Professional Documents
Culture Documents
BAB XII
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pasal 150
Pasal 151
Pasal 152
Pasal 153
Pasal 154
Penetapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 153 ayat (3) tidak diperlukan
dalam hal :
a. pekerja/buruh masih dalam masa percobaan kerja, bilamana telah
diperjanjikan sebelumnya
b. pekerja/buruh mengajukan permintaan pengunduran diri secara
tertulis atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya
tekanan/intimidasi dari pengusaha, berakhirnya hubungan kerja
sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama kali
Pasal 21 c. pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja
Dalam hal Panitia daerah atau Panitia Pusat memberikan ijin bersama atau peraturan perundang undangan ; atau
pemutusan hubungan kerja maka dapat dietapkan pula kewajiban d. pekerja/buruh meninggal dunia
pengusaha untuk memberikan kepada pekerja yang bersangkutan
uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan atau ganti Pasal 155
kerugian.
1. pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan sebagaimana dimaksud
pasal 151 ayat (3) batal demi hukum
2. selama putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
belum ditetapkan, baik pengusaha maupun pekerja harus tetap
melaksanakan segala kewajibannya.
3. pengusaha dapat melakukan penyimpangan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berupa tindakan skorsing kepada pekerja/buruh
yang dalam proses pemutusan hubungan kerja dengan tetap wajib
membayar upah
Besarnya uang pesangon sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 1. dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan
ditetapkan paling sedikit sebagai berikut : membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan
uang pengganti hak yang seharusnya diterima.
a. masa kerja kurang dari 1 tahun .1 2. perhitungan uang pesangon sebagaimana dimaksud ayat (1) paling
bulan upah sedikit sebagai berikut:
b. masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun 2 a. masa kerja kurang dari 1 tahun 1 bulan upah
bulan upah b. masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun 2
c. masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun 3 bulan upah
bulan upah c. masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun 3
d. masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun4 bulan upah
bulan upah d. masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun4
e. masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun5 bulan upah
bulan upah e. masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun5
f. masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun6 bulan upah
bulan upah f. masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun6
g. masa kerja 6 tahun atau lebih 7 bulan upah
bulan upah g. masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun 7
bulan upah
h. masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun 8
bulan upah
Pasal 23 i. masa kerja 8 tahun atau lebih 9 bulan upah
Besarnya uang penghargaan masa kerja sebagimana dimaksud dalam 3. perhitungan uang penghargaan masa kerja sebagaimana dimaksud ayat
pasal 21 ditetapkan paling sedikit sebagai berikut : (1) ditetapkan sebagai berikut:
a. masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun2 a. masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun2
bulan upah bulan upah
b. masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun3 b. masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun3
bulan upah bulan upah
c. masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun4 c. masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun4
bulan upah bulan upah
d. masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun5 d. masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun5
bulan upah bulan upah
e. masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun6 e. masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun6
bulan upah bulan upah
f. masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun7 f. masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun7
bulan upah bulan upah
g. masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun8 g. masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun8
bulan upah bulan upah
h. masa kerja 24 tahun atau lebih ..10 h. masa kerja 24 tahun atau lebih 10
bulan upah bulan upah
Pasal 24
Ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 meliputi : 4. Uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi:
a. Ganti Kerugian untuk istirahat tahunan yang belum diambil dan a. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur.
belum gugur b. Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya
b. Ganti kerugian untuk istirahat panjang bilamana di perusahaan ketempat dimana pekerja/buruh diterima bekerja.
yang bersangkutan berlaku peraturan istirahat panjang dan c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan
pekerja belum mengambil istirahat itu menurut perbandingan 15 % (lima belas perseratus) dari uang pesangon dan atau uang
antara masa kerja pekerja dengan masa kerja yang ditentukan penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat.
untuk dapat mengambil istirahat panjang. d. Hal hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan
c. Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja dan keluarganya perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
ketempat pekerja diterima bekerja.
d. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan 5. Perubahan perhitungan uang pesangon, perhitungan uang penghargaan
ditetapkan sebesar 15% [lima belas perseratus] dari uang pesangon masa kerja dan uang penggantian hak sebagaimana dimaksud dalam
dan atau uang penghargaan masa kerja apabila masa kerjanya ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
telah memenuhi syarat untuk mendapatkan uang penghargaan
masa kerja. Pasal 157
e. Hal-hal yang ditetapkan oleh Panitia Daerah atau Panitia Pusat
a. hal-hal yang berhubungan dengan kepengurusan dan atau 1. Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh
keanggotaan serikat pekerja yang terdaftar di Departemen dengan alasan pekerja/buruh telah melakukan kesalahan berat sebagai
Tenaga Kerja atau dalam rangka membentuk serikat pekerja berikut :
atau melaksanakan tugas-tugas atau fungsi serikat pekerja di
luar jam kerja atau didalam jam kerja atas ijin tertulis a. Melakukan Penipuan, pencurian atau penggelapan barang dan atau
pengusaha atau yang diatur dalam kesepakatan kerja bersama. uang milik perusahaan.
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga
b. pengaduan pekerja kepada yang berwajib mengenai tingkah merugikan perusahaan
laku pengusaha yang terbukti melanggar peraturan negara c. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukan, memakai dan
c. paham, agama, aliran, suku, golongan atau jenis kelamin. atau mengedarkan narkotika, psikotropika,dan zat adiktif lainnya
dilingkungan perusahaan.
4. Pemutusan hubungan kerja dilarang : d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian ditempat kerja.
e. Menyerang, menganiaya, mengancam atau mengintimidasi teman
a. pekerja berhalangan masuk kerja karena sakit menurut sekerja atau pengusaha dilingkungan kerja.
keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12 [dua belas] f. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan
bulan terus menerus perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundangan
b. pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya karena g. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam
memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai dengan peraturan keadaan bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan
perundang-undangan yang berlaku kerugian bagi perusahaan.
c pekerja menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya dan h. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau
yang disetujui pemerintah pengusaha dalam keadaan bahaya ditempat kerja.
d. karena alasan pekerja menikah, hamil, melahirkan atau gugur i. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang
kandungan seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara atau
e. karena alasan pekerja wanita melaksanakan kewajiban j. Melakukan perbuatan lainnya dilingkungan perusahaan yang
menyusui bayinya yang telah diatur dalam perjanjian kerja atau diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja bersama atau
peraturan perundang-undangan 2. Kesalahan berat sebagaimana dimaksud ayat 1 (satu) harus didukung
f. pekerja mempunyai pertalian darah dan atau ikatan bukti sebagai berikut:
perkawinan dengan pekerja lainnya di dalam satu perusahaan a. pekerja/buruh tertangkap tangan
kecuali telah diatur dalam peraturan perusahaan atau b. ada pengakuan dari pekerja/buruh yang bersangkutan atau
kesepakatan kerja bersama c. bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang
berwenang diperusahaan yang bersangkutan dan didukung oleh
5. Keadaan sakit terus menerus sebagaimana dimaksud dalam ayat sekurang kurangnya 2 (dua) orang saksi.
[4] huruf a meliputi :
3. Pekerja/buruh yang diputuskan hubungan kerjanya berdasarkan alasan
a. sakit menahun atau berkepanjangan sehingga tidak dapat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu), dapat memperoleh uang
menjalankan pekerjaannya secara terus menerus pengantian hak sebagaimana dimaksud dalam pasal 156 ayat (4 ).
b. setelah sakit lama kemudian masuk bekerja kembali tetapi 4. bagi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tugas dan
tidak lebih dari 4 [empat] minggu kemudian sakit kembali fungsinya tidak mewakili pengusaha secara langsung, selain uang
penggantian hak sesuai dengan ketentuan pasal 156 ayat (4)
Pasal 3 diberikanuang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam
perjanjian kerja, perataturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
Ketentuan penyelesaian pemutusan hubungan kerja ditingkat Panitia
Daerah atau Panitia Pusat dalam keputusan ini dapat berlaku pada Pasal 159
perusahaan Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Daerah dengan cara penundukan diri secara suka rela oleh pekerja Apabila pekerja/buruh tidak menrima pemutusan hubngan kerja
dan pengusaha. sebagimana dimaksud pasal 158 ayat (1) pekerja/buruh yang bersngkuatn
dapat mengajukan gugatan ke lembaga penyelesaian perselisihan
perburuhan
Pasal 4
Pasal 160
Panitia Daerah dan Panitia Pusat menyelesaikan perkara pemutusan 1. Dalam hal pekerja ditahan pihak yang berwajib karena diduga
hubungan kerja berdasarkan tata tertib persidangan menurut melakukan tindakan pidana bukan atas pengaduan pengusaha maka
peraturan perundang-undangan yang berlaku. pengusaha tidak wajib membayar upah tetapi wajib memberikan
bantuan kepada keluarga yang menjadi tanggungannya dengan
Pasal 5 ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk 1 orang tanggungan: 25 % dari upah
1. Hubungan kerja yang mempersyaratkan adanya masa percobaan b. Untuk 2 orang tanggungan: 35 % dari upah
kerja sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat [2] huruf a harus c. Untuk 3 orang tanggungan: 45 % dari upah
dinyatakan secara tertulis dan diberitahukan kepada pekerja yang d. Untuk 4 orang tangungan atau lebih: 50 % dari upah.
bersangkutan 2. Bantuan sebagaiamana dimaksud dalam ayat [1] diberikan untuk paling
2. Lamanya masa percobaan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat lama 6 [enam] bulan takwim terhitung sejak hari pertama pekerja/buruh
1 paling lama 3 [tiga] bulan dan hanya boleh diadakan untuk satu ditahan pihak yang berwajib.
kali masa percobaan kerja. 3. Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap
pekerja/buruh yang setelah 6 (enam) tidak dapat melakukan pekerjaan
3. Pengusaha yang menerima pekerja yang sebelumnya telah sebagaimana mestinya karena dalam proses perkara pidana sebagaimana
mengikuti magang atau job training di perusahaannya atau dimaksud pada ayat (1).
diperusahaan yang ditunjuk oleh pengusaha yang bersangkutan 4. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa ^
tidak boleh mempersyaratkan adanya masa percobaan kerja. (enam) bulan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berakhir dan
pekerja/buruh dinyatakan tidak bersalah maka pengusaha wajib
4. Ketentuan adanya masa percobaan kerja tidak berlaku untuk mempekerjakan pekerja/buruh kembali.
perjanjian kerja waktu tertentu 5. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6
(enam) bulan berakhir dan pekerja/buruh dinyatakan bersalah maka
BAB II pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja kepada
pekerja/buruh yang bersangkutan.
PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DI TINGKAT 6. Pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
PERUSAHAN DAN TINGKAT PEMERANTARAAN ayat (5) dilakukan tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial.
Pasal 6 7. Pengusaha wajib membayar kepada pekerja/buruh yang mengalami
pemutusan hubungna kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan
Pengusaha dengan segala daya dan upaya harus mengusahakan agar ayat (5), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan pasal 156
jangan terjadi pemutusan hubunga kerja dengan melakukan ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat (4).
pembinaan terhadap pekerja yang bersangkutan atau dengan
memperbaiki kondisi perusahaan dengan melakukan langkah-langkah Pasal 161
efisiensi untuk penyelamatan perusahaan.
1. Dalam hal pekerja/buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur
Pasal 7 dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama, pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja,
1. Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dapat dilakukan setelah kepada pekerja/buruh yang bersangkutan diberikan surat
oleh pengusaha dengan cara memberikan peringatan kepada peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara bertuut turut.
pekerja baik lisan maupun tertulis sebelum melakukan pemutusan
hubungan kerja. 2. Surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat [1] masing-
masing berlaku selama 6 [enam] bulan, kecuali ditetapkan lain dalam
2. Surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat [1] perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
dapat berupa surat peringatan tertulis pertama, kedua dan ketiga,
kecuali dalam hal pekerja melakukan kesalahan sebagaimana 3. Pekerja/buruh yang diputuskan hubungan kerjanya karena dengan
dimaksud dalam pasal 8 dan pasal 18 ayat [1]. alasan sebagimana dimaksud dalam ayat [1] memperoleh uang pesangon
sebesar 1(satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (2), uang penghargaan
3. Masa berlaku masing-masing surat peringatan sebagaimana masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (3) dan uang
dimaksud dalam ayat [2] selama 6 [enam] bulan, kecuali penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat (4).
ditentukan lain dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan
atau kesepakatan kerja bersama.
Pasal 162
4. Keabsahan surat peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat [1]
didasarkan pada ketentuan yang berlaku dalam perjanjian kerja 1. pekerja /buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri,
atau peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja bersama. mempeoleh uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat (4).
2. bagi pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, yang
Pasal 8 tugas dan fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha secara
langsung, selain menerima uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal
Penyimpangan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 156 ayat (4) diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya
ayat [2], pengusaha dapat memberikan langsung surat peringatan diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian
terakhir kepada pekerja apabila : kerja bersama.
3. pekerja/buruh yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud dalam
a. Setelah 3 [tiga] kali berturut-turut pekerja tetap menolak untuk ayat (1) haru smemenuhi syarat:
mentaati perintah atau penugasan yang layak sebagaimana a. mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat
tercantum dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran
kesepakatan kerja bersama diri.
b. Dengan sengaja atau lalai mengakibatkan dirinya dalam keadaan b. Tidak terikat dalam ikatan dinas, dan
tidak dapat melakukan pekerjaan yang diberikan kepadanya c. Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai
c. Tidak cakap melakukan pekerjaan walaupun sudah dicoba pengunduran diri.
dibidang tugas yang ada 4. pemutusan hubungan kerja dengan alasan pengunduran diri atas
d. Melanggar ketentuan yang telah ditetapkan dalam perjanjian kerja kemauan sendiri dilakukan tanpa penetapan lembaga penyelesaian
atau peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja bersama yang perselisihan hubungan industrial.
dapat dikenakan peringatan terakhir
Pasal 163
2. Serikat pekerja sebagaimana dimaksud dalam ayat [1] dalam Pasal 164
merundingkan penyelesaian pemutusan hubungan kerja terhadap
pekerja yang bukan anggotanya harus mendapat kuasa secara 1. Pekerja/buruh dapat
tertulis dari pekerja yang bersangkutan. 2. Pekerja/buruh sebagaimana
3. Pemutusan hubungan kerja
3. Setiap perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat [1], 4. Pemutusahn hubungan kerja
dilakukan sebanyak-banyaknya 3 [tiga] kali dalam jangka waktu 5. Dalam hal pengusaha
paling lama 30 [tiga puluh] hari takwim dan setiap perundingan 6. Dalam hal pengusaha
dibuat risalah yang ditanda tangani para pihak.
Pasal 165
4 Risalah perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat [3]
memuat antara lain : Pemutusan hubungan kerja yang
a. Nama dan alamat pekerja
b. Nama dan alamat serikat pekerja atau organisasi pekerja Pasal 166
lainnya yang terdaftar pada Departemen Tenaga Kerja
c. Nama dan alamat pengusaha atau yang mewakili Pekerja/buruh yang mengalami
d. Tanggal dan tempat perundingan
e. Pokok masalah atau alasan pemutusan hubungan kerja 1.
f. Pendirian para pihak
g. Kesimpulan perundingan, dan
h. Tanggal serta tanda tangan pihak yang melakukan perundingan
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
BAB III
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
1. Dengan memperhatikan azas keseimbangan dan keadilan, pekerja
dapat mengajukan permohonan pengakhiran hubungan kerja
kepada Panitia Daerah dan atau Panitia Pusat, apabila pengusaha :
a. Melakukan penganiyaan, menghina secara kasar atau
mengancam pekerja
b. Membujuk dan atau menyuruh pekerja untuk melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang
kesusilaan
c. 3 [tiga] kali berturut-turut atau lebih tidak membayar upah tepat
pada waktu yang telah ditentukan
d. Melalaikan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja
e. Tidak memberikan pekerjaan secukupnya kepada pekerja yang
upahnya berdasarkan hasil pekerjaan
f. Memerintahkan pekerja untuk melaksanakan pekerjaan diluar
yang diperjanjikan
g. Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan,
kesehatan dan kesusilaan pekerja sedangkan pekerjaan tersebut
tidak diketahui pada waktu perjanjian kerja dibuat.
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Dalam hal Panitia Daerah atau Panitia Pusat menolak permohonan ijin
pemutusan hubungan kerja atau menyatakan hubungan kerja tidak
terputus, maka kepada pekerja dibayarkan upah penuh beserta hak
lainnya yang seharusnya diterima.
Pasal 30
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN