Professional Documents
Culture Documents
Langit biru memudar , digantikan sinar jingga yang kian merona . Pelan namun pasti ,
mentari merangkak menuju peraduannya . Petang mulai menyapa ,dan mengusir cerahnya
siang. Diiringi angin yang bernafas pelan, aku duduk menikmati arena balap di suatu tempat
wisata bersama Mida, sahabatku . Sesekali aku mengedarkan pandangan ke sekelilingku .
Aku melihat segerombalan cewek dan cowok yang sedang berpose ria saling bergatian untuk
memotret , canda tawa menghiasi kebersamaan segorombolan cewek dan cowok itu. Nanti
kalau kita kuliah , kita akan seperti mereka ujar Mida tiba tiba , tanpa ku sadari Mida juga
memperhatikan segerombalan cewek dan cowok itu . tentu Mida , dan sekarang aku semakin
tak sabar ingin cepat kuliah,ingin cepat meresakan seperti mereka jelas aku , sambil
menunjuk ke arah segerombolan cewek dan cowok itu.
Tak lama usai percakapan singkat itu , aku dan Mida beranjak dari tempat duduk.
Baru sejengkal kami melangkahkan kaki , seorang anak mendekati aku dan Mida . Anak itu
tak sendirian, beberapa orang membubuntuti di belakangnya . Ada Ibunya , ayahnya ,
Adiknya dan seorang lagi laki laki paruh baya. Ma,.. ayo itu ada mbak Ijo , seru anak
berusia 10 tahun itu , sambil menyeret ibunya dan berlalri ke arahku . Anak kecil itu Dita ,
dan Ibunya Bu Sari, dia adalah wali kelasku . Tepatnya wali kelas aku dan Mida . Ayahnya
Pak Ilham dan adiknya Rina , sementara lelaki paruh baya itu adalah Pak Raden seorang guru
di SMA tempatku bersekolah. Ya , sebenarnya aku dan Mida sedang pergi rekreasi bersama
teman sekelas . Namun, aku sengaja mengajak Mida berpisah dari rombongan , karena
sebenarnya aku menghindari Dita yang sejak awal menguntit dan tak mau lepas dariku .
Bukan tak mau direpotkan anak kecil , tapi aku hanya ingin benar benar bebas menikmati
liburan di tempat wisata ini bersama Mida , dan teman teman yang lain . Dan sekarang
usahaku untuk lepas dari Dita tak berhasil , karena Dita sudah berada di depanku . Mbak Ijo
, tadi aku nyariin mbak kata Dita,lalu langsung meraih tanganku dan menggandengnya
dengan manja. Dita memanggilku Mbak Ijo karena aku mengenakan Baju berwarna Hijau
dipadu kerudung yang juga berwarna senada dengan bajuku.Mbak Ijo kemana aja sih dari
tadi??, belum ku jawab pertanyaan Dita , Bu Sari sudah menyela terlebih dahulu. Iya , ini
Dita, Dia merengek mencari kamu terusJelas Bu Sari . Aku hanya tersenyum tipis , tanpa
mengeluarkan sepatah kata dari bibirku . Mida menyeggolku , memberi kode agar aku tak
menampakkan muka kusut di depan Dita dan Bu Sari.
Sudahlah , kamu nggak mungkin kan ninggalin Dita , gak enak tuh sama Bu Sari. Sabar aja
, kalau sabar pasti ada hikmanya bisik Mida Pelan.
Bagaimana kalau kita jalan jalan sekarang kali ini Pak Raden angkat bicara.
Aku kembali memperhatikan lelaki roker itu . Ternyata dia tak sendirian , lelaki itu
ditemani kedua orangtuanya . Aku semakin kagum melihatnya , sebab jarang sekali seorang
anak lelaki mau ditemani kedua orangtuanya untuk rekreasi. Antrian semain lama semakin
padat . Bu sari , Pak ILham , Pak Raden , termasuk Dita dan adiknya semakin tak sabar dan
jenuh menunggu antrian . Tapi tidak denganku dan Mida . Kami berdua justru ingin berlama
lama menikmati sesaknya antrian , karena Pangeran roker itu .Akhirnya setelah satu jam lebih
tiba giliran aku,Mida, Bu Sari dan keluarganya termasuk Pak Raden juga tak ketinggalan
Pangeran roker bersama kedua orang tuanya masuk dalam studio film 4 dimensi. Dita
membuntutiku , namun aku tak menghiraukannya . Aku sibuk mencari tempat duduk
untukkku dan Mida . Mbak , duduk disini saja Pak Raden menawarkanku duduk di
depannnya . Kebetulan sekali di depan Pak Raden ada dua kursi kosong . Dan beruntungnya
Pangeran Roker duduk di sebelah Pak Raden . Artinya dia duduk tepat di belakangku .Yah
aku bersyukur sekali . Aku tersenyum sumringah , Mida memperhatikanku . Dia tahu apa
yang aku rasakan saat ini . Lebih dari sekedar rasa senang , ini membahagiakan . Film
dimulai , kursi mulai bergoyang mengikuti alur cerita dalam Film. Jantungku berdebar ,
bukan karena Film 4 dimensi yang ku tonton , melainkan karena aku berada dekat dengan
Pangeran roker itu.
Tiga puluh menit berlalu , Film telah selesai . Aku bergegas keluar studio bermaksud
mengikuti Pangeran roker itu . Tak kupedulikan panggilan Mida yang memintaku menunggu
Bu Sari , Pak Ilham , Dita , Rina ,dan Pak Raden . Aku mempercepat langkahku , Mida
tergopoh gopoh menyusulku . Akhirnya Mida bisa menyelaraskan langkahnya denganku .
Kami bersama sama mengikuti Pangeran roker dan kedua orang tuanya itu . Namun sayang ,
aku dan Mida ketinggalan jauh . Kini aku hanya bisa memandang siluet tubuh pangeran roker
yang tak terlihat lagi , dan tenggelam di keramaian . Semoga aku bisa bertemu lagi dengan
pangeran roker . Ya , Sayonara Pangeran Roker.