You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai

bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar

sampai lebih dari sepuluh kali sehari dan bayi yang lebih besar akan

mempunyai waktu buang air masing-masing, ada yang sehari 2-3 kali sehari

atau ada yang hanya 2 kali seminggu. Neonatus dinyatakan diare bila

frekuensi buang air besar lebih dari empat kali, sedangkan untuk bayi

berumur lebih dari 1 bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali sehari

(Hasan, 2010).

Diare juga merupakan penyebab penting dari gizi buruk dan

malnutrisi. Hal ini dikarenakan anak-anak cenderung makan lebih sedikit saat

mengalami diare. Diare juga mempengaruhi pencernaan makanan secara

buruk. Akibatnya tubuh mungkin tidak dapat memanfaatkan makanan dengan

efektif (Ramaiah, 2007).

Banyak faktor yang dapat menimbulkan diare antara lain faktor

lingkungan meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan tinja dan

pengelolaan sampah, faktor ibu meliputi umur, pendidikan, pengetahuan,

kebiasaan mencuci tangan. Faktor anak meliputi umur, jenis kelamin,

pemberian ASI eksklusif, imunisasi dan status gizi. Sedangkan faktor sosial

1
ekonomi meliputi jumlah anggota keluarga, pendapatan, pekerjaan

(Adisasmito, 2007).

Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah

penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Di indonesia, diare

adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (infeksi saluran pernafasan

akut). Sementara UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk

urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang

meninggal dunia karena diare.

Di Indonesia, setiap tahun 100.000 balita meninggal karena diare

(Widya, 2008). Pada tahun 2010 kejadian luar biasa (KLB) diare terjadi di 11

provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 4.204 orang, jumlah kematian

sebanyak 73 orang dengan CFR (case fatality rate) sebesar 1,74%. Diare

merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di

Rumah Sakit di Indonesia pada tahun 2010, dengan jumlah kasus 71.889, dan

pasien yang meninggal dunia sebanyak 1.289 dengan CFR sebesar 1,79%

(Depkes RI, 2010).

Di Provinsi NTB diare masih menjadi masalah, dikarenakan masih

buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun perilaku

masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Pada Riskesdas 2013 di antara

seluruh Provinsi di Indonesia, Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah

satu provinsi dengan kejadian diare berada di atas rata-rata nasional yaitu 5,3

2
persen. Pada tahun 2012 kejadian diare di NTB sebanyak 176.920 kasus yang

tersebar di Kabupaten/Kota (Dinas Kesehatan NTB, 2013).

Kejadian diare di Puskesmas Pagesangan pada tahun 2015 sebanyak

1.335 orang, dengan perincian sebanyak 230 anak usia < 1 tahun, 354 anak

usia 1-4 tahun dan 668 anak usia lebih dari 5 tahun (Dinas Kesehatan Kota

Mataram, 2015).

Sedangkan untuk pemberian zinc pada balita yang menderita diare

pada tahun 2015 di Puskesmas Pagesangan sebanyak 1.098 orang (Dinas

Kesehatan Kota Mataram, 2015). Kasus diare pada balita usia 0-5 tahun di

Puskesmas Pagesangan pada bulan September November 2015 sebanyak 66

orang balita, semua balita yang menderita diare telah mendapatkan terapi

zinc.

World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan

penggunaan zinc dalam pengobatan diare dengan dosis 10 mg per hari pada

bayi 2-5 bulan, dan dosis 20 mg per hari untuk anak 6 bulan keatas selama 10

hari (WHO, 2007).

Pemberian zinc dapat membantu mempercepat penyembuhan dan

meningkatkan sistem kekebalan tubuh (imunitas) serta secara aktif membantu

mencegah terulangnya balita menderita diare. Pemberian zinc pada balita

harus menimbang aturan yang telah ditetapkan yaitu dianjurkan

pemberiannya sebanyak 1 kali sehari selama 10 hari secara berturut-turut

walaupun gejala diare sudah berhenti untuk efektifitas zinc dalam

3
mempercepat kesembuhan, mengurangi parahnya diare dan mencegah

kambuhnya diare selama 2-3 bulan kedepan. Berdasarkan aturan pemberian

zinc selama 10 hari tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitain dengan judul: Tingkat Kepatuhan Pemberian Zinc Oleh Ibu Balita

Usia 2-5 Tahun Yang Menderita Diare Di Puskesmas Pagesangan Tahun

2015.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah Bagaimana tingkat kepatuhan pemberian zinc oleh ibu balita usia

2-5 tahun yang menderita diare di Puskesmas Pagesangan tahun 2015?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana tingkat kepatuhan pemberian zinc oleh

ibu balita usia 2-5 tahun yang menderita diare di Puskesmas

Pagesangan tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan karakteristik responden ( Ibu ) di Wilayah kerja

Puskesmas Pagesangan tahun 2015.

4
2. Mendeskripsikan tingkat kepatuhan pemberian zink oleh ibu balita

usia 2-5 tahun yang menderita diare di Puskesmas Pagesangan

tahun 2015.

3. Menganalisis tingkat kepatuhan pemberian zink oleh ibu balita usia

2-5 tahun yang menderita diare di Puskesmas Pagesangan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai

penyakit diare dan cara pengobatannya.

1.4.2 Bagi Peneliti

Dapat menambah dan memberikan pengetahuan dan pengalaman

peneliti khususnya mengenai pemberian zinc pada balita usia 2-5 tahun

yang menderita diare sehingga dapat diaplikasikan.

1.4.3 Institusi Pendidikan

Sebagai bahan acuan (refrensi) untuk keperluan penelitian selanjutnya.

You might also like