Professional Documents
Culture Documents
PERIODONTAL GIGI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
HISTOLOGI
Disusun Oleh : :
JAKARTA
i
KATA PENGANTAR
Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmatNya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Anatomi, Histologi dan Jaringan Periodontal Gigi dengan lancar. Penyusunan
makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah yang dibimbing oleh
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala
partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan
di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi.
Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari
pembaca.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB II Pembahasan........................................................................ 2
A. Gingiva ........................................................................... 2
A.1 Histologi Gingiva .......................................................... 6
iii
C.3 Sel-sel Pembentuk Sementum .......................................... 21
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Jaringan periodontal terdiri atas jaringan yang meliputi dan mendukung gigi.
geligi dalam rahang. Sesuai dengan artinya, periodontal terbagi menjadi dua
bagian yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu pert artinya sekitar dan
odontos berarti gigi. Jaringan pendukung tersebut terdiri dari: gingiva,
sementum, ligamen periodontal dan tulang alveolar. Fungsi utama gingiva yaitu
untuk melindungi jaringan di bawahnya, sedangkan attachment apparatus yang
terdiri dari ligamen periodontal, sementum dan tulang alveolar memiliki fungsi,
memberikan dukungan bagi serat-serat ligamen periodontal (Lindhe, dkk.,
2003).
Page | 1
BAB II
PEMBAHASAN
Mukosa rongga mulut (mukosa oral) berbatasan dengan kulit, bibir dan mukosa
palatum lunak, serta faring. Mukosa rongga mulut terdiri atas:
1. Mukosa mastikasi (masticatory mucosa), termasuk gingiva dan bagian yang
menutupi palatum keras
2. Specialized mucosa, yang menutupi dorsum lidah
3. Oral mucous membrane lining yang berada di dalam rongga mulut
(Newman, dkk., 2012)
A. Gingiva
Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi serviks gigi dan
menutupi tulang alveolar serta menutupi akar gigi sampai batas cementoenamel
junction. Gingiva merupakan bagian terluar dari jaringan periodontal. Area
gingiva dimulai dari garis mukogingiva, menutupi tulang alveolar bagian
koronal, kemudian pada ujungnya mengelilingi serviks di setiap gigi. Pada
bagian palatal, tidak terdapat garis mukogingiva karena palatum keras dan
tulang alveolar maksila diliputi oleh mukosa mastikasi yang sama (Newman,
dkk., 2012).
2
Gambar 3 Anatomi gingiva (Rateitschak., 2004)
Gingiva tersusun dari jaringan ikat dan epitel berkeratin yang meluas dari tepi
gingiva ke pertemuan mukogingiva. Menurut Fedi, dkk.(2005) dan Newman,
dkk., (2012), secara anatomis, gingiva terdiri atas gingiva bebas (margin
gingiva/free gingiva), gingiva cekat (attached gingiva), gingiva interdental
(interdental gingiva).
3
Gingiva bebas tidak melekat pada gigi, membentuk dinding jaringan lunak
dari sulkus gingiva serta dapat dipisahkan dari gigi dengan menggunakan
alat. Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang sekeliling gigi yang
dibatasi oleh permukaan gigi dan epitel gingiva bebas (Fedi, dkk., 2000).
2. Attached Gingiva
Gingiva cekat adalah perluasan gingiva bebas. Gingiva cekat konsistensinya
tegas/ kaku, teksturnya stippling seperti kulit jeruk, kenyal dan melekat
erat pada tulang alveolar. Aspek fasial gingiva cekat meluas dari groove
gingiva sampai dengan mucogingival junction (Newman, dkk., 2012).
4
Gambar 6. Stippling pada gingiva cekat
3. Interdental gingiva
Gingiva interdental adalah bagian gingiva yang mengisi embrasur gigi, yakni
pada daerah interproksimal di bawah kontak gigi. Gingiva interdental dapat
berbentuk piramida atau col (lembah) (Newman, dkk., 2012).
5
Gambar 7. Interdental gingiva
Perbedaan variasi anatomi interdental col pada gingiva normal (sisi kiri) dan
gingiva resesi (sisi kanan) tampak pada gambar 7A dan 7B regio anterior
madibula, sisi fasial dan bukolingual, serta gambar 7C dan 7D regio posterior
mandibula sisi fasial dan bukolingual. Bentuk gingiva interdental bergantung
pada titik kontak di antara dua gigi yang bersebelahan dan ada tidaknya
resesi. Apabila terdapat diastema diantara dua gigi yang bertetangga, maka
tidak dijumpai papila interdental. (Newman, dkk., 2012).
6
A.1.b. Epitel oral
Epitel oral adalah adalah epitel yang melapisi lapisan luar margin gingiva
dan permukaan gingiva cekat. Rata-rata ketebalan epitel oral 0,2 hingga
0,3 mm. berkeratinisasi atau parakeratin, membalut permukaan vestibular
dan oral (Newman, dkk., 2006).
Epitel oral yang berkeratin terdiri atas empat lapisan sel, yaitu :
4. Stratum korneum
7
A.1.c. Epitel Sulkular
Komponen mayor jaringan ikat gingiva adalah serat kolagen (60%), fibroblast
(5%), pembuluh darah, saraf dan matriks (sekitar 35%). Jaringan ikat gingiva
dikenal juga dengan lamina propria dan terdiri atas 2 lapisan, yaitu: lapisan
papillari yang terletak di bawah epitel, yang terdiri atas proyeksi papillari di
8
antara retepeg epitel dan lapisan retikuler yang bersebelahan dengan
periosteum tulang alveolar di bawahnya (Newman, dkk., 2006).
Jaringan ikat memiliki kompartemen selular dan aselular terdiri dari serat
dan substansi dasar. Substansi dasar mengisi ruang antara serat dengan sel,
amorf, dan memiliki kandungan air yang tinggi, terdiri dari proteoglycans,
terutama asam hyaluronic dan kondroitin sulfat, dan glikoprotein, terutama
fibronectin (Newman, dkk., 2006). Serat jaringan gingiva terdiri atas tiga
tipe, serat kolagen, serta retikular, dan serat elastik. Kolagen tipe I
membentuk inti lamina propria dan memberikan tensile strength terhadap
jaringan gingiva. Kolagen tipe IV bercabang di antara bundel kolagen tipe I
dan menyatu dengan serat-serat membran basah dan dinding pembuluh
darah. Sistem serat elastik dibentuk oleh serat-serat oksitalan, eluanin dan
elastin yang tersebar di antara serat-serat kolagen (Newman, dkk., 2006).
3. Menyatukan gingiva bebas dengan sementum akar gigi dan gingiva cekat
yang berbatasan.
9
Serat gingiva tersusun atas 3 kelompok:
1. Serat Gingivodental
2. Serat Sirkular
Serat sirkular melewati jaringan ikat pada gingiva bebas dan interdental
dan melingkari gigi seperti cincin.
3. Serat Transeptal
Berlokasi di daerah interproksimal, serat transeptal membentuk ikatan
horisontal yang meluas di antara sementum pada aproksimal gigi.
(Newman, dkk., 2006)
Gambar 10. Serat serat gingiva (1. Dentogingival koronal, horizontal, apikal, 2.Alveologingival,
3.Interpapilary 4..Transgingival, 5.Sirkular, semisirkular, 6.Dentoperiosteal, 7.Transeptal,
8.Periosteogingival 9.Intersirkular 10.Intergingival)
10
A.2.2 Elemen Seluler
Elemen seluler utama pada jaringan ikat gingiva adalah fibroblas yang
banyak dijumpai diantara bundel serat. Fibroblas berfungsi mensintesa
serat - serat kolagen dan serat - serat elastik glikoprotein dan
glikosaminoglikan pada substansi interseluler dan juga berperan dalam
pengaturan degradasi kolagen. Sel- sel inflamasi yang dijumpai pada
jaringan ikat gingiva mencakup leukosit, polimorfonukleus, limfosit dan
sel plasma. Dalam kondisi normal sel - sel ini dijumpai dalam jumlah yang
sedikit. Dalam keadaan terinflamasi, sel - sel inflamasi dijumpai dalam
jumlah yang banyak dalam bentuk agregrat seluler padat yang
menggantikan elemen fibrosa dalam jaringan ikat (Newman, dkk., 2006;
Newman, dkk., 2012).
11
B. Ligamentum Periodontal
Ligamen periodontal terdiri dari pembuluh darah yang kompleks dan jaringan
ikat yang sangat selular yang mengelilingi akar gigi dan menghubungkan ke
dinding bagian dalam tulang alveolar (Gambar 12). Ligamen ini bertemu
dengan jaringan ikat di gingiva dan berhubungan dengan sementum maupun
ruang sumsum tulang melalui saluran pembuluh darah dalam tulang sehingga
ligamen periodontal juga berfungsi untuk memberikan nutrisi kepada
sementum, tulang alveolar serta jaringan gingiva (Gambar 13). Selain
menjaga perlekatan gigi ke tulang alveolar dan struktur gingiva, ligamen
periodontal juga berfungsi sebagai shock absorber dan sarana transmisi daya
oklusal ke tulang alveolar serta memiliki lebar rata-rata sekitar 0,2 mm dan
bervariasi. Pembuluh darah pada ligament periodontal berasal dari tiga
cabang, yaitu pembuluh darah apikal, pembuluh darah pada interproksimal
tulang alveolar, dan pembuluh darah dari gingiva.
12
Gambar 13. Diagram histologis ligamen periodontal (Rateitschak, dkk., 2004)
13
Serat oblique merupakan kelompok serat terbesar, serat ini berjalan ke
arah koronal dari gigi ke tulang alveolar. Serat ini bertindak untuk
melawan tekanantekanan yang berorientasi vertikal (Gambar 16). Serat
apikal berada di daerah apikal dari soket. Serat ini menyebar tidak teratur
di apikal gigi dan tidak akan terbentuk jika perkembangan akar gigi tidak
sempurna (Gambar 17). Serat interradikuler ini menyebar dari sementum
ke tulang alveolar di daerah furkasi pada gigi berakar ganda (Gambar 18)
(Newman, dkk., 2006; Hoag dan Pawlak, 1990; Rateitschak, dkk., 2004;
Wikesjo, dkk., 1992)
Gambar 14. Lokasi kelompok serat utama dari ligamen periodontal AC: alveolar crest
fibers,H: horizontal fibers, OBL: oblique fibers,PA: periapical fibers,IR: interradicular fibers (Lindhe, dkk.,
2003; Wikesjo, dkk., 1992).
Gambar 15. Gambaran histologi dari serat alveolar crest dan serat horizontal
14
Gambar 16. Gambaran histologi dari serat apikal (A) (Litsgarten, 2013).
Gambar 18. Gambaran histologi dari serat oblique (A) (Wikesjo, dkk., 1992)
15
B.2. Elemen Seluler
Elemen seluler ligamen periodontal dibagi menjadi empat tipe sel, yaitu
sel jaringan ikat, sel epitel, sel sistem imun, dan sel yang berhubungan
dengan elemen neurovaskuler (Gambar 18). Sel jaringan ikat meliputi
fibroblas, sementoblas, dan osteoblas. Fibroblas merupakan sel yang
paling banyak terdapat di ligamen periodontal, sel ini mensintesis kolagen
serta memfagositosis dan menghilangkan kolagen yang sudah tua.
Osteoblas dan sementoblas sama seperti osteoklas dan sementoklas
terdapat di area semental dan tulang pada ligamen periodontal. Sel epitel
res malassez terdistribusi dekat dengan sementum melalui ligamen
periodontal dan terdapat paling banyak di daerah apikal dan servikal. Sel
ini mengalami degenerasi sesuai bertambahnya usia dan kemudian
menghilang atau mengalami kalsifikasi menjadi sementikel. Epitel ini
dapat mengalami proliferasi ketika distimulus dan ikut andil dalam
pembentukan kista periapikal maupun kista lateral akar. Sel pertahanan
atau sel imun, terdiri dari: neutrofil, limfosit, makrofag, sel mast, dan
eusinofil. Sel-sel pertahanan tersebut berhubungan dengan elemen
neurovaskuler (Newman, dkk., 2004; Rateitschak, dkk., 2004; Wikesjo,
dkk., 1992).
16
B.3. Substansi dasar
a. Fungsi Fisik
Fungsi ini terdiri dari pembentukan dan resorpsi sementum serta tulang
alveolar, menyalurkan tekanan oklusal terhadap jaringan periodonsium,
serta pada pemulihan luka. Sel yang berfungsi yaitu fibroblas, dengan
membentuk serat kolagen dan sel mesenkim yang akan mengaktifkan
osteoblas dan sementoblas (Hoag dan Pawlak, 1990; Litsgarten, 2013).
17
c. Fungsi Nutrisional dan Sensoris
C. Sementum
C.1. Anatomi dan Histologi Sementum
Pada dasarnya ada dua jenis sementum berdasarkan ada atau tidak adanya
sel - sel di dalamnya dan asal kolagen dari matriks. Sementum terbentuk
pada permukaan gigi yang berkontak dengan ligamen periodontal atau
serat gingiva. Sementum terdiri atas serat kolagen dan substansi dasar
interfibrial. Sementoblas membentuk organiks matriks yang dikenal
dengan cementoid precementum. Sementum terbentuk dari 45 - 50%
materi inorganik (hydroxyapatite) dan 50 - 55% materi organik dan air.
18
Komposisi ini membuat sementum sedikit lebih keras dari tulang. Lebar
sementum bervariasi dari 16 hingga 60 m pada seperdua akar dan lebih
tebal pada sepertiga akar (Newman, dkk., ; Rateitschak, dkk., 2004).
Dua tipe utama sementum adalah aselular (primer) dan seluler (sekunder).
Keduanya mengandung matriks interfibrial yang terkalsifkasi dan fibril
kolagen. Ada dua sumber serat kolagen yaitu serat sharpeys (ekstrinsik)
yang tertanam pada serat utama pada ligamen periodontal, dibentuk oleh
fibroblast dan serat yang berasal dari matriks sementum intrinsik yang
dihasilkan oleh sementoblas.
19
lebih sedikit daripada tipe aselular. Serat sharpey memiliki bagian yang
lebih sedikit daripada sementum aselular dan terpisah dari serat lain yang
tersusun paralel pada permukaan akar (Newman, dkk., 2006). Berdasarkan
hal tersebut sementum diklasifikasikan menjadi :
CMSC terbentuk dari serat extrinsik (sharpey) dan bisa mengandung sel.
Merupakan co-produk fibroblas dan sementoblas, terdapat pada
sepertiga apikal akar dan daerah furkasi. Ketebalannya berkisar antara
100-1000 m.
20
5. Intermediate Cementum
A B
21
kolagen lainnya, termasuk jenis V, VI, dan jenis XIV. Hampir semua
noncollagenous protein matriks diidentifikasi dalam sementum juga
ditemukan dalam tulang. Ini termasuk sialoprotein tulang, protein dentin
matriks 1 (DMP-1), dentin sialoprotein, fibronektin, osteocalcin,
osteonectin, osteopontin, tenascin, proteoglikan, proteolipids, dan
beberapa faktor pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan (IGF) molekul-
seperti insulin-like (Nanci dan Bosshardt, 2006).
D. Tulang Alveolar
D.1. Anatomi dan Histologi Tulang Alveolar
Tulang alveolar merupakan bagian dari mandibula dan tulang rahang atas
yang membentuk dukungan utama untuk struktur gigi (Sodek dan Marc,
2000). Tulang alveolar atau prosesus alveolaris yaitu bagian dari maksila
dan mandibula yang membentuk dan mendukung soket gigi (alveoli).
Processus ini terbentuk saat erupsi gigi dan melekat dengan ligamen
periodontal, serta akan menyusut secara bertahap setelah gigi hilang.
Prosesus alveolaris ini bersama - sama dengan akar, sementum dan
membran periodontal selain bertanggung jawab dalam perlekatan gigi,
juga memiliki fungsi utama mendistribusikan dan menyerap gaya yang
dihasilkan dari proses mastikasi maupun kontak oklusal (Newman, dkk.,
2006; Hoag dan Pawlak, 1990; Rateitschak, dkk, 2004).
Processus ini terdiri dari tiga komponen yaitu tulang alveolar, tulang
kompakta dan tulang cancellous. Tulang alveolar meliputi tulang kortikal
dan tulang alveolar proper atau yang sering dikenal dengan cibriform
plate, dinding alveolar, dan lamina dura. Tulang kompakta menyusun
sebagian besar soket bagian fasial atau palatal dan lingual, sedangkan
tulang cancellous mengelilingi lamina dura di bagian apikal, apikolingual,
dan daerah interradikuler, serta banyak terdapat di maksila dibandingkan
mandibula. Tulang cancellous ini terdiri dari trabekulatrabekula. Dengan
22
pola trabekula tersebut akan sangat bervariasi tergantung pada gaya
oklusal yang diterima (Newman, dkk., 2006; Hoag dan Pawlak, 1990).
Gambar 21. Gambaran tulang alveolar secara histologis (Rateitschak, dkk., 2004)
Gambar 22. Gambaran tulang alveolar secara anatomis 1.Tulang alveolar, 2.Tulang
trabekular (cancellous), 3.Tulang kompakta (Newman, dkk., 2006;Rateitschak, 2004).
A
B
Gambar 23. Gambaran tulang alveolar maksila (A) dan mandibula (Lindhe, 2003)
23
D.2. Matriks Seluler dan Interseluler
Ada atau tidaknya tulang alveolar merupakan suatu hasil akhir dari proses
pembentukan dan resorpsi tulang yang berlangsung seumur hidup.
Osteoblas merupakan sel pembentuk tulang yang mengeluarkan matriks
organik bernama osteosit. Sel - sel ini berlokasi di lakuna. Lakuna ini saling
berhubungan dan berkomunikasi melalui kanalikuli. Kanalikuli ini yang
membentuk sistem anastomosis menggunakan matriks interseluler dari
tulang, kemudian membawa oksigen dan nutrisi untuk osteosit melalui
darah dan membuang sisa produk metabolit. Tulang terdiri dari bahan
anorganik sebanyak dua per tiga bagian, sedangkan sepertiganya terdiri
dari bahan organik. Bahan anorganik tersusun terutama dari mineral
kalsium dan fosfat, selain itu juga terdapat hidroksil, karbonat, sitran dan
ion - ion lain seperti magnesium, sodium, dan fluorin. Matriks organik
mengandung 90% kolagen tipe I. Deposisi tulang oleh osteoblas seimbang
dengan resorbsi oleh osteoklas selama proses remodeling dan
pembentukan jaringan baru (Newman, dkk., 2006; Hoag dan Pawlak, 1990;
Rateitschak, dkk, 2005).
Dinding soket meliputi tulang tipis yang menyusun sistem harvesian dan
bundel tulang. Bundel tulang ini berdampingan dengan ligamen
24
periodontal yang mengandung banyak serat sharpey (Hoag dan Pawlak,
1990).
Pada embrio dan bayi yang baru lahir, cavitas pada semua tulang diisi oleh
sumsum darah merah yang kemudian secara bertahap berubah kekuningan
dan menjadi tidak aktif. Pada orang dewasa, sumsum darah merah hanya
ditemukan di tulang rusuk, dada, tulang belakang, tengkorak, serta tulang
kering. Sumsum tulang ini kadang ditemukan pada rahang dan biasanya
bersamaan dengan resorpsi dari trabekula tulang. Lokasi yang biasanya
dijumpai kehadiran sumsum tulang ini yaitu tuberositas maksila, daerah
molar dan premolar maksila maupun mandibula, simfisis dan sudut ramus
mandibula dengan tampilan secara radiografi terlihat adanya zona
radiolusen (Newman, dkk., 2006).
25
osteogenik dan lapisan luar merupakan lapisan fibrous (Hoag dan Pawlak,
1990).
Septum interdental ini terdiri dari tulang cancellous dan cortical plates.
Jika ruang interdental sempit, maka septum ini hanya berisi lamina dura.
Bahkan pada kondisi akar-akar yang sangat berdekatan, maka akan terlihat
tampilan seperti jendela yang irreguler di tulang pada akar-akar gigi yang
bersebelahan. Jarak antara puncak tulang alveolar dengan CEJ pada
dewasa muda bervariasi antara 0,75 sampai 1,49 mm dengan rata-rata
1,08 mm dan jarak ini akan meningkat sesuai bertambahnya usia sampai
rata-rata sebesar 2,81 mm.
26
fenestrasi lebih sering terjadi pada maksila ((Hoag dan Pawlak, 1990;
Rateitschak, dkk, 2004).
B
A
27
BAB III
KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
Hoag PM, EA Pawlak, Essentials of Periodontics 4th ed., 1990, Mosby, Missouri.
Nanci, A., Booshardt, D.D., 2006, Structure of Periodontal Tissues in Health and
Disease, Periodontology 2000, Vol. 40, 1128
Sodek, J.dan Marcj, M.D., 2000, Molecular and Cellular Biology of Alveolar
Bone, Periodontology 2000, Vol. 24, 2000, 99126
Wikesjo U, Nilveus RE, Selvig KA, 1992, Significance of Early Healing Events on
Periodontal Repair: A review. J Periodontology, 63:158-165
29