang dirawat
(Joedosaputra, 2005).
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia repsoduksi dan
sekitar 40-50% pada wanita usia diatas 40 tahun. Mioma uteri jarang
ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid) sedangkan pada
wanita menopose mioma uteri ditemukan sebesar 10% (Joedosaputra, 2005).
Mioma uteri ini sering kali terjadi tanpa disertai gejala (asitomatik) an
sering kali ditemukan saat pemeriksaan panggul. Hampir sebagian kasusu
mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologis karena

1
tumor ini tidak menganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat bergantung pada
tempat sarang tumor mioma berada (serviks, intramarula, cubmukosa, cub
serosa) besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi (Wiknjosastro,
2005).
Beberapa masalah dari miooma uteri yang perlu kita pikirkan adalah
bahwa angka kejadian dan angka kesakitannya masih tinggi atas dasar itu
diperlukan penanganannya yang tepat pada klien ( Wiknjosastro, 2005). Kasus
post histerektomi atas indikasi mioma uteri apabila tidak segera ditangani akan
menyebabkan infeksi dan juga penyembuhan luka insisi yang cukup lama
serta perdarahan pada kasus mioma uteri, adanya perdarahan dan perlunya
pegawasan dan observasi karena dapat menyebabkan kematian ibu (
Joedosaputro, 2005).
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya tindakan
terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau pervaginam.
Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor
angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri
akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umunya
dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis
dalam mengangkat uterus (Anomim, 2008). Kasus post histerektomi apabila
tidak segera ditangani akan menyebabkan infeksi dan juga penyembuhan luka
insisi yang cukup lama serta perdarahan pada kausu mioma uteri, adanya
perdarahan dan perlu pengawasan dan observasi karena dapat menyebabkan
kematian ibu (Joedosaputro, 2005).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami lebih dalam lagi yang
dimaksud dengan asuhan keperawatan mioma uteri dengan post operasi
histerektomi.
2. Tujuan Khusus

2
a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinik, komplikasi, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaa, asuhan keperawatan post operasi histerektomi.
b. Menigkatkan kemampuan dalam penulisan asuhan keperawatan.

C. Ruang Lingkup
Asuhan keperawatan ini hanya membahas mengenai pengertian mioma
uteri itu sendiri, beserta patofisiologi yang diantaranya menjelaskan mengenai
etiologi, manifestasi klinik, komplikasi, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan dengan post operasi
histerektomi.

D. Sistematika Penulisan
Pada BAB I Pendahuluan berisikan Latar Belakang, Tujuan yang terdiri dari
tujuan umum dan tujuan khusus, Ruang Lingkup, dan Sitematika Penulisan.
Pada BAB II Tinjauan Teoritis yang berisikan pengertian dan patofisiologi
yang menjelaskan mengenai Etiologi, Manifestasi Klinik, Komplikasi,
Pemeriksaan Penunjang, Pencegahan, Penatalaksanaan Medis dan Asuhan
Keperawatannya itu sendiri. Pada BAB III berisikan Resume Asuhan
Keperawatan Tentang Mioma Uteri Dengan Post Operasi Histerektomi. Pada
BAB IV Pembahasan. Pada BAB V Penutup berisikan Kesimpulan dan Saran.

You might also like