You are on page 1of 16

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Adanya advokasi dibutuhkan dalam menyelesaikan perbedaan atau

masalah yang sering terjadi karena suatu perbedaan atau kebijakan yang tidak

diinginkan dari salah satu pihak, maka adanya advokasi membantu proses

penyelesaian masalah atau perbedaan pendapat tersebut.

Dalam komunikasi antara anggota masyarakat, argumentasi merupakan

suatu cara yang sangat berguna, baik bagi perorangan maupun bagi anggota-

anggota masyarakat secara keseluruhan, sebagai alat pertukaran informasi yang

tidak dipengaruhi oleh pandangan-pandangan yang subyektif. Dengan

menyodorkan fakta-fakta sebagai evidensi, maka mereka yang menerima

informasi merasa yakin bahwa apa yang disampaikan patut diterima sebagai

kebenaran.

Bila seorang pengarang menghadapi suatu persoalan yang serius dan

yang dapat membawa akibat yang besar, serta ingin mengemukakan masalah

tersebut dalam tulisan, maka ia harus mengambil sikap yang pasti untuk

mengungkapkan segala persoalan itu dengan kesanggupan intelektualnya, dan

bukan sekadar mana-suka atau dengan pendekatan yang emosional. Ia harus

berusaha untuk menyelidiki: apa yang menimbulkan masalah tersebut; apa

tujuan yang nyat dari persoalan itu; apakah ada tujuan yang tersembunyi; apakah

ada keuntungan atau kerugian untuk mencapai tujuan tersebut; tujuan mana yang

kiranya mendatangkan manfaat yang besar; dan bagaimana cara mengatasinya.


Pendeknya, penulis harus berusaha untuk menyampaikan pendapatnya secara

teratur dan kritis, sesudah menjawab semua pernyataan tadi dengan obyektif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengetian dari advokasi ?
2. Apa tujuan dari advokasi?
3. Apa saja kegiatan dari advokasi ?
4. Apa pengertian dari argumentasi advokasi ?
5. Apa pengertian dari perbandingan ?
6. Apa pengertian dari genus dan definisi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari advokasi
2. Untuk mengetahui tujuan dari advokasi
3. Untuk mengetahui kegiatan dari advokasi
4. Untuk mengetahui pengertian dari argumen advokasi
5. Untuk mengetahui pengertian dari perbandingan
6. Untuk mengetahui pengertian dari genus dan definisi
BAB 2. ISI

2.1 Pengertian Advokasi


Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap
seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan
dibidang hukum atau pengadilan. Sesorang yang sedang tersangkut perkara atau
pelanggaran hukum, agar memperoleh keadilan yang sesungguh-sungguhnya. Mengacu
kepada istilah advokasi dibidang hukum tersebut, maka advokasi dalam kesehatan
diartikan upaya untuk memperoleh pembelaan, bantuan, atau dukungan terhadap
program kesehatan.
Menurut Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan
publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Dari beberapa catatan
tersebut dapat disimpulkan secara ringkas, bahwa advokasi adalah upaya atau proses
untuk memperoleh komitmen yang dilakukan secara persuasif dengan menggunakan
informasi yang akurat dan tepat.
Advokasi terhadap kesehatan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-
orang di bidang kesehatan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan
terhadap kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada level pembuat kebijakan,
bagaimana orang-orang yang bergerak di bidang kesehatan bisa mempengaruhi para
pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan memerhatikan kesehatan. Advokasi dapat
dilakukan dengan mepengaruhi para pembuat kebijakan untuk membuat peraturan-
peraturan yang bisa berpihak pada kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan
lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku sehat dapat terwujud di masyarakat
(Kapalawi, 2007).
Definisi Chapela 1994 yang dikutip WISE (2001) secara harfiah: melakakukan
advokasi berarti mempertahankan, berbicara mendukung seseorang atau sesuatu atau
mempertahankan ide. Sedangkan advokator adalah seseorang yang melakukan kegiatan
atau negosiasi yang ditujukan untuk mencapai sesuatu untuk seseorang,kelompok
,masyarakt tertentu atau secara keseluruhan.
Advokasi adalah suatu alat untuk melaksanakan suatu tindakan (aksi),
merupakan ikhtiar politis yang memerlukan perencanaan yang cermat untuk dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Diperlukan langkah-langkah sistematis dengan
melibatkan masyarakat yang akan diwakili. Masyarakat di sini bisa bervariasi
tergantung siapa yang melakukan advokasi. Masyarakat atau suatu komunitas tertentu
suatu saat bisa berperan sebagai advokat, tetapi di lain waktu bisa juga berperan sebagai
saluran advokasi itu sendiri, dan pada saat lain bisa berperan sebagai kelompok yang
diwakili oleh seseorang dalam melakukan suatu advokasi.

2.2 Tujuan Advokasi


a. Komitmen politik ( Political commitment )
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk
mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat,misalnya untuk pembahasan kenaikan anggaran kesehatan,contoh konkrit
pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh presiden.Untuk meningkatkan komitmen ini
sangat dibutuhkan advokasi yang baik.
b. Dukungan kebijakan ( Policy support )
Adanya komitmen politik dari para eksekuti,maka perlu ditindaklanjuti dengan
advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telah
memperoleh komitmen politik tersebut.
c. Penerimaan sosial ( Social acceptance )
Penerimaan sosial artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat.Suatu
program kesehatan yang telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan,maka
langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh
dukungan masyarakat.
d. Dukungan sistem ( System support )
Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau prosedur
kerja yang jelas mendukung. Mengingat bahwa masalah kesehatan merupakan dampak
dari berbagai sektor, maka program untuk pemecahanya atau penangulanganya harus
bersama-sama dengan sektor lain.
2.3 Kegiatan-kegiatan Advokasi
a. Lobi Politik (political lobbying)
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal kepada para pejabat untuk
menginformasikan dan membahas masalah dari program kesehatan yang akan
dilaksanakan.
b. Seminar atau presentasi
Seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program dan lintas
sektor. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya, lengkap
dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta rencana program pemecahannya,
diperoleh komitmen dan dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan.
c. Media advokasi (media advocacy)
Advokasi media adalah melakukan kegiatan advokasi dengan menggunakan
media khususnya media massa. Melalui media cetak maupun media elektronik
permasalahan kesehatan disajikan baik dalam bentuk lisan, artikel, berita, diskusi,
penyampain pendapat, dan sebagainya.
d. Perkumpulan (asosiasi) peminat
Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau keterkaitan
terhadap masalah terntu atau perkumpulan profesi adalah juaga merupakan bentuk
advokasi.
2.4 Argumentasi Advokasi
Argumentasi ialah paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk
membangun suatu kesimpulan. argumentasi pemaparan dengan maksud untuk
memberikan alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau
gagasan. Corak karangan ini termasuk karangan yang paling sulit bila dibandingkan
dengan corak karangan yang lain. Dalam hal ini tidak berarti bahwa karangan
argumentasi lebih penting atau lebih berharga daripada jenis karangan-karangan yang
lainnya, tetapi kesulitan tersebut muncul karena perlu adanya alasan dan atau bukti yang
dapat meyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan gagasan,
pendapat, sikap, dan keyakinan kita. Jadi, pada setiap karangan argumentasi selalu kita
dapati alasan ataupun bantahan yang memperkuat ataupun menolak sesuatu secara
sedemikian rupa guna mempengaruhi keyakinan pembaca sehingga berpihak kepada
atau sependapat dengan penulis.
Dibawah ini adalah beberapa hal yang dapat memperkuat argumentasi dalam melakukan
kegiatan advokasi yaitu :
a. Crideble
Artinya program yang kita tawarkan atau ajukan itu harus menyakinkan para
penentu kebijakan atau pembuat keputusan. Oleh sebab itu sebaiknya sebelum
program itu diajukan harus dilakukan kajian lapangan, jangan hanya berdasarkan
data atau laporan yang tersedia yang kadang tidak sesuai dengan kenyataan
dilapangan.
b. Feasible
Artinya program yang diajukan tersebut baik secara teknik, politik, maupun
ekonomi dimungkinkan atau layak. Layak secara teknik artinya program tersebut
dapat dilaksanakn, petugas mempunyai kemampuan kyang cukup sarana dan
prasarana pendukung tersedia, secara politik artinya program tersebut tidak akan
membawa dampak politik pada masyarakat, sedangkan layak secara ekonomi
artinya didukung oleh dana yang cukup.
c. Relevant
Artinya program yang diajukan tersebut paling tidak mencakup dua kreteria,
yaitu : memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar dapat memecahkan
masalah yang dirasakan masyarakat. Oleh sebab itu semua program yang benar-
benar relevan, dalam arti dapat membantu pemecahan masalah masyarakat dan
memenuhi kebutuhan masyarakat sudah barang tentu akan didukung.
d. Urgent
Artinya program yang diajukan tersebut harus mempunyai urgensi yang tinggi
dan harus segera dilaksanakan kalau tidak, akan menimbulkan masalah yang
lebih besar lagi. Oleh sebab itu program alternatif yang diajukan adalah yang
paling baik diantara alternatif-alternatif yang lain.
e. High Priority
Artinya program yang diajukan tersebut harus mempunyai preoritas yang tinggi.
Agar para pembuat keputusan atau penentu kebijakkan menilai bahwa program
tersebut mempunyai preoritas tinggi, diperlukan analisis yang cermat, baik
terhadap masalahnya sendiri, maupun terhadap alternatif pemecahan masalah
atau program yang akan diajuakan.

2.4.1 Sasaran argumentasi


Argumentasi atau tulisan argumentatif yang ingin mengubah sikap dan pendapat
orang lain bertolak dari dasar-dasar tertentu, menuju sasaran yang hendak dicapainya.
Dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi adalah:
a. Pembicara atau pengarang harus mengetahui serba sedikit tentang subyek yang
akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prisip ilmiahnya.
b. Pengarang harus bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau
pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri.
c. Pembicara atau penulis argumentasi harus berusaha unutk mengemukakan
pokok persoalannya dengan jelas; ia harus menjelaskan mengapa ia harus
memilih topic tersebut.
d. Pembicara atau penulis harus menyelidiki persyaratan mana yang masih
diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan yang dibahas
itu, dan sampai di mana kebenaran dari pernyataan yang telah dirumuskannya
itu.
e. Dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu, maksdu
yang mana yang lebih memuaskan pembicara atau penulis untuk menyanpaikan
masalah.
Di samping prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, penulis selalu berusaha pula
unutk membatasi persoalannya, dan menetapka di mana terletak titik atau sasaran
ketidaksesuaian pendapat antara pengarang dan pembaca. Dengan demikian ia dapat
mengubah keyakinan atau menpengaruhi sikap dan tindakan pembaca atau hadirinnya.
Untuk membatasi persoalan dan menetapkan titik ketidaksesuaian , maka
sasaran yang harus ditetapkan untuk diamankan oleh setiap pengarang argumentasi
adalah:
a. Argumentasi itu harus mengandung kebenaran untuk mengubah sikap dan
keyakinan orang mengenai topic yang akan diargumentasikan. Harus menyusun
fakta-fakta menuju suatu kesimpulan yang dapat diterima, atau ia harus
menyusun proposisi-proposisi yang benar. Dengan demikian, lawannya tidak
bisa mengajukan fakta atau proposisi dan kesimpulan yang bertentangan dengan
fakta dan kesimpulan itu.
b. Pengarang harus berusaha untuk menghindari setiap istilah yang dapat
menimbulkan prasangka tertentu. Bila pengarang merumuskan proposisi tadi
dengan mengungkapkanya dalam bentuk pertanyaan, maka pengarang
sebenarnya meragukan atau menyangsikan sesuatu yang ingin
diargumentasikannya.
c. Pembatasan pengertian atau definisi sebuah istilah hanya sekadar merupakan
proses pembentukan makna untuk meletakkan dasar-dasar persamaan pengertian
bagi istilah yang akan digunakan itu, tetapi hal itu sangat penting supaya tujuan
utama jangan diabaikan atau terganggu hanya karena timbul ketidaksepakatan
baru mengenai istilah itu.
d. Pengarang harus menetapkan secara tepat titik ketidaksepakatan yang akan
diargumentasikan. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting.
2.5 Perbandingan
Perbandingan adalah pengembangan wacana argumentasi yang dilakukan
dengan mengemukakan persamaan dan perbedaan dua hal. Dalam perbandingan,
terkandung pengertian bahwa salah satu dari hal yang dibandingkan mempunyai
kelebihan dari hal lain yang dijadikan dasar perbandingan. Hal yang dijadikan dasar
perbandingan merupakan ide pokok. Adapun ciri-ciri dari perbandingan yaitu:
a. Objek yang diangkat atau dibicarakan di dalam perbandingan bersifat konkret.
b. Isinya adalah pembicaraan tentang dua buah objek yang terdapat kemiripan di
dalamnya untuk mencari kesamaan serta perbedaan dari kedua objek tersebut.
c. Argumentasi metode perbandingan hanya membicarakan tentang perbandingan
dan kesamaan kedua objek tersebut tanpa memihak pada satu objek tertentu.
2.6 Genus dan Definisi
Genus adalah pengembangan wacana argumentasi dengan argumen-argumen
yang menggunakan kelas atau kelompok. Metode ini dilakukan dengan cara
mengemukakan argumen atau fakta yang ada pada kasus tersebut. Genus dijadikan ide
pokok dan argumen-argumennya dijadikan ide-ide penjelas. Definisi adalah
pengembangan wacana argumentasi yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi atau
mengemukakan ciri-ciri sebuah topik atau sesuatu secara detail. Topik yang
diidentifikasikan menjadi ide pokok dan hasil identifikasinya sebagai ide-ide penjelas.
Argumentasi yang menggunakan genus dan definisi biasanya menguraikan tulisan
yang panjang lebar mengenai objek dan kelasnya. Tujuan membuat definisi adalah
untuk menetapkan genus dari objek yang dibicarakan. Penulis biasanya membuat
definisi luas dengan menjelaskan ciri-ciri dari sebuah genus.
Argument-argumen yang mempergunakan genus dan definisi memiliki hakikat
yang sama, sebab keduanya mempergunakan wujud barang atau klasifikasi yang sudah
ada. Klasifikasi dapat pula merupakan sesuatu yang baru berkat pemikiran pengarang.
Namun dalam hal mana pun harus jelas dasar dan ciri kelas yang dikemukakannya.
Genus adalah sesuatu yang lebih luas lingkupnya dari obyek yang dibicarakan,
sedangkan contoh adalah genus dari obyek yang dibicarakan.
Dalam hal ini, manusia merupakan sebuah genus atau kelas. Dalam genus ini
terdapat semua argumen atau bukti yang dimiliki oleh semua anggota kelas, dimana
manusia sebagai salah satu anggota kelasnya. Di sini pengarang harus mengajukan
argumen atau fakta mengenai genus, sehingga dapat meyakinkan semua orang bahwa
benar kelas itu memiliki ciri-ciri tersebut.
Argumentasi dilanjutkan dengan proposisi yang mempergunakan manusia
sebagai sebuah genus atau kelas. Dalam tahap ini, pengarang berusaha kembali untuk
mengemukakan cirri yang dianggap sebagai cirri-cairi dari seorang manusia, seperti
berakal budi, bebas berpendapat, bebas berfikir dan bebas untuk menentukan nasibnya
sendiri.
Keberhasilan retorika disini akan tercapai, juka penulis sanggup
mengungkapkan hal-hal yang betul-betul merangsang setiap orang untuk mepercayai
dan menerima bahwa hal-hal itulah merupakan ciri-ciri manusia. Apabila dia
mengemukakan ciri-ciri yang tidak diterima oleh pembaca sebagai ciri manusia, maka
akan lemahlah argumentasinya.
Argumentasi mempergunakan definisi sebagai landasan geraknya yang
cenderung menguraikan objek dan kelasnya. Definisi itu tidak lain daripada usaha
menetapkan genus bagi objek yang dibicarakan. Dan penulis biasaya membuat definisi
luas dengan berusaha menjelaskan ciri-ciri yang dikenakan pada sebuah genus.

2.7 Analisis kasus


1. Kasus perbandingan: perbandingan antara ketua YLKI dengan menteri ESDM
mengenai pajak freeport dengan setoran cukai rokok.
Argumentasi: kelompok kami sependapat dengan ketua pengurus harian yayasan
lembaga konsumen indonesia, karena opini yang di utarakan oleh tulus abadi
disertai dengan bukti atau alasan yang kuat. Bea cukai rokok yang tinggi bukan
di bayar oleh industri rokok melainkan oleh masyarakat indonesia yang
merokok. Industri rokok sering melakukan perlawanan terhadap kebijakan
pemerintah, selain itu menurut tulus abadi bea cukai yang ada di indonesia
masih terbilang rendah. Sebaiknya menteri ESDM merevisi pernyataannya
mengenai perbandingan setoran pajak freeport dengan industri rokok.
2. Kasus genus dan definisi: definisi pemimpin
Argumentasi: kolompok 4 sependapat dengan definisi mengenai pemimpin
menurut para pelajar dan anies baswedan yang menyatakan bahwa pemimpin
adalah orang yang bisa di contoh, bertanggung jawab, bekerja tuntas, dan
seseorang yang memiliki pengikut. Menurut kami pemimpin adalah seseorag
yang memiliki keterampilan yang mempengaruhi orag lain untuk melakukan
aktifitas tertentu demi mencapai tujuan.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Advokasi adalah upaya atau proses untuk memperoleh komitmen yang
dilakukan secara persuasif dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat.
Tujuan advokasi terdiri dari komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial
dan dukungan sosial, sedangkan kegiatan advokasi terdiri dari lobi, seminar atau
presentasi, media advokasi, dan perkumpulan (asosiasi) peminat.
Argumentasi adalah paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk
membangun suatu kesimpulan. Metode advokasi argumentasi ada beberapa diantaranya
yaitu perbandinagn, genus dan definisi. Perbandingan adalah pengembangan wacana
argumentasi yang dilakukan dengan mengemukakan persamaan dan perbedaan dua hal,
genus adalah pengembangan wacana argumentasi dengan argumen-argumen yang
menggunakan kelas atau kelompok, dan definisi adalah pengembangan wacana
argumentasi yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi atau mengemukakan ciri-ciri
sebuah topik atau sesuatu secara detail.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman, ed. Bahasa dan Kesustraan Indonesia Sebagai Tjermin Manusia Indonesia
Baru. Jakarta: Gunung Agung, 1967.
Glenz, Karen. 1990. Health Behavior and Health Education, Theory Research and
Practice. San Francisco,oxford: Joosey-Bas Publiser.

Kerap, Guys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia, 1982.


Notoatmojo,soekijo. 1990. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Soekidko Notoadmojo, Promosi Kesehatan, penenrbit Rineka Cipta, Jakarta, 2010
YLKI Minta Jonan Tak
Bandingkan Setoran
Freeport dengan
Industri Rokok
IWAN SUPRIYATNA
Kompas.com - 22/02/2017, 13:30 WIB

Ketua Harian Pengurus YLKI Tulus Abadi saat konfrensi pers di Kantor YLKI Pancoran,
Jakarta Selatan, Senin (23/1/2017).(Pramdia Arhando Julianto)

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Pengurus Harian Yayasan


Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi turut berkomentar
mengenai kemelut antara pemerintah Indonesia dengan PT
Freeport Indonesia (PTFI).

Dalam pernyataannya, Tulus kurang setuju dengan pernyataan


Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius
Jonan yang membandingkan besaran setoran PTFI dengan industri
rokok ke negara.

(Baca: Jonan: Freeport Ini, Bayar Rp 8 Triliun Saja Rewel Banget)


Seperti diberitakan sebelumnya, menteri Jonan saat itu mengatakan
bahwa setoran pajak Freeport hanya Rp 8 triliun tapi rewel atau
banyak omong, dibandingkan setoran cukai rokok sebesar Rp 135
triliun tapi tidak rewel.

Tulus menilai, membandingkan setoran atau kontribusi Freeport


dengan industri rokok ke negara adalah suatu hal yang berlebihan
bahkan cenderung menyesatkan.

"Membandingkan kontribusi Freeport dengan kontribusi industri rokok


adalah pernyataan yang lebay (berlebihan) bahkan menyesatkan,"
kata Tulus dalam keterangannya, Rabu (22/2/2017).

Penyataan Tulus tersebut bukan tanpa alasan. Menurut dia terdapat


tiga poin yang harus digarisbawahi.

Pertama, cukai rokok Rp 135 triliun bukan dibayar oleh industri rokok,
tapi dibayar oleh konsumen perokok. Jadi bukan industri rokok yang
membayar Rp 135 triliun, tapi masyarakat Indonesia yang merokok.
Karena cukai dibayar perokok.

Kedua, industri rokok di Indonesia bukan hanya rewel, tetapi justru


melakukan perlawanan terhadap regulasi itu sendiri.

Industri rokok adalah industri yang paling bandel karena tidak mau
diatur pemerintah. "Itulah perilaku industri rokok besar di Indonesia
yang acap melakukan perlawanan dan pembangkangan terhadap
regulasi dan kebijakan pemerintah," kata dia.

Ketiga, bahwa angka Rp 135 triliun dari cukai rokok itu pun juga masih
sangat kecil. Karena seharusnya pemerintah bisa mendapatkan cukai
rokok sekitar Rp 300 triliun. Apalagi jika dibandingkan dengan dampak
sosial ekonomi dari konsumsi rokok, maka angka Rp 135 triliun itu
tidak ada apa-apanya.

Jika melihat tiga poin tersebut, maka sudah selayaknya pemerintah


tidak lagi membandingkan setoran Freeport dengan industri rokok ke
pemerintah Indonesia.

"YLKI mendesak Menteri ESDM untuk tidak membandingkan masalah


Freeport dengan industri rokok. Dan mendesak untuk merevisi
pernyataan tersebut. Pernyataan Jonan terhadap cukai rokok, selain
menyesatkan dan salah, juga akan membuat industri rokok makin
besar kepala," tegasnya.
Saat Anies Tanya soal
Definisi Pemimpin
kepada Para Pelajar...
JESSI CARINA
Kompas.com - 02/04/2017, 14:46 WIB

Calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersama para pelajar usai mengisi acara di
Masjid Jami Matraman, Minggu (2/4/2017). (KOMPAS.com/JESSI CARINA )

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon gubernur nomor urut 3 DKI


JakartaAnies Baswedan diundang untuk menjadi narasumber dalam
acara "100 Cinta Pelajar untuk Jakarta" di Masjid Jami Matraman,
Pegangsaan, Minggu (2/4/2017). Anies berdiskusi dengan para pelajar
mengenai arti dari pemimpin.

"Apa sih definisi pemimpin itu?" tanya Anies.

Anies pun menunggu para pelajar untuk menjawab pertanyaannya.


Setelah beberapa lama, para pelajar mulai menjawab pertanyaan
Anies.

"Pemimpin itu yang bisa mencontohkan ke bawahan dan kerjanya


tuntas," ujar salah seorang pelajar.

"Jadi pemimpin itu orang yang bisa jadi contoh ya? Ayo ada lagi
enggak?" tanya Anies.
Pelajar lain menjawab bahwa pemimpin adalah orang yang bisa
menjadi contoh dan bertanggung jawab. Diskusi pun berlanjut. Pelajar
lain mengatakan seseorang disebut pemimpin karena bisa
mengorganisir.

"Jawabannya sih benar, tapi harus lebih tepat sedikit. Siapa sih yang
disebut pemimpin itu?" tanya Anies.

Advertisment

Anies pun akhirnya menjelaskan definisi pemimpin yang dia maksud.


Anies mengatakan seseorang disebut pemimpin bila diikuti oleh orang
lain.

"Anda disebut pemimpin jika dan hanya jika ada orang yang mengikuti
anda. You are a leader if you have follower," ujar Anies.

Anies pun meminta para pelajar untuk belajar menjadi pemimpin.


Khususnya mereka yang akan memasuki masa kuliah. Anies meminta
mereka untuk aktif mengikuti kegiatan di dalam dan di luar kampus
selama menjadi mahasiswa nanti.

"Selama kuliah saya ingin pesan, sibukanlah diri Anda denga kegiatan.
Jangan jadi mahasiswa yang waktunya senggang. Kalau senggang,
Anda punya masalah. Anda harus sibuk," ujar Anies.

Anies mengatakan menjadi pemimpin bukan berarti mengejar jabatan.


Anies juga berpesan agar mereka menjadi pemimpin yang saling
menghargai.

"Bersiap lah menjadi pemimpin. Artinya hormati sesama, belajar lah


jadi pemimpin," ujar Anies.

You might also like