You are on page 1of 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis
anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.1 Anemia pada
kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan
sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas
sumber daya manusia. Anemia pada kehamilan disebut pontetial danger to
mother and child (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia
memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan
kesehatan pada lini terdepan.1 Menurut WHO anemia adalah suatu keadaan
dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang
yang bersangkutan. Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization
(WHO) memperkirakan bahwa 35-37% ibu hamil di negara berkembang dan 18%
ibu hamil di negara maju mengalami anemia.2

Penyebab utama anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah defisiensi besi.
Mora and Nestel (2000) menyatakan bahwa anemia defisiensi besi merupakan
masalah gizi ibu hamil yang utama. Untuk mengatasi masalah anemia pada ibu
hamil dan mencegah dampak buruk anemia pada ibu hamil terhadap ibu dan janin
serta bayi, pemerintah telah melaksanakan program pemberian tablet besi.
Intervensi yang paling mudah dan paling luas jangkauannya adalah melalui
institusi Posyandu dan Puskesmas. Kebijaksanaan pemerintah adalah memberikan
tablet besi atau Fe (Fe sulfat 320 mg dan asam folat 0,5 mg) untuk semua ibu
hamil sebanyak satu kali satu tablet selama 90 hari. Meskipun upaya intervensi
untuk mengatasi masalah anemia pada ibu hamil telah lama dilakukan, program
ini tampaknya perlu dievaluasi efektivitasnya, mengingat sampai saat ini
prevalensi anemia ibu hamil masih tetap tinggi.3

1
Dinegara sedang berkembang, anemia sangat membahayakan ibu hamil. Di
negara maju, frekuensi anemia pada kehamilan kurang umum, tetapi beberapa
wanita, terutama kelompok sosioekonomi kurang, menjadi anemik sewaktu hamil.
Seorang wanita dewasa sehat mempunyai jumlah total zat besi dalam tubuh
sebesar 3500 - 4500 mg. Sebanyak 75 persen dari jumlah ini tersimpan didalam
eritrosit dalam bentuk hemoglobin, 20 persen terdapat dalam simpanan tubuh,
terutama sumsum tulang dan sistem retikulendotelial sebagai kompleks feritin,
dan sisanya 5 persen disimpan di dalam otot dan sistem enzim, terutama sebagai
miohemoglobin.4
Seperti Negara berkembang lainnya, di Indonesia anemia disebabkan karena
defisiensi zat gizi mikro (micronutrient) dengan penyebab terbanyak defisiensi zat
besi. Sedangkan menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007,
prevalensi anemia gizi ibu hamil di Indonesia sebesar 24,5%.5
Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu
peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya. Volume plasma bertambah dan sel
darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi
dengan proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit
sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.6

Ekspansi volume plasma merupakan penyebab anemia fisiologik pada


kehamilan. Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht),
konsentrasi hemoglobin darah (Hb), dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan
jumlah absolut Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Mekanisme yang mendasari
perubahan ini belum jelas. Ada spekulais bahwa anemia fisiologik dalam
kehamilan bertujuan menurunkan viskositas darah maternal sehingga
meningkatkan perfusi plasental dan membantu penghantaran oksigen serta nutrisi
ke janin.6

Ekspansi volume plasma mulai pada minngu ke-6 kehamilan dan


mencapai maksimum pada minngu ke-24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat
sampai minggu ke-37. Pada titik puncaknya, volume plasma sekitar 40% lebih
tinggi pada ibu hamil dibandingkan perempuan yang tidak hamil. Penurunan
2
hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada
minggu ke-7 sampai minggu ke-8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu
ke-16 sampai ke-22 ketika titik keseimbangan tercapai.6

Menurut WHO (1972), anemia pada kehamilan terjadi jika kadar


hemoglobin kurang dari 11 mg/dL. Sedangkan menurut CDC (1998), anemia
terjadi pada ibu hamil trimester 1 dan 3 jika kadar hemoglobin kurang dari 11
mg/dL sedangkan pada ibu hamil trimester 2 jika kadar Hb kurang dari 10,5
mg/dL.5

Penanggulangan anemia sudah cukup lama dilakukan namun


prevalensinya masih tinggi. Di Indonesia penanggulangan anemia ibu hamil
diprioritaskan pada pemberian suplementasi Tablet Besi Folat. Namun berbagai
masalah diperkirakan mempengaruhi suplementasi ini, seperti distribusi, dosis
yang tidak tepat, serta kepatuhannya. Sekarang berbagai penelitian telah dilakukan
untuk mencegah dan menanggulangi anemia pada ibu hamil. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa suplemen multi zat gizimikro lebih efektif dalam
menurunkan kejadian anemia dan pencegahan kejadian bayi berat lahir rendah
(BBLR).5

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fisiologi Kehamilan

2.1.1. Perubahan Fisiologi pada Saat kehamilan

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami perubahan yang
mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam
rahim. Plasenta dalam perkembangan nya mengeluarkan hormone somatomatropin,
estrogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada:

1. Rahim atau uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima danmelindungi hasil


konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampaipersalinan. Uterus mempunyai kemampuan
yang luar biasa untukbertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih
kembaliseperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan.Pada
perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dankapasitas 10 ml atau
kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubahmenjadi suatu organ yang mampu
menampung janin, plasenta, dancairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume
totalnyamencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih denganberat rata-rata
1100 gram.

2. Vagina (liang senggama)

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihatjelas pada kulit dan
otot-otot di perineum dan vulva, sehingga padavagina akan terlihat bewarna keunguan
yang dikenal dengan tandaChadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan
hilangnyasejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.
3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematanganfolikel baru juga
ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapatditemukan di ovarium. Folikel ini akan

4
berfungsi maksimal selama6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan
sebagaipenghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal.

4. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagaipersiapan memberikan
ASI pada saat laktasi. Perkembanganpayudara tidak dapat dilepaskan dari pengaru
hormone saatkehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan somatromatropin.
5. Sirkulasi darah ibu
Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan
perkembangan dan pertumbuhan janindalam rahim.
b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasiretro-plasenter.
c. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.Akibat dari faktor
tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran
darah, yaitu:
1) Volume darah
Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadisemacam pengenceran darah (hemodilusi),
dengan puncaknyapada hamil 32 minggu. Serum darah (volume darah)
bertambahsebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.Curah jantung
akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnyahemodilusi darah mulai tampak sekitar
umur hamil 16 minggu,sehingga pengidap penyakit jantung harus berhati-hati
untukhamil beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan kerjajantung sehingga wanita
hamil dengan sakit jantung dapat jatuhdalam dekompensasio kordis. Pada postpartum
terjadi
hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga sampai kelima.
2) Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapatmengimbangi pertumbuhan
janin dalam rahim, tetapipertambahan sel darah tidak seimbang dengan
peningkatanvolume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemiafisiologis.
Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlahsebesar 10.000/ml. Dengan
hemodilusi dan anemia maka lajuendap darah semakin tinggi dan dapat mencapi 4 kali
dari angkanormal.
3) Sistem respirasi
5
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untukdapat memenuhi
kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang
membesar pada umur hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim
dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20-25%
dari biasanya.
4) Sistem pencernaan
Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh estrogen.
5) Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akantertekan oleh uterus yang
mulai membesar sehinggamenimbulkan sering kemih. Keadaan ini akan hilang dengan
makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul.Pada akhir kehamilan,
jika kepala janin sudah mulai turun kepintu panggul, keluhan itu akan timbul kembali.
6) Perubahan pada kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadikemerahan, kusam, dan
kadang-kadang juga akan mengenaidaerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal
dengan namastriae gravidarum.
7) Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalamiperubahan yang mendasar,
dimana kebutuhan nutrisi makintinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan
pemberian ASI.Diperkirakan selama kehamilan berat badan akanbertambah 12,5 kg.
Sebgaian besar penambahan berat badanselama kehamilan berasal dari uterus dan
isinya. Kemudianpayudara, volume darah, dan cairan ekstraselular. Padakehamilan
normal akan terjadi hipoglikemia puasa yangdisebabkan oleh kenaikan kadar insulin,
hiperglikemi postprandial dan hiperinsulinemia.Zinc (Zn) sangat penting untuk
pertumbuhan danperkembangan janin. Beberapa peneliatian menunjukkan kekurangan
zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janinterhambat.(Prawirohardjo, 2008).

2.1.2. Pertumbuhan Janin Normal


Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola-pola sekuensial pertumbuhan,
diferensiasi, dan maturasi jaringan sera organ yang ditentukan oleh kemampuan substrat
oleh ibu, transfer substrat melalui plasenta, dan potensi pertumbuhan janin yang
dikendalinkan oleh genom (Cuningham dkk, 2005).Pertumbuhan janin dibagi menjadi
tiga fase pertumbuhan sel yang berurutan (Lin dan Forgas, 1998). Fase awal hiperplasia
terjadi selama16 minggu pertama dan ditandai oleh peningkatan jumlah sel secara cepat.
6
Fase kedua, yang berlangsung sampai minggu ke-32, meliputi hiperplasia dan hipertropi
sel. Setelah usia gestasi 32 minggu,pertumbuhan janin berlangsung melalui hipertrofi
sel dan pada fase inilah sebagian besar deposisi lemak dan glikogen terjadi.
Laju pertumbuhan janin yang setara selama tiga fase pertumbuhan sel ini adalah dari 5
g/hari pada usia 15 minggu, 15-20 g/hari pada minggu ke-24, dan 30-35 g/hari pada usia
gestasi 34 minggu.Meskipun telah banyak faktor yang diduga terlibat pada proses
pertumbuhan janin, mekanisme selular dan molekular sebenarnya untuk pertumbuhan
janin yang abnormal tidak diketahui dengan jelas. Padan kehidupan awal janin penentu
utama pertumbuhan adalah genom janin tersebut, tetapi pada kehamilan lanjut pengaruh
lingkungan, gizi, dan hormonal menjadi semakin penting.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Janin


Faktor keturunan atau bawaan menentukan cepat pertumbuhan, bentuk janin,
diferensiasi dan fungsi organ-organ yang dibentuk. Akan tetapi makanan yang
disalurkan oleh ibunya melalui plasenta (ari-ari) mempuyai peranan yang sangat penting
untuk menunjang potensi keturunan ini (Pudjiadi, 1990).Gizi ibu yang kurang atau
buruk pada waktu konsepsi atau sedang hamil muda dapat menyebabkan kematian atau
cacat janin. Diferensiasi terjadi pada trimester pertama hidupnya janin, hingga
kekurangan zat tertentu yang sangat dibutuhkan dalam proses diferensiasi dapat
menyebabkan tidak terbentuknya suatu organ dengan sempurna, atau tidak dapat
berlangsungnya kehidupan janin tersebut. Pertumbuhan cepat terjadi terutama pada
trimester terakhir kehamilan ibu. Maka kekurangan makanan dalam periode tersebut
dapat menghambat pertumbuhannya, hingga bayi dilahirkan dengan berat dan panjang
yang kurang daripada seharusnya.

2.1.4 Hemoglobin Ibu Hamil


Kehamilan memicu perubahan-perubahan fisiologis yang sering mengaburkan diagnosis
sejumlah kelainan hematologis serta pengkajiannya. Hal ini terutama berlaku pada
anemia. Salah satu perubahan yang paling bermakna adalah ekspansi volume darah
dengan peningkatan volume plasma yang tidak sepadan sehingga hematokrit biasanya
menurun (Cunningham dkk, 2005).Berdasarkan data penelitian Scott (1967) dan
Pritchard (1967), tentang konsentrasi hemoglobin pada 85 wanita sehat yang terbukti
memiliki cadanganbesi, maka anemia pada wanita tidak hamil didefenisikan sebagai
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama
7
kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan
kehamilan. Pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada
sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11 g/dl atau lebih.
Atas alasan tersebut, Centers for Disease Control(1990) mendefenisikan anemia
sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan
kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (Cunningham dkk, 2005).Menurut Manuaba
(1998), anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis anemia
yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan
masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan social ekonomi masyarakat,
dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia ibu
hamil disebutpotensial danger to mother and child (potensial membahayakan ibu dan
anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yangterkait
dalam pelayanan kesehatan pada lini kedepan. Kadar Hemoglobin (Hb) ibu sangat
mempengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan. Ibu hamil yang anemia karena Hb nya
rendah bukan hanya membahayakan jiwa ibu tetapi juga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan serta membahayakan jiwa janin. Hal ini disebabkan karena kurangnya
suplai nutrisi dan oksigen pada placenta yang akan berpengaruhpada fungsi placenta
terhadap janin.Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan Bayi
BeratLahir Rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan,bahkan
dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia
berat (Depkes RI, 2008). Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami anemia atau
tidak maka perlu dilakukan pemeriksaan kadarhemoglobin. Salah satu cara cara yang
dapat digunakan adalah pemeriksaan hemoglobin metode Sahli, metode ini masih
banyak digunakan di laboratorium dan paling sederhana.Menurut Depkes RI (2008),
batasan anemia adalah:
1. Laki-laki Dewasa > 13 gram %
2. Wanita Dewasa > 12 gram %
3. Anak-anak > 11 gram %
4. Ibu Hamil > 11 gram %

2.1.5 Ibu Hamil Trimester III


Menurut Cunningham (2005), kehamilan dibagi menjadi tiga trimester setara
yang masing-masing berlangsung selama 3 bulan kalender. Trimester ketiga mencakup
minggu ke-29 sampai ke-42 kehamilan.Pada tahap trimester III terjadi petumbuhan
8
janin yang sangat cepat dibanding trimester sebelumnya. Maka kekurangan makanan
dalam periode ini dapat menghambat pertumbuhannya hingga bayi dilahirkan dengan
berat dan panjang yang kurang dari pada seharusnya (Pudjiadi, 1990).
Pada ibu hamil terjadi penurunan kadar Hb karena penambahan cairan tubuh yang tidak
sebanding dengan massa sel darah merah. Penurunan ini terjadi mulai sejak usia
kehamilan 8 minggu sampai 32 minggu. Selain itu anemia kehamilan juga dapat
disebabkan karena berkurangnya cadangan besi untuk kebutuhan janin .
2.2. Definisi Anemia

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. adalah
kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah.2

Anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis


eritrosit, terutama besi, vitamin B12, asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari
berbagai kondisi seperti pendarahan, kelainan genetik penyakit kronik atau
keracunan. Pada kehamilan, tubuh kekurangan beberapa zat gizi maka akan terjadi
anemia.5

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal.7

2.3. Patofisiologi anemia

Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu


peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya. Volume plasma bertambah dan sel
darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi
dengan proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit
sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.6

Ekspansi volume plasma merupakan penyebab anemia fisiologik pada


kehamilan. Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht),
konsentrasi hemoglobin darah (Hb), dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan
jumlah absolut Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Mekanisme yang mendasari
perubahan ini belum jelas. Ada spekulais bahwa anemia fisiologik dalam

9
kehamilan bertujuan menurunkan viskositas darah maternal sehingga
meningkatkan perfusi plasenta dan membantu penghantaran oksigen serta nutrisi
ke janin.6

Ekspansi volume plasma mulai pada minngu ke-6 kehamilan dan


mencapai maksimum pada minngu ke-24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat
sampai minggu ke-37. Pada titik puncaknya, volume plasma sekitar 40% lebih
tinggi pada ibu hamil dibandingkan perempuan yang tidak hamil. Penurunan
hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada
minggu ke-7 sampai minggu ke-8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu
ke-16 sampai ke-22 ketika titik keseimbangan tercapai.6

Perubahan pada ibu hamil; volume darah bertambah, baik plasmanya


maupun eritrositnya, tetapi penambahan volume plasmanya disebabkan oleh
hidraemia lebih menonjol hingga biasanya kadar Hb turun. Batas-batas fisiologis
ialah: Hb 10 gr%, eritrosit 3,5 juta per mm3, leukosit8.000-10.000 per mm3,8

2.4. Etiologi

Anemia pada kehamilan dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab.


Pencarian penyebab terjadinya anemia pada kehamilan harus dengan seksama
karena berhubungan dengan efek terhadap kehamilan bagi ibu dan
janin.Anemia dilihat dari penyebabnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Anemia yang didapat
a. Anemia defisiensi besi
b. Anemia karena kehilangan darah yang akut
c. Anemia megaloblastik
d. Anemia karena penyakit kronis dan keganasan
e. Anemia hemolitik didapat
f. Anemia aplastik atau hipoplastik
2. Anemia yang diturunkan secara genetik
a. Thalassemias
b. Sickel sel hemoglobinopati
10
c. Hemoglobinopati yang lain
d. Anemia hemolitik herediter
e. Dua penyebab utama paling sering pada anemia selama kehamilan
dan masa nifas adalah defisiensi besi dan kehilangan darah akut.
Kebutuhan tubuh untuk unsur besi sehari (RDA) adalah 8,7 mg bagi pria dan 14,8
mg bagi wanita. Defisiensi besi adalah suatu gejala umum di seluruh dunia dan
terutama menghinggapi kaum wanita pada usia subur. Derajat anemia berdasarkan
kadar Hemoglobin menurut WHO, Anemia dapat diklasifikasikan sebagai ringan,
sedang dan berat.Hb 10.0- 10.9g/d1(ringan), Hb 7-9.9g/dl(sedang), danHb <7g
/dl(berat).9
Kadar Haemoglobin darah ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu :

Anemia Ferriprive (anemia sekunder)

Penyebab paling umum dari anemia adalah kekurangan besi (Lat. Prive =
kekurangan) untuk sintyesa hemoglobin. Cirinya adalah kadar hemoglobin per
eritrosit di bawah normal (hipokrom) dengan eritrosit yang abnormal kecilnya
(mikrositer) dan MCV rendah. MCV atauMean Corpuscular Volume merupakan
salah satu karakteristik sel darah merah.

Penyebabnya defisiensi besi. Jenis anemia ini juga disebut nutritional


anemia dan kerap kali disebabkan oleh:

Perdarahan mukosa lambung, misalnya disebabkan cancing tambang, obat


tertentu (aspirin, NSAID), atau juga karena tukak lambung. Terdapatnya
darah dalam feses juga disebabkan oleh penyakit wasir atau lebih serius
lagi akibat kanker usus besar bagian bawah.
Berkurangnya resorpsi dari usus halus setelah reseksi (pemotongan
sebagian).
Meningkatnya kebutuhan tubuh, Seperti; pada Pubertas dan pada wanita
selama Haid, Hamil dan Nifas.
Kualitas makanan yang tidak memadai.
11
1. Faktor gizi.

Dalam pembentukan Haemoglobin diperlukan protein, zat besi, asam folat,


sianokobalamin, piridoksin dan asam askorbat. Kekurangan zat besi ini dalam
makanan sehari-hari akan menyebabkan anemia defisiensi besi (Fe).

Selama masa kehamilan, pada tubuh seorang wanita terjadi penyesuaian


untuk mempersiapkan pertumbuhan janin, masa persalinan dan agar dapat
menyusui bayi yang akan dilahirkan. Apabila konsumsi gizi selama kehamilan
tidak mencukupi, maka cadangan zat gizi ibu akan di pakai, karenanya pada ibu
hamil perlu tambahan konsumsi zat gizi di atas kebutuhan wanita sehari-hari
wanita tersebut di luar masa kehamilan.

Keperluan zat gizi bertambah selama kehamilan, terutama pada trimester


terakhir yaitu 3 kali lebih tinggi dari keadaan sebelum hamil. Hal ini terjadi
karena makin tua kehamilan maka makin rendah kadar feritin serum rata-rata,
artinya makin tua usia kehamilan makin berkurang cadangan zat besidan pada
trimester ketiga kadar feritin serum lebih rendah dari normal.

2. Penyakit dasar.

Penyakit yang dapat mempengaruhi kadar haemoglobin terutama penyakit


infeksi kronis dan gangguan penyerapan.

3. Perdarahan.

Pada wanita hamil kadar haemoglobin akan menurun karena disebabkan oleh
perdarahan selama kehamilan seperti pada kasus placenta previa dan solutio
plasenta.

4. Umur.

Berdasarkan umur, ibu hamil yang mempunyai kadar haemoglobin yang


rendah terbanyak terdapat pada kelompok umur kurang dari 20 tahun yaitu 68,3%.
12
Di samping faktor-faktor di atas, ada beberapa faktor lain yang dapat
mempengaruhi kadar Haemoglobin selama kehamilan yaitu : Pendidikan dan
Pengetahuan, jumlah paritas, jarak kehamilan, usia kehamilan dan antenatal care.

Anemia defisiensi besi pada ibu-ibu hamil dapat disebabkan oleh beberapa
hal di antaranya adalah kurang masuknya unsur besi dalam makanan, gangguan
penyerapan (absorpsi) dalam saluran pencernaan, kebutuhan yang meningkat atau
karena terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh. Pada keadaan
tertentu makanan yang dikonsumsi sehari-hari dapat mempengaruhi zat besi ini
seperti konsumsi Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan sedangkan unsur
phitat, oksalat dan tannat dapat mengurangi penyerapan.

2.4.1. ANEMIA DEFISIENSI BESI


Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu
hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Kekurangan ini dapat
disebabkan karena kurangnya asupan zat besi dari makanan sebelum dan selama
kehamilan yang dapat disebabkan karena gangguan resorpsi atau terlalu banyak
zat besi yang digunakan atau dikeluarkan, misalnya pada perdarahan selama
kehamilan.Pada kehamilan dengan satu janin, ibu hamil memerlukan zat besi
mencapai 1000 mg dimana 300 mg digunakan untuk janin dan 500 mg untuk
penambahan hemoglobin. Kurang lebih 200 mg lagi dikeluarkan melalui urine,
usus dan kulit. Jumlah total dari kebutuhan zat besi yaitu 1000 mg dihabiskan dari
penyimpanan zat besi yang mengakibatkan terjadinya anemia defisiensi zat
besi.2,5,6
Diagnosis
Pada ibu hamil dengan anemia defisiensi besi didapatkan gejala-gejala mudah
lelah, lesu dan sering pusing, kulit yang kering, perubahan warna kuku, rambut
yang kering dan mudah patah, mukosa oral yang atrofi, disfagia, gangguan
pengecapan (pada taraf yang berat).Pada anemia defisiensi besi pemeriksaan
hapusan darah tepi dapat dijumpai morfologi eritrosit yang mikrositer dan
hipokrom. Tetapi hal ini tidak selalu dijumpai dengan jelas pada anemia dalam
taraf ringan atau sedang yang dalam kehamilan dibandingkan dengan anemia
13
tidak dalam kehamilan. Evaluasi yang utama pada wanita hamil dengan anemia
harus dilakukan pengukuran terhadap kadar Hb, hematokrit, kadar besi serum,
feritin.Dapat disimpulkan pada wanita hamil dengan ADB akan didapatkan kadar
Hb yang rendah (<11 g/dl pada trimester pertama dan terakhir dan <10,5 g/dl pada
trimester kedua), hapusan sel darah merah dengan morfologi hipokrom dan
mikrositik, kadar besi serum yang rendah < 60ug/dl, kadar serum feritin < 15ug/L,
daya ikat besi serum tinggi (300-500 mg), tidak ditemukan hemosiderin (stainable
iron) dalam sumsum tulang.2,5,6
Terapi
Pengobatan pada anemia defisiensi besi dapat dimulai dengan pemberian preparat
besi peroral seperti sulfas ferrosus, fumarate, gluconate sebanyak 200 mg, 1-3 kali
perhari.Apabila pasien tidak bisa dengan pemberian peroral karena adanya
gangguan penyerapan, kehamilan sudah tua maka dapat diberikan secara
parenteral dalam bentuk ferri. Dapat juga diberikan secara IM tetapi pasien akan
merasa nyeri pada tempat suntikkan, juga secara intravena dalam bentuk dekstran
besi dengan dosis total 1000-2000 mg sekaligus. Penatalaksanaan dengan
transfusi darah jarang diberikan kecuali adanya hipovolemia akibat perdarahan
yang banyak atau adanya prosedur operatif selama persalinan pada pasien dengan
anemia berat.5,7

Scheme for the interpretation of the Hb and serum ferritin level


Hb concentration less than 110 g/l and:
- Serum ferritin >50 ng/ml anemia is not due to iron deficiency.
- Serum ferritin 12-50 ng/ml, iron supplementation is recommended.
- Serum ferritin less than 12 ng/ml, treat the iron deficiency anemia.

Pencegahan
Bagi wanita hamil baik pada trimester awal maupun lanjut dianjurkan untuk
mengkonsumsi sulfas ferosus atau glukonas ferrosus 1 tablet sehari dan diberi
nasihat untuk mengkonsumsi protein (daging, ikan, telur, susu) dan sayur-sayuran
yang mengandung banyak mineral dan vitamin.5,2
14
Prognosa
Anemia defisiensi besi dalam kehamilan memiliki prognosa yang baik bagi ibu
dan anak. Persalinan dapat berlangsung tanpa banyak perdarahan ataupun
komplikasi. Anemia berat yang tidak diobati pada kehamilan muda dapat
menyebabkan abortus, sedangkan pada kehamilan tua dapat menyebabkan partus
lama, perdarahan postpartum dan infeksi.Bayi yang dilahirkan dari ibu yang
anemia defisiensi besi tidak menunjukkan Hb yang rendah namun dalam beberapa
bulan kemudian dapat nampak sebagai anemia infantum yang disebabkan oleh
kurangnya cadangan besi.5,8

Gambar. 1. Eritrosit Dengan Defisiensi Fe Mikrositik Hipokrom

Anemia akibat kehilangan darah yang akut dapat terjadi pada kehamilan muda
maupun kehamilan lanjut dan postpartum. Pada kehamilan muda anemia akibat
perdarahan akut dapat disebabkan karena abortus, kehamilan ektopik terganggu
dan mola hidatidosa. Anemia pada kehamilan lanjut dapat disebabkan oleh
solution plasenta dan dari semuanya terbanyak adalah anemia akibat dari
perdarahan post partum.8,9

15
Terapi
Pada perdarahan masif yang dilakukan pertama kali adalah 9
1. Mengganti cairan : dengan pemberian cairan kristaloid tiga kali banyaknya
dari perkiraan hilangnya darah.
2. Penggantian darah : Transfusi dilakukan bila kadar Hb kurang dari 8g/dL
dan bila hematokrit kurang dari 25%. Bila penderita kehilangan darah
masive dan keadaan umum tidak stabil maka diberikan whole blood, bila
keadaan baik dan perdarahan tidak masih dapat diberikan PRC.
Bila hipovolemia telah diatasi dan keseimbangan hemostatis sudah dicapai maka
sisa anemia dapat diatasi dengan pemberian zat besi minimal 3 bulan.

2.4.2. ANEMIA MEGALOBLASTIK10


Anemia megaloblastik dapat disebabkan karena defisiensi asam folat
(pteroylglutamic acid) dan karena defisiensi vitamin B12. Pada anemia
megaloblastik ditandai dengan keabnormalan dari sel darah dan sumsum tulang
akibat dari gangguan sintesis taraf DNA.
Di negara-negara Eropa dan Amerika angka kejadian anemia megaloblastik
sedikit dibandingkan dengan negara-negara Asia termasuk Indonesia.Anemia
megaloblastik memiliki prognosa cukup baik bila diobati tapi bila kehamilan
dekat aterm dan pengobatan dengan obat penambah darah tidak berhasil maka
transfusi darah perlu dipertimbangkan.

Defisiensi Asam Folat


Perubahan awal untuk mengidentifikasi terjadinya defisiensi asam folat adalah
adanya perubahan morfologi sel darah yaitu adanya neutrofil hipersegmentasi
kemudian perubahan eritrosit menjadi makrositer. Bila anemia menjadi bertambah
berat maka timbul eritrosit bernukleus pada sel darah tepi, morfologi eritrosit
menjadi makrositer dan hiperkromatik. Pada pemeriksaan sumsum tulang
didapatkan eritropoesis megaloblastik, pada saat ini barulah diagnosa anemia
megaloblastik dapat ditegakkan. Apabila keadaan ini tidak diperbaiki dan
16
bertambah berat maka terjadi trombositopenia dan leukopenia atau
keduanya.Janin dan plasenta menggunakan asam folat dari ibu dengan sangat
efektif sehingga pada janin tidak terjadi anemia sedangkan ibu mengalami anemia
yang sangat berat. Hal ini dapat dilihat setelah kelahiran dimana pada suatu kasus
neonatus memiliki kadar Hb 18 g/dL sedangkan kadar Hb ibu hanya 3,6
g/dL.Pada anemia megaloblastik tidak selalu dapat ditemukan morfologi eritrosit
makrositer dan hiperkromatik kecuali anemia sudah berat. Seringkali eritrosit
bersifat normokrom normositer hal ini disebabkan karena defisiensi asam folat
sering bersamaan dengan defisensi zat besi yang disebut dengan anemia dimorfis.
Pada anemia dimorfis gambaran darah yang normokrom normositer, setelah
pemberian asam folat berubah menjadi mikrositer hipokrom karena defisiensi
asam folat sudah terkoreksi tetapi defisiensi besi belum terkoreksi.10

Pengobatan
Pada wanita hamil diperlukan asam folat sebanyak 400 ug perhari. Untuk
mengobati defisiensi asam folat maka pada wanita hamil diberikan tablet asam
folat dengan dosis 1 mg. Pada pengobatan anemia megaloblastik juga diberikan
zat besi. Disarankan juga untuk banyak mengkonsumsi sayuran hijau, kacang-
kacangan dan protein hewani. Untuk pencegahan terjadinya defisiensi asam folat
maka dapat diberikan 0,4 mg asam folat perhari dari awal kehamilan.Pemberian
asam folat tambahan sangat diharuskan pada wanita hamil dengan faktor resiko
gemelli, anemia hemolitik, penyakti Chron, alkoholisme. Asam folat juga dapat
mengurangi resiko janin dengan spina bifida.1,2,6

17
Defisiensi Vitamin B12 (cyanocobalamin)
Anemia disebabkan oleh defisisiensi vitamin B12 (anemia pernisiosa Addison
Biermer) jarang terjadi. Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami
gangguan kurangnya intrinsik faktor sehingga penyerapan vitamin B12
terganggu.Wanita hamil yang mengalami defisiensi vitamin B12 kemungkinan
pernah mengalami parsial atau total gasterektomi.Pengobatannya yang dilakukan
adalah dengan memberikan suplemen vitamin B12 sebanyak 1000 ug tiap
bulannya. Kekurangnya vitamin B12 dapat menyebabkan subinfertilitas sehingga
biasanya telah dikoreksi sebelum terjadi kehamilan.

Gambar. 2. Sel darah tepi pada anemia Gambar. 3.Sumsum tulang pada pasein
pernisiosa. Tampak eritrosit makrositer dengan anemi pernisiosa yg tidak diobati.
dan hipersegmented neutrofil. Maturasi megaloblastik dari eritrosit.

2.4.3. ANEMIA AKIBAT PENYAKIT KRONIS DAN KEGANASAN


Pada infeksi kronis dan keganasan kadang timbul gejala anemia yang berat
dengan gejala lemah, kehilangan berat badan yang bermakna, pucat. Selama
kehamilan beberapa infeksi kronis dapat menyebabkan anemia misalnya pada
gagal ginjal kronis, SLE, rheumatoid arthritis, keganasan (dalam kemoterapi),
HIV/AIDS, TBC dan infeksi kronis lainnya.10

18
Pengobatan
Terapi yang dapat diberikan adalah rekombinan eritropoetin, kemungkinan efek
yang dapat timbul dengan terapi ini adalah peningkatan tekanan darah, namun
masih belum banyak penelitian yang dilakukan.2,10

2.4.4. ANEMIA HEMOLITIK


Anemia hemolitik disebabkan penghancuran sel darah merah yang
berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.Wanita yang menderita anemia
hemolitik sulit untuk hamil dan sebaliknya kehamilan juga dapat menyebabkan
krisis hemolitik pada wanita yang hamil yang sebelumnya tidak menderita anemia
hemolitik.Gejala secara umum adalah anemia (kulit dan mukosa terlihat pucat),
hemoglobinemia, hemoglobinuria, hiperbilirubinemia, ikterik, hiperurobilinuria,
dan sterkobilin lebih banyak dalam feses. Ada tanda regenerasi darah seperti
retikulosit dan hiperplasia eritropoesis dalam sumsum tulang. Pada hemolisis yang
berlangsung lama akan ditemukan pembesaran limpa dan dapat ditemui kelainan
pada tulang tengkorak. Anemia hemolitik berat dapat menyebabkan angina dan
dekompensasi kordis.Anemia hemolitik dapat diperoleh secara didapat
(autoimmune hemolitik, hemolitik akibat zat-zat tertentu, proxysmal nocturnal
hemoglobinuria, hemolitik akibat kehamilan) dan genetik akibat kelainan eritrosit
(sferositosis, defisiensi enzym sel darah merah).Frekuensi terjadinya anemia
hemolitik dalam kehamilan tidak tinggi. Banyak terjadi pada wanita kulit hitam
yang pada dasarnya menderita anemia sel sabit, thalassemia atau kelainan
hemoglobin.Pengobatan pada anemia hemolitik tergantung pada sebab dan faktor
pencetusnya. Secara umum dapat diberikan asam folat dan zat besi untuk
mendukung pembentukan sel-sel darah serta kortikosteroid sebagai
imunosupresif. Tranfusi darah dilakukan hanya bila terdapat anemia yang berat
dan adanya tanda-tanda angina, gagal jantung serta hipoksia janin dan organ
akibat anemia. Pada anemia hemolitik yang didapat harus dicari penyebabnya dan
harus disingkirkan, misalnya obat-obat yang menjadi pencetus seperti
19
penicillin,quinine,quinidine, L-dopa, dan zat-zat lain yang menyebabkan
immunolisis.10
Anemia Hemolitik Autoimune : Angka kejadian ini tidak banyak. Anemia ini
dapat disebabkan oleh karena idiopatik maupun akibat peny. yang mendasarinya
seperti limpoma, leukemia, penyakit inflamasi kronis atau dicetuskan oleh obat-
obatan. Pada sel darah tepi ditemukan sferositosis dan retikulosit. Juga didapatkan
IgM atau IgG antieritrosit antibodi. IgM antibodi tidak dapat melewati plasenta
sehingga sel eritrosit janin tidak terganggu. Pengobatan yang dapat diberikan
prednison 1mg/kg perhari. Transfusi sel darah merah kurang memungkinan
karena adanya antibodi sel darah merah dalam sirkulasi.2,10

Anemia Hemolitik Akibat Obat : Hemolitik pada keadaan ini umumnya tidak
berat dan dapat dicegah atau diobati dengan menghentikan penggunaan zat-zat
bersangkutan. Mekanisme terjadinya umumnya akibat dari gangguan imunologi
dengan perantaraan zat tersebut. Obat dapat bersifat hapten berafinitas tinggi
dengan protein eritrosit dimana antibodi antigen zat tersebut melekat (contoh IgM
antipenicilin atau antisefalosporin antibodi). Zat-zat yang lain memiliki hapten
berafinitas rendah dan melekat dengan protein membran sel (contoh
probenecid,quinidine, rifampin, thiopental). Penggunaan kortikosteroid dalam
pengobatan masih dipertanyakan kefektifannya. Hemolisis akibat obat-obatan
sering dihubungkan dengan defek enzimatik eritrosit seperti defisiensi G6PD.8,9,10

Anemia Hemolitik Akibat Kehamilan : Angka kejadian hal ini juga rendah,
namun pernah ditemukan kasus hemolisis yang dimulai pada awal kehamilan dan
berakhir beberapa bulan setelah melahirkan. Pada kasus ini tidak ditemukan
adanya kelainan pada eritrosit. Hemolisis ini juga terjadi pada janin sehingga
diperkirakan akibat dari sistem imunologik. Pengobatan yang diberikan adalan
kortikosteroid yang biasanya cukup efektif.8,9,10

20
Paroksismal Nokturnal Hemoglobinuria : Ditandai dengan adanya kelainan
susunan granulosit, platelet dan eritrosit. Disebabkan mutasi abnormal dari X-
linked gen yang diberi istilah PIG-A yang menyebabkan keabnormalan protein
membran sel sehingga lisis. Dapat dipicu oleh akibat dari transfusi, infeksi dan
pembedahan. Pengobatan yang pasti adalah dengan transplantasi sumsum
tulang.8,9,10
Anemia Hemolitik Herediter Akibat dari Defek Sel Eritosit
Sferositosis : Diturunkan secara autosom dominan dan resesif. Kemungkinan
disebabkan oleh karena defisiensi akyrin dan spektrin. Diagnosis pasti dgn adanya
sferosit, retikulosit pada hapusan sel darah tepi serta peningkatan fragilitas
osmotik sel darah merah. Penatalaksanaan dengan splenektomi dapat menurunkan
hemolisis, anemia dan ikterik walau tidak memperbaiki defek membran eritrosit.
Juga diberikan asam folat pada wanita hamil. Kehamilan dgn sferositosis
umumnya dapat berlangsung, ada yang berakhir dengan abortus dan lahir
prematur. Neonatus yg mewariskan sferositosis herediter dpat menjadi anemia dan
hiperbilirubinemia, kadar Hb hingga 5 g/dL dalam waktu 5 minggu setelah lahir.

2.4.5. ANEMIA APLASTIK


Anemia jenis ini jarang sekali ditemukan pada wanita hamil. Anemia ini
terjadi akibat sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru sehingga
diikuti juga dengan leukopenia dan trombositopenia. Darah tepi menunjukkan
gambaran normositer normokrom, tidak ditemukan ciri-ciri defisiensi besi, asam
folat maupun vit B12.Etiologi anemia hipoplastik pada kemahilan hingga kini
masih belum diketahui dengan pasti, diduga akibat dari sepsis, irradiasi, bahan
kimia termasuk obat-obatan. Patofisiologi terjadinya hipoplastik sumsum tulang
masih belum dipahami secara pasti namun ada yang berpendapat bahwa
berhubungan dengan perantaraan imunitas.Wanita hamil yang menderita anemia
hipo/aplastik mempunyai resiko besar untuk terjadinya perdarahan, abortus dan
infeksi. Biasanya wanita yang menderita anemia hipoplastik karena kehamilan
21
bila selamat melewati masa nifas akan sembuh dengan sendirinya tetapi pada
kehamila berikutnya akan menderita anemia hipoplastik lagi. 8,9,10
Pengobatan : Pemberian imunosupresif, transplantasi sumsum tulang. Obat
penambah darah tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada kehamilan yang
memerlukan penanganan cepat harusdilakukan transfusi darah PRCuntuk
mempertahankan kadar HT > 20. Transfusi platelet juga diperlukan untuk
mencegah terjadinya perdarahan akibat rendahnya kadar trombosit. Hal ini
diperlukan dalam usaha melahirkan pervaginam/ SC.8,9,10

2.5. Diagnosis Anemia pada Kehamilan

Untuk menegakan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan


anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang-kunang, dan keluhan mual-muntah lebih hebat pada hamil muda.

Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan


alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan sebagai
berikut:1

Hb 11 gr% tidak anemia

9-10 gr% anemia ringan

7-8 gr% anemia sedang

< 7 gr% anemia berat

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu


pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar
ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian prefarat Fe sebanyak 90
tablet pada ibu-ibu hamil di Puskesmas.1

22
Menurut WHO:Definisi anemia berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin dan
status kehamilan sebagai berikut:
Hb < 11 g/dl (anak-anak usia 6 bulan - 5 tahun)
Hb < 11,5 g/dl (anak-anak usia 5 tahun-11 tahun)
Hb < 13 g/dl (laki-laki dewasa)
Hb < 12 g/dl (Perempuan tidak hamil)
Hb <11 g/dl (perempuan hamil)
Derajat anemia berdasarkan kadar Hemoglobin menurut WHO, Anemia
dapat diklasifikasikansebagai ringan, sedang dan berat.9
Hb 10.0-10.9g/d1(ringan),
Hb 7-9.9g/dl(sedang), dan
Hb <7g /dl(berat).
Secara klinis kriteria anemia di Indonesia umumnya adalah:2

1. Hemoglobin < 10 g/dl


2. Hemotokrit < 30%
3. Eritrosit < 2.8 juta/mm3

2.6. Manifestasi Klinik

haemoglobin yang rendah akan menimbulkan manifestasi klinis dan


laboratorium berupa :

1. Lesu, letih dan mudah mengantuk.


2. Jari kaki-tangan dingin
3. Penglihatan berkunang-kunang.
4. Muka, kuku, Kulit dan konjungtiva pucat.
5. Kelainan kuku dan kulit keriput (atrofia)
6. Denyut jantung cepat
7. Konsentrasi terganngu
8. Laboratorium : kadar Hb 11 gr%.7

23
Semua ini berkaitan dengan kekurangan enzim-besi yang perlu bagi
pembahuryuan sel-sel epitel.

2.7. Penatalaksanaan

Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah
merah (hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen
untuk membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen
(protein yang terdapat di tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta
enzim. Zat besi juga berfungsi dalam sistim pertahanan tubuh.10

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata 800 mg. Kebutuhan
ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta (keperluan
janin di dalam kandungan), 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan masa
hemoglobin maternal (untuk mengoptimalkan kadar dan fungsi hemoglobin di
dalam darah selama kehamilan). Kurang lebih 200 mg akan diekskresikan
(dikeluarkan) lewat usus, urin dan kulit. Selama kehamilan dengan perhitungan
288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga
kebutuhan zat besi masih kurang untuk wanita hamil.

Nutrisi yang baik adalah solusi yang paling tepat untuk mencegah anemia
terutama pada anemia defisiensi besi. Dengan mengonsumsi makanan yang
banyak mengandung zat besi seperti sayuran hijau, daging merah, telur, kacang
kacangan, atau mengonsumsi makanan tambahan seperti royal jelly yang juga
mengandung zat besi dapat membantu menjaga kadar zat besi di dalam tubuh
dalam jumlah yang optimal sehingga tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan
baik.

24
Apabila asupan zat besi tidak dapat dipenuhi dari intake makanan, maka
wanita hamil dianjurkan untuk mengonsumsi tablet besi selama kehamilan.
Preparat tablet besi yang biasa digunakan adalah fero sulfat, fero glukonat atau
Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat meningkatkan kadar Hb
sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60
mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis (pencegahan) anemia.

Dengan intake makanan yang bergizi baik dan seimbang dan


mengonsumsi makanan makanan tambahan yang mengandung banyak
mikronutrien yang dibutuhkan, serta mengonsumsi tablet besi secara teratur, maka
diharapkan angka prevalensi anemia dalam kehamilan di Indonesia dapat
menurun, begitu pula dengan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi.10

Karena anemia kekurangan zat besiadalahyang paling umummasalah


kekurangangiziyang mempengaruhiwanitahamil. Studi saat inijuga
menemukanhubungan signifikan antarasuplemenzat besi dan anemia (AOR
=1.140, 95% CI=0,051-1,383). defisiensi besibisa terjadiselama
kehamilankarenameningkatnya kebutuhan zat besiuntuk memasokmemperluas
Volume darah ibu yang tumbuh cepat untuk janin dan plasenta. Tingginya
prevalensianemia pada kehamilan pada wanita Afrikasub-Sahara adalah mungkin
karena faktabahwa perempuan selama kehamilan berkurang menyimpanbesi.
ketika hamil menyimpan besi,jumlah besi diperlukan selama semester terakhir
kehamilan tidak bisa dengan mudah dipenuhi oleh diet dan risiko anemia
defisiensi besi bisa tinggi, terutama menjelang akhir kehamilan. Karena
kebanyakan wanita hamil dalam penelitian ini menghadiri pelayanan antenataldi
akhir kehamilan, prevalensi tinggi anemia akibat kekurangan zat besi.10

25
Pencegahan Anemia Kehamilan

Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia jika
sedang hamil. Makan-makan yang tinggi kandungan zat besi ( seperti sayuran
berdaun hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang tanah) dapat membantu
memastikan bahwa tubuh memiliki cukup besi dan asam folat. Pastikan bahwa
wanita hamil dicek pada kunjungan pertama kehamilan untuk pemeriksaan
anemia.7

1. Defisiensi Besi6

Defisiensi besi merupakan defisiensi yang paling sering ditemukan baik di


negara maju maupun negara berkembang. Risikonya meningkat pada kehamilan
dan berkaitan dengan asupan besi yang tidak adekuat diabndingkan kebutuhan
pertumbuhan janin yang cepat.6

Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah,
yang ditandai penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi
transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hemotrokit yang
menurun. Pada kehamilan, kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi
maternal ke janin untuk eritropoiesis, kehilangan darah pada saat persalinan, dan
laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 90 mg atau setara dengan 2
liter darah. Oleh karena sebagian besar perempuan mengawali kehamilan dengan
cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia
defisiensi besi.6

Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan suplementasi besi


dan asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6
bulan untuk memenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan. Namum, banyak
literatur menganjurkan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu atau lebih
pada kehamilan. Di wilayah-wilayah dengan prevalensi anemia yang tinggi,
dianjurkan untuk memberikan suplementasi sampai tiga bulan postpartum.6

26
Hubungan antara konsentrasi Hb dan kehamilan masih merupakan lahan
kontroversi. Di negara-negara maju misalnya, tidak hanya anemia, tetapi juga
konsentrasi hemoglobin yang tinggi selama kehamilan telah dilaporkan
Meningkatkan risiko komplikasi seperti kelahiran kecil untuk masa kehamilan
(KMK) atau small-for-gestational age (SGA), kelahiran prematur, dan mortalitas
perinatal. Kadar Hb yang tinggi terkait dengan infark plasenta sehingga
hemodilusi pada kehamilan dapat meningkatkan pertumbuhan janin dengan cara
mencegah trombosis dalam sirkulasi uteroplasental. Oleh karena itu, jika
peningkatan kadar Hb mencerminkan kelebihan besi, maka suplementasi besi
secara rutin pada ibu hamil yang tidak anemik perlu ditinaju kembali.6

Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai minggu ke-28
kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat besi dan nonanemik (Hb < 11
g/dl dan feritin > 20 g/l) menurunkan prevalensi anemia dan bayi berat lahir
rendah. Namun, pada ibu hamil dengan kadar Hb yang normal (> 13,2 g/dl)
mendapatkan peningkatan risiko defisiensi tembaga dan zinc. Selain itu
pemberian suplementasi besi elemental pada dosis 50 mg berkaitan dengan
proposi bayi KMK dan hipertensi maternal yang lebih tinggi dibandingkan
kontrol.6

2. Defisiensi Asam Folat

Pada kehamilan, kebutuhan folat meningkat lima sampai sepuluh kali lipat
karena transfer folat dari ibu ke janin yang menyebabkan dilepasnya cadangan
folat maternal. Peningkatan lebih besardapat terjadi karena kehamilan multipel,
diet yang buruk, infeksi, adanya anemia hemolitik atau pengobatan antikonvulsi.
Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi selama kehamilan tampaknya
memiliki efek penghambatan terhadap absorbsi folat. Defisiensi asam folat oleh
karenanya sangat umum terjadi pada kehamilan dan merupakan penyebab utama
anemia megaloblastik pada kehamilan.6

Anemia tipe megaloblastik karena defisiensi asam folat merupakan penyebab


kedua terbanyak anemia defisiensi zat gizi. Anemia me4galoblastik adalah
27
kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis DNA dan ditandai dengan
adanya sel-sel megaloblastik yang khas untuk jenis anemia ini. Selain karena
defisiensi asam folat, anemia megaloblastik juga dapat terjadi karena defisiensi
vitamin B12 (kobalamin). Folat dan turunannya formil FH4 penting untuk sintesisi
DNA yang memadai dan produksi asam amino. Kadar asam folat yang tidak
cukup dapat menyebabkan manifestasi anemia megaloblastik.6

Gejala-gejala defisiensi asam folat sama dengan anemia secara umum


ditambah kulit yang kasar dan glositis. Pada pemeriksaan apusa darah tampak
prekursor eritrosit secara morfologis lebih besar (makrositik) dan perbandingan
inti-sitoplasma yang abnormal juga monokrom. MCH dan MCHC biasanya
normal, sedangkan MCV yang besar berguna untuk membedakan anemia ini dari
perubahan fisiologik kehamilan atau anemia defisiensi besi. Untuk MCV , adanya
peningkatan saturasi besi dan transferin serum juga bermanfaat. Neutropenia dan
trombositopenia adalah akibat maturasi granulosit dan trombosit yang abnormal.
Tanda awal defisiensi asam folat adalah kadar folat serum yang rendah ( kurang
dari 3 ng/ml). Namun, kadar tersebut merupakan cerminan asupan folat yang
rendah pada beberapa hari sebelumnya yang mungkin meningkat cepat begitu
asupan diperbaiki. Indikator status folat yang lebih baik adalah folat dalam sel
darah merah, yang relatif tidak berubah di dalam eritrosit yang sedang beredar di
sirkulasi sehingga dapat mencerminkan laju turnover folat pada 2-3 bulan
sebelumnya. Folat dalam sel darah merah biasanya rendah pada anemia
megaloblastik karena defisiensi folat. Namun, kadarnya juga rendah pada 50 %
penderita anemia megaloblastik karena defisiensi kobalamin sehingga tidak dapat
digunakan untuk membedakan kedua jenis anemia ini.6

Defisiensi asam folat ringan juga telah dikaitkan dengan anomali kongenital
janin, terutama defek pada penutupan tabung neural (neural tube defects). Selain
itu, defisiensi asam folat dapat menyebabkan kelainan pada jantung, saluran
kemih, alat gerak, dan organ lainnya. Mutasi gen yang mempengaruhi enzim-
enzim metabolisme folat, terutama mutasi 677C-T pada gen MTHFR, juga
berpredisposisi terhadap kelainan kongenital.6
28
Penatalaksanaan defisiensi asam folat adalah pemberian folat secara oral
sebanyak 1 samapai 5 mg per hari. Pada dosis 1 mg, anemia umumnya dapat
dikoreksi meskipun pasien mengalami pula malabsorbsi. Ibu hamil sebaiknya
sedikitnya 400 g folat per hari.6

3. Anemia Aplastik

Ada beberapa laporan mengenai anemia aplastik yang terkait dengan


kehamilan, tetapi hubungan antara keduanya tidak jelas. Pada beberapa kasus,
yang terjadi adalah eksaserbasi anemia aplastik yang telah ada sebelumnya oleh
kehamilan dan hanya membaik setelah terminasi kehamilan. Pada kasus-kasus
lainnya, aplasia terjadi selama kehamilan dan dapat tumbuh pada kehamilan
berikutnya. Terminasi kehamilan atau persalinan dapat memperbaiki fungsi
sumsum tulang, tetapi penyakit dapat memburuk bahkan menjadi fatal setelah
persalinan. Terapi meliputi terminasi kehamilan elektif, terapi suportif,
imunosupresi, atau transplantasi sumsum tulang setelah persalinan.6

4. Anemia Penyakit Sel Sabit

Kehamilan pada perempuan penderita anemia sel sabit (sickle cell anemia)
disertai dengan peningkatan insidens pielonefritis, infark pulmonal, pneumonia,
perdarahan antepartum, prematuritas, dan kematian janin. Peningkatan anemia
megaloblastik yang responsif dengan asam folat, terutama pada akhir masa
kehamilan, juga meningkat frekuensinya. Berat lahir bayi dari ibu yang menderita
anemia sel sabit6

29
Interaksi Zat Besi, Asam Folat dan Seng
Status dan manipulasi terhadap satu atau lebih zat gizimikro dalam tubuh
akan mempengaruhi metabolism zat gizimikro lainnya (Watts, 1997). Zat
gizimikro yang mungkin berinteraksi dengan besi dalam fungsinya pada sintesis
hemoglobin cukup banyak antara lain adalah asam folat, vitamin B12, vitamin A,
vitamin C, seng dan tembaga.5
Interaksi besi dan folat adalah peranan folat pada metabolism asam nukleat.
Pada defisiensi folat akan menyebabkan gangguan pematangan inti eritrosit yang
pada gilirannya akan menyebabkan gangguan dalam replikasi DNA dan proses
pembelahan sel. Keadaan ini akan mempengaruhi kinerja sel tubuh termasuk sel
yang berperan dalam sintesis hemoglobin.5
Defisiensi folat akan menyebabkan gangguan metabolism DNA dan bila
berkelanjutan akan menyebabkan kerusakan DNA dan gangguan ekspresi gen.5
Dari sisi pandang eritopoisis, defisiensi folat akan menyebabkan gangguan
pematangan eritrosit, yang menyebabkan munculnya sel darah merah dengan
bentuk dan ukuran yang abnormal. Kondisi ini disebut anemia megaloblastik.
Keadaan ini akan mempengaruhi kinerja seluruh sel tubuh termasuk sel yang
berperan dalam pembentukan hemoglobin. Biasanya defisiensi folat seiring
dengan defisiensi besi. Pada populasi defisiensi besi rendah maka prevalensi
defisiensi folat juga rendah.5
Peranan asam folat dalam proses sintesis nukleo protein merupakan kunci
pembentukan dan produksi butir-butir darah merah normal dalam susunan tulang.
Kerja asam folat tersebut banyak berhubungan dengan kerja dari vitamin B12
(Winarno, 1997). Folat diperlukan dalam berbagai reaksi biokimia dalam tubuh
yang melibatkan pemindahan satu unit karbon dalam interkonversi asam amino
misalnya konversi homosistein menjadi metionin da serin menjadi glisin atau pada
sintesis prekusor DNA purin (Hoffbrand, 2005).
Asam folat berperan sebagai koenzim dalam transportasi pecahan-pecahan
karbon tunggal dalam metabolisme asam amino dan sintesis asam nukleat. Bentuk
koenzim ini adalah tetrahidrofolat (THF) atau asam tetrahidrofolat (THFA) THFA
beperan dalam sintesis purin-purin guanin dan adenin serta pirimidin timin, yaitu
30
senyawa yang digunakan dalam pembentukan DNA dan RNA. THFA berperan
dalam saling mengubah antara serin dan glisin, oksidasi glisin, metilasi
hemosistein menjadi metionin dengan vitamin B12 sebagai kofaktor dan metilasi
prekusor etanolamin menjadi vitamin kolin. Asam folat dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang dan untuk
pendewasaannya. Asam folat berperan sebagai pembawa karbon tunggal dalam
pembentukan hem. Vitamin B12 diperlukan untuk mengubah folat menjadi bentuk
aktif dan dalam fungsi normal metabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran
cerna, sumsum tulang, dan jaringan s

Sediaan Besi

Ferrofuramat: (Superton, Nichobion)

Dosis: 200 mg 2x1 (= 65 mg Fe) antara jam makan. Garam ini


mengandung 33% Fe, yaitu yang tertinggi dari semua garam Ferro. Sifat
merangsangnya juga lebih ringan dan tidak menimbulkan rasa logam.
Maka, zat ini dianggap sebagai pilihan pertama pada oral.

Ferrosulfat: (Ferro-Gradumet, Iberet-500)


Dosis: oral 2x1 325 mg (=65 mg Fe) atau 1x1 tablet 525
mg(Gradumet=105 mg Fe) sesudah makan pagi.

Bersifat sangat merangsang karena reaksi asamnya dan lebih sering


menimbulkan mual dan muntah. Efek sampingnya ini dapat dikurangi dengan
menggunakan tablet slow release atau juga dengan meminumnya sebagai larutan
sesudah makan.

Ferroglukonat: (Sangobion, Inbion)


Dosis: oral 2x1 500 mg (=55 mg Fe) antara jam makan

31
Garam organis ini tidak begitu merangsang seperti ferrosulfat. Sering
digunakan dalam sediaan kombinasi dengan B12 dan asamfolat walaupun
secararasional kombinasi tersebut tidak dapat dibenarkan.

Ferri-sorbitolsitrat: (Jectofer)
Dosis: i.m. (dalam) 100 mg Fe sehari (2 ml larutan)

Kompleks ini mengandung 14 % Fe dan distabilkan dengan dekstran.


Tidak dapat diberikan secara i.v., karena kadar Fe bebas dalam plasma mudah
melampaui kadar normal.

BAB III

KESIMPULAN

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis
anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Penyebab utama anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah defisiensi
besi. Mora and Nestel (2000) menyatakan bahwa anemia defisiensi besi
merupakan masalah gizi ibu hamil yang utama.
Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu
peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya. Volume plasma bertambah
dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume
plasma terjadi dengan proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin
(Hb) akibat hemodilusi.
32
Derajat anemia berdasarkan kadar Hemoglobin menurut
WHO:Anemiadapat diklasifikasikansebagai ringan, sedang dan berat.
Hb 10.0-10.9g/d1(ringan),
Hb 7-9.9g/dl(sedang), dan
Hb <7g /dl(berat).
Pencegahan Anemia Kehamilan; Nutrisi yang baik adalah cara terbaik
untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang hamil. Makan-makan yang
tinggi kandungan zat besi ( seperti sayuran berdaun hijau, daging merah,
sereal, telur, dan kacang tanah) dapat membantu memastikan bahwa tubuh
memiliki cukup besi dan asam folat. Pastikan bahwa wanita hamil dicek
pada kunjungan pertama kehamilan untuk pemeriksaan anemia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba G. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan bidan. Anemia Pada Kehamilan. Previa .
Jakarta.Penerbit: Buku Kedokteran EGC. 1998. Hal.29-31.
2. Tarwoto, Wasnidar. Buku Saku Anemia pada Ibu Hamil. Konsep dan
Penatalaksanaan. Jakarta. Penerbit: Trans Info Media. 2013
3. Saprasetya A, widiastuti R, Krisnansari D. Efektivitas Pemberian Tablet
Besi Terhadap Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas 1 Kembaran
Kabupaten Banyumas. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan.
Purwokerto.UNSOED.2012
4. Jones, Llewellyn Derek. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6.
Jakarta. Penerbit: Hipokartes. 2002. Hal. 119-121.
5. Jafar.N. Peranan Gizi pada Anemia Ibu Hamil. Program Studi Ilmu Gizi.
Makasar.UNHAS.2012.

33
6. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi keempat. Anemia dalam
Kehamilan. Jakarta. Penerbit: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2008. Hal. 775-779.
7. Proverawati. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta. Penerbit:
Medical Book. 2011.
8. Sastrawinata S. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi.
Perubahan pada Badan Ibu. Darah. Bandung. Penerbit: FK UNPAD.
Hal.147-148.
9. Alen Meserel, Enawgaw. B, Gelaw. A. Prevalence of anemia and
associated risk factor among pregnant women attending antenatal care in
Azezo Health Center Gondar Town, Northwes Ethopia.J Interdiscipl
Histopathol. 28 Januari 2014.
10. Medical center. Anemia pada kehamilan akibat kekurangan zat besi. Serial
online 2015.URL: http:/www.pnccenter.co.id/index.php/id/read/2/anemia-
pada-kehamilan-akibat-kekurangan-zat-besi.html.

34

You might also like