You are on page 1of 19

GADJAH MADA JOURNAL OF PROFESSIONAL PSYCHOLOGY

VOLUME 1, NO. 2, AGUSTUS 2015: 89 – 107


ISSN: 2407-7801

Appreciative Inquiry Coaching untuk Menurunkan


Stres Kerja
Agung Suprapto Dwi Cahyono1, Koentjoro2
Program Magister Profesi Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Abstract. Many factors such as individual, social, environment, organization and work
characteristic factors potentially raising stress. The aim of this study was to examine the
impact of appreciative inquiry coaching to reduce work stress of Traffic Policeman. The
subjects of this study were Traffic Policeman at Yogyakarta. Experiment design was refered
pretest-posttest control group design. Subject divided into two groups, experimental group
and control group. The experimental group was the one who received appreciative inquiry
coaching as treatment and waiting list for control group. The effectiveness of coaching
measured by Traffic Policeman Work Stress Scale that have been given for two groups of this
study 3 weeks after and before treatment. By using mixed-anova, the result indicated that
Appreciative Inquiry Coaching reduced work stress of Traffic Policeman significantly
(F=179,192, p<0,01).
Keywords: appreciative inquiry coaching, work stress, traffic policeman

Abstrak. Faktor individu, sosial dan lingkungan, keorganisasian serta pekerjaan berpotensi
menimbulkan stres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Appreciative
Inquiry Coaching dalam menurunkan stres kerja Polisi Lalu Lintas (Polantas). Partisipan
penelitian berjumlah 22 orang anggota Polantas di Kepolisian Resor X Yogyakarta.
Rancangan eksperimen menggunakan pretest-posttest control group design, dengan membagi
partisipan ke dalam kelompok eksperimen yang mendapatkan perlakuan berupa
Appreciative Inquiry Coaching dan kelompok kontrol berupa waiting list. Polantas pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi alat ukur Skala Stres Kerja Polantas tiga
minggu sebelum (pre-test) dan tiga minggu (post-test) setelah perlakuan. Hasil analisis
dengan anava campuran menunjukkan bahwa Appreciative Inquiry Coaching menurunkan
stres kerja Polantas secara signifikan (F=179,192, p<0,01).
Kata kunci: appreciative inquiry coaching, stres kerja, polisi lalu lintas

Polisi1 Lalu Lintas (Polantas) sebagai mencegah serta mengatasi gangguan, ham-
bagian integral Kepolisian Republik Indone- batan dan ancaman di bagian lalu lintas
sia (Polri) memiliki tugas untuk melaksana- agar tercipta keamanan, ketertiban serta
kan usaha, pekerjaan dan kegiatan pada kelancaran. Bukan merupakan hal yang
bagian pengendalian lalu lintas dalam mudah bagi Polantas untuk melaksanakan
tugas-tugasnya, khususnya bagi Polantas di
lapangan yang berpangkat bintara. Seorang
1
Korespondensi mengenai artikel ini dapat dila- bintara polisi merupakan ujung tombak,
kukan melalui: agungsdc_papua@yahoo.co.id
2 Atau melalui: koentjoro@ugm.ac.id
karena mereka adalah anggota polisi yang

E-JURNAL GAMA JPP 89


CAHYONO & KOENTJORO

langsung berhadapan dengan masyarakat sulit tidur dan merasa nyeri di dada. Bagi
sehingga dapat dikatakan sebagai etalase- mereka yang mempunyai pasangan meng-
nya polisi. Rahardjo (dalam Kunarto, 1995) atakan bahwa seringkali mereka mengalami
menyatakan bahwa etalase itu ada di jalan- penurunan selera seks atau sebaliknya,
jalan, di tempat umum, di perempatan dan bertengkar dengan pasangan. Sebagian
lain-lain tempat yang terbuka, di tempat besar dari mereka lebih memilih untuk
itulah profesionalisme polisi yang ideal menyalurkan energi dengan bersenang-
mendapatkan ujian. senang, merokok berlebihan, minum-
Tuntutan pekerjaan pekerjaan tersebut minuman beralkohol, makan berlebihan
membuat Polantas harus senantiasa siap atau sebaliknya. Dari identifikasi per-
dan siaga memenuhi panggilan tugas untuk masalahan tersebut peneliti menyimpulkan
bekerja dalam lingkungan yang sarat de- bahwa keluhan di atas mengindikasikan
ngan polusi udara maupun suara, meskipun tekanan dalam bekerja yang dialami
pada hari libur. Seringkali hal seperti ini Polantas yang berpangkat bintara.
membuat mereka melewatkan waktu bersa- Hasil identifikasi permasalahan serta
ma keluarga, orang terdekat ataupun orang- diagnosis yang dilakukan menggambarkan
orang sekitarnya. Hal-hal seperti ini menim- sebuah kondisi pekerjaan Polantas di Kepo-
bulkan tekanan tersendiri bagi Polantas lisian Resor X, Yogyakarta yang penuh
yang mana sebagian besar dari mereka yang tuntutan dan tekanan, terjadi terus menerus
bertugas di lapangan merupakan golongan tanpa penyelesaian, yang kemudian berlan-
bintara, sehingga potensi timbulnya stres jut dan mengindikasikan adanya gejala stres
kerja ada pada golongan ini. kerja, yang ditandai dengan keluhan gang-
Identifikasi permasalahan dilakukan guan fisik, gangguan psikologis dan perila-
dengan mewawancarai secara informal ke- ku. Dalam kasus yang ekstrim, stres jangka
pada 20 Polantas yang bertugas di lapangan panjang atau kejadian traumatis dalam
di Kepolisian Resor di Yogyakarta (19 orang pekerjaan akan mendorong munculnya
berpangkat bintara dan 1 orang perwira). permasalahan psikologis dan gangguan
psikiatrik yang menyebabkan pekerja
Berdasarkan hasil wawancara ditemu-
mangkir dan menghambat mereka untuk
kan berbagai keluhan dari Polantas terse-
bekerja lebih baik lagi (Leka, Griffith, &
but. Partisipan SA, BY, SA dan beberapa
Cox, 2004). Hal ini juga terjadi pada Polan-
yang lain mengeluhkan bosan dengan
tas di Polres X dimana masih ditemukan
rutinitas dan pekerjaan yang monoton,
anggota yang sering terlambat apel pagi,
lelah, frustrasi, tegang akibat sering dikritik,
dan mangkir dari tugas.
merasa gagal dalam bekerja, menyalahkan
diri sendiri, sulit berkonsentrasi dalam Permasalahan stres kerja pada dasarnya
bekerja, malas bergaul dengan sesama sering dikaitkan dengan pengertian stres
rekan, sering gugup dan merasa sulit dalam yang terjadi di lingkungan pekerjaan, yaitu
mengambil keputusan serta merasa sensitif dalam proses interaksi antara seorang
terhadap celaan ataupun kritik. Hal ini karyawan dengan aspek-aspek pekerjaan-
tidak hanya dialami pada saat bekerja, nya. Stres kerja sendiri didefinisikan sebagai
namun juga pada kehidupan sehari-hari. pola kondisi emosional yang terjadi dalam
Beberapa partisipan lain seperti BEN, YEB merespons terhadap tuntutan dari dalam
dan RAS mengungkapkan keluhan fisik. maupun dari luar organisasi (DeFrank &
Keluhan fisik tersebut antara sakit kepala Ivancevich, 1998; Greenberg, 1996; Luthans,
dan migrain, diare, pencernaan terganggu, 1998; Wood, Wallace, Zeffane,

90 E-JURNAL GAMA JPP


APPRECIATIVE INQUIRY COACHING UNTUK MENURUNKAN STRES KERJA

Schermerhorn, & Osborn, 1998). Stres kerja adanya konflik dan tuntutan psikologis
memiliki hubungan dengan perasaan terhadap pekerjaan serta sistem organisasi
negatif karyawan tentang pekerjaan mereka. dapat menjadi pemicu timbulnya stres di
Profesi polisi merupakan salah satu profesi kalangan anggota organisasi, pekerja dan
yang rawan terhadap stres di samping terutama polisi (Beehr, 1995; Dietz & Minkz,
beberapa profesi lainnya seperti pegawai 2005; Zhao, He, & Lovrich, 2002).
rumah sakit, pemadam kebakaran, pengatur Peneliti kemudian mengelompokkan
lalu lintas udara, dan pekerja di industri sumber-sumber stres pada Polantas dengan
besar (Aumiller & Corey, 2007; Chen, Chen, merujuk pada teori-teori mengenai sumber-
Chou, Chen, Su, Wang, Feng, Chen, Lai, sumber stres kerja dari Gibson, Ivancevich,
Chao, Yang, Tsai, Lin, Lee, & Wu, 2006). dan Donnelly (2006); Muchlas (2005), dan
Leka, dkk. (2004), menyatakan bahwa Tosi, Rizzo, dan Carrell (1990) sebagai
stres yang terjadi pada seseorang akan berikut: (1) Faktor individu adalah sumber
menyebabkan orang tersebut menjadi lebih stres yang berasal dari dalam diri individu
tertekan dan mudah marah, kurang santai yang bersifat non-organisasi, yaitu faktor
dan sulit konsentrasi, sulit berpikir logis individual, antara lain adalah tipe kepriba-
dan sulit mengambil keputusan, kurang dian karyawan. (2) Faktor sosial dan
berkomitmen terhadap pekerjaan, mudah lingkungan merupakan sumber stres yang
lelah, depresi dan cemas, memiliki ganggu- berasal dari kondisi sosial dan ekonomi
an tidur serta mengalami masalah fisik yang individu akibat interaksinya dengan ling-
serius seperti gangguan pencernaan, sakit kungan sekitarnya. (3) Faktor keorganisasi-
jantung, tekanan darah tinggi dan ganggu- an, organisasi sendirilah yang menyebabkan
an otot dan tulang. Selain individu, organi- stres. Dengan kompleksitas, aturan yang
sasi yang memiliki pekerja yang tidak sehat berlebihan, kebutuhan-kebutuhan dan ja-
akan terpengaruh dalam hal performansi ringan yang rumit dalam sebuah organisasi
serta kemampuan untuk bertahan dalam dapat menjadi sumber stres yang potensial,
persaingan yang semakin ketat. Efek stres dan (4) Faktor pekerjaan, merupakan
kerja terhadap organisasi antara lain adalah sumber stres dalam konteks pekerjaan yang
meningkatkan absenteeism, menurunkan ko- berisiko terhadap kesehatan fisik dan men-
mitmen terhadap pekerjaan, meningkatkan tal individu yang mana beberapa pekerjaan
turn-over, merusak performansi dan pro- dapat menjadi lebih menekan daripada
duktivitas kerja, meningkatkan praktik kerja pekerjaan lainnya.
yang tidak aman dan angka kecelakaan, Pendekatan terhadap stres kerja secara
meningkatkan komplain dari klien atau umum dapat dibedakan ke dalam tiga cara
pelanggan, berpengaruh kurang baik ter- pandang (Jex, dkk., 1992) yaitu: pendekatan
hadap rekrutmen pegawai, meningkatkan stimulus, pendekatan respons dan pende-
pertanggugjawaban dan tindakan hukum katan stimulus respons. Pada penelitian ini,
oleh karyawan yang mengalami stres serta pendekatan yang digunakan adalah pende-
merusak citra organisasi baik di lingkup katan stres sebagai respons yang mengang-
pekerja maupun di luar organisasi. gap bahwa stres kerja timbul sebagai akibat
Beberapa penelitian terdahulu melapor- respons individu terhadap kondisi-kondisi
kan bahwa meningkatnya tekanan terhadap yang muncul di tempat kerjanya. Keadaan
pekerjaan, kurangnya kebebasan, adanya tertekan yang dialami oleh seseorang bersi-
perasaan tidak aman akan masa depan, fat individual (demikian juga pada Polan-
tugas yang semakin bertambah (overload), tas), sehingga dapat merusak jika tidak ada

E-JURNAL GAMA JPP 91


CAHYONO & KOENTJORO

daya tahan mental terhadap beban yang yang timbul dari kondisi tersebut (Plutchik,
dipikul. 2003).
Stres pada dasarnya adalah proses per- Beberapa penelitian melaporkan bahwa
sepsi (Riggio, 2003), artinya suatu kejadian untuk mereduksi stres kerja yang dialami
bagi individu yang satu dapat dianggap polisi dan pekerja organisasi, terdapat
sebagai ancaman tetapi tidak bagi individu beberapa intervensi yang dapat dilakukan
yang lain, tergantung pada persepsinya. diantaranya self-help (Brown & Campbell,
Atau dengan kata lain sumber stres kerja 1994), konseling (Carlan & Nored, 2008;
bagi individu yang satu dapat menjadi Paton, 2006), pelatihan manajemen stres
ancaman, namun tidak bagi individu yang dengan teknik terapi kognitif-behavior,
lain. Dapat disimpulkan bahwa setiap relaksasi dan mindfulness serta Appreciative
kejadian dan situasi yang dialami individu Inquiry. Metode Appreciative Inquiry dipilih
diterima dan diproses dalam otak menjadi karena metode ini berbeda dengan interven-
persepsi, kemudian persepsi yang timbul si perubahan elemen pekerja dalam organi-
akan mendorong individu untuk berperi- sasi lainnya. Appreciative Inquiry menekan-
laku. kan kepada penumbuhan visi baru yang
Pendekatan dalam mereduksi stres ker- berupaya memperluas pengetahuan menge-
ja salah satunya adalah melalui pendekatan nai kondisi ideal yang lebih baik, mereduksi
kognitif. Pendekatan kognitif berupaya munculnya sikap defensif, dan mengem-
memfokuskan untuk menempatkan suatu bangkan kepercayaan diri untuk melakukan
pikiran, keyakinan, atau bentuk pembicara- tindakan positif. Appreciative Inquiry me-
an diri (self talk) terhadap orang lain. mungkinkan adanya kesempatan untuk
Dengan kata lain, pendekatan ini memfo- saling berbagi mengenai pengalaman positif
kuskan pada kegiatan mengelola dan masing-masing individu, sehingga mampu
memonitor pola pikir klien sehingga dapat menurunkan stres kerja karyawan baik
mengurangi pikiran negatif dan mengubah secara individu maupun dalam tim melalui
isi pikiran agar dapat diperoleh emosi yang workshop, coaching dan pengembangan tim
lebih positif (Sudrajat, 2009). Pendekatan (Binkert, Orem, & Clancy, 2007; Bushe &
kognitif juga menyatakan bahwa manusia Coetzer, 1995; Rabinowitz, 2004).
membuat penilaian dalam hubungannya Kognitif merupakan komponen penting
dengan sensasi fisik yang dirasakan ketika dalam pembentukan pengalaman emosi,
memutuskan keadaan emosional apa yang modifikasi pada komponen kognitif akan
sedang dialaminya. Penilaian tersebut menghasilkan perubahan perilaku (Beck,
merupakan suatu kombinasi dari perasaan dkk., 1979). Pengalaman seperti joy (keceria-
dan pikiran, dan termasuk dalam pikiran an), happiness (kebahagiaan), elation (kegem-
mental. Penilaian terhadap suatu stimulus biraan hati) yang terbentuk dari pikiran
akan selalu diliputi dengan sensasi yang positif lebih sesuai dengan lingkungan
dipenuhi pikiran-pikiran yang saling berhu- pekerjaan dibandingkan dengan penga-
bungan. Proses penyesuaian akibat tekanan laman emosi yang berasal dari pikiran
pekerjaan sebagai sebuah stimulus, dipe- negatif sehingga pendekatan tersebut lebih
ngaruhi oleh perbedaan individu. Salah efektif digunakan untuk mengelola stres
satunya adalah perbedaan dalam memper- (Mayne & Bonanno, 2001). Sebuah peneli-
sepsikan kondisi termasuk kondisi yang tian menyebutkan bahwa individu yang
menekan, mereduksi dan meminimalisasi lebih sering berpikir positif dan mengalami
efek buruk akibat pikiran, serta perasaan lebih tabah dalam menghadapi kesulitan

92 E-JURNAL GAMA JPP


APPRECIATIVE INQUIRY COACHING UNTUK MENURUNKAN STRES KERJA

(Fredrickson, 2001), menjadi lebih mampu Palmer, Tubbs, dan Whybrow (dalam
menghadapi stres kerja setiap hari. Melalui Gyllensten & Palmer, 2005) menyatakan
latihan berpikir positif memberikan dampak bahwa coaching mudah diterima oleh orga-
pada kreativitas dan produktivitas kepada nisasi untuk mengelola stres, meningkatkan
mereka yang merasa tertekan, sehingga prestasi dan mencapai tujuan organisasi.
lebih sering berfokus pada diri sendiri dan Selain itu, coaching juga sangat berguna
memilih menarik diri dari lingkungan untuk menangkal stres dengan cara mem-
(Seligman, 2002a). bantu individu untuk mengidentifikasi
Appreciative Inquiry sebagai metode sumber stres, menemukan jalan keluar
intervensi diberikan dalam bentuk coaching. secara permanen dan mengelola perubahan
Coaching pada dasarnya adalah membantu (Hearn dalam Gyllensten & Palmer, 2005).
orang-orang mengembangkan potensinya Appreciative Inquiry Coaching adalah
dengan memberikan kesempatan untuk penerapan secara praktis prinsip-prinsip
mengenali kemampuannya dan membantu- Appreciative Inquiry ke dalam sebuah proses
nya menemukan berbagai jalan yang ada latihan yang mana coach berperan sebagai
disekitarnya (Somers, 2007). Smith dan Cox konselor atau penasehat. Pada kenyataan-
(2007) mengungkapkan bahwa coaching nya, Appreciative Inquiry Coaching menggam-
memiliki asosiasi yang lebih positif dan barkan proses ini sebagai sebuah bentuk
dipertimbangkan untuk memperluas kete- kerjasama antara klien, coach dan sistem
rampilan-keterampilan yang telah ada, serta sosial yang berhubungan dengan klien
secara teratur ditujukan untuk kinerja yang (Sloan & Canine, 2007). Appreciative Inquiry
lebih baik. Jika dibandingkan dengan Coaching dapat diimplementasikan ke
training, adalah bahwa training sering terli- dalam empat tahapan (Whitney & Trosten–
hat hanya untuk memenuhi kekurangan Bloom, 2007), yakni Discovery atau meng-
dan meningkatkan keterampilan yang dira- identifikasi inti positif, baik aset, kapasitas,
sakan kurang. Sedangkan Britton (2010), kemampuan, sumber daya dan kelebihan
menyatakan bahwa training pada umumnya yang dimiliki individu. Dream atau memim-
fokus pada transfer pengetahuan, keteram- pikan (envisioning) suatu masa depan yang
pilan dan kemampuan (knowledge, skills, and hebat, membayangkan apa yang bisa dica-
abilities) dibanding coaching yang fokus pai jika dihubungkan dengan kecakapan
terhadap penemuan sendiri atas pengetahu- yang dimiliki individu, kelebihan dan
an klien. Kunci perbedaan antara training tujuan yang ingin dicapai. Design atau
dengan coaching terletak pada prinsip ‘tidak merancang usaha perbaikan untuk mem-
terikat pada hasil khusus’ (being unattached bantu mengimplementasikan mimpinya
to a specific outcome). Dalam training trainer tersebut. Destiny atau membuat parameter
melangkah berdasarkan hasil yang secara mencapai mimpi dan tujuan yang telah
khusus ditetapkan oleh organisasi, didesain oleh individu. Melalui keempat
sedangkan pada coaching hasil dan tolak tahap tersebut potensi dan kekuatan positif
ukurnya datang dari klien. Lebih lanjut individu dapat dikenali sehingga mening-
Britton (2010) mengungkapkan bahwa katkan pikiran positif dan pengalaman
coaching berhubungan dengan kehidupan individu. Peningkatan pikiran positif yang
individu, fokus terhadap kemungkinan dan disertai dengan penggalian impian dan cita-
potensi yang ada dibandingkan menggali cita, selanjutnya akan mendorong lahirnya
permasalahan dari masa lalu. sebuah semangat positif untuk melakukan
langkah-langkah kecil yang bermakna

E-JURNAL GAMA JPP 93


CAHYONO & KOENTJORO

dalam mewujudkan kondisi masa depan kemampuan mengelola stres dalam peker-
yang diidamkan (Chapagain, 2004). jaannya. Penelitian ini untuk melihat apa-
Penelitian untuk mengetahui pengaruh kah Appreciative Inquiry Coaching yang
Appreciative Inquiry terhadap stres kerja diberikan mampu mengubah kognisi indi-
pernah dilakukan oleh Rabinowitz (2004) vidu menjadi lebih positif mengenai stresor
pada manajer, supervisor dan sales pada dalam pekerjaannya dan berdampak terha-
perusahaan telekomunikasi di Amerika dan dap penurunan stres kerja pada polisi lalu
pada perawat rumah sakit di Yogyakarta lintas seperti Gambar 1.
oleh Febriani (2009). Hasil penelitian kedua- Hipotesis dalam penelitian ini adalah
nya menyimpulkan bahwa Appreciative Appreciative Inquiry Coaching berpengaruh
Inquiry secara signifikan dapat menurunkan terhadap penurunan tingkat stres kerja
stres kerja partisipan penelitian. pada Polantas. Polantas yang diberi perla-
Materi Appreciative Inquiry Coaching kuan (kelompok eksperimen) akan menu-
disusun berdasarkan modifikasi konsep run tingkat stres kerjanya dibandingkan
Appreciative Inquiry yang dikemukakan oleh dengan Polantas yang tidak diberi perlaku-
Rabinowitz (2004); Whitney dan Trosten- an (kelompok kontrol). Penurunan tingkat
Bloom (2007). Setelah diberikan coaching, stres kerja kelompok eksperimen merupa-
maka individu diharapkan memiliki kan hasil dari Appreciative Inquiry Coaching.

Sumber Stres Kerja Gejala Stres Kerja:


Polisi Lalu Lintas:
- Bosan dan jenuh dengan Appreciative Inquiry
- Beban kerja yang pekerjaan Coaching
tinggi - Motivasi kerja rendah
- Kurangnya - Kurang nyaman di 1. Penggalian inti positif
penghargaan dari lingkungan kerja diri
atasan - Menilai diri sendiri kurang 2. Menemukan visi diri/
- Lingkungan fisik mampu impian
pekerjaan yang tidak - Munculnya konflik dalam 3. Membuat jalan
mendukung pekerjaan mencapai impian
- Sarana pendukung - Sakit kepala, sulit tidur 4. Membuat parameter
tugas yang kurang - Mudah gugup tindakan
memadai - Terlambat kerja
- Peraturan yang
semakin kompleks

Pikiran Positif
Stres Kerja menurun
Indikator:
Tingkat stres yang rendah:
- Mengenali diri, menghargai
- Motivasi kerja tinggi
kekuatan dan potensi diri yang
- Hubungan yang baik
dimiliki
dengan atasan dan rekan
- Memperjelas impian dan
kerja
membuat jalan untuk mencapai
- Perasaan nyaman di
impian
lingkungan kerja
- Mampu menentukan tindakan
- Memiliki optimisme
secara tepat dalam
menghadapi masa depan
mewujudkan impian

Gambar 1. Kerangka Berpikir Appreciative Inquiry Coaching untuk Menurunkan Stres Kerja

94 E-JURNAL GAMA JPP


APPRECIATIVE INQUIRY COACHING UNTUK MENURUNKAN STRES KERJA

Metode orang yang terdiri dari 138 orang polisi pria


dan 23 orang polisi wanita. Kriteria
Action Research pemilihan partisipan didasarkan pada; (a)
telah bekerja sebagai Polantas minimal satu
Ferrance (2000), mengembangkan kon-
tahun, (b) berusia antara 20–40 tahun, (c)
sep action research dari Kemmis dan
pendidikan minimal Sekolah Kepolisian
McTaggart yang kemudian terbagi ke dalam
Negara (pendidikan brigadir) (d) ber-
enam fase yaitu: (1) Mengidentifikasi area
pangkat bintara, (d) partisipan yang
permasalahan (identify a problem area), (2)
memiliki skor stres kerja kategori sedang–
Mengumpulkan data (gather data), (3) Inter-
tinggi.
pretasi data (interpret data), (4) Melakukan
aksi terhadap bukti (act on evidence), (5) Pengambilan data diawali dengan
Melakukan evaluasi hasil (evaluate results), melakukan pengukuran awal (pre-test) ter-
(6) Merefleksi (next step). hadap 70 orang Polantas yang bertugas di
lapangan menggunakan Skala Stres Kerja
Rancangan Eksperimen Polantas. Tahap ini merupakan fase
pengumpulan data yang merupakan proses
Penelitian ini merupakan penelitian pemilihan orang atau sumber informasi
eksperimen dengan rancangan pretest- tentang permasalahan yang diteliti. Kurang
posttest control group (Cook & Campbell, lebih satu minggu kemudian terkumpul
2002), yaitu model penelitian eksperimen sejumlah 56 skala yang dapat dianalisis
dengan menggunakan kelompok eksperi- lebih lanjut, sedangkan 8 skala tidak
men dan kelompok kontrol, dimana kelom- kembali pada waktu yang disepakati dan 6
pok eksperimen diberikan perlakuan skala tidak diisi secara lengkap. Dari data
sedangkan kelompok kontrol tidak menda- yang terkumpul secara keseluruhan, 6 skala
patkan perlakuan. Rancangan eksperimen yang tidak dikerjakan secara lengkap tidak
penelitian ini adalah sebagai berikut: disertakan dalam analisis sebagai tahap
interpretasi data.
Skala yang memenuhi syarat kemudian
(KE) OA1 X OA2
dilakukan penghitungan dan analisis. Dari
hasil analisis dilanjutkan dengan pemilihan
(KK) OA1 - OA2 Polantas yang memenuhi kriteria penelitian
dan dijadikan partisipan penelitian
Keterangan: sebanyak 24 orang. Partisipan yang terlibat
X : Appreciative Inquiry Coaching dalam penelitian ini kemudian dibagi
- : Tanpa perlakuan menjadi dua kelompok melalui pengundian
OA : Pengukuran stres kerja yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
1 : 3 minggu sebelum coaching kontrol, dimana 12 orang sebagai kelompok
eksperimen dan 12 orang menjadi
2 : 3 minggu setelah coaching
kelompok kontrol. Kedua kelompok
Gambar 2. Rancangan Eksperimen (kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol) berpartisipasi dalam proses
Partisipan penelitian adalah anggota pengukuran dengan mengisi skala tiga
Polantas di Kepolisian Resor (Polres) di minggu sebelum perlakuan dan tiga
Yogyakarta dengan tipe B1. Jumlah minggu sesudah coaching diberikan. Lang-
keseluruhan Polantas di Polres X adalah 161 kah penentuan partisipan adalah dengan

E-JURNAL GAMA JPP 95


CAHYONO & KOENTJORO

cara melakukan pengundian terhadap 24 ikuti seluruh tahapan penelitian dan me-
partisipan yang memiliki skor stres kerja minta partisipan untuk mengisinya.
kategori sedang-tinggi. Cara pengundian Sebanyak enam lembar formulir kesedian
dilakukan dengan membuat gulungan telah diisi dan sisanya dibawa partisipan
kertas yang berisi nomor sesuai jumlah dikarenakan harus menjalankan tugas dan
partisipan untuk dipilih secara acak sesuai menyam-paikan kepada peneliti untuk
kebutuhan sampel. Nomor ganjil merupa- diserahkan pada saat kegiatan coaching
kan kelompok eksperimen, sedangkan dilaksanakan; (1) Informan. Informan dalam
nomor genap adalah kelompok kontrol. penelitian ini adalah rekan kerja partisipan
Hasilnya adalah partisipan nomor 2, 8, 13, dan atasan yang mengetahui tentang
20, 22, 6, 32, 41, 34, 30, 45, dan 49 masuk partisipan. (2) Dokumen tertulis. Berupa
dalam kelompok eksperimen. Kemudian dokumen yang Diunduh seperti surat
partisipan nomor 4, 11, 17, 24, 38, 25, 27, 42, perintah tugas, informed consent, lembar
19, 35, 56, dan 52 terlibat dalam kelompok evaluasi dan data Skala Stres Kerja Polantas.
kontrol. Dari hasil pengundian tersebut (3) Dokumen tidak tertulis. Berupa hasil
Diunduh 12 orang partisipan kelompok wawancara, rangku-man observasi proses
eksperimen dan 12 orang kelompok kontrol. coaching dan hasil diskusi kelompok terarah
Partisipan yang terpilih kemudian disam- (FGD).
paikan kepada staf administrasi operasi lalu
lintas Polres untuk memudahkan proses Alat Ukur
penelitian selanjutnya.
Stres kerja Polantas diukur dengan
Keterlibatan partisipan dalam proses menggunakan Skala Stres Kerja Polantas
penelitian dijamin dan difasilitasi oleh yang disusun oleh peneliti berdasarkan
pihak Polres dengan menerbitkan surat faktor-faktor sumber stres kerja yang dike-
perintah terhadap para partisipan yang mukakan oleh Gibson, dkk., (2006); Muchlas
terlibat untuk mengikuti proses coaching. (2005) dan Tosi, dkk., (1990) yang terdiri
Sebelum tahapan-tahapan penelitian dari 57 aitem. Skala ini dimaksudkan untuk
dilaksanakan, calon peserta coaching mengukur persepsi partisipan terhadap
mendapatkan penjelasan mengenai aspek- sumber stres kerja yaitu faktor individu,
aspek penelitian seperti tujuan dari lingkungan dan sosial, keorganisasian serta
penelitian, tahapan-tahapan penelitian, faktor pekerjaan. Skala ini berbentuk self
jadwal tahapan penelitian serta kewajiban rating. Partisipan diminta untuk mem-
dan hak partisipan. Penjelasan ini diberikan berikan penilaian mengenai kondisi yang
secara lisan pada sebuah forum yang menekan yang dialaminya di tempat kerja
mempertemukan antara peneliti, staf dengan memilih alternatif jawaban sangat
administrasi operasi satuan lalu lintas dan tidak sesuai (1), tidak sesuai (2), ragu-ragu
anggota Polantas yang terpilih menjadi (3), sesuai (4) dan sangat sesuai (5).
partisipan penelitian. Satu orang partisipan
Selain alat ukur berupa Skala Stres
penelitian dilaporkan tidak hadir dengan
Kerja Polantas, beberapa alat lain juga
alasan kepentingan keluarga. Kemudian
digunakan untuk mendapatkan gambaran
peneliti meminta persetujuan formal dari
proses penelitian yaitu: (1) Lembar panduan
partisipan penelitian dengan memberikan
observasi, (2) Lembar persetujuan, (3)
lembar kesediaan (informed consent) secara
Modul Appreciative Inquiry Coaching, (4)
formal mengenai kesanggupan dan per-
Lembar kerja bagi partisipan (work sheet), (5)
setujuan partisipan penelitian dalam meng-

96 E-JURNAL GAMA JPP


APPRECIATIVE INQUIRY COACHING UNTUK MENURUNKAN STRES KERJA

Lembar evaluasi, dan (6) Lembar diskusi ini ditujukan untuk melihat perbedaan
kelompok terarah. tingkat stres kerja Polantas sebelum dan
sesudah diberi perlakuan.
Manipulasi Selain pengukuran dengan skala, juga
Perlakuan diberikan dalam bentuk dilakukan wawancara terhadap kelompok
Appreciative Inquiry Coaching. Partisipan eksperimen setelah perlakuan selesai dibe-
dalam kelompok eksperimen menjalani rikan serta diskusi kelompok terarah
proses Appreciative Inquiry Coaching secara sebagai data pendukung hasil analisis data
kelompok selama empat hari (kurang lebih kuantitatif. Selain itu, cek manipulasi juga
dua jam per hari). Partisipan diminta untuk diberikan kepada kelompok eksperimen
menceritakan apa yang dirasakan mengenai pada akhir pelaksanaan perlakuan melalui
pengalamannya selama berhadapan dengan diskusi kelompok terarah dimana setelah
kondisi yang menekan saat bekerja. diskusi selesai masing-masing partisipan
diberikan lembar diskusi kelompok terarah
Coaching diberikan dengan tujuan
dan diminta untuk diisi secara lengkap.
mengarahkan Polantas untuk dapat menge-
nali diri, menghargai kekuatan dan potensi
Prosedur Penelitian
yang dimiliki, memperjelas impian dan
membuat jalan untuk mencapai impian Sebelum perlakuan diberikan, peneliti
serta mampu menentukan tindakan secara terlebih dahulu melakukan pembekalan
tepat dalam mewujudkan impian, sehingga pada fasilitator, ko-fasilitator dan pengamat.
menimbulkan pikiran positif dan stres kerja Fasilitator utama adalah seorang praktisi
yang dirasakan dapat berkurang. Sasaran dan psikolog yang berpengalaman di
coaching adalah para bintara Polantas yang bidang pelatihan berpikir positif. Dua orang
mengalami stres kerja, agar dapat menurun- pengamat berperan dalam mengamati jalan-
kan stres kerja yang dialami mereka. nya pelaksanaan perlakuan dengan kualifi-
Sebelum Appreciative Inquiry Coaching kasi: (1) Ilmuwan psikologi, (2) Memiliki
diberikan, terlebih dahulu dilakukan uji kompetensi dalam bidang ilmu psikologi
coba modul dan dilakukan role play dan termasuk berbagai pengalaman di bidang
untuk mendapatkan masukan serta evaluasi pelatihan terkait dengan berpikir positif,
dari professional judgment terkait dengan isi dan (3) Memahami maksud modul pelatih-
dan metode Appreciative Inquiry Coaching. an, mampu menyampaikan materi kepada
peserta sesuai dengan prosedur yang
Pengukuran tertulis dalam modul pelatihan, memahami
dinamika kelompok, serta memiliki kemam-
Pengukuran tingkat stres kerja pada puan untuk menjaga motivasi partisipan
Polantas diberikan pada kedua kelompok selama pelatihan (Ancok, 2003).
yakni kelompok eksperimen dan kelompok
Tiga minggu setelah skala diberikan
kontrol. Tiga minggu sebelum perlakuan
dilakukan perlakuan pada kelompok eks-
diberikan, dilakukan pengukuran (pre-test)
perimen, sedangkan partisipan penelitian
terhadap stres kerja kedua kelompok
yang termasuk dalam kelompok kontrol
dengan menggunakan Skala Stres Kerja
tidak mendapatkan perlakuan. Setelah
Polantas. Kemudian tiga minggu setelah
perlakuan dilaksanakan, tiga minggu
perlakuan diberikan, kembali dilakukan
kemudian stres kerja kelompok eksperimen
pengukuran (post-test) dengan alat ukur
dan kontrol kembali diukur dengan
yang sama terhadap kedua kelompok. Hal
mengerjakan Skala Stres Kerja Polantas.

E-JURNAL GAMA JPP 97


CAHYONO & KOENTJORO

Proses ini telah masuk fase evaluasi hasil yang Diunduh pada saat pelatihan di
dari pengaruh perlakuan. Pemilihan waktu tempat kerja. Partisipan yang termasuk
tiga minggu untuk mengukur penerapan dalam kelompok kontrol akan
hasil pelatihan di tempat kerja sesuai mendapatkan Appreciative Inquiry Coaching
dengan pendapat yang dikemukakan oleh setelah tahapan-tahapan penelitian selesai
Sibelrman (1998), yang mengemukakan dilakukan (waiting list). Data yang
bahwa untuk mengukur efektivitas pela- terkumpul kemudian dianalisis lebih lanjut
tihan, paling tidak perlu diberi waktu melalui uji statistik.
tenggang selama paling sedikit 3 hingga 4 Prosedur penelitian yang telah dipapar-
minggu untuk memberi kesempatan pada kan di atas, secara singkat dirumuskan
para peserta untuk mengaplikasikan hal-hal melalui Gambar 3.

Mengidentifikasi Area
Permasalahan
Mengumpulkan
Hasil Data

Outcome

Analisis data
Refleksi (Tahap Interpretasi
Selanjutnya) Data

Evaluasi
Hasil Melakukan
Aksi

Gambar 3. Prosedur Penelitian (melalui fase yang membentuk siklus roda)

Hasil dan Diskusi

Deskripsi Data
Deskripsi data tentang stres kerja dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3
Deskripsi Data Penelitian (n= 56)

Variabel Data Hipotetik Data Empirik


Skor Skor
SD SD
Stres Kerja M Max Min M Max Min
132 220 44 29,33 122,89 170 87 27,815
Catatan: n = Jumlah Partisipan, Max = Skor Maksimal, M = Mean, Min = Skor Minimal, SD = Standar
Deviasi

98 E-JURNAL GAMA JPP


APPRECIATIVE INQUIRY COACHING UNTUK MENURUNKAN STRES KERJA

Skala Stres Kerja Polantas terdiri dari partisipan. Skor skala dapat dikatego-
44 aitem sehingga skor hipotetik minimal risasikan ke dalam tiga kategori, yaitu
yang diperoleh partisipan adalah 44 dan tinggi, sedang dan rendah. Kategori dan
skor hipotetik maksimal adalah 220, rerata distribusi skor dapat dilihat pada Tabel 4.
hipotetik sebesar (220 + 44) : 2 = 132, jarak Berdasarkan Tabel 4, hasil kategori
sebaran hipotetiknya adalah 220 – 44 = 176 Skala Stres Kerja menunjukkan bahwa
dan standar deviasi sebesar 29,33. Sedang- stres kerja partisipan yang berada pada
kan dari data empirik diperoleh skor kategori sangat rendah 2 orang (3,57%),
minimal 87, skor maksimal sebesar 170, kategori rendah 30 orang (53,57%), berada
rerata sebesar 132,80 dan standar deviasi pada kategori sedang 8 orang (14,28%)
27,815. Dari deskripsi data tersebut dan yang berada pada kategori tinggi
diperoleh rerata empirik stres kerja yang sebanyak 16 orang (28,57%). Dari hasil
lebih kecil dari rerata hipotetik (122,89 kategorisasi tersebut tampak bahwa rata-
lebih kecil dari 132), artinya rata-rata rata partisipan memiliki stres kerja yang
partisipan penelitian memiliki stres kerja rendah.
dalam kategori rendah.
Analisis data dalam penelitian ini
Azwar (2003), mengemukakan bahwa menggunakan analisis varians (anava)
untuk mengetahui skor penelitian pada campuran (mixed-design). Anava campur-
partisipan termasuk tinggi atau rendah an dilakukan untuk membandingkan stres
dapat dilakukan dengan menetapkan kerja sebelum dan sesudah perlakuan
kriteria-kriteria kategorisasi. Skala ini antara kelompok eksperimen dan kelom-
dikategorisasikan untuk mengetahui pok kontrol. Deskripsi data penelitian
tinggi rendahnya skor yang diperoleh yang tersaji dalam Tabel 5.

Tabel 4
Kategorisasi Skor Stres Kerja (n = 56)

Pedoman Skor Kategori Frek %


X ≤ - 1,5 SD X ≤ 88 Sangat rendah 2 3,57%
- 1,5 SD < X≤ - 0,5 SD 88 ≤ X ≤ 117 Rendah 30 53,57%
- 0,5 SD < X ≤ +0,5 SD 117 ≤ X ≤ 147 Sedang 8 14,28%
+ 0,5 SD < X ≤ +1,5 SD 147 ≤ X ≤ 176 Tinggi 16 28,57%
+ 1,5 SD < X 176 < X Sangat Tinggi - -
Catatan: n = Jumlah Partisipan, X = Skor Stres Kerja yang diperoleh Partisipan, SD = Standar Deviasi,
Frek = Frekuensi, % = Persentase

Tabel 5
Deskripsi Data Penelitian pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Stres Kerja
Kelompok n Pre-test Post-test
Rerata SD Rerata SD
Eksperimen 11 151,73 12,017 111,00 8,438
Kontrol 12 155,50 8,405 151,17 7,650
Total 23 153,70 10,231 131,96 21,966

E-JURNAL GAMA JPP 99


CAHYONO & KOENTJORO

Catatan: n = jumlah partisipan, SD = standar deviasi

Berdasarkan Tabel 5 dapat dijelaskan menggunakan teknik independent sample t-


bahwa rerata pre-test pada kelompok eks- test. Hasil dari pengujian tersebut
perimen sebesar 151,73 dan rerata post-test menunjukkan bahwa nilai t=-0,879; p=0,389
sebesar 111,00. Dapat diartikan bahwa (p>0,05), yang berarti bahwa kondisi stres
kelompok eksperimen mengalami penurun- kerja kelompok eksperimen dan kelompok
an stres kerja sebesar 40,73. Rerata pretest kontrol setara sebelum diberi perlakuan.
pada kelompok kontrol sebesar 155,50 dan
rerata posttest sebesar 151,17 yang berarti Uji Hipotesis
bahwa kelompok kontrol mengalami penu-
Setelah uji prasyarat terpenuhi, selan-
runan sebesar 4,21.
jutnya dilakukan uji hipotesis. Analisis de-
ngan anava campuran dapat dilihat dalam
Uji Prasyarat
Tabel 6.
Data bisa dianalisis secara statistik Hipotesis dalam penelitian ini menya-
menggunakan tes parametrik apabila takan bahwa Appreciative Inquiry Coaching
terbukti berdistribusi normal dan homogen berpengaruh terhadap penurunan stres
(Sani & Todman, 2006). Uji normalitas kerja Polantas. Hasil analisis menunjukkan
dilakukan dengan menggunakan teknik One bahwa:
Sample Kolmogorov-Smirnov (KS-Z), dimana
1. Terjadi perbedaan rerata stres kerja yang
hasil pre-test dan post-test antara kelompok
signifikan sebelum dan tiga minggu
eksperimen dengan kelompok kontrol
setelah coaching (F=274,698, p<0,01).
sebesar 0,968 dan 0,304 (p>0,05), artinya data
Besarnya sumbangan amatan ulang ter-
penelitian berada pada distribusi normal
hadap stres kerja adalah sebesar 92,9%.
sehingga syarat asumsi normalitas
terpenuhi. Nilai uji homogenitas 2. Terjadi perbedaan stres kerja yang signi-
menunjukkan varians sebesar 0,398 (p>0,05), fikan antara kelompok eksperimen dan
sehingga dapat dikatakan bahwa partisipan kelompok kontrol (F=37,154, p<0,01).
penelitian berasal dari populasi yang sama. Besarnya sumbangan kelompok terha-
Perbedaan rerata skor stres kerja pada dap stres kerja adalah sebesar 63,9%.
pengukuran awal (pre-test) antara kelompok Terjadi perbedaan rerata stres kerja
eksperimen dan kelompok kontrol dengan yang signifikan antara kelompok eks-

Tabel 6
Analisis Varians

Sumber Variasi JK Db RK F p η2
ULANGAN 5826,532 1 5826,532 274,698 <0,01 0,929
Dalam
Kelompok ULANGAN* Kelompok 3800,793 1 3800,793 179,192 <0,01 0,895
(Stres kerja) Kesalahan (ULANGAN) 445,424 21 21,211 445,424
Antar Kelompok 5540,184 1 5540,184 37,154 <0,01 0,639
Kelompok
(Stres kerja) Kesalahan 3131,424 21 149,115
Catatan: JK = Jumlah Kuadrat, db = derajat kebebasan, RK = Rerata Kuadrat, F = niai F tabel, p = level
signifikansi, η2= eta kuadrat.

100 E-JURNAL GAMA JPP


APPRECIATIVE INQUIRY COACHING UNTUK MENURUNKAN STRES KERJA

perimen dengan kelompok kontrol dengan Hasil penelitian ini mendukung hasil
memperhatikan pengukuran sebelum dan penelitian terdahulu yaitu Rabinowitz
sesudah (F=179,192, p<0,01). Besarnya (2004) dan Febriani (2009) yang menyim-
sumbangan interaksi kelompok dan amatan pulkan bahwa Appreciative Inquiry secara
ulang terhadap stres kerja adalah 89,5%. signifikan menurunkan stres kerja. Selain
Besarnya sumbangan amatan ulangan itu, penelitian ini juga memperkuat
(92,9%), lebih tinggi dibandingkan sum- penelitian Moore dan Charvat (2007) yang
bangan interaksi ulangan dengan kelompok menemukan bahwa Appreciative Inquiry
(89,5%). Artinya tanpa memperhatikan dapat digunakan untuk meningkatkan
peran kelompok, amatan ulangan memiliki perilaku hidup sehat dengan menurunkan
peran yang lebih besar terhadap stres kerja. pembelaan diri (self defense), membangun
Gamabar 4 adalah grafik penurunan stres sisi spiritual, cara pandang yang positif,
kerja pada kelompok eksperimen dan membangun harapan pada peserta sehingga
kontrol. menghasilkan ide dan energi positif untuk
menghadapi situasi menekan.
Gambar 4 menunjukkan bahwa telah
terjadi penurunan stres kerja sebesar 40,73 Appreciative Inquiry Coaching yang dila-
(saat posttest) pada kelompok eksperimen. kukan peneliti ini diselenggarakan berda-
Hipotesis yang menyatakan Apreciative sarkan pendekatan kelompok. Gibbons
Inquiry Coaching berpengaruh dalam menu- (2009), menyebutkan bahwa sekelompok
runkan stres kerja pada Polantas diterima. orang akan benar-benar memiliki pandang-
Hasil analisis dengan anava campuran an-pandangan yang lebih banyak dibanding
menunjukkan bahwa terjadi perbedaan dua orang saja, dimana pandangan tersebut
rerata stres kerja yang signifikan antara memuat isu-isu apapun yang memberikan
kelompok eksperimen dan kelompok kon- keragaman, dan kemungkinan untuk maju
trol dengan memperhatikan pengukuran secara lebih positif. Dengan mengungkap-
sebelum dan tiga minggu sesudah coaching kan perasaan dan pengalamannya, partisi-
(p<0,01). pan dapat menemukan sesuatu tentang
dirinya, menerima dukungan dan pem-
Hasil analisis menunjukkan bahwa ter-
berian keyakinan dari anggota kelompok
dapat penurunan tingkat stres kerja
lainnya. Hal ini sesuai dengan apa yang
Polantas pada kelompok eksperimen yang
dikemukakan oleh Gibbons (2009), bahwa
mendapatkan Appreciative Inquiry Coaching.
banyaknya pandangan akan meningkatkan
Hasil analisis selanjutnya menunjukkan
kemungkinan respons yang baru dan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
lengkap, ide-ide atau solusi secara
antara gained scores variabel stres kerja pada
signifikan.
kelompok eksperimen dan kemompok
kontrol sebelum dan sesudah perlakuan.

180
151,73 155,5 151,64
160
140
111
120 Eksperimen
100 Kontrol
80
pretest posttest
Catatan: = pergerakan rerata kelompok eksperimen,
= pergerakan rerata kelompok kontrol

E-JURNAL GAMA JPP 101


CAHYONO & KOENTJORO

Gambar 4. Grafik Penurunan Rerata Stres Kerja


Salah satu metode yang digunakan memperhitungkan pengukuran sebelum
dalam pendekatan kelompok adalah sesi dan sesudah coaching menunjukkan terjadi
sharing setiap latihan berakhir. Sharing perbedaan rerata yang signifikan. Artinya,
informasi dalam kelompok lebih efektif, Appreciative Inquiry Coaching yang dikena-
terutama jika ada inovasi yang timbul dari kan kepada kelompok eksperimen mampu
peserta. Kemudian informasi-informasi menurunkan stres kerja peserta. Sumbang-
yang ada dapat segera dibagikan digunakan an amatan ulangan terhadap stres kerja
tanpa membutuhkan komunikasi yang (92,9%), lebih besar daripada sumbangan
rumit (Gibbons, 2009). Peran fasilitator ha- interaksi amatan ulangan dan kelompok
nya mengarahkan dan menyimpulkan hasil terhadap stres kerja (89,5%). Interaksi de-
sharing yang dilakukan peserta. Menurut ngan kelompok menurunkan peran amatan
Britton (2010), coaching dengan pendekatan ulangan terhadap stres kerja. Apabila dia-
kelompok adalah lebih kepada penemuan mati dari perbedaan rerata stres kerja antara
dan penyampaian pengalaman dari peserta, pengukuran pre dan post, terjadi penurunan
penggunaan keterampilan inti dari coaching rerata stres kerja baik pada kelompok
seperti pertanyaan-pertanyaan yang kuat eksperimen maupun kelompok kontrol.
berkaitan dengan proses coaching dan Terjadinya penurunan rerata stres kerja
fasilitator hanya sedikit berbicara. pada kelompok kontrol menurunkan peran
Appreciative Inquiry Coaching dalam interaksi antara kelompok dan amatan
penelitian ini telah terbukti mampu menu- ulang. Penurunan rerata stres kerja kelom-
runkan tingkat stres kerja pada kelompok pok kontrol kemungkinan disebabkan oleh
eksperimen. Keberhasilan Appreciative kesalahan sampling. Kesalahan sampling
Inquiry Coaching dalam menurunkan stres dapat disebabkan karena jumlah partisipan
kerja dapat terjadi salah satunya karena de- yang terbatas. Besarnya sumbangan interak-
sain coaching yang menggunakan aktivitas- si antara amatan ulangan dan kelompok
aktivitas pembelajaran melalui pengalaman terhadap stres kerja adalah sebesar 89,5%.
(experiential learning). Dalam Appreciative Sisa sebesar 10,5% peran terhadap stres
Inquiry Coaching, peserta dilibatkan dalam kerja dapat disebabkan karena kesalahan
aktivitas-aktivitas seperti relaksasi, berdis- sampling maupun variabel yang lain.
kusi, berbagi pengalaman dan mengerjakan Partisipan penelitian secara kognitif
lembar kerja. Hal ini sampai pada perubah- diasumsikan mampu menerima dan mema-
an kognitif dengan indikator bahwa indi- hami dengan baik materi yang diberikan.
vidu dapat mengenali diri, menghargai Hal ini dibuktikan oleh pengamatan terha-
kekuatan dan potensi yang dimiliki, mem- dap peserta yang terlihat aktif dan antusias
perjelas impian dan membuat jalan untuk dalam mengikuti setiap sesi coaching, dalam
mencapai impian serta mampu menentukan mengerjakan lembar kerja, diskusi dan
tindakan secara tepat dalam mewujudkan latihan. Hal lain yang tampak adalah keak-
impian, sehingga memunculkan pikiran tifan peserta dalam menyampaikan penda-
positif dan stres kerja yang dirasakan dapat pat dan pengalamannya, menyampaikan
berkurang. pertanyaan-pertanyaan kepada fasilitator
Hasil analisis perbedaan rerata stres berkaitan dengan materi serta memberikan
kerja antara kelompok yang diberikan komentar dan tanggapan terhadap materi
Appreciative Inquiry Coaching dengan kelom- maupun pendapat dari peserta yang lain
pok yang tidak diberikan coaching dengan atau fasilitator.

102 E-JURNAL GAMA JPP


APPRECIATIVE INQUIRY COACHING UNTUK MENURUNKAN STRES KERJA

Materi yang disajikan dalam Appre- juga sangat sesuai untuk menghadapi
ciative Inquiry Coaching disimpulkan telah permasalahan di pekerjaan, mengendalikan
sesuai dengan manfaat yang dirasakan diri dalam pelaksanaan tugas di lapangan,
Polantas. Ini tercermin dari hasil evaluasi menghadapi rekan kerja dan atasan,
pada akhir pelaksanaan coaching serta dari menyusun prioritas ke depan serta
diskusi tentang manfaat yang dirasakan bersemangat untuk meraih prestasi.
sebagai cek manipulasi dalam bentuk Berdasarkan hasil yang diperoleh sela-
diskusi kelompok terarah (Focused Group ma proses coaching, maka dapat terlihat
Discussion). Evaluasi reaksi coaching terdiri dinamika psikologis partisipan penelitian
dari evaluasi terhadap materi coaching, (Gambar 5).
fasilitator, proses belajar serta fasilitas dan
Penelitian ini memiliki beberapa keter-
lokasi. Hasil evaluasi reaksi secara umum
batasan yang dapat dijadikan referensi bagi
menunjukkan bahwa Appreciative Inquiry
para peneliti selanjutnya. Pertama, peneli-
Coaching mendapatkan respons dari peserta
tian ini hanya melakukan pengukuran
dengan skor rata-rata 3,81 (dari skala 5).
terhadap perubahan variabel stres kerja
Secara rinci, materi coaching, fasilitator,
sampai tiga minggu setelah Appreciative
proses belajar serta fasilitas dan lokasi
Inquiry Coaching diberikan. Hal ini menye-
menunjukkan skor 4,05, 3,90, 3,56 dan 3,76
babkan tidak adanya data yang dapat
(dalam skala 5) atau berada pada kategori
mengungkap perkembangan stres kerja
baik. Hal ini menunjukkan bahwa aspek-
pada periode waktu selanjutnya, sehingga
aspek coaching seperti isi coaching, fasilitator,
perlu dilakukan pengukuran dalam jangka
proses belajar serta fasilitas dan lokasi
waktu yang lebih lama. Kedua, penyusunan
dianggap baik oleh peserta coaching. Penda-
modul Appreciative Inquiry Coaching belum
pat peserta pelatihan yang didapat dari
sesuai sepenuhnya dengan metode belajar
kolom komentar umumnya menyatakan
berdasarkan pengalaman dan belajar orang
bahwa Appreciative Inquiry Coaching yang
dewasa. Peneliti kurang konsisten dalam
diberikan sangat bermanfaat bagi pengem-
meletakkan beberapa aktivitas dalam sesi
bangan diri, membuat peserta lebih percaya
coaching yang mencerminkan prinsip belajar
diri, menimbulkan semangat dalam hidup
berdasar pengalaman (seharusnya aktivitas
dan bertugas serta dapat diterapkan.
berbagi pengalaman diletakkan sebelum
Selain data dari analisis statisitik, ceramah atau penjelasan dari fasilitator).
peneliti juga melakukan wawancara kepada Ketiga, peneliti tidak melakukan kendali
lima orang dari 11 partisipan penelitian. terhadap variabel eksternal yang dapat
Secara umum kelima partisipan penelitian berpengaruh terhadap hasil penelitian
tersebut menyatakan bahwa Appreciative seperti, kondisi fisik partisipan pada saat
Inquiry Coaching yang diikuti sangat penelitian, kondisi lingkungan sosial
bermanfaat bagi mereka untuk mengem- (pengaruh rekan kerja atau keluarga) situasi
bangkan diri, menambah kepercayaan diri dan kondisi kerja, pola kepemimpinan
serta berguna untuk mengenali kemampuan atasan, serta kondisi lingkungan fisik
dan karakter diri masing-masing. Selain itu (kondisi geografis, dan risiko tugas).

E-JURNAL GAMA JPP 103


CAHYONO & KOENTJORO

Stres Kerja:
- Bosan dan jenuh dengan Appreciative Inquiry Coaching
pekerjaan - Penggalian inti positif diri
- Motivasi kerja rendah - Menemukan visi diri/ impian
- Kurang nyaman di - Membuat jalan mencapai
lingkungan kerja impian
- Menilai diri sendiri kurang - Membuat parameter tindakan
mampu
- Munculnya konflik dalam
pekerjaan
- Sakit kepala, sulit tidur METODE:

KELOMPOK
- Mudah gugup Permainan,
- Sulit mengambil keputusan ceramah, diskusi,
- Terlambat kerja/apel berbagi pengalaman,
latihan, relaksasi dan
mengisi lembar kerja

TAHAPAN:
- Mengidentifikasi pengalaman emosi dan tekanan
pekerjaan
- Mengidentikasi hambatan-hambatan dalam pekerjaan
- Mengenali pengalaman positif dalam pekerjaan
- Memaknai pengalaman-pengalaman positif dalam
peklerjaan
- Memimpikan masa depan
- Membangun jalan impian
- Menentukan parameter tindakan.

Stres Kerja yang rendah:


- Motivasi kerja tinggi Pencapaian:
- Hubungan yang baik dengan - Saling belajar membuka diri
atasan dan rekan kerja - Belajar dari pengalaman orang lain
- Mengembangkan ketrampilan sosial
- Perasaan nyaman di
- Saling menemukan dukungan
lingkungan kerja - Memberikan keyakinan sesama peserta
- Memiliki optimisme - Berdiskusi dan menemukan solusi
menghadapi masa depan bersama
- memiliki rasa kebersamaan - Merasa tidak sendiri
- Senantiasa berpikir positif - Merasa dihargai

Gambar 5. Dinamika Psikologis Partisipan Penelitian

Kesimpulan usaha perbaikan serta menetapkan para-


meter tindakan untuk merancang aksi
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: untuk merealisasikan impiannya, dan (4)
(1) Appreciative Inquiry Coaching terbukti Keberhasilan coaching turut dipengaruhi
mampu menurunkan stres kerja Polantas. oleh kemampuan fasilitator dalam me-
(2) Keterbukaan dan keaktifan partisipan nyampaikan materi serta kemampuan
dalam menjalani proses coaching menyebab- menjalin hubungan dengan partisipan.
kan partisipan mampu menemukan sendiri
Saran untuk organisasi
cara pemecahan masalah yang dihadapi,
dan (3) Materi Appreciative Inquiry Coaching a. Appreciative Inquiry Coaching yang dite-
dapat digunakan sebagai cara meminima- rapkan dalam penelitian ini terbukti
lisir tingkat stres kerja yaitu dengan mampu untuk menurunkan tingkat stres
mengidentifikasi pengalaman hidup, men- kerja Polantas pada golongan bintara.
cari inti positif diri (aset, kapasitas, Oleh karena itu, hasil penelitian ini dapat
kemampuan, sumber daya dan kelebihan), digunakan bahan pertimbangan bagi
membayangkan masa depan, merancang pimpinan kepolisian beserta jajaran pada

104 E-JURNAL GAMA JPP


APPRECIATIVE INQUIRY COACHING UNTUK MENURUNKAN STRES KERJA

tataran operasional dalam mengelola Daftar Pustaka


atau meminimalisir tingkat stres kerja
baik dalam lingkup individu anggota Ancok, D. (2003). Outbound Management
Polantas, regu, satuan maupun dalam Training: Aplikasi Ilmu Perilaku Dalam
lingkup yang lebih besar yaitu Direktorat Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Lalu Lintas. Yogyakarta: UII Press.

b. Peserta pelatihan memberikan respons Aumiller, G. S., & Corey, D. (2007). Defining
yang cukup baik terhadap perlakuan dan the field of police psychology: Core
menyatakan manfaat dari coaching. Hal domains and proficiencies. Journal Police
ini dapat dijadikan acuan bahwa Appre- Criminal Psychology, 22, 65–76.
ciative Inquiry ini dapat diterapkan kepa- Azwar, S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi.
da anggota Polantas khusunya bintara Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
yang bertugas di lapangan secara berka- Beck, A. T., Rush, J., Shaw, B., & Emery, G.
la. Metode yang dapat digunakan antara (1979). Cognitive Therapy of Depression.
lain dalam bentuk self evaluation dan New York: Guilford.
coaching-mentoring.
Beehr, T. A. (1995). Psychological Stress In The
c. Agar prinsip Appreciative Inquiry dapat Workplace. London: Routledge.
diaplikasikan dalam tataran organisasi
Binkert, J., Orem, S., & Clancy, A. (2007).
secara optimal, maka jajaran pimpinan,
Appreciative coaching: A positive
pembina fungsi serta bagian administrasi
process for change. Paper dipresentasi-
seharusnya dapat memberikan du-
kan di International AI Conference
kungan dengan menindaklanjuti hasil
Orlando, Florida. Diunduh dari: http://
coaching.
AppreciativeInquiry.case.edu/intro/conf
Supplement07Detail.cfm?coid=11638
Saran
tanggal 10 Januari 2010.
a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
Britton, J. J. (2010). Effective Group Coaching:
melakukan pengukuran terhadap stres
Tried and Tested Tools and Resources for
kerja dengan periode waktu pengukuran
Optimum Group Coaching Results. Onta-
yang lebih panjang, sehingga konsistensi
rio: John Wiley & Sons Canada, Ltd.
Appreciative Inquiry Coaching dapat dike-
tahui secara lebih lengkap dalam meme- Brown, J. M., & Campbell, E. A. (1994).
ngaruhi stres kerja Polantas. Stress And Policing: Sources and
Strategies. Chichester: John Wiley and
b. Bagi peneliti selanjutnya akan lebih baik
Sons, Ltd.
jika dapat menggunakan kendali atas
variabel eksternal seperti kondisi fisik Bushe, G. R., & Coetzer, G. (1995).
partisipan, kondisi lingkungan sosial Appreciative Inquiry as a team-deve-
(pengaruh rekan kerja atau keluarga) lopment intervention: A controlled
situasi dan kondisi kerja, pola experiment. The Journal of Applied
kepemimpinan atasan, serta kondisi Behavioral Science, 31, 13-30.
lingkungan fisik (kondisi geografis, Carlan, P. E., & Nored, L. S. (2008). An
risiko tugas). examination of officer stress: Should
police departments implement manda-
tory counseling? Journal of Police
Criminal Psychology, 23, 8–15.

E-JURNAL GAMA JPP 105


CAHYONO & KOENTJORO

Chen, H. C., Chou, F. H. C., Chen, M. C., Su, Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., & Donnelly,
S. F., Wang, S. Y., Feng, W. W., Chen, P. J. H. (2006). Organizations: Behavior,
C., Lai, J. Y., Chao, S. S., Yang, S. L., Structure and Processes. New York: Mc-
Tsai, K. Y., Lin, K. S., Lee, C. Y., & Wu, GrawHill.
H. C. (2006). A survey of quality of life Greenberg, J. (1996). Managing Behavior In
and depression for police officers in Organizations. London: Prentice Hall.
kaohsiung, taiwan. Quality of Life
Gyllensten, K., & Palmer, S. (2005). Can
Research, 15, 925–932.
coaching reduce workplace stress? The
Cook, T. D., & Campbell, D. T. (2002). Quasi Coaching Psychologist, 1, 15–18.
Experimentation: Designs and Analysi
Jex, S. M., Beehr, T. A., & Roberts, C. K.
Issues for Field Settings. Boston: Hough-
(1992). The meaning of occupational
ton-Miffin.
stress aitems to survey responsdents.
DeFrank, R. S., & Ivanchevich, J. M. (1998). Journal of Applied Psychology, 77, 623–
Stress on the job: An excecutive update. 628.
Academy of Management Review, 12, 55-
Leka, S., Griffiths, A., & Cox, T. (2004). Work
66.
Organization and Stress: Systematic
Dietz, A. S., & Mink, O. G. (2005). Police Problem Approaches for Employers, Mana-
systems and systems thinking: An gers and Trade Union Representatives.
interpretive approach to understanding Geneva: World Health Organization.
complexity. Journal of Police and Criminal Diunduh dari: www.who.int/
Psychology, 20(1), 1-16. occupational_health/publications/en/oe
Febriani, R. (2009). Pengaruh appreciative hstress.pdf tanggal 21 Agustus 2001.
inquiry terhadap penurunan stres kerja Luthans, F. (1998). Organizational Behavior.
(Tesis tidak diterbitkan). Yogyakarta: (8th) ed. Singapore: McGraw Hill.
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Mayne, T. J., & Bonanno, G. A. (2001).
Mada.
Emotions: Current Issues and Future
Ferrance, E. (2000). Action Research. New Directions. New York: The Guilford
York: Brown University. Diunduh dari Press.
www.alliance.brown.edu/pubs/
Moore, S., & Charvat, J. (2007). Promoting
themes_ed/act_research.pdf pada
health behavior change using appre-
tanggal 19 Pebruari 2010.
ciative inquiry, moving from deficit
Fredrickson, B. L. (2001). The role of positive models to affirmation models of care.
emotions in positive psychology: The Fam Community Health Supplement, 1(30),
broaden-and-build theory of positive 864-874.
emotions. American Psychologist Asso-
Muchlas, M. (2005). Perilaku Organisasi.
ciation, Inc, 56(3), 218-226.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Gibbons, T. (2009). Group Coaching in Press.
Organizations. Its Time Has Come: A
Paton, D. (2006). Critical incident stress risk
Process for Applied Learning. Team
in police officers: Managing resilience
Management System. Diunduh dari:
and vulnerability. Traumatology, 12(3),
http://www.tms-americas.com/pdfs/
198-206.
GroupCoaching_in_Organizations.pdf
Plutchik, R. (2003). Emotion And Life:
tanggal 21 Agustus 2010.
Perspective From Psychology, Biology And

106 E-JURNAL GAMA JPP


APPRECIATIVE INQUIRY COACHING UNTUK MENURUNKAN STRES KERJA

Evolution (2nd) ed. Washington DC: International Journal of Evidence Based


American Psychological Association. Coaching and Mentoring. 1-9.
Rabinowitz, S. L. (2004). Organizational stress Somers, M. (2007). Coaching At Work.
management: A case for positive psy- Powering Your Team With Awareness,
chology-based psychoducational interven- Responsibility And Trust. Chichester:
tion (Tesis master, The George L. John Wiley & Sons, Ltd.
Graziadio School of Business and Sudrajat, A. (2009). Terapi Kognitif-Behavioral.
Management Pepperdine University). Diunduh dari: http://akhmad sudra-
Diunduh dari: http://Appreciative jat.wordpress.com/2009/09/05/terapikog
Inquiry.case.edu/research/bibComplete- -nitif-behavioral/ tanggal 22 Agustus
DissertationsDetail.cfm?coid=7502 2010.
tanggal 6 Maret 2010.
Tosi, H. L., Rizzo, J. R., & Carroll, S. J.
Riggio, R. E. (2003). Introduction to (1990). Managing Organizational Behavior.
Industrial/Organizational Psychology. (4th New York: HarperCollins.
ed). New Jersey: Prentice Hall.
Whitney, D., & Trosten-Blomm, A. (2007).
Sani, F., & Todman, J. (2006). Experimental The Power of Appreciative Inquiry. (Alih
Design And Statistics For Psychology. bahasa Firman Budi & Nendy Hylaea).
Victoria: Blackwell Publishing Ltd. Yogyakarta: B-First.
Silberman, M. (1998). Active Training: A Wood, J., Wallace, J., Zeffane, R. M.,
Handbook of Techniques, Design, Case Schermerhorn, J. R., Hunt, J.G., &
Examples, and Tips. San Fransisco: Osborn, R. N. (1998). Organizational
Jossey-Bass Behavior, An Asia-Pasific Perspective.
Sloan, B., & Canine, T. (2007). Appreciative Brisbane: John Wiley and Sons.
inquiry in coaching: Exploration and Zhao, J. S., He, N., & Lovrich, N. (2002).
learnings. The International Journal of AI Predicting five dimensions of police
Best Practice. 1–7. officer stress: Looking more deeply into
Smith, C. L., & Cox, E. (2007). Coaching: Is it organizational setting for sources of
just a new name for training? police stress. Police Quarterly, 5(1), 43–
62.

E-JURNAL GAMA JPP 107

You might also like