Professional Documents
Culture Documents
V
I
-
2
0
Sub Sektor
1 8.822.140.000
Perumahan
A. Perumahan 3.244.500.000
C.
Permbersihan 4.871.460.000
Puing
D. Huntara
300.000.000
(Kontrakan)
Sub Sektor
2 Prasarana
Lingkungan
A. Drainase 51.000.000
B. Pagar 2.151.300.000
C. MCK 196.350.000
D. Pembersihan
983.280.000
Lingkungan
PERUMAHAN 12.204.070.000
Tabel 5.2
1 Transportasi 54.688.451.500
Air dan
3 1.032.286.250
Sanitasi
Sumberdaya
3 52.807.700.000 3.057.000.000 49.750.700.000
Air
SEKTOR
INFRASTRU 267.842.355.664
KTUR
Tabel 5.3
1 Kesehatan 5.011.964.000
2 Pendidikan 7.521.903.900
3 Sosial 1.038.812.514
4 Agama 0
Sumber pendanaan dari APBN diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pemulihan sub
sektor pertanian, peternakan, perikanan, perdagangan, koperasi dan UKM,
perindustrian dan pendampingan/pemberdayaan ekonomi masyarakat. Sumber
pendanaan dari APBD Provinsi Nusa Tenggara Barat diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan peningkatan kapasitas UKM dan perdagangan. Sumber pendanaan dari
APBD Kabupaten Pacitan diarahkan untuk pemulihan sub sektor pertanian,
peternakan, perikanan, dan koperasi dan UKM. Sementara itu sumber pendanaan
lainnya diperoleh dari swasta untuk pembangunan industri menengah. Rekapitulasi
kebutuhan dan sumber pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi sektor ekonomi
disajikan dalam Tabel 5.4.
Tabel 5.4
1 Pertanian 22.405.080.000
2 Peternakan 307.160.000
3 Perikanan 700.926.800
4 Perindustrian 2.655.000.000
5 Perdagangan 2.334.000.000
SEKTOR
28.402.166.800
EKONOMI
Sumber pendanaan dari APBN diarahkan untuk memenuhi kebutuhan sub sektor
ketertiban (POLRI), keamanan (TNI), dan lingkungan hidup untuk penanganan
pemulihan Subdas -sungai hulu, penghijauan sempadan sungai dan pengolahan
sampah, serta pengurangan resiko bencana. Sumber pendanaan dari APBD Provinsi
Nusa Tenggara Barat diarahkan untuk memenuhi kebutuhan sub sektor
pemerintahan, dan sub sektor lingkungan hidup untuk penyediaan peralatan dan
mesin kebersihan. Sumber pendanaan dari APBD Kabupaten Pacitan diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan sub sektor pemerintahan. Sementara itu sumber
pendanaan lainnya diperoleh dari Perbankan untuk kebutuhan ATM.
Tabel 5.5
1 Pemerintahan 18.591.422.719
Keuangan dan
2 0
Perbankan
Ketertiban
3 0
(POLRI)
4 Keamanan (TNI) 0
Pengurangan
6 Resiko Bencana 250.000.000
(PRB)
Sumber pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi berasal dari APBN berupa dana siap
pakai BNPB, hibah pemerintah kepada pemerintah daerah (dari Kementerian
Keuangan), DIPA Kementerian/Lembaga teknis terkait, dan APBD sesuai kewenangan
masing-masing. Penetapan prioritas kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi akan
dilaksanakan dalam dua tahun anggaran, yakni dari 2017 sampai dengan 2018, dengan
rincian sebagai berikut:
1. Rupiah murni APBN, APBD provinsi/kabupaten pada 2016, 2017 dan 2018
didayagunakan secara optimal untuk kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pada
daerah terkena dampak bencana melalui realokasi (jika dimungkinkan) kegiatan
berdasarkan pedoman dan peraturan yang berlaku;
V
I
2
5.2. Kelembagaan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi 0
V
I
-
2
0
sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang berkenaan dengan bentuk kegiatan V
masing-masing dan alokasi pendanaan. Dalam kerangka situasi penanggulangan
bencana, diperlukan langkah-langkah percepatan penyaluran dana sebagai berikut : -
2. Pembiayaan yang menggunakan APBD Provinsi Nusa Tenggara Barat dan APBD
Kabupaten Pacitan akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pelaksanaan
anggaran terkait.
b) BNPB akan melakukan proses verifikasi dan evaluasi atas usulan bantuan
tersebut dengan melakukan konfirmasi dan validasi terhadap renaksi Banjir
Bandang di Kabupaten Pacitan.
f) PPA dan KPA Hibah pada Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan
akan melakukan proses pencairan Hibah dari R KUN ke R KUD Pemerintah
Kabupaten Pacitan dengan Satker BPBD Kabupaten Pacitan sebagaimana
terdapat pada Gambar 5.4.
V
I
2
0
2
0
Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Banjir Bandang Kabupaten Pacitan V - 19
Jadwal pelaksanaan sebagaimana terdapat pada Tabel 5.7 akan dapat tercapai
dengan asumsi anggaran tersedia secara tepat waktu dan cukup, serta komponen
pendukung kegiatan seperti penyediaan lahan dan lain-lain dapat selesai tepat
waktu.
Untuk pembiayaan dengan sumber APBD, perlu dicermati Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan
Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara serta Penyampaiannya, yang
berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Sedangkan untuk pembiayaan yang
bersumber dari Hibah Pemerintah (Rupiah Murni) kepada Pemerintah Kabupaten
Pacitan yang dikelola melalui mekanisme APBD, agar juga memperhatikan
ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku tentang
Hibah Dari Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam rangka Bantuan
Pendanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana serta Naskah Perjanjian
Hibah antara Menteri Keuangan dengan Pemerintah Kabupaten Pacitan.
V
I
-
2
0
Jangka waktu rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi adalah dua tahun anggaran,
yakni dari tahun anggaran 2017 sampai dengan 2018, dimana pemotretan kebutuhan
dan analisisnya dilakukan dengan sumber data Jitu Pasna pada proses awal
penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi.
Setelah rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi ini memiliki kekuatan hukum untuk
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, diharapkan pos yang
Proses pemantauan dan evaluasi yang dilaksanakan secara berkala diyakini dapat
memunculkan dinamisasi data kebutuhan yang bergerak sesuai kondisi mutakhir di
lapangan. Hal ini terkait erat dengan jarak waktu yang cukup panjang antara
perencanaan dan pelaksanaan program, sehingga data kebutuhan akan bergerak
dinamis sesuai dengan respons masyarakat dan para pihak. Untuk itu, diperlukan
mekanisme tertentu yang dibenarkan menurut peraturan perundang-undangan guna
menjawab dinamisasi kebutuhan yang dimaksud.
Setelah pelaksanaan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi ini, perlu disusun
strategi kebijakan yang dikaitkan dengan siklus perencanaan dan penganggaran
reguler guna memastikan kesinambungan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam
pembangunan normal sesuai kewenangan instansi terkait. Sesuai amanat Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pemerintah
daerah juga perlu mengupayakan untuk melaksanakan: