You are on page 1of 37

TUGAS HARIAN RADIOLOGI

Oleh:
Victoria Hawarima
1618012057

Pembimbing:
Dr. Karyanto, Sp.Rad

KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. H. ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
SOAL

1. Gambar skematis dan proses terjadinya sinar rontgen!


2. Gambar skematis dan proses terjadinya usg!
3. Gambar skematis dan proses terjadinya mri!
4. Diagnosis banding bayangan putih pada paru dan gambaran radiologisnya!
5. Diagnosis banding bayangan hitam pada paru dan gambaran radiologisnya!
6. Sebutkan klasifikasi TB dan gambaran radiologisnya!
7. Patofisiologi dan gambaran TB pada anak!
1. Gambar skematis dan proses terjadinya sinar rontgen
Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang
radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang gelombang yang
sangat pendek. Sinar X bersifat heterogen, panjang gelombangnya bervariasi dan
tidak terlihat. Perbedaan antara sinar X dengan sinar elektromagnetik lainnya juga
terletak pada panjang gelombang, dimana panjang gelombang sinar X sangat pendek,
yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya yang kelihatan. Karena panjang
gelombang yang pendek itu, maka sinar X dapat menembus benda-benda. Gambar
berikut menunjukkan keluarga gelombang radio, cahaya, tampak, sinar X, hingga
sinar kosmetik. Pengelompokan tersebut dibedakan atas tingkat energy atau panjang
gelombang.

Gambar 1. Tingkat energi gelombang elektromagnetik

Sinar X merupakan salah satu gelombang elaktromagnetik yang mempunyai energi


relatif besar sehingga daya tembusnya tinggi, bahkan dapat menembus lapisan logam.
Sinar ini dapat menembus benda-benda lunak seperti daging dan kulit tetapi tidak
dapat menembus benda-benda keras seperti tulang, gigi, dan logam.

Proses terbentuknya sinar X (Sjahrial Rasad, 2005)


Dalam urutan prosesnya adalah sebagai berikut:
1. Dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-elektron akan
dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan kealat pemusat (focusing
cup)
2. Filamen dibuat relatif negative terhadap sasaran (target) dengan memilih potensial
tinggi.
3. Awan-awan katoda (filament) dipanaskan (lebih dari 20.000c) sampai menyala
dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator.
4. Karena panas, electron-elektron dari katode (filament) terlepas.
5. Sewaktu electron mendadak dihentikan pada sasaran (target) sehingga terbentuk
panas (>99%) dan sinar X (<1%).
6. Pelindung (perisai) timah akan memecah keluarnya sinar X dari tabung. Sehingga
sinar X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.
7. Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan electron ditiadakan oleh
radiator oendingin (Sjahrial Rasad, 2005).

A. Proses terbentuknya sinar X (Hoxster:1982)

Gambar 2 Skema tabung sinar-X (Hoxster:1982)


Keterangan gambar:
1. Katoda 4. Keping wolfarm 7. Anoda
2. Filamen 5. Ruang hampa 8. Diapragma
3. Bidangfokus 6. Selubung 9. Berkas sinar guna

Prinsip kerja dari pembangkit sinar-X dapat dijelaskan sebagai berikut, beda
potensial yang diberikan antara katoda dan anoda menggunakan sumber yang
bertegangan tinggi. Produksi sinar-X dihasilkan dalam suatu tabung berisi suatu
perlengkapan yang diperlukan untuk menghasilkan sinar-X yaitu bahan penghenti
atau sasaran dan ruang hampa. Elektron bebas terjadi karena emisi dari filamen
yang dipanaskan. Dengan sistem fokus, elektron bebas yang dipancarkan terpusat
menuju anoda. Gerakan elektron ini akan dipercepat dari katoda menuju anoda
bila antara katoda dan anoda diberi beda potensial yang cukup besar.
Gerakan elektron yang berkecepatan tinggi dihentikan oleh suatu bahan yang
ditempatkan pada anoda. Tumbukan antara elektron dengan anoda ini
menghasilkan sinar-X, pada tumbukan antara elektron dengan sasaran akan ada
energi yang hilang. Energi ini akan diserap oleh sasaran dan berubah menjadi
panas sehingga bahan sasaran akan mudah memuai. Untuk menghindarinya bahan
sasaran dipilih yang berbentuk padat. Bahan yang biasa digunakan sebagai anoda
adalah platina, wolfram, atau tungsten. Untuk menghasilkan energi sinar-X yang
lebih besar, tegangan yang diberikan ditingkatkan sehingga menghasilkan
elektron dengan kecepatan yang lebih tinggi. Dengan demikian energi kinetik
yang dapat diubah menjadi sinar-X juga lebih besar.

B. Sinar-X dari proses kejadiannya, dikelompokan menjadi 2 yaitu :


1. Sinar-X Brehmsstrahlung

Electron dengan kecepatan tinggi (karena ada beda potensial 1000 Kvolt) yang
mengenai target anoda, electron tiba-tiba akan mengalami pelemahan yg sangat
darastis oleh target sehingga menimbulkan sinar-x, sinar-x yg terjadi dinamakan
sinar-x brehmsstrahlung or braking radiation. Pada waktu muatan
(electron) yang bergerak dengan kecepatan tinggi (mengalami percepatan), karena
adanya beda potensial, muatan (electron) akan memancarkan radiasi
elektromagnetik dan ketika energy electron cukup tinggi maka radiasi
elektromagnetik tersebut dalam range sinar-x.Sinar-x jenis ini tidak dipergunakan
untuk XRD (X-Ray Difraction)

2. Sinar-x karakteristik
Electron dari katoda yang bergerak dengan percepatan yg cukup tinggi, dapat
mengenai electron dari atom target (anoda) sehingga menyebabkan electron
tereksitasi dari atom, kemudian electron lain yang berada pada sub kulit yang
lebih tinggi akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh electron tadi,
dengan memancarkan sinar-x yang memiliki energy sebanding dengan level
energy electron. Karena sinar-X karakteristik memiliki Panjang gelombang
tertentu yang dapat difilter, maka jenis ini banyak diaplikasikan untuk XRD (X-
RAy Diffraction) dalam menentukan struktur material

2. Gambaran skematik dan proses terjadinya usg

Ultrasonografi ( USG ) adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan
gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi
yaitu lebih dari 20.000 Hz yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor.
Pada peralatan USG memiliki beberapa komponen, antara lain:
a. Transduser
Tranduser merupakan bagian terpenting dari peralatan USG karena dari alat ini
ultrsound dihasilkan melalui zat yang bersifat piezoelektric. Suatu benda
dikatakan mempunyai sifat piezoelectric apabila ketika bergetar akan
menghasilkan listrik. Bila benda tersebut diberi aliran listrik kemudian bergetar
maka disebut bersifat piezoelectric. Suatu kristal alami yang disebut quartz
mempunyai sifar piezoelectric dan pertama kali dipergunakan untuk
menghasilkan ultrasound. Saat ini quartz telah digantikan oleh keramik sintesik,
misalnya bBarium Titanate dan lead Zirconate Titanate yang mempunyai
kemampuan bergetar lebih baik dari quartz. Didalam sebuah transduser bisa
terdapat lebih dari 64 buah elemen kristal piezo (tebalnya kurang dari 1 mm) yang
tersusun berdera-derat. Lemen tersebut berfungsi menghasilkan getaran
ultrasound dan menagkap getaran gema suara yang kembali kemudian diubah
menjadi impuls listrik dan diubah ke dalam benuk gambar di layar monitor.
Bentuk penjejak yang paling sering dijumpai dalam bidang diagnostik ultrasound
adalah yang memiliki elemen ganda (multi-element transducer array) yang
sanggup menghasilkan gambar USG real-time. Alat untuk melakukan
pemeriksaan USG yang langsung bersentuhan dengan tubuh pasien adalah
transduser.
b. Komputer
Pada alat USG komputer siunkan sebagai alat pengolah data yang mengubah snyal
listrik menjadi bentuk gambar dan merekonstruksi gambar yang dihasilkan pada
monitor. Dengan alat komputer segala pengolahan data dapat dipermudah dan
semakin dipercepat. Software yang digunakan pada alat USG berbasis pada jenis
software komputer pada umumnya, namun alat USG ini dilengkapi dengan
program-program tambahan yang mampu menampilkan fungsi dan pencitraan
yang lebih baik sesuai dengan perkembangan aplikasi komputer yang semakin
canggih.
c. Media Imaging
1. TV Monitor. TV monitor dalam peralatan USG merupakan salah satu media
output dari gambaran yang diperoleh setelah pulsa listrik diolah dari pengolahan
komputer, pada saat sekarang layar monitor yang dipakai merupakan jenis
Cathoda Ray Tube (CRT) dengan resolusi gambar yang semakin tinggi, bahkan
piranti USG sudah banyak menggunakan layar kristal sejenis Liquid Crystal
Display (LCD) sebagai media pencitraannya.
2. Printer. Printer dalam peralatan USG juga merupakan media output dari
gambaran yang diperoleh dari pengolahan komputer. Pada zaman sebelumnya
printer ditempati oleh foto polaroid, namun dengan perkembangan zaman diganti
dengan printer yang berwarna (Colour Printer) dan printer yang hitam-putih
(Black and White atau B/W) dengan resolusi gambar yang dihasilkan semakin
bagus dan jelas.

Mekanisme Terjadinya Citra USG


Mekanisme terjadinya citra USG adalah sebagai berikut:
1. Transduser mengeluarkan gelombang ultrasonik
2. Gelombang ultrasonik mengenai objek
3. Objek yang dikenai gelombang ultrasonik ada yang diteruskan ada yang
dihamburkan dan ada yang dikembalikan ke transduser.
4. Gelombang ultrasound (echo) yang ditangkap transduser diubah menjadi pulsa
listrik.
5. Pulsa listrik diteruskan dan diperkuat menjadi inputdata komputer
6. Komputer merekonstruksi pulsa listrik menjadi citra USG dan dikirim ke layar
monitor untuk ditampilkan.

3. Gambar skematik dan proses terjadinya mri


Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran penampang
tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hidrogen. Tehnik
penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang dihasilkan tergantung
pada banyak parameter. Alat tersebut memiliki kemampuan membuat gambaran
potongan coronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi tubuh pasien

Prinsip MRI
Pasien ditempatkan dalam medan magnet, dan gelombang elektromagnet pulsa
diterapkan untuk membangkitkan objective nuclide di dalam tubuh. Nuclide yang
dibangkitkan akan kembali ke dalam energi semula dan akan melepaskan energi yang
diserap sebagai gelombang elektromagnet. Gelombang elektromagnet yang dilepas
ini adalah sinyal MR. Sinyal ini dideteksi dengan kumparan (coil) untuk membentuk
suatu gambar (image).

Yang perlu diperhatikan dengan memakai MR adalah nucleus (proton di dalam


tubuh). Nucleus mempunyai massa dan muatan positif serta berputar pada sumbunya.
Nucleus yang berputar ini dianggap sebagai suatu magnet batang kecil (small bar
magnet). Karena nucleus ditempatkan di dalam medan magnet statis, maka akan
berputar (precession). Ketika suatu pulsa RF yang mempunyai frekuensi sama dengan
kecepatan/frekuensi dari putaran diberikan, nucleus menyerap energi dari pulsa (yang
disebut gejala resonansi). Pulsa RF adalah gelombang elektromagnet dan disebut
pulsa RF (Radio Frequency) karena band frekuensinya. Ketika pulsa RF dimatikan,
nucleus kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi yang diserap (yang
disebut relaxation). Dengan membuat nucleus memancarkan sinyal ketika
melepaskan energi yang diserap, suatu gambar (image) dihasilkan.

4. Diagnosis banding bayangan opaque pada lapangan paru dan gambaran radiologisnya

Kelainan parenkim paru dengan densitas yang meninggi:


1) Kelainan parenkim paru dengan densitas homogen, berbatas tegas, yang
mempunyai gambaran lobar atau segmental dan berbentuk poligonal atau segitiga.
Atelektasis
Pneumoni lobaris
Infark paru
Lung sequestration
Epituberkulosa
2) Kelainan parenkim paru dengan batas tidak tegas dan tersebar irregular.
Kelainan yang tersebar dimana saja:
Tuberkulosis anak-anak
Bronkopneumoni tengah dan bawah
3) Kelainan dengan kecenderungan untuk distribusi di bagian basal paru:
Bronkiektasis
Aspirasi pneumoni
Hypostatic pneumoni
4) Kelainan dengan tendesi untuk berlokalisasi di bagian 2/3 medial dari lapangan
paru:
Edema paru
Uremic lung
Pulmonary alveolar proteinosis
Penyakit-penyakit kolagen
5) Kelainan dengan kecenderungan untuk distribusi di apeks atau daerah sub-apikal:
TB dewasa
infeksi mikotik pada paru
chronic hypereosinophilia
6) Kelainan yang bertendendensi migrasi dari satu tempat ke tempat lain:
Loeffler's syndrome
7) Kelainan paru dengan lesi noduler dengan batas yang tegas.
8) Lesi noduler yang soliter
0,5-3 cm : coin lesion
> 3 cm
9) Multipel nodule
Metastasis tumor ganas
Pneumoconiosis
Caplan's syndrome (rheumatoid pneumoconiosis)
Silo-filler's disease
10) Multipel granul/miliar
Miliar tuberculosis
Histoplasmosis
Sarcoidosis
Pulmonary amyloidosis
Alveolar carcinoma dari paru
Metastasis
11) Kelainan paru dengan densitas bergaris (linear density)
12) Arteri-arteri paru mengalami dilatasi
13) Vena-vena paru mengalami dilatasi
14) Lymphatic paru mengalami dilatasi
15) Fibrosis peribronkial yang bertambah
16) Plate-like / Linear atelektasis (Fleischner)

NO. DIAGNOSA GAMBARAN RADIOLOGIS


BANDING
1. Atelektasis Bayangan lebih suram (densitas tinggi) pada bagian paru,
baik lobaris, segmental, atau seluruh paru, dengan
penarikan mediastinum kearah atelektasis, sedangkan
diafragma tertarik keatas dan sela iga menyempit.

2. Pneumonia alveolar Bayangan perselubungan homogen berdensitas tinggi pada


non segmental atau segmental, lobus paru, atau pada
sekumpulan segmen lobus yang berdekatan, berbatas tegas.
Air bronchogram biasanya ditemukan diantara daerah
konsolidasi.
3. Pneumonia Gambaran bronchial cuffing, yaitu penebalan dan edema
interstitial pada dinding bronkiolus. Corakan bronkovaskular
meningkat, hiperaerasi, bercak-bercak infiltrat dan efusi
pleura juga dapat ditemukan.

4. Schwarte Garis-garis densitas tinggi yang tidak teratur (fibrosis) atau


kalsifikasi, selain itu sinus kostofrenikus menjadi tumpul,
biasanya terjadi di lapangan paru bagian bawah, tetapi juga
dapat terjadi dipuncak paru, tidak segmental.

5. Abses paru Satu atau multi kavitas berdinding tebal, dapat pula
ditemukan permukaan udara dan cairan di
dalamnya.Bayangan dengan batas tidak tegas (irreguler),
dinding granulomatous/radang/jaringan atelektasis, bila
berhubungan dengan bronkus air fluid level (+), sering
dekat dengan permukaan pleura (fistula bronchopleura).
6. Sindrom Loffler Bayangan kurang opak, dapat satu atau ganda, unilateral
atau bilateral. Tipe bayangan tersebut menempel (patchy
in type) biasanya kurang berbatas tegas. Densitas homogen
biasanya perifer dan cepat berubah.

7. Pneumonia Densitas berkabut, biasanya di daerah parahiler dan di


rheumatik lapangan tengah paru. Bayangan ini dapat menyatu atau
bercak yang tidak rata dan acap kali berhubungan dengan
perubahan basal menunjukkan kongesti paru.

8. Bronkitis kronik Bronkitis kronis golongan ringan: corakan peribronkial


yang ramai/bertambah di bagian basal paru oleh penebalan
dinding bronkus dan peribronkus. Bronkitis kronis
golongan sedang juga disertai emfisema, sedangkan
bronkitis kronis golongan berat ditemukan hal-hal tersebut
diatas dan disertai cor pulmonale (komplikasi bronkitis
kronis).
9. Efusi pleura Perselubungan homogen menutupi struktur paru bawah
yang biasanya relative radioopak dengan permukaan atas
cekung ,berjalan dari lateral atas kearah medial bawah.
Jaringan paru akan terdorong kearah sentral/hilus dan
kadang mendorong mediastinum kearah kontralateral.

10. Mesotelioma Bayangan padat pada lapangan paru, dengan permukaan


(tumor pleura) yang bergelombang (globulated) dan pembesaran kelenjar
hilus.

11. Mediastinitis Pelebaran mediastinum dengan densitas bertambah.

12. Tuberkulosis paru Bercak berawan disertai kavitas pada kedua lapangan paru.
aktif
13. Tuberkulosis paru Bercak berawan pada kedua lapangan paru atas yang
lama aktif disertai kavitas, bintik-bintik kalsifikasi, garis fibrosis yang
menyebabkan retraksi hilus ke atas.

14. Tuberkulosis paru Bintik-bintik kalsifikasi serta garis fibrosis pada kedua
lama tenang lapangan paru atas.

15. Tuberkulosis miliar Bercak-bercak granuler pada seluruh lapangan kedua paru
16. Hamartoma Nodul berbentuk bulat atau bergelombang (globulated)
dengan batas yang tegas. Biasanya <4 cm dan sering
mengandung kalsifikasi berbentuk bercak-bercak garis atau
gambaran pop corn.

17. Tumor paru Perselubungan homogen yang berbatas tegas pada daerah
paru.

18. Metastasis paru Gambaran bayangan bulat berukuran beberapa milimeter


sampai beberapa centimeter, tunggal (soliter) atau ganda
(multiple), batas tegas yang sering disebut coin lesion pada
kedua lapangan paru. Bayangan tersebut dapat
mengandung bercak kalsifikasi. Dapat juga terdapat
pembesaran kelenjar mediastinum, penekanan trakea,
bronkovaskular kasar unilateral atau bilateral atau
gambaran garis-garis berdensitas tinggi halus seperti
rambut.
19. Bronkopneumonia Bercak infiltrat pada lapangan bawah/tengah paru.

20. Edema paru Perselubungan atau perbercakan di 2/3 medial (perihilar)


kedua paru (bilateral) yang memberikan gambaran bat
wings appearance.

21. Hidropneumotoraks Perselubungan homogen pada bagian basal paru yang


menutupi sinus, diafragma, serta batas jantung disertai
hiperlusen avaskuler pada bagian atasnya yang meberikan
gambaran air fluid level (+). Jantung sulit dinilai.
22. Asbestosis plak Bayangan berdensitas tinggi bentuk dapat berupa garis-
garis tipis, bercak noduler dengan ukuran beberapa
milimeter (1-2mm), sampai beberapa centimeter atau
perselubungan paru menyerupai radang paru, kadang
disertai pembesaran hilus. Biasanya terjadi di lapangan
paru bawah, terutama paru kiri sekitar parakardial yang
menutupi jantung kiri.

23. Hyalin membran Lesi granuler yang merata di seluruh paru, ukuran paru
disease (HMD) mengecil, batas pembuluh darah tidak jelas, dan toraks
berbentuk bel. Pada kasus lebih berat didapatkan bayangan
paru lebih radioopak, adanya air bronkogram, dan batas
jantung dan mediastinum yang tidak jelas, kadang-kadang
diperoleh gambaran ground glass appearance. Pada
keadaan paling berat ditemukan gambaran white lung.

Beberapa penyakit beserta gambaran radiologi, terdapat pada tabel berikut ini:
Perselubun Homogenit
Penyakit Batas Bentuk Besar
gan putih as
Tergantung
- Infiltrat di apeks
TB paru aktif + + Tegas lesi
- Terdapat cavitas
penyakit
Tersebar di
- Khas terdapat
TB Milier + + Tegas kedua
bercak grabuler
lapang paru
Tergantung
- Kalsifikasi
Bekas TB paru + + Tegas lesi
- Fibrosis
penyakit
- Infiltrat disertai
cavitas, bintik
kalsifikasi, garis Tergantung
TB paru lama aktif + + Tegas fibrosis yang lesi
menyebabkan penyakit
retraksi hilus ke
atas
- Perselubungan
homogen pada
Tergantung
lapangan
Pneumonia + + Tegas lesi
atas/tengah/bawah
penyakit
pulmo
dextra/sinistra
- Bercak infiltrat
pada lapangan Tergantung
Bronkopneumonia + + Tegas bawah/tengah lesi
pulmo penyakit
dextra/sinistra
- Perselubungan
perihiler bilateral Tersebar di
Edema pulmo + + Tegas yang memberikan kedua
gambaran bat lapang paru
wings appearance
- Perselubungan
homogen pada
lapangan paru
dextra/sinistra
- Tampak shift Tergantung
Atelektasis + + Tegas trakea dan lesi
mediastinum ke penyakit
arah lesi dan
hiperaerasi pada
paru sebelahnya

- Tampak cavitas
pada lapangan paru
Tergantung
dextra/sinistra
Abses paru + + Reguler lesi
dengan dinding
penyakit
tebal
- Air fluid level +
- Perselubungan
Tergantung
homogen berbatas
Tumor paru + + Tegas lesi
tegas pada daerah
penyakit
paru dextra/sinistra
- Perselubungan
Tergantung
homogen setinggi
Efusi pleura + + Tegas lesi
ICS pada
penyakit
hemithoraks
dextra/sinistra
yang menutupi
sinus diafragma
dan batas jantung
- Tampak corakan
Tergantung
putih bentuk bulat
Bula Terinfeksi + + Tegas lesi
pada lapangan paru
penyakit
dextra/sinistra
- Perselubungan
homogen pada
Tergantung
Infeksi mikotik lapangan
+ + Tegas lesi
paru atas/tengah/bawah
penyakit
pulmo
dextra/sinistra
- Gambaran putih
berbatas tegas Tergantung
membentuk besarnya
Korpus alienum + + Tegas
gambaran densitas korpus
tinggi berwarna alienum
putih

5. Diagnosis banding bayangan luscent pada lapangan paru dan gambaran radiologisnya
Kelainan dari parenkim paru dengan densitas menurun / radioluscent yang bertambah:
1. Generalized
Pneumothoraks
Emfisema
Idiopathic hyperluscent
Pulmonary stenosis
Emboli paru
COPD
2. Circumscribe
Soliter
Bleb
Kavitas
Bula
Kista
Pnematocele
Hernia
Multipel
Kista
Kavitas
Honey comb
Pneumatocele

NO. DIAGNOSA GAMBARAN RADIOLOGIS


BANDING
1. Emfisema Toraks berbentuk silindrik. Bayangan paru lebih
radiolusen pada seluruh paru atau lobaris ataupun
segmental, corakan jaringan paru tampak lebih jelas,
vascular paru yang relative jarang. Diafragma letak
rendah dengan bentuk yang datar dan peranjakan yang
berkurang. Jantung ramping, sela iga melebar.

2. Bronkiektasis Bronkovaskular yang kasar yang umumnya terdapat di


lapangan bawah paru, atau gambaran garis-garis
translusen yang panjang menuju ke hilus dengan
bayangan konsolidasi sekitarnya akibat peradangan
sekunder, kadang-kadang juga bisa berupa bulatan-
bulat antranslusen yang sering dikenal sebagai
gambaran sarang tawon (honey comb appearance).
Bulatan-bulatan ini dapat berukuran besar (diameter 1-
10cm) yang berupa kista-kista translusen dan kadang-
kadang berisi cairan (air fluid level) akibat peradangan
sekunder.
3. Pneumotoraks Bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru
(avascular pattern) dengan batas paru berupa garis
radioopak tipis berasal dari pleura viseral. Jika
pneumotoraks luas, akan menekan jaringan paru kearah
hilus atau paru menjadi kuncup/kolaps di daerah hilus
dan mendorong mediastinum kearah kontralateral. Sela
iga menjadi lebih lebar.

4. Flail chest Bayangan udara yang terlihat akibat kontusio paru.


Gambaran fraktur kosta yang multipel.
5. Kista Paru Tampak hilus normal, corakan paru bertambah,
rongaluscen/opak berdinding tipis reguler,
soliter/multipel di kedua lapang paru

6. Caverne Tampak bayangan rongga luscent, berdinding agak


tebal, irreguler, avaskuler

7. COPD

Thoraks berbentuk silindrik, diafragma letak rendah


dengan bentuk datar, bayangan lebih radiolusen, sela iga
melebar, gambaran fibrosis dan vaskular paru relatif
jarang; corakan jaringan paru tampak lebih jelas.
8. Bula emfisematus

CXR terdapat area fokal dengan gambaran


radioluscent yang dapat dilihat dengan jelas karena
dilapisi oleh sebuah dinding tipis. Fluid level
memungkinkan adanya infeksi di dalam bula.
Karakteristik dalam foto thoraks lain ialah paru yang
hiperekspansi dengan pendataran kedua
hemidiafragma.

9. Idiopatik hiperluscent

Emfisema dengan hipoplasi arteri pulmonalis dan


gambaran bronkiektasis; tanpa penambahan ukuran
paru.

10. Stenosis pulmonary Bayangan radiolusen pada bagian aorta karena


terjadinya ppengecilan aorta serta arteri pulmonalis
menonjol. Pembuluh darah paru-paru berkurang dan
tampak kecil-kecil.
6. Klasifikasi TB dan gambaran radiologisnya

Klasifikasi TB paru berdasarkan gambaran radiologis :


1. Tuberkulosis Primer
Hampir semua infeksi TB primer tidak disertai gejala klinis, sehingga paling
sering didiagnosis dengan tuberkulin test. Pada umumnya menyerang anak, tetapi
bisa terjadi pada orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah. Pasien
dengan TB primer sering menunjukkan gambaran foto normal. Pada 15% kasus
tidak ditemukan kelainan, bila infeksi berkelanjutan barulah ditemukan kelainan
pada foto toraks. Lokasi kelainan biasanya terdapat pada satu lobus, dan paru
kanan lebih sering terkena, terutama di daerah lobus bawah, tengah dan lingula
serta segmen anterior lobus atas. Kelainan foto toraks pada tuberculosis primer ini
adalah adalah limfadenopati, parenchymal disease, miliary disease, dan efusi
pleura. . Pada paru bisa dijumpai infiltrat dan kavitas. Salah satu komplikasi yang
mungkin timbul adalah Pleuritis eksudatif, akibat perluasan infitrat primer ke
pleura melalui penyebaran hematogen. Komplikasi lain adalah atelektasis akibat
stenosis bronkus karena perforasi kelenjar ke dalarn bronkus. Baik pleuritis
maupun atelektasis pada anak-anak mungkin demikian luas sehingga sarang
primer tersembunyi dibelakangnya.
Tuberculosis dengan komplek primer (hanya hilus kiri membesar). Foto toraks PA dan
lateral
Tuberculosis disertai komplikasi pleuritis eksudativ dan atelektasis - Pleuritis TB

2. Tuberkulosis sekunder atau tuberkulosis reinfeksi


Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa atau timbul
reinfeksi pada seseorang yang semasa kecilnya pernah menderita tuberculosis
primer, tetapi tidak diketahui dan menyembuh sendiri. Kavitas merupakan ciri
dari tuberculosis sekunder
Tuberculosis dengan cavitas

Bercak infiltrat yang terlihat pada foto roentgen biasanya dilapangan atas dan
segmen apikal lobi bawah. Kadang-kadang juga terdapat di bagian basal paru yang
biasanya disertai oleh pleuritis. Pembesaran kelenjar limfe pada tuberkulosis
sekunder jarang dijumpai.
Bercak infiltrat yang terlihat pada foto roentgen biasanya dilapangan atas dan
segmen apikal lobi bawah. Kadang-kadang juga terdapat di bagian basal paru yang
biasanya disertai oleh pleuritis. Pembesaran kelenjar limfe pada tuberkulosis
sekunder jarang dijumpai.

Klasifikasi tuberkulosis sekunder


Klasifikasikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis Association (
ATA ).
1. Tuberculosis minimal : luas sarang-sarang yang kelihatan tidak melebihi daerah
yang dibatasi oleh garis median, apeks dan iga 2 depan, sarang-sarang soliter
dapat berada dimana saja. Tidak ditemukan adanya kavitas
2. Tuberkulosis lanjut sedang ( moderately advance tuberculosis ) : Luas sarang -
sarang yang berupa bercak infiltrat tidak melebihi luas satu paru. Sedangkan bila
ada kavitas, diameternya tidak melebihi 4 cm. Kalau bayangan sarang tersebut
berupa awan - awan menjelma menjadi daerah konsolidasi yang homogen,
luasnya tidak boleh melebihi 1 lobus paru .
3. Tuberkulosis sangat lanjut (far advanced tuberculosis ) : Luas daerah yang
dihinggapi sarang-sarang lebih dari 1 paru atau bila ada lubang -lubang, maka
diameter semua lubang melebihi 4 cm.

Ada beberapa bentuk kelainan yang dapat dilihat pada foto roentgen, antara lain :
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan atau bercak-bercak yang batasnya tidak tegas
dengan densitas rendah.
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas dan
densitasnya sedang.
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu berbentuk garis-garis berbatas tegas, dengan
densitas tinggi.
4. Kavitas atau lubang
5. Sarang kapur ( kalsifikasi)

Cara pembagian yang lazim di Amerika Serikat adalah :


1. Sarang-sarang berbentuk awan atau bercak infiltrat dengan densitas rendah
hingga sedang dengan batas tidak tegas. Sarang -sarang ini biasanya
menunjukan suatu proses aktif.
2. Lubang ( kavitas ). Berarti proses aktif kecuali bila lubang sudah sangat kecil,
yang dinamakan residual cavity .
3. Sarang-sarang seperti garis ( fibrotik ) atau bintik - bintik kapur ( kalsifikasi,
yang biasanya menunjukkan proses telah tenang ( fibrocalcification)

Tuberculosis dengan cavitas

Tuberculosis dengan kalsifikasi


Foto Toraks dengan proyeksi PA dan Lateral yang terdapat pada anak -anak berusia 7
bulan dengan TB Milliar. Terdapat beberapa nodul di seluruh lapangan keduaparu.
Dan terdapat konsolidasi di lobus kanan atas

Kemungkinan - kemungkinan kelanjutan suatu sarang tuberkulosis


1. Penyembuhan tanpa bekas
Sering terjadi pada anak-anak (tuberkulosis primer dan pada orang dewasa apabila
diberikan pengobatan yang baik.
2. Penyembuhan dengan memninggalkan cacat.
Penyembuhan ini berupa garis - garis berdensitas tinggi / fibrokalsifikasi di kedua
lapangan atas paru dapat mengakibatkan penarikan pembuluh -pembuluh darah
besar di kedua hilli ke atas. Pembuluh darah besar di hilli terangkat ke atas, seakan-
akan menyerupai kantung celana (broekzak fenomen). Sarang-sarang kapur kecil
yang mengelompok di apeks paru dinamakan Sarang - sarang Simon ( Simon's
foci).
Secara roentgenologis, sarang baru dapat dinilai sembuh ( proses tenang ) bila
setelah jangka waktu selama sekurang-kurangnya 3 bulan bentuknya sama. Sifat
bayangan tidak boleh berupa bercak-bercak, awan atau lubang, melainkan garis-
garis atau bintik-bintik kapur. Dan harus didukung oleh hasil pemeriksaan klinik
- laboratorium, termasuk sputum.

Perburukan ( perluasan ) penyakit


1. Pleuritis
Terjadi karena meluasnya infiltrat primer langsung ke pleura atau melalui
penyebaran hematogen. Pada keadaan normal rongga pleura berisi cairan 10-15
ml. Efusi pleura bias terdeteksi dengan foto toraks PA dengan tanda meniscus
sign/ellis line, apabila jumlahnya 175 ml. Pada foto lateral dekubitus efusi pleura
sudah bias dilihat bila ada penambahan 5 ml dari jumlah normal. Penebalan pleura
di apikal relative biasa pada TB paru atau bekas TB paru. Pleuritis TB bias
terlokalisir dan membentuk empiema. CT Toraks berguna dalam memperlihatkan
aktifitas dari pleuritis TB dan empiema.
2. Penyebaran miliar
Akibat penyebaran hematogen tampak sarang-sarang sebesar l-2mm atau sebesar
kepala jarum (milium), tersebar secara merata di kedua belah paru. Pada foto
toraks, tuberkulosis miliaris ini menyerupai gambaran 'badai kabut (Snow storm
apperance). Penyebaran seperti ini juga dapat terjadi pada Ginjal, Tulang, Sendi,
Selaput otak /meningen, dsb.
3. Stenosis bronkus
Stenosis bronkus dengan akibat atelektasis lobus atau segmen paru yang
bersangkutan sering menempati lobus kanan ( sindroma lobus medius )
4. Kavitas (lubang)
Timbulnya lubang ini akibat melunaknya sarang keju. Dinding lubang sering tipis
berbatas licin atau tebal berbatas tidak licin. Di dalamnya mungkin terlihat cairan,
yang biasanya sedikit. Lubang kecil dikelilingi oleh jaringan fibrotik dan bersifat
tidak berubah-ubah pada pemeriksaan berkala (follow up) dinamakan lubang sisa
(residual cavity) dan berarti suatu proses lama yang sudah tenang.
7. Patofisiologi TB
Paru merupakan port dentree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Kuman TB dalam
percik renik (droplet nuclei) yang ukurannya sangat kecil (<5 m), akan terhirup dan
dapat mencapai alveolus. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan
seluruhnya oleh mekanisme imunologis nonspesifik, sehingga tidak terjadi respons
imunologis spesifik. Akan tetapi, pada sebagian kasus lainnya, tidak seluruhnya dapat
dihancurkan. Pada individu yang tidak dapat menghancurkan seluruh kuman,
makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang sebagian besar dihancurkan.
Akan tetapi, sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus
berkembang biak di dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag.
Selanjutnya, kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut, yang dinamakan fokus
primer Ghon.

Dari fokus primer Ghon, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar
limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus
primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe
(limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer
terletak di lobus bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar
limfe parahilus (perihiler), sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang
akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Gabungan antara fokus primer, limfangitis,
dan limfadenitis dinamakan kompleks primer (primary complex). Waktu yang
diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks primer secara
lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Hal ini berbeda dengan pengertian masa
inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman
hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi TB bervariasi selama 212 minggu,
biasanya berlangsung selama 48 minggu. Selama masa inkubasi tersebut, kuman
berkembang biak hingga mencapai jumlah 103104, yaitu jumlah yang cukup untuk
merangsang respons imunitas selular.

Pada saat terbentuknya kompleks primer, TB primer dinyatakan telah terjadi. Setelah
terjadi kompleks primer, imunitas selular tubuh terhadap TB terbentuk, yang dapat
diketahui dengan adanya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu uji
tuberkulin positif. Selama masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif. Pada sebagian
besar individu dengan sistem imun yang berfungsi baik, pada saat sistem imun selular
berkembang, proliferasi kuman TB terhenti. Akan tetapi, sejumlah kecil kuman TB
dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas selular telah terbentuk, kuman TB
baru yang masuk ke dalam alveoli akan segera dimusnahkan oleh imunitas selular
spesifik (cellular mediated immunity, CMI). Setelah imunitas selular terbentuk, fokus
primer di jaringan paru biasanya akan mengalami resolusi secara sempurna
membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah terjadi nekrosis perkijuan dan
enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi,
tetapi penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru.
Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini,
tetapi tidak menimbulkan gejala sakit TB.

Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi akibat fokus di paru atau di
kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan
pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian
tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga
di jaringan paru (kavitas). Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya
berukuran normal pada awal infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang
berlanjut, sehingga bronkus dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat
tekanan eksternal menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru melalui mekanisme
ventil (ball-valve mechanism). Obstruksi total dapat menyebabkan atelektasis.
Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan
menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronkial atau
membentuk fistula. Massa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus
sehingga menyebabkan gabungan pneumonitis dan atelektasis, yang sering disebut
sebagai lesi segmental kolaps-konsolidasi. Selama masa inkubasi, sebelum
terbentuknya imunitas selular, dapat terjadi penyebaran limfogen dan hematogen.
Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk
kompleks primer, atau berlanjut menyebar secara limfohematogen. Dapat juga terjadi
penyebaran hematogen langsung, yaitu kuman masuk ke dalam sirkulasi darah dan
menyebar ke seluruh tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan
TB disebut sebagai penyakit sistemik. Penyebaran hematogen yang paling sering
terjadi adalah dalam bentuk penyebaran hematogenik tersamar (occult hematogenic
spread). Melalui cara ini, kuman TB menyebar secara sporadik dan sedikit demi
sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan
mencapai berbagai organ di seluruh tubuh, bersarang di organ yang mempunyai
vaskularisasi baik, paling sering di apeks paru, limpa, dan kelenjar limfe superfisialis.
Selain itu, dapat juga bersarang di organ lain seperti otak, hati, tulang, ginjal, dan lain-
lain. Pada umumnya, kuman di sarang tersebut tetap hidup, tetapi tidak aktif (tenang),
demikian pula dengan proses patologiknya. Sarang di apeks paru disebut dengan
fokus Simon, yang di kemudian hari dapat mengalami reaktivasi dan terjadi TB apeks
paru saat dewasa.

Bentuk penyebaran hematogen yang lain adalah penyebaran hematogenik


generalisata akut (acute generalized hematogenic spread).Pada bentuk ini, sejumlah
besar kuman TB masuk dan beredar di dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini
dapat menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit TB secara akut, yang
disebut TB diseminata. Tuberkulosis diseminata ini timbul dalam waktu 26 bulan
setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan virulensi
kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya penyebaran. Tuberkulosis
diseminata terjadi karena tidak adekuatnya sistem imun pejamu (host) dalam
mengatasi infeksi TB, misalnya pada anak bawah lima tahun (balita) terutama di
bawah dua tahun. Bentuk penyebaran yang jarang terjadi adalah protracted
hematogenic spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu fokus perkijuan di
dinding vaskuler pecah dan menyebar ke seluruh tubuh, sehingga sejumlah besar
kuman TB akan masuk dan beredar di dalam darah. Secara klinis, sakit TB akibat
penyebaran tipe ini tidak dapat dibedakan dengan acute generalized hematogenic
spread. (sumber: Juknis manajemen TB anak)
Gambaran TB pada anak:
Pemeriksaan penunjang yang cukup penting adalah pemeriksaan foto toraks. Namun
gambaran foto toraks pada TB tidak khas karena juga dapat dijumpai pada penyakit
lain. Dengan demikian pemeriksaan foto toraks saja tidak dapat digunakan untuk
mendiagnosis TB, kecuali gambaran TB milier. Secara umum, gambaran radiologis
yang menunjang TB adalah sebagai berikut:
a. Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrat (visualisasinya
selain dengan foto toraks AP, harus disertai foto toraks lateral)
b. Konsolidasi segmental/lobar
c. Efusi pleura
d. Milier
e. Atelektasis
f. Kavitas
g. Kalsifikasi dengan infiltrat
h. Tuberkuloma

You might also like