Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1. Tujuan umumnya adalah
Tujuan dari pembuatan mesin pengayak pasir adalah untuk
menciptakan mesin pengayak yang sederhana, dapat digunakan
pengayakan secara lebih aman dan efektif sehingga produk pasir ayakan
dapat lebih meningkat dan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi
dengan baik.
2. Tujuan khusunya adalah sebagai berikut :
a. Dapat mengetahui kekuatan rangka.
b. Dapat mengetahui kekuatan las
c. Dapat mengatahui mur,baut pada pengayak pasir
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan mesin pengayak pasir adalah :
1. Bagi mahasiswa :
a. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya (Amd).
b. Sebagai media penerapan ilmu yang diperoleh di perkuliahan.
2. Bagi perguruan tinggi :
a. Sebagai bahan kajian kuliah di jurusan mesin Politeknik Negeri
Banyuwangi.
b. Menambah pembendaharaan alat – alat di Politeknik Negeri
Banyuwangi.
3. Bagi masyarakat :
a. Mempermudah operator dalam pengayakan pasir.
b. Memaksimalkan hasil pengayakan.
c. Mempermudah pekerja untuk proses pemilihan pasir.
1.5 Batasan Masalah
Dalam pembuatan alat ini ruang lingkup pembahasannya sebatas masalah
yang berkaitan dengan perencanaan mesin ayakan pasir yang meliputi :
1. Tidak membahas perhitungan bagian dinamis dari mesin pengayak
pasir.
2. Tidak membahas cara perawatan dari mesin pengayak pasir.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pasir
Pasir merupakan bahan yang sangat penting untuk bangunan tetapi Anda
mungkin bingung ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa pasir untuk bangunan
ada beberapa macam. Oleh sebab itu penting untuk mengenal berbagai jenis pasir
serta kegunaannya. Tergantung dari kegunaannya pasir terbagi menjadi pasir cor
(pasir beton), pasir pasang dan pasir urug.
Material konstruksi yang satu ini sudah tidak asing lagi. Para pelaku
maupun non pelaku konstruksi pasti sudah mengenal material konstruksi bernama
pasir. Namun ternyata pasir mempunyai berbagai jenis dan setiap jenis
mempunyai fungsi dan kegunaannya masing-masing. Jika salah
mengaplikasikannya maka akan berpengaruh pada kekuatan suatu konstruksi.
Lebih fatal lagi jika kesalahan aplikasi pada struktur bangunan. Dalam dunia
konstruksi, pasir merupakan material utama yang digunakan pada hampir setiap
konstruksi bangunan, dari mulai struktur hingga non struktur.Gambar pasir
ditunjukan pada gambar 2.1.
3
2.2 Proses perancangan mesin bagian statis
Dalam perancangan mesin bagian statis ada beberapa bagian yang masuk
didalamnya meliputi :
1. Rangka
2. Sambungan baut
3. Sambungan las
4. Kekuatan bahan yang dipakai dalam perancangan mesin
Fx,y
A B
a b
4
Syarat keseimbangan :
∑M = 0 (Momen lentur )
∑MA =0
Rb . L – F . a = 0 .........................................................................(2.1)
∑MB =0
Ra . L – F . b = 0 .........................................................................(2.2)
Pot I
FI
x
Rb
∑F =0
F I + Rb =0
FI = -Rb.......................................................................(2.3)
Potongan II dengan 0 ≤ x ≤ a. Gambar potongan II bidang geser ditujukan
pada gambar 2.4.
5
Pot II
F
FII
x b
Rb
∑F =0
FII + Rb – F = 0
F1 = -Rb + F ..............................................................(2.4)
d. Menentukan Bidang Momen (M)
Potongan I dengan 0 ≤ x ≤ b. Gambar potongan I bidang momen ditujukan
pada gambar 2.5.
Pot III
MI
x
Rb
∑M =0
M I – Rb . x =0
MI = Rb .x ...................................................................(2.5)
6
Potongan II dengan 0 ≤ x ≤ a. Gambar potongan II ditujukan pada gambar
2.6.
Pot II
F
MII
x b
Rb
∑M =0
MII – Rb . (b + x) + F . x =0
MI = Rb . (b + x) + F .x ....................(2.6)
Gambar Diagram Bidang Geser dan Bidang Momen ditujukan pada
gambar 2.7.
A B
Ra Rb
a b
(+)
(-)
7
2.2.2. Perancangan Kolom
Kolom yang dirancang pada alat Mesin Pengayak Pasir akan terjadi
defleksi kecil pada batang atau sedikit pergeseran beban pada tumpuan. Agar
tidak mengalami kebengkokan maka beban yang diterima harus lebih kecil dari
Pcr (beban kritis yang diterima kolom) yang sesuai dengan perancangan kolom
euler.
Bahan kolom menggunakan batang profil siku sama kaki yang dapat
dilihat pada gambar 2.8.
b1
x1
h1
y1
y2 b2
b2
x2
𝐛.𝐡𝟑
𝐈𝐦𝐢𝐧 = ............................................................................................(2.8)
𝟏𝟐
Dimana :
I = Momem Inersia
𝛑𝟐 .𝐄.𝐈
𝐏𝐜𝐫 = ...........................................................................................(2.9)
𝟒𝐋𝟐
8
Dimana :
Rangka menggunakan bahan baja, dengan profil siku sama kaki. Dengan
langkah sebagai berikut :
𝛔𝐮
𝛔𝐢𝐳𝐢𝐧 = ..............................................................................................(2.10)
𝐧
Dimana :
9
2.3.1 Tipe sambungan las
a. Lap joint atau fillet joint
Pada sambungan jenis ini benda kerja yang akan dilas diletakkan
secara melintang dan pengelasannya bisa satu sisi, dua sisi dan
parallel.Gambar lap joint ditujukan pada gambar 2.10.
Gambar2.10Lap joint
b. Butt joint
Las jenis butt joint adalah proses pengelasan dari ujung benda kerja
dengan ujung lainnya. Gambar las butt joint ditujukan pada gambar 2.11.
10
Untuk mengetahui tegangan maksimum yang terjadi pada rangka adalah sebagai
berikut :
Dimana :
F = Gaya (N)
Dimana :
Dimana :
F = Gaya(N)
11
𝟐
𝛔𝐯 = √(𝛔′) + [𝟏, 𝟖. (𝛕′ )𝟐 ]……………………………...………… (2.14)
Dimana :
Dimana :
12
Efisiensi tinggi dalam proses manufaktur
13
Gambar jarak profil ulir ditujukan pada gambar 2.14.
a. Diameter Baut
b. Panjang baut
c. Daerah dekat efektif
d. Lebar kunci
e. Diameter baut
f. jarak ulir
Tegangan dalam
Tegangan tarik
Gaya awal pada baut𝐹𝑐 = 284 𝑑(𝑘𝑔)
𝐹𝑐 = 2840 𝑑(𝑁)𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
Dengan :
14
Maka berlaku hubungan :
𝑇 𝜏 𝑇
= 𝑚𝑎𝑘𝑎𝜏 = 𝑥𝑟 ................................................................(2.16)
𝐽 𝑟 𝐽
𝑑𝑖
𝑟= ............................................................................................(2.17)
2
𝜏=
𝐹
(𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚𝑢𝑟)................................(2.20)
𝜋 .𝑑𝑜 .𝑏 .𝑛
Dengan :
𝑑𝐼 : diameter minor
𝑑𝑜 : diameter mayor
n : jumlah ulir
Tegangan lentur :
𝑥. 𝐸
𝜎𝑏 = ........................................................................................(2.22)
2 .𝐿
Dengan :
15
L : Panjang baut
Tegangan pada baut akibat gaya luar yang bekerja pada baut tersebut
sebagai berikut :
Tegangan tarik
𝑑𝑖 : diameter minor
𝜋 4 .𝐹
𝐹= 𝑑𝑖2 . 𝜎𝑡 𝑚𝑎𝑘𝑎𝑑𝑖 = √𝜋 .𝜎 ................................................(2.23)
4 𝑡
Catatan :
Tegangan geser :
𝐹𝑠 ∶ gaya geser
𝑑𝑜 : diameter mayor (nominal)
n : jumlah baut
𝜋 4 .𝐹
𝐹𝑠 = 𝑑𝑖2 . 𝜏 . 𝑛maka𝑑𝑖 = √𝜋 .𝜏 .𝑛
𝑠
................................(3.24)
4
Tegangan kombinasi :
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
17
- Plat ukuran 2mm - As stailes ukuran 10mm
- Mata gerinda - Gear box
- Mur dan baut - Bearing
- Ayakan kasar dan halus
3.2 Metode
a. Kontruksi rangka
b. Proses pengelasan
c. Proses permesinan dan fabrikasi
18
Setelah melakuakan pencarian data dan pembuatan konsep –
konsep yang didapat dari hasil setudi dan berbagai referensi studi
kepustakaan, maka dapat direncanakan berbagai bahan yang dibutuhkan
dalam perancangan dan pembuatan tenaga penggerak mesin pengayak
pasir. Sehingga dalam proyek ini yang akan dirancangan adalah :
19
3.6Jadwal Kegiatan
Dalam suatau kegiatan pasti ditentukan jadwal kegiatan dan batasan waktu
agar tidak terlalu lama dalam proses penelitianberlangsung. Jadwal penelitian
dapat dilihat pada tabel 3.1.
20
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
a. Menghitung rangka pada ayakan
F1 F2 F3 F4
A 𝜃 B D
∑ FV = 0
0 = (F1 + F2 + F3 + F4) – (RCV + RAV)
= (11,75 + 362,15 + 11,75 + 5,88) – (215,53 + RAV)
= 391,53 – (215,53 + RAV)
22
RAV = 391,53 – 215,53 = 176 N
Maka gaya yang bekerja di batang A = 176 N dan di batang C = 215,53 N.
b. Menghitung rangka pada gearbox
F1 F2 F3 F4 F5
A B C D E F
23
= 146,2734 – (REV. 0,48)
REV. 0,48 = 146,2734
REV = 146,2734
0,48
REV = 304,73625 N
∑ FV = 0
0 = (F1 + F2 + F3 + F4 + F5) – (REV + RAV)
= (73,5 + 4,9 + 12,054 + 11,76 +5,88) – (304,73625 + RAV)
= 108,094 – (304,73625 + RAV)
RAV = 108,094 – 304,73625
RAV = – 196,64225 N (vektor keatas)
Maka gaya yang bekerja di batang A = – 196,64225 N dan di batang E =
21,56 N.
c. Menghitung rangka pada motor
F1
A B C
RA 0,2 m 0,34m RC
24
RCV = 54,44 N
∑ FV = 0
0 = F1 – (RCV + RAV)
= 147 – (54,44 + RAV)
RAV = 147 – 54,44
RAV = 92,56 N
a. Perhitungan Momen dan Bidang Geser Pada Batang A-C (Dari Kanan)
Potongan I (0 ≤ 𝑥1 ≤ 1000 )
D M
X
RAV
D M
1,09 m X
RAV
25
Bidang Geser / Gaya Lintang (D)
∑ Fy = RCy + D - F
= 17,96 + D – 42
-D = - 17,96 Kg
D = 17,96 Kg
Momen / Gaya Lentur (M)
∑M =0
= - RCy .(1000 +.𝒙𝟐 ) + F ..𝒙𝟐 + M
-M = -17,96 ( .1000 + 𝒙𝟐 ) + 40 𝒙𝟐
-M = -17960 – 17,96 𝒙𝟐 + 40 𝒙𝟐
M = 17960– 17,96 𝒙𝟐
Jika .𝒙𝟐 = 0 => M = 17960 – 17,96 . 𝟎 = 17960 Kg.mm
𝒙𝟐 = 1000 => M = 17960 – 17,960 . 1000 = 0 Kg.mm
Gambar Diagram Bidang Geser dan Bidang Momen ditujukan pada
gambar 2.4.
F1
A B
1000 mm 1000 mm
17960 Kg.mm
0 0
26
4.1.3 Pemilihan bahan rangka
Bahan yang digunakan adalah baja dengan tegangan tarik beban maksimal
10.12 Kg/mm2 bentuk profil L dengan ukuran 50 x 50 x 3,8
x1,x2
y1,y2
5.833
Jarak bidang A ke titik x’ = = 15,35 mm
380
= 1,9 mm = 26,9 mm
𝐛𝟐 𝐡𝟐
x2 = b1 + y2 =
𝟐 𝟐
𝟒𝟔,𝟐 𝟑,𝟖
= 3,8 + =
𝟐 𝟐
= 26,9 mm = 1,9 mm
A1 = b1 . h1 A2 = b2 . h2
27
= 3,8 . 53,8 = 46,2 . 3,8
= 204,44 mm2 = 175,56 mm2
A total = A1 + A2
= 204,44 + 175,56
= 380 mm2
b. Menentukan Centroit (x’,y’)
(𝐀𝟏 .𝐱𝟏 )+(𝐀𝟐 .𝐱𝟐 )
X’ = 𝐀𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥
(𝟐𝟎𝟒,𝟒𝟒.𝟏,𝟗)+(𝟏𝟕𝟓,𝟓𝟔.𝟐𝟔,𝟗)
= 𝟑𝟖𝟎
= 13,45 mm
(𝐀𝟏 .𝐲𝟏 )+(𝐀𝟐 .𝐲𝟐 )
Y’ = 𝐀𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥
(𝟐𝟎𝟒,𝟒𝟒.𝟐𝟔,𝟗)+(𝟏𝟕𝟓,𝟓𝟔.𝟏,𝟗)
= 𝟑𝟖𝟎
= 15,35 mm
c. Menentukan Momen Inersia Total
I1 = Ix1 + (y12 . A1)
= 49.311,6095 + (26,92 . 204,44)
= 49.311,6095+ (723,61 . 204,44)
= 49.311,6095+ 149.774,7884
= 199.086,3979 mm4
I2 = Ix2 + (y22 . A2)
= 211,2572 + (1,92 . 175,56)
= 211,2572 mm4 + (3,61 . 175,56)
= 211,2572 + 633,77
= 845,0288 mm4
I total = I1 + I2
= 199.086,3979 mm4 + 845,0288 mm4
= 199.931,4267 mm4
d. Tegangan geser yang terjadi pada rangka
τ geser = F total
A total
28
= (93,03 x 9,8)
380
= 911,694 N = 2,4 N/ mm2
380 mm2
e. Tegangan ijin pada batang rangka
Bahan yang digunakan adalah
- baja dengan beban maksimal = N/mm2
- faktor keamanan (Sf) =5
Untuk menentukan bahan yang digunakan maka dilakukan uji tarik bahan.
Hasil dari uji tarik didapat :
F max = 37600 N a0 = 4 mm
dL at F max = 42,3 mm b0 = 19 mm
F Break = 30100 N So = 76 mm2
dL at Break = 52,2 mm
Untuk menentukan jenis bahan maka :
τ rangka= F max
A
= 37600 N
76 mm2
= 494,74 N/ mm2
= 50,49 Kg/ mm2
τ ijin = τ rangka
Sf
= 494,74
5
= 98,948 N/ mm2
Jadi material yang digunakan pada konstruksi rangka adalah baja dengan
kekuatan beban maksimal 98,948 N/ mm2
τ geser ≤ τ ijin ≈ 2,4 N/mm2 ≤ 98,948 N/mm2
Jadi tegangan geser lebih kecil dari tegangan ijin sehingga rangka dapat
digunakan dengn aman karena memenuhi beban lebh kecil dari kekuatan
maksimum yang diijinkan.
29
4.2 Perhitungan Kekuatan Las
Jenis elektroda yang dipakai adalah AWS E6013 ø 2,6 kekuatan tarik 47,1
kg/mm2 dan perpanjangan 17 %. Tegangan geser yang diijinkan 0,3 kali tegangan
tarik, dengan F = 72,62 kg (berat keseluruhan komponen) dan tegangan tarik yang
diizinkan σzul = 13,5 kg/mm2
a. Momen Lentur
Mb = F . γ
= 72,62 (N) . 580 (mm)
= 42119,6 kg.mm
b. Tegangan Normal Dalam Kampuh
MbY’
σ’ = Ix
42.119,6 N.mm . 15,35 mm
= 199.931,4267 𝑚𝑚4
= 3,234 N/mm2
= 0,33 Kg/mm2
c. Tegangan Geser Dalam Kampuh
F
τ =A
72,62 kg
= 380 mm2
= 0,19 kg/mm2
d. Tegangan Resultan
σ’ = √σ2 +(1,8(τ2 )
30
4.3 Perhitungan Baut dan Mur
a. Beban Yang Diterima Baut
W0 = 40 Kg (massa satu set ayakan dan bantalan)
fc = 1,2 (daya yang akan ditransmisikan adalah daya rata – rata yang
diperlukan).
Wmax = W0 . fc
= 40 . 1,2
= 48 Kg
b. Beban Yang Diterima Oleh Tiap – Tiap Baut
W = 48 : 4
= 12 Kg
c. Bahan Baut dan Mur
Dari baja liat dengan kadar C 0,2 % / σb = 42 Kg/mm2. Faktor keamanan
(Sf) 7, σa = σb / Sf = 42/7 = 6 Kg/mm2, τa (tegangan geser yang diijinkan)= 0,5 . 6
= 3 Kg/mm2.. Setelah mengetahui beban maksimal dan tegangan geser yang
diijinkan pada baut, maka D dapat dihitung.
2W
D1 ≥ √ σa
2.48
≥√
6
96
≥ √6
≥ √16
≥ 4 mm
Dari tabel ukuran standar ulir metris JIS B0205, untuk M 4 adalah sebagai berikut
:
Diameter luar (d) : 4 mm
Jarak bagi (p) : 0,7
Tinggi kaitan (h1) : 0,379
Diameter efektif (d2) : 3,515
Diameter inti (d1) : 3,242
31
d. Jumlah Ulir Yang Diperlukan
𝐖
z ≥ 𝛑𝐝𝟐 𝐡𝐪𝐚
𝟎,𝟓
≥ 𝟑,𝟏𝟒 . 𝟑,𝟓𝟏𝟓 .𝟎,𝟑𝟕𝟗 .𝟑
𝟎,𝟓
≥ 𝟏𝟐,𝟓𝟓
≥ 0,04 → 4
e. Tinggi Ulir Yang Diperlukan
H ≥z.p
≥ 4 . 0,7
≥ 2,8
Menurut standar
H ≥ (0,8 – 1,0) d
≥ (0,8 – 1,0) 4
≥4
f. Jumlah Ulir Baut
𝐇
z’ = 𝐩
𝟒
= 𝟎,𝟕
= 5,17
g. Tegangan Geser Akar Ulir Baut
𝐖
τb = 𝛑.𝐝 ′
𝟏 .𝐤.𝐩.𝐳
𝟎,𝟓
= 𝟑,𝟏𝟒 . 𝟑,𝟐𝟒𝟐 . 𝟎,𝟖𝟒 . 𝟎,𝟕 .𝟓,𝟏𝟕
𝟎,𝟓
= 𝟑𝟎,𝟗𝟒𝟔
= 0,016 Kg/mm2
h. Tegangan Geser Akar Ulir Mur
𝑾
τn = 𝛑.𝑑1.𝐾.𝑃.Z'
0,5
= 𝟑,𝟏𝟒 .𝟒 .𝟎,𝟕𝟓 .𝟎,𝟕 .𝟓,𝟏𝟕
𝟎,𝟓
= 𝟑𝟒,𝟎𝟗𝟏
= 0,015 Kg/mm2
32
Harga diatas dapat diterima karena harga τb dan τn lebih rendah dari τa 3
kg/mm2. Sehingga baut dan mur yang dipilih adalah M 8 dengan tinggi mur 8 mm
dari baja liat dengan kadar C 0,2 %
33
LEMBAR INI SENGAJA DI KOSONGKAN
34
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil perancangan mesin pengayak pasir dapat disimpulkan sebagai berikut:
5.2. Saran
Perancangan mesin pengayak pasir ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dari segi kualitas bahan, penampilan, dan sistem kerja/fungsi. Oleh karena itu,
untuk dapat menyempurnakan rancangan mesin ini perlu adanya pemikiran yang
lebih jauh lagi dengan segala pertimbangan. Beberapa saran untuk langkah yang
dapat membangun dan menyempurnakan mesin ini adalah sebagai berikut :
a. Pada bagian kaki mesin lebih baik dipasang roda yang dapat dibongkar
pasang untuk mempermudah proses pemindahan tempat mesin.
35
b. Harga mesin pengayak pasir masih terlalu mahal oleh karenanya
diperlukan analisis lagi dalam pemilihan bahan yang lebih sesuai untuk
mengurangi mahalnya biaya produksi sehingga didapatkan harga mesin
yang lebih murah.
c. Untuk ayakan lebih baik menggunakan ayakan yang bisa di bungkar
pasang karena yang sering diganti pada ayakannya.
36