Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Victoria Hawarima
1618012057
Pembimbing:
Dr. Karyanto, Sp.Rad
Prinsip kerja dari pembangkit sinar-X dapat dijelaskan sebagai berikut, beda
potensial yang diberikan antara katoda dan anoda menggunakan sumber yang
bertegangan tinggi. Produksi sinar-X dihasilkan dalam suatu tabung berisi suatu
perlengkapan yang diperlukan untuk menghasilkan sinar-X yaitu bahan penghenti
atau sasaran dan ruang hampa. Elektron bebas terjadi karena emisi dari filamen
yang dipanaskan. Dengan sistem fokus, elektron bebas yang dipancarkan terpusat
menuju anoda. Gerakan elektron ini akan dipercepat dari katoda menuju anoda
bila antara katoda dan anoda diberi beda potensial yang cukup besar.
Gerakan elektron yang berkecepatan tinggi dihentikan oleh suatu bahan yang
ditempatkan pada anoda. Tumbukan antara elektron dengan anoda ini
menghasilkan sinar-X, pada tumbukan antara elektron dengan sasaran akan ada
energi yang hilang. Energi ini akan diserap oleh sasaran dan berubah menjadi
panas sehingga bahan sasaran akan mudah memuai. Untuk menghindarinya bahan
sasaran dipilih yang berbentuk padat. Bahan yang biasa digunakan sebagai anoda
adalah platina, wolfram, atau tungsten. Untuk menghasilkan energi sinar-X yang
lebih besar, tegangan yang diberikan ditingkatkan sehingga menghasilkan
elektron dengan kecepatan yang lebih tinggi. Dengan demikian energi kinetik
yang dapat diubah menjadi sinar-X juga lebih besar.
Electron dengan kecepatan tinggi (karena ada beda potensial 1000 Kvolt) yang
mengenai target anoda, electron tiba-tiba akan mengalami pelemahan yg sangat
darastis oleh target sehingga menimbulkan sinar-x, sinar-x yg terjadi dinamakan
sinar-x brehmsstrahlung or braking radiation. Pada waktu muatan
(electron) yang bergerak dengan kecepatan tinggi (mengalami percepatan), karena
adanya beda potensial, muatan (electron) akan memancarkan radiasi
elektromagnetik dan ketika energy electron cukup tinggi maka radiasi
elektromagnetik tersebut dalam range sinar-x.Sinar-x jenis ini tidak dipergunakan
untuk XRD (X-Ray Difraction)
2. Sinar-x karakteristik
Electron dari katoda yang bergerak dengan percepatan yg cukup tinggi, dapat
mengenai electron dari atom target (anoda) sehingga menyebabkan electron
tereksitasi dari atom, kemudian electron lain yang berada pada sub kulit yang
lebih tinggi akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh electron tadi,
dengan memancarkan sinar-x yang memiliki energy sebanding dengan level
energy electron. Karena sinar-X karakteristik memiliki Panjang gelombang
tertentu yang dapat difilter, maka jenis ini banyak diaplikasikan untuk XRD (X-
RAy Diffraction) dalam menentukan struktur material
Ultrasonografi ( USG ) adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan
gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi
yaitu lebih dari 20.000 Hz yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor.
Pada peralatan USG memiliki beberapa komponen, antara lain:
a. Transduser
Tranduser merupakan bagian terpenting dari peralatan USG karena dari alat ini
ultrsound dihasilkan melalui zat yang bersifat piezoelektric. Suatu benda
dikatakan mempunyai sifat piezoelectric apabila ketika bergetar akan
menghasilkan listrik. Bila benda tersebut diberi aliran listrik kemudian bergetar
maka disebut bersifat piezoelectric. Suatu kristal alami yang disebut quartz
mempunyai sifar piezoelectric dan pertama kali dipergunakan untuk
menghasilkan ultrasound. Saat ini quartz telah digantikan oleh keramik sintesik,
misalnya bBarium Titanate dan lead Zirconate Titanate yang mempunyai
kemampuan bergetar lebih baik dari quartz. Didalam sebuah transduser bisa
terdapat lebih dari 64 buah elemen kristal piezo (tebalnya kurang dari 1 mm) yang
tersusun berdera-derat. Lemen tersebut berfungsi menghasilkan getaran
ultrasound dan menagkap getaran gema suara yang kembali kemudian diubah
menjadi impuls listrik dan diubah ke dalam benuk gambar di layar monitor.
Bentuk penjejak yang paling sering dijumpai dalam bidang diagnostik ultrasound
adalah yang memiliki elemen ganda (multi-element transducer array) yang
sanggup menghasilkan gambar USG real-time. Alat untuk melakukan
pemeriksaan USG yang langsung bersentuhan dengan tubuh pasien adalah
transduser.
b. Komputer
Pada alat USG komputer siunkan sebagai alat pengolah data yang mengubah snyal
listrik menjadi bentuk gambar dan merekonstruksi gambar yang dihasilkan pada
monitor. Dengan alat komputer segala pengolahan data dapat dipermudah dan
semakin dipercepat. Software yang digunakan pada alat USG berbasis pada jenis
software komputer pada umumnya, namun alat USG ini dilengkapi dengan
program-program tambahan yang mampu menampilkan fungsi dan pencitraan
yang lebih baik sesuai dengan perkembangan aplikasi komputer yang semakin
canggih.
c. Media Imaging
1. TV Monitor. TV monitor dalam peralatan USG merupakan salah satu media
output dari gambaran yang diperoleh setelah pulsa listrik diolah dari pengolahan
komputer, pada saat sekarang layar monitor yang dipakai merupakan jenis
Cathoda Ray Tube (CRT) dengan resolusi gambar yang semakin tinggi, bahkan
piranti USG sudah banyak menggunakan layar kristal sejenis Liquid Crystal
Display (LCD) sebagai media pencitraannya.
2. Printer. Printer dalam peralatan USG juga merupakan media output dari
gambaran yang diperoleh dari pengolahan komputer. Pada zaman sebelumnya
printer ditempati oleh foto polaroid, namun dengan perkembangan zaman diganti
dengan printer yang berwarna (Colour Printer) dan printer yang hitam-putih
(Black and White atau B/W) dengan resolusi gambar yang dihasilkan semakin
bagus dan jelas.
Prinsip MRI
Pasien ditempatkan dalam medan magnet, dan gelombang elektromagnet pulsa
diterapkan untuk membangkitkan objective nuclide di dalam tubuh. Nuclide yang
dibangkitkan akan kembali ke dalam energi semula dan akan melepaskan energi yang
diserap sebagai gelombang elektromagnet. Gelombang elektromagnet yang dilepas
ini adalah sinyal MR. Sinyal ini dideteksi dengan kumparan (coil) untuk membentuk
suatu gambar (image).
4. Diagnosis banding bayangan opaque pada lapangan paru dan gambaran radiologisnya
5. Abses paru Satu atau multi kavitas berdinding tebal, dapat pula
ditemukan permukaan udara dan cairan di
dalamnya.Bayangan dengan batas tidak tegas (irreguler),
dinding granulomatous/radang/jaringan atelektasis, bila
berhubungan dengan bronkus air fluid level (+), sering
dekat dengan permukaan pleura (fistula bronchopleura).
6. Sindrom Loffler Bayangan kurang opak, dapat satu atau ganda, unilateral
atau bilateral. Tipe bayangan tersebut menempel (patchy
in type) biasanya kurang berbatas tegas. Densitas homogen
biasanya perifer dan cepat berubah.
12. Tuberkulosis paru Bercak berawan disertai kavitas pada kedua lapangan paru.
aktif
13. Tuberkulosis paru Bercak berawan pada kedua lapangan paru atas yang
lama aktif disertai kavitas, bintik-bintik kalsifikasi, garis fibrosis yang
menyebabkan retraksi hilus ke atas.
14. Tuberkulosis paru Bintik-bintik kalsifikasi serta garis fibrosis pada kedua
lama tenang lapangan paru atas.
15. Tuberkulosis miliar Bercak-bercak granuler pada seluruh lapangan kedua paru
16. Hamartoma Nodul berbentuk bulat atau bergelombang (globulated)
dengan batas yang tegas. Biasanya <4 cm dan sering
mengandung kalsifikasi berbentuk bercak-bercak garis atau
gambaran pop corn.
17. Tumor paru Perselubungan homogen yang berbatas tegas pada daerah
paru.
23. Hyalin membran Lesi granuler yang merata di seluruh paru, ukuran paru
disease (HMD) mengecil, batas pembuluh darah tidak jelas, dan toraks
berbentuk bel. Pada kasus lebih berat didapatkan bayangan
paru lebih radioopak, adanya air bronkogram, dan batas
jantung dan mediastinum yang tidak jelas, kadang-kadang
diperoleh gambaran ground glass appearance. Pada
keadaan paling berat ditemukan gambaran white lung.
Beberapa penyakit beserta gambaran radiologi, terdapat pada tabel berikut ini:
Perselubun Homogenit
Penyakit Batas Bentuk Besar
gan putih as
Tergantung
- Infiltrat di apeks
TB paru aktif + + Tegas lesi
- Terdapat cavitas
penyakit
Tersebar di
- Khas terdapat
TB Milier + + Tegas kedua
bercak grabuler
lapang paru
Tergantung
- Kalsifikasi
Bekas TB paru + + Tegas lesi
- Fibrosis
penyakit
- Infiltrat disertai
cavitas, bintik
kalsifikasi, garis Tergantung
TB paru lama aktif + + Tegas fibrosis yang lesi
menyebabkan penyakit
retraksi hilus ke
atas
- Perselubungan
homogen pada
Tergantung
lapangan
Pneumonia + + Tegas lesi
atas/tengah/bawah
penyakit
pulmo
dextra/sinistra
- Bercak infiltrat
pada lapangan Tergantung
Bronkopneumonia + + Tegas bawah/tengah lesi
pulmo penyakit
dextra/sinistra
- Perselubungan
perihiler bilateral Tersebar di
Edema pulmo + + Tegas yang memberikan kedua
gambaran bat lapang paru
wings appearance
- Perselubungan
homogen pada
lapangan paru
dextra/sinistra
- Tampak shift Tergantung
Atelektasis + + Tegas trakea dan lesi
mediastinum ke penyakit
arah lesi dan
hiperaerasi pada
paru sebelahnya
- Tampak cavitas
pada lapangan paru
Tergantung
dextra/sinistra
Abses paru + + Reguler lesi
dengan dinding
penyakit
tebal
- Air fluid level +
- Perselubungan
Tergantung
homogen berbatas
Tumor paru + + Tegas lesi
tegas pada daerah
penyakit
paru dextra/sinistra
- Perselubungan
Tergantung
homogen setinggi
Efusi pleura + + Tegas lesi
ICS pada
penyakit
hemithoraks
dextra/sinistra
yang menutupi
sinus diafragma
dan batas jantung
- Tampak corakan
Tergantung
putih bentuk bulat
Bula Terinfeksi + + Tegas lesi
pada lapangan paru
penyakit
dextra/sinistra
- Perselubungan
homogen pada
Tergantung
Infeksi mikotik lapangan
+ + Tegas lesi
paru atas/tengah/bawah
penyakit
pulmo
dextra/sinistra
- Gambaran putih
berbatas tegas Tergantung
membentuk besarnya
Korpus alienum + + Tegas
gambaran densitas korpus
tinggi berwarna alienum
putih
5. Diagnosis banding bayangan luscent pada lapangan paru dan gambaran radiologisnya
Kelainan dari parenkim paru dengan densitas menurun / radioluscent yang bertambah:
1. Generalized
Pneumothoraks
Emfisema
Idiopathic hyperluscent
Pulmonary stenosis
Emboli paru
COPD
2. Circumscribe
Soliter
Bleb
Kavitas
Bula
Kista
Pnematocele
Hernia
Multipel
Kista
Kavitas
Honey comb
Pneumatocele
7. COPD
9. Idiopatik hiperluscent
Bercak infiltrat yang terlihat pada foto roentgen biasanya dilapangan atas dan
segmen apikal lobi bawah. Kadang-kadang juga terdapat di bagian basal paru yang
biasanya disertai oleh pleuritis. Pembesaran kelenjar limfe pada tuberkulosis
sekunder jarang dijumpai.
Bercak infiltrat yang terlihat pada foto roentgen biasanya dilapangan atas dan
segmen apikal lobi bawah. Kadang-kadang juga terdapat di bagian basal paru yang
biasanya disertai oleh pleuritis. Pembesaran kelenjar limfe pada tuberkulosis
sekunder jarang dijumpai.
Ada beberapa bentuk kelainan yang dapat dilihat pada foto roentgen, antara lain :
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan atau bercak-bercak yang batasnya tidak tegas
dengan densitas rendah.
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas dan
densitasnya sedang.
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu berbentuk garis-garis berbatas tegas, dengan
densitas tinggi.
4. Kavitas atau lubang
5. Sarang kapur ( kalsifikasi)
Dari fokus primer Ghon, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar
limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus
primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe
(limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer
terletak di lobus bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar
limfe parahilus (perihiler), sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang
akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Gabungan antara fokus primer, limfangitis,
dan limfadenitis dinamakan kompleks primer (primary complex). Waktu yang
diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks primer secara
lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Hal ini berbeda dengan pengertian masa
inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman
hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi TB bervariasi selama 212 minggu,
biasanya berlangsung selama 48 minggu. Selama masa inkubasi tersebut, kuman
berkembang biak hingga mencapai jumlah 103104, yaitu jumlah yang cukup untuk
merangsang respons imunitas selular.
Pada saat terbentuknya kompleks primer, TB primer dinyatakan telah terjadi. Setelah
terjadi kompleks primer, imunitas selular tubuh terhadap TB terbentuk, yang dapat
diketahui dengan adanya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu uji
tuberkulin positif. Selama masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif. Pada sebagian
besar individu dengan sistem imun yang berfungsi baik, pada saat sistem imun selular
berkembang, proliferasi kuman TB terhenti. Akan tetapi, sejumlah kecil kuman TB
dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas selular telah terbentuk, kuman TB
baru yang masuk ke dalam alveoli akan segera dimusnahkan oleh imunitas selular
spesifik (cellular mediated immunity, CMI). Setelah imunitas selular terbentuk, fokus
primer di jaringan paru biasanya akan mengalami resolusi secara sempurna
membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah terjadi nekrosis perkijuan dan
enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi,
tetapi penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru.
Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini,
tetapi tidak menimbulkan gejala sakit TB.
Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi akibat fokus di paru atau di
kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan
pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian
tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga
di jaringan paru (kavitas). Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya
berukuran normal pada awal infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang
berlanjut, sehingga bronkus dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat
tekanan eksternal menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru melalui mekanisme
ventil (ball-valve mechanism). Obstruksi total dapat menyebabkan atelektasis.
Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan
menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronkial atau
membentuk fistula. Massa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus
sehingga menyebabkan gabungan pneumonitis dan atelektasis, yang sering disebut
sebagai lesi segmental kolaps-konsolidasi. Selama masa inkubasi, sebelum
terbentuknya imunitas selular, dapat terjadi penyebaran limfogen dan hematogen.
Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk
kompleks primer, atau berlanjut menyebar secara limfohematogen. Dapat juga terjadi
penyebaran hematogen langsung, yaitu kuman masuk ke dalam sirkulasi darah dan
menyebar ke seluruh tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan
TB disebut sebagai penyakit sistemik. Penyebaran hematogen yang paling sering
terjadi adalah dalam bentuk penyebaran hematogenik tersamar (occult hematogenic
spread). Melalui cara ini, kuman TB menyebar secara sporadik dan sedikit demi
sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan
mencapai berbagai organ di seluruh tubuh, bersarang di organ yang mempunyai
vaskularisasi baik, paling sering di apeks paru, limpa, dan kelenjar limfe superfisialis.
Selain itu, dapat juga bersarang di organ lain seperti otak, hati, tulang, ginjal, dan lain-
lain. Pada umumnya, kuman di sarang tersebut tetap hidup, tetapi tidak aktif (tenang),
demikian pula dengan proses patologiknya. Sarang di apeks paru disebut dengan
fokus Simon, yang di kemudian hari dapat mengalami reaktivasi dan terjadi TB apeks
paru saat dewasa.