Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Sintia Widiawati 1310311167
Preseptor:
dr. Syarif Indra, Sp.S
dr. Hendra Permana, Sp.S, M.Biomed
1.1 Pengertian
Intracranial space occupying lession(ICSOL) adalah adanya massa didalam ruang atau
1.2 Epidemiologi
Insiden dari Intrakranial space occupying lession akibat neoplasma berkisar antara 10-17 per
100.000 penduduk.2 Tumor metastasis merupakan tumor yang paling sering mengenai otak
dibandingkan tumor primer.3 Hampir 30% tumor pada dewasa dan 6-10% tumor pada anak
akan bermetastasi ke otak, terutama dari keganasan paru, payudara, dan melanoma.4
1.3.1 Neoplasma
Keganasan dapat menjadi salah satu penyebab Intracranial space occupying lession
Tumor primer
Tumor sekunder
kista koloid
kista dermoid
kista epidermoid
malformasi vaskuler
inflamasi
Faktor risiko dari ICSOL adalah radiasi, trauma, infeksi dan toksin. Bahan-bahan
1.4 Patofisiologi
Ruangan intrakranial ditempati oleh jaringan otak, darah, dan cairan serebrospinal.
Ruang intra kranial dibatasi oleh tuang-tulang kranium sehingga volume dari ruang tersebut
relatif tetap. Kranium mempunyai sebuah lubang keluar utama yaitu foramen magnum dan
memiliki tentorium yang memisahkan hemisfer serebral dari serebelum. Keseimbangan isi
komponen dalam ruang intra kranial diterangkan dengan konsep Hipotesis Monro-Kellie.
Timbulnya massa yang baru di dalam kranium seperti neoplasma, akan menyebabkan isi
intrakranial normal akan menggeser sebagai konsekuensi dari space occupying lesion (SOL).
lebih 70%.
b. Komponen vaskuler, terdiri dari darah arteri, arteriole, kapiler, venula, dan
c. Komponen CSS (Cairan serebro Spinal) 150 cc, 15-20% pada keadaan tertentu
Setiap bagian pada ruangan intrakranial menempati suatu volume tertentu yang
menghasilkan suatu tekanan intrakranial normal sebesar 50-200 mmH2O atau 4-15 mmHg.
Ruangan intrakranial adalah suatu ruangan baku yang terisi penuh sesuai kapasitasnya
dengan unsur yang tidak dapat ditekan : otak (1400 gr), cairan serebrospinal ( 75 ml), dan
peningkatan tekanan intrakranial. Teori ini menyatakan bahwa tulang tengkorak tidak dapat
meluas sehingga bila salah satu dari ketiga ruangannya meluas, dua ruangan lainnya harus
Sirkulasi darah ke otak berperan dalam penentuan lokasi tumor. Tumor metastasis lebih
sering muncul di serebrum, terutama dipertemuan white mater & gray mater junction. Hal ini
disebabkan karena terperangkapnya sel tumor pada ujung-ujung kapiler dengan proporsi
aliran darah ke otak yang lebih banyak ke kompartemen supratentorial. Sementara tumo-
tumor yang berasal dari pelvis dan abdomen akan cenderung bermetastasis ke fossa
posterior.6
Sel tumor harus melewati serangkaian proses untuk dapat bermetastasis, harus tumbuh
secara efisien, mempenetrasi pembuluh darah dan limfe, bertahan di sirkulasi darah,
tumbuh. Khusus di otak setelah melewati sawar darah di otak, sel tumor harus melewati
matriks ekstraseluler, sel tumor dapat mengeluarkan enzim yang dapat melisiskan matriks
tersebut.6
Gambaran klinis ditentukan oleh lokasi tumor dan peningkatan tekanan intrakranial.
Gejala tersebut meliputi peningkatan tekanan intrakranial seperti, sefalgia, mual, dan muntah.
Manifestasi klinis fokal, seperti defisit motorik hemiparesis, afasia, gangguan mental dan
gangguan visus. Gejala lain antara lain konvulsi fokal dan perdarahan.4 Interval waktu antara
diagnosis tumor primer dan metastasisnya bervariasi, antara 4 bulan pada tumor paru dan 3
Spastik 12%
Myopati 10-44%
1.6 Diagnosis
Diagnosis tumor metastasis harus dicurigai pada semua pasien dengan tumor sistemik
yang mempunyai defisit neurologik fokal.3 Diagnosis pada penderita yang dicurigai tumor
otak harus dimulai dengan anamnesis dan pemeriksaan neurologik yang teliti. Pungsi lumbal,
arteriografi, dan pneumoensefalografi sudah tidak dilakukan lagi karena pemeriksaan ini
bersifat invasif.4
Foto Rontgen minimal diambil dari 2 arah, yaitu antero-posterior dan lateral. Tumor
dapat menyebabkan edema vasogenik yang pada CT-Scan akan tampak hipodens jika
dibandingkan jaringan otak sekitarnya.4 Pemeriksaan dengan MRI lebih unggul dibanding
CT-Scan , karena dapat membedakan tumor metastasis dengan tumor primer, serta jumlah
lesinya.3
1.7 Tatalaksana
Begitu pasien ditegakan diagnosis brain tumor metastasis, maka pasien haru segera
diterapi dengan kortikosteroid, terutama jika akan dimulai radioterapi. Tujuan pemberian
kortikosteroid adalah untuk menurunkan permeabilitas kapiler dan edema vasogenik. pilihan
steroidnya adalah deksametason, karena mempunyai efek mineralokortikoid yang rendah dan
risiko infeksi oportunistik juga rendah. Dosis deksametason adalah 4 mg IV tiap 6 jam. Pada
Tindakan operatif dilakukan pada lesi tunggal atau salah satu dari lesi multipel yang
cukup besar yang dapat membahayakan klinis pasien, dengan persyaratan kondisi klinis
1.8 Prognosis
Data di negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat
melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun berkisar
d. Usia pasien.
e. Jumlah metastasis tumor yang dapat diangkat oleh dokter bedah saraf.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama :Tn. D
Kelamin :Laki-laki
No.RM : 966544
Agama : Islam
Suku :Minang
Anamnesis:
Pasien mengeluhkan nyeri kepala sejak 3 bulan yang lalu, nyeri di bagian puncak
kepala dan menjalar hingga keseluruh kepala, nyeri awalnya hilang timbul namun sejak
2 bulan yang lalu nyeri kepala dirasakan meningkat, dan semakin parah sejak 4 hari
yang lalu.
Lemah anggota gerak kiri sejak 20 hari yang lalu, terjadi berangsur-angsur, hingga
pasien tidak mampu menggerakkan lengan dan kesulitan mengangkat tungkai kiri.
Riwayat bicara pelo dan mulut mencong sejak 2 bulan yang lalu, hal ini menyebabkan
Terjadi penurunan berat badan dari 78kg menjadi 63kg dalam 2 bulan terakhir, nafsu
makan berkurang, demam afebris, batuk (+) tidak berdahak dan hilang timbul, keringat
Pasien pernah mengalami batuk berdarah di bulan Juni, volume darah 1 sendok makan
tiap batuk. Pasien sudah 3 dirawat di bangsal paru dan didiagnosa Ca Bronkogenik sejak
2,5 bulan yang lalu. Pasien telah mendapat terapi asetazolamid, KSR, paracetamol, codein.
Tidak ada keluarga menderita keluhan yang sama atau suatu neoplasma. Ibu meninggal
sejak kecil.
Pasien buruh bangunan dengan aktivitas sedang, namun sering berkontak dengan
Pemeriksaan Fisik
1. Umum
Kesadaran :Somnolen
Nafas : 22 kali/menit
Suhu : 37,7C
Kulit dan kuku :tidak ditemukan kelainan ( sianosis -, clubbing finger -)
Status Internus
1. Paru
Inspeksi :normochest,simetris
Perkusi :sonor
2. Jantung
Palpasi :iktus kordis teraba 2 jari medial linea midclavikula sinistra RIC
3. Abdomen
Perkusi :timpani
4. Korpus Vertebre
Status neurologis
b. Bruzinski I (-)
c. Bruzinski II (-)
d. Kernig (-)
N I olfaktorius
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif + +
N II Optikus
Penglihatan Kanan Kiri
Lapanganpandang + +
Melihatwarna + +
N III Okulomotor
Kanan Kiri
Ptosis - -
Strabismus - -
Nistagmus - -
Ekso/endotalmus - -
Pupil
3mm 3mm
Reflekcahaya + +
N IV Troklear
Kanan Kiri
Gerakankebawah + +
Diplopia - -
N VI Abdusen
Kanan Kiri
Gerakanmatake lateral + +
Diplopia - -
N V Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik
Membukamulut + +
Sensori
Divisioftalmika
Reflekkornea + +
Sensibilitas + +
Divisimaksila + +
Reflek masseter + +
N VII Fasialis
Kanan Kiri
Fisurapalpebral + +
Menggerakkandahi + +
Menutupmata + +
Mencibir/bersiul + Lateralisasi
Memperlihatkangigi + Lateralisasi
Sensasilidah 2/3 + +
N VIII Vestibulococlearis
Tidak dilakukan
N IX Glosofaringeal
Kanan Kiri
N X Vagus
Kanan Kiri
Menelan + +
N XII assesorius
Kanan Kiri
Menolehkekanan + +
Menolehkekiri + +
Mengangkatbahu + +
N XII Hipoglosus
Kanan Kiri
Tremor - -
Fasikulata - -
Atrofi - -
D. pemeriksaan koordinasi dan keseimbangan
Tidak dilakukan
Duduk + +
Berdiridanberjalan
Khorea
aktif
F. pemeriksaan sensibilitas
Sensibilitastaktil +
Sensibilitasnyeri +
Sensibilitassendidanposisi +
Sensibilitastermis +
Sensibilitasgetar +
Pengenalanrabaan +
G. Pemeriksaan reflek
Kornea + + Bisep ++ ++
Babinski Trisep ++ ++
Laring APR ++ ++
Maseter KPR ++ ++
2 patologi
Lengan Tungkai
Hoffman - - Babinski - -
tromner
Chadoks - -
Openheim
Gordon - -
Scaffer - -
4. Fungsi otonom
Miksi :+
Defekasi :+
Sekresi keringat :+
5. Fungsi luhur
Kesadaran Tandademensia
Reaksiintelek + Reflekmenghisap -
Reaksiemosi + Reflekmemeganreflekpalmomental -
Pemeriksaan laboratorium
Hb : 12,3 g/dL
Leukosit : 9.000/mm3
Trombosit : 401.000/mm3
Ht : 34%
GDS : 99mg/dL
Diagnosis
Tatalaksana
Umum:
Elevasi kepala 30
Pasang NGT
Folley catheter
Khusus:
Seorang pasien laki-laki usia 55 tahun datang ke IGD RSUP DR. M. Djamil padang
dengan keluhan nyeri kepala lokasi di puncak dan menjalar keseluruh kepala, 2 bulan yang
lalu sakit semakin meningkat. Anggota gerak kiri lemah dan bicara pelo. Terjadi penurunan
berat badan 15kg dalam 2 bulan terakhir, nafsu makan berkurang, suhu afebris, mual tidak
ada, muntah tidak ada, batuk tidak berdahak dan hilang timbul, keringat malam tidak
ada,sesak nafas tidak ada.Pasien memiliki riwayat Ca bronkogenik sejak 2,5 bulan yang lalu
dan 3 dirawat di bangsal paru RSUP DR. M. Djamil Padang. Riwayat keluarga tidak ada
tidak ada tanda peningkatan tekanan intrakranial,kelainan neurologis berupa lemah anggota
gerak kiri, dan parese nervus VII. Untuk menentukan penyebab dan menyingkirkan diagnosa
banding maka dilakukan pemeriksaan brain CT-Scan,brain MRI, EKG,rontgen thorak, dan
CT-Scan thorax. Hasil brain CT-Scan kesan brain tumor metastasis dengan gambaran
hipodens di lobus temporo-parietal kanan, pemeriksaan rontgen thorax hasil rontgen thorax
Pada pasien diterapi khusus dengan Dexametason 410mg (iv) tapp off dengan tujuan
untuk mengurangi udem sehingga dapat menurunkan tekanan intrakranial. Ranitidin 250mg
(iv) diberikan untuk mengurangi stress ulcer, Paracetamol 3750mg (po), dan Sukralfat
2. Dawoud MA, Arabawy RA, Eldeinb AIM, Darwish NA. Intracranial solid occupying
3. Perides G, Julian K. Molecular markers of metastatic disease. Dalam: Black PM, Loeffler
JS. Cancer of the nervous sysem. Philadelphia: Lippcott Williams & wilkins. 2005;849-
854.
4. Harsono. Tumor otak. Dalam: buku ajar neurologi klinis. Gajah Mada University Press.
2005.
tumors.Oxford University Press on behalf of the Society for Neuro-Oncology. 2015; 2(4):
179 184.