You are on page 1of 80

UNIVERSITAS INDONESIA

GAMBARAN KELAHIRAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH


DI RSUD KABUPATEN BEKASI

SKRIPSI

DWI CAHYANINGSIH
NPM. 1006823192

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2012

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


UNIVERSITAS INDONESIA

GAMBARAN KELAHIRAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH


DI RSUD KABUPATEN BEKASI

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Ilmu Keperawatan

DWI CAHYANINGSIH
NPM. 1006823192

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2012

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : DWI CAHYANINGSIH

NPM : 1006823192

Tanda tangan : …………………………

Tanggal : 10 Juli 2012

ii Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Dwi Cahyaningsih

NPM : 1006823192

Program Studi : Sarjana Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Gambaran kelahiran bayi berat lahir rendah

di RSUD kabupaten Bekasi

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan pada Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan,
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Elfi Syahreni, SKp, M.Kep. Sp. Kep. An (…………..)

Penguji : Fajar Tri Waluyanti, SKp, M.Kep. Sp. Kep. An (…………..)

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 10 Juli 2012

iii Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran kelahiran bayi
berat lahir rendah (BBLR) di RSUD kabupaten Bekasi”. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa tidak sedikit mengalami hambatan dan rintangan karena
keterbatasan kemampuan penulis. Namun berkat bantuan dan motivasi berbagai
pihak, skripsi dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Ibu Elfi Syahreni, S.Kp, M.Kep. Sp. Kep. An. selaku dosen pembimbing
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan,
memotivasi, dan membimbing penulis dari awal hingga penyelesaian
penyusunan skripsi ini.
2. Orang tua yang telah memberikan do’a dan semangat.
3. Ibu Eti Suriati, pengembang kuesioner yang digunakan dalam penelitian
ini.
4. Rekan-rekan Ekstensi 2010 yang telah bekerjasama dengan baik.
5. Eko Budiyono dan Aryasatya W.D., suami dan anakku tercinta yang
memberikan semangat dan merelakan waktu bersama sangat berkurang
untuk menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfat bagi
pengembangan ilmu keperawatan.

Depok, Mei 2012

Penulis

iv Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Dwi Cahyaningsih


NPM : 1006823192
Program studi : Sarjana Ilmu Keperawatan
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: GAMBARAN KELAHIRAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD KABUPATEN BEKASI

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 10 Juli 2012

Yang menyatakan

(Dwi Cahyaningsih)

v Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


ABSTRAK

Nama : Dwi Cahyaningsih


Program Studi : Sarjana Ilmu Keperawatan
Judul : Gambaran kelahiran bayi berat lahir rendah
di RSUD Kabupaten Bekasi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kelahiran BBLR di


RSUD Kabupaten Bekasi. Hal ini berkaitan erat dengan kematian, kesakitan, dan
dampaknya di kemudian hari. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif
sederhana. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling.
Jumlah sampel dalam penelitian ini 21 responden. Instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data adalah kuesioner. Analisis univariat menunjukkan hasil
karakteristik bayi meliputi lahir kurang bulan, berat badan rendah, anak pertama,
dan kembar serta karakteristik ibu dengan pendidikan rendah, sosal ekonomi
rendah, terpapar asap rokok, dan inadekuat nutrisi dengan jumlah kelahiran BBLR
21 bayi dalam satu bulan. Untuk meningkatkan kemampuan merawat BBLR
diharapkan sarana dan prasarana dilengkapi, perbaikan sistim rujukan, perawat
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan.

Kata kunci: bayi, BBLR, ibu, kelahiran

vi Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


ABSTRACT

Name : Dwi Cahyaningsih


Study Program : Bachelor Degree of Nursing
Title : The characteristics of the Low Birth Weight (LBW) infant
and mother having LBW infant.

The aim of this study was to identify the characteristics of LBW infant and mother
having LBW infant in RSUD Kabupaten Bekasi. It was chosen as it gave effect on
mortality as well as morbidity after giving birth. This study used a simple
descriptive design with total sampling technique. In got the sample, the researcher
took 21 respondents. Moreover, the researcher used questionnaire for getting data.
The univariant analysis of the 21 LBW infant giving births showed that the result
of characteristics were preterm infant, having low weight when she/he was born,
primipara, and twins. Meanwhile, the characteristics of mother having LBW
infant were low educated, low social-economic class, contaminated cigarette on
her pregnancy, and inadequate nutritions. Based on this study, there are some
recommends as follow: 1. Improve the knowledge and the skills of neonate’s
nurse, 2. Simplicity recommendation to management having complete facilities,
and 3. Referral system must be repaired.

Key words: infant, LBW, mother, giving birth.

vi Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………… i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………… iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………… iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……. v
ABSTRAK …………………………………………………………. vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………….. vii
DAFTAR TABEL ………………………………………………….. ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………… x
DAFTAR SKEMA …………………………………………………. xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………….. xii
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………….. 5
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………… 6
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………….. 6

2. STUDI KEPUSTAKAAN
2.1 Teori dan Konsep BBLR …………………………………… 8
2.2 Masalah yang Dialami BBLR ………………………………. 15
2.3 Dampak Perkembangan …………………………………….. 18
2.4 Kerangka Teori ……………………………………………... 21

3. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI


OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep …………………………………………… 22
3.2 Definisi Operasional ………………………………………… 23

4. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian …………………………………………… 27
4.2 Populasi dan Sampel ………………………………………… 27
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………. 28
4.4 Etika Penelitian ……………………………………………… 28
4.5 Alat Pengumpulan Data ……………………………………… 31
4.6 Prosedur Pengumpulan Data ………………………………… 32
4.7 Pengolahan dan Analisa Data ………………………………… 33

5. HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian ……………………………………………….. 37

6. PEMBAHASAN
6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian …………………….. 45
6.2 Keterbatasan Penelitian ………………………………………. 52
6.3 Implikasi Keperawatan ………………………………………. 54

vii Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


7. SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan ……………………………………………………….. 55
7.2 Saran …………………………………………………………… 55

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi Operasional..................................................................... 24

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Gestasi dan Berat


Badan Bayi Waktu Lahir ……………………………................. 38

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Paritas dan Jenis Kehamilan . 39

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Ibu dan Penambahan


Berat Badan Selama Hamil .......................................................... 40

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu, Pekerjaan


Ibu, Penghasilan Keluarga............................................................ 41

Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Penyakit Selama Hamil,


Komplikasi Kehamilan Paparan Asap Rokok, dan Pelayanan
Kesehatan ..................................................................................... 42

Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Nutrisi Selama Hamil. 44

ix Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1. Distribusi Jumlah Kelahiran BBLR ............................................ 38

x Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 21

Skema 3.1 Kerangka konsep ........................................................................ 22

xi Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Waktu penelitian

Lampiran 2 Lembar permohonan menjadi responden

Lampiran 3 Lembar persetujuan responden

Lampiran 4 Kuesioner penelitian

xii Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir <2500 gram
tanpa memandang gestasi, sedangkan BBLR kurang bulan adalah bayi dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram dan lahir sebelum 37 minggu. (World Health
Organization (WHO), 2008; Departemen Kesehatan (Depkes), 2010). BBLR
adalah berat bayi 2500 gram atau kurang pada saat lahir. BBLR dianggap
mengalami kecepatan pertumbuhan intrauterin kurang dari yang diharapkan atau
pemendekan periode gestasi. Kelahiran preterm dan BBLR umumnya terjadi
bersamaan. (Bobak, Lowdermilk, Jensen, & Perry, 2005). BBLR adalah bayi
yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang gestasi
dapat terjadi pada bayi kurang bulan, cukup bulan maupun lebih bulan.

Prevalensi BBLR saat ini masih tinggi, yang dibuktikan dengan sejumlah
penelitian yang digunakan di Indonesia. Kelahiran bayi BBLR kurang bulan di
Indonesia berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2003 sebesar 90 per 1000 kelahiran. Prevalensi BBLR di Indonesia bervariasi
antara satu daerah dengan daerah lain. Depkes (2007) menyebutkan bahwa lima
provinsi mempunyai persentasi BBLR tertinggi adalah Provinsi Papua (27%),
Papua Barat (23,8%), NTT (20,3%), Sumatera Selatan (19,5%) dan Kalimantan
Barat (16,6%). Riset kesehatan dasar (Riskesdas) (2010) menemukan bahwa
prevalensi BBLR di Indonesia tahun 2010 adalah 11,1% dengan persentase
tertinggi adalah provinsi NTT (19,2%) dan terendah adalah provinsi Sumatra
Barat (6,0%), sementara persentase provinsi Jawa Barat 10,9%.

RSUD Kabupaten Bekasi adalah Rumah Sakit tipe C, sebagai rumah sakit
rujukan bagi Puskesmas, bidan praktek, klinik, dan dukun di wilayah Kabupaten
Bekasi. Di RSUD Kabupaten Bekasi, BBLR belum diteliti baik karakteristik
kelahiran maupun faktor risikonya. Berdasarkan data rekam medis diperoleh
jumlah bayi BBLR tahun 2009 adalah 150 bayi dan tahun 2010 jumlahnya

1 Universitas Indonesia
Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.
2

meningkat 212 bayi. Sampai bulan Juni 2011 jumlah kejadian BBLR adalah 92
bayi.

Kelahiran BBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor ibu dan
janin. Faktor yang meningkatkan risiko BBLR antara lain (1) Berat badan ibu
yang rendah sebelum hamil, (2) Berat badan ibu rendah selama kehamilan, (3)
Ibu perokok, pengkonsumsi alkohol atau menggunakan obat-obatan selama
kehamilan, (4) Status sosial ekonomi rendah, (5) Umur ibu (risiko terhadap bayi
lebih besar pada ibu remaja dan usia lebih dari 40 tahun), (6) Komplikasi selama
kehamilan dan persalinan, seperti perdarahan dan toksemia, (7) Paritas,
resikonya lebih rendah pada kehamilan kedua, (8) Faktor antenatal, seperti
pekerjaan fisik yang terlalu berat, koitus, dan kurangnya perawatan medis, (9)
Ras, (10) Malformasi kongenital atau infeksi pada bayi, dan (11) Kehamilan
ganda (Dunn, 1984).

Sementara itu, Depkes (2010) mengemukakan penyebab BBLR antara lain


karena faktor janin, plasenta, uterus, maternal dan faktor lain. Faktor janin
meliputi gawat janin, kehamilan kembar, hydrops non imun, sedangkan faktor
maternal yang menyebabkan BBLR antara lain: (1) faktor plasenta, terdiri dari
plasenta previa dan solusio plasenta; (2) faktor uterus seperti uterus bikornus dan
inkompetensia servik; dan (3) faktor lain meliputi preeklampsia, penyakit kronis
contohnya penyakit jantung sianotik, infeksi misalnya infeksi saluran kemih,
penyalahgunaan obat, ketuban pecah dini, polihidramnion dan iatrogenik. Djaja,
Hapsari, Sulistyowati, dan Lolong (2009) mengungkapkan bahwa faktor yang
menyebabkan kejadian BBLR meliputi infeksi ibu, malnutrisi, riwayat kelahiran
prematur, stress maternal, ibu hipertensi, diabetes, infeksi traktus
genitourinarius, kehamilan mutipel, status sosial ekonomi yang rendah,
perawatan prenatal yang kurang dan terkena bahan-bahan toksik (obat, rokok
dan alkohol) serta beberapa faktor lainnya yang belum diketahui.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


3

Penelitian lain yang menjelaskan tentang faktor maternal penyebab BBLR


dilakukan oleh Odell, et al. (2006), penelitian tersebut menemukan bahwa
hipertensi kronik dan pre eklampsia adalah faktor risiko yang kuat untuk
kelahiran BBLR pada wanita Haiti dan Afrika-Amerika. Ibu perokok
mempunyai risiko melahirkan BBLR lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang
bukan perokok (Lasker, Coyle, Kuang Li, & Ortynsky, 2004).

BBLR tidak hanya dipengaruhi oleh faktor janin dan maternal, tetapi lingkungan
juga dapat mempengaruhi kelahiran BBLR. Lingkungan yang menyebabkan
kelahiran BBLR antara lain lingkungan dengan tingkat sosial ekonomi rendah
dan lingkungan dengan polusi udara yang menggunakan bahan bakar padat
seperti biomass dan batubara. Collins, Wambach, David, dan Rankin (2008),
pada studinya menemukan bahwa wanita kulit putih non-latin dan Amerika-
Afrika yang tinggal seumur hidup di lingkungan berpenghasilan rendah adalah
faktor risiko BBLR. Penelitian lain yang menjelaskan pengaruh lingkungan
terhadap kelahiran BBLR dilakukan oleh Pope, et al. (2010), peneliti
menemukan risiko kelahiran BBLR berhubungan dengan polusi udara dalam
ruangan dimana prevalensi penggunaan bahan bakar padat seperti batubara
adalah sebesar 70% dari populasi.

Kelahiran BBLR erat kaitannya dengan kematian dan kesakitan, pertumbuhan


dan perkembangan kognitif yang terhambat, dan penyakit kronis di
kehidupannya kelak (WHO & United Nations Children’s Fund (UNICEF),
2004). BBLR dan prematuritas merupakan penyebab kematian neonatal tertinggi
sebesar 30% dibandingkan penyebab lain yang meliputi kelainan kongenital
(7%), penyakit diare (3%), asfiksia dan trauma lahir (23%), infeksi neonatal
(25%), tetanus neonatorum (3%) dan masalah neonatus lain (9%) (WHO, 2008).
SDKI 2003 menunjukkan bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah (<2500
gram) berisiko 5 kali lebih besar mengalami kematian pada masa neonatal. Di
RSUD Kabupaten Bekasi kematian bayi tahun 2010 adalah 17 bayi dari 21 bayi
merupakan bayi BBLR, sedangkan pada bulan Juni 2011 dilaporkan bahwa

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


4

jumlah kematian 16 bayi dari 27 bayi adalah bayi BBLR. Kematian bayi BBLR
di RSUD Kabupaten Bekasi meningkat dari tahun 2010 sampai 2011, terbukti
dalam waktu enam bulan dari bulan Januari sampai Juni 2011 kematian bayi
BBLR mencapai 16 bayi dari total kematian 27 dibandingkan dengan tahun
2010 dalam satu tahun jumlah kematian BBLR sebesar 17 dari total kematian 21
bayi. BBLR merupakan penyebab kematian neonatal tertinggi.

BBLR merupakan bayi yang berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan.


Bayi kurang bulan dapat berisiko mengalami masalah Respiratory Distress,
instabilitas suhu, hipoglikemi, jaundice, masalah pemberian makan, gangguan
neurodevelopmental, dan infeksi (Perry, Hockenberry, Lowdermilk, & Wilson,
2010). Sementara itu, Pilliteri (1999) menyebutkan bahwa pada bayi BBLR kecil
masa kehamilan (KMK) dapat ditemukan polisitemia, hipoglikemi, asfiksia,
kurangnya kontrol suhu tubuh, sedangkan pada bayi kurang bulan dapat timbul
komplikasi anemia of prematurity, kernikterus, persistent patent ductus
arteriosus, sindrom gawat napas, henti napas, Retinopathy of Prematurity
(ROP), dan Necrotizing Enterocolitis (NEC), serta masalah nutrisi. Studi yang
dilakukan oleh Paul, Mackley, Yong Zao, Brooks, dan Locke (2011)
menemukan bahwa tranfusi Packed Blood Red Cell (PRC) merupakan bagian
dari penyebab NEC pada bayi prematur.

Akibat dari masalah kesehatan di atas, maka bayi BBLR membutuhkan


perawatan yang khusus, seperti perawatan dalam inkubator untuk mencegah
hipotermi, minimal handling untuk pencegahan infeksi, pemenuhan kebutuhan
cairan dan nutrisi yang lebih tinggi daripada bayi normal karena aktifitas seperti
menangis pada BBLR membutuhkan energi yang tinggi. BBLR tidak hanya
membutuhkan perawatan khusus, tetapi BBLR juga membutuhkan waktu
perawatan yang lebih lama, terutama pada bayi berat lahir sangat rendah
(BBLSR) dan bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR). Penatalaksanaan
perawatan pada bayi prematur antara lain: (1) mempertahankan suhu tubuh
dengan menyediakan sumber panas eksternal yang bisa diatur, (2) nutrisi yang

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


5

adekuat, (3) mempertahankan fungsi ginjal dengan mengkaji masukan dan


keluaran serta berat jenis urin dan memantau nilai-nilai laboratorium untuk
menilai keseimbangan asam basa dan elektrolit serta mengobservasi gejala
toksisitas obat, (4) mempertahankan status hematologi dengan mengkaji setiap
terjadi perdarahan, memantau gejala-gejala adanya Disseminated Intravascular
Cogulation (DIC), dan (5) melawan infeksi (Bobak et al, 2005).

Dampak langsung dapat terlihat saat lahir dan pada masa neonatal yaitu
kematian dan kesakitan tinggi, BBLR berisiko mengalami masalah kesehatan
lanjut dan penurunan kualitas kehidupan. BBLR dengan pertumbuhan janin
terhambat akan mempengaruhi seseorang di sepanjang kehidupannya dan
dihubungkan dengan pertumbuhan yang lambat pada masa anak-anak (WHO &
UNICEF, 2004). Studi yang dilakukan oleh Bhutta, Cleves, Casey, Chradock,
dan Anand (2002); Moster dan Markestad (2008); Chy, Lee, Hintz, Gould, dan
Sutcliffe (2008); Morse, Zheng, Tang, dan Roth (2009); Petrini, Dias,
McCormik, Massolo, Green, dan Escobar (2009); Pallotto dan Kilbride (2006)
yang disampaikan oleh Sheree, Laura, dan Coleen (2011) menemukan bahwa
kelahiran kurang bulan berhubungan dengan gangguan kognitif, perilaku, dan
kondisi medis terjadi pada anak usia sekolah dan dewasa. Peneliti yang sama
melaporkan peningkatan risiko keterlambatan perkembangan, Cerebral Palsy,
keterlambatan kognitif, dan masalah perilaku dan emosi serta masalah terkait
sekolah pada bayi dengan kehamilan kurang bulan.

1.2 Rumusan Masalah


Kelahiran BBLR erat kaitannya dengan kematian dan kesakitan, pertumbuhan
dan perkembangan kognitif yang terhambat, serta penyakit kronis di
kehidupannya kelak. Angka kelahiran BBLR di Indonesia masih tinggi yaitu
>85 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di RSUD Kabupaten Bekasi jumlah
kelahiran BBLR meningkat sebesar >40 % pada tahun 2010 dibandingkan tahun
2009. Sementara jumlah kematian BBLR meningkat >55% pada periode bulan
Januari sampai Juni tahun 2011. Peningkatan jumlah kelahiran BBLR dan

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


6

jumlah kematian BBLR menimbulkan pertanyaan penelitian “Bagaimana


gambaran kelahiran BBLR di RSUD Kabupaten Bekasi”?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Diperolehnya gambaran kelahiran BBLR di RSUD Kabupaten Bekasi.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian adalah teridentifikasinya:

a. Gambaran jumlah kelahiran BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Kabupaten


Bekasi
b. Gambaran karakteristik bayi dengan kelahiran BBLR di RSUD Kabupaten
Bekasi
c. Gambaran karakteristik ibu dengan kelahiran BBLR di RSUD Kabupaten
Bekasi

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pihak terkait antara lain
Manajemen RSUD Kabupaten Bekasi, Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi,
Perawat Ruang Perinatologi RSUD Kabupaten Bekasi dan penulis.

1.4.1 RSUD Kabupaten Bekasi


Gambaran karakteristik bayi dan ibu dengan kelahiran BBLR ini, diharapkan
dapat membantu pihak manajemen untuk melengkapi sarana dan prasarana
yang mendukung perawatan bayi BBLR. Dengan sarana dan prasarana yang
lebih memadai diharapkan dapat menurunkan angka kematian bayi dengan
BBLR yang dirawat di RSUD Kabupaten Bekasi.
1.4.2 Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi
Hasil penelitian ini diharapkan juga bermanfaat bagi Dinas Kesehatan
(Dinkes) Kabupaten Bekasi. Dinkes Kabupaten Bekasi dapat menggunakan

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


7

hasil penelitian sebagai bahan pertimbangan untuk pencegahan kelahiran


BBLR dengan jalan berkoordinasi dengan perawat komunitas dan bidan-
bidan di wilayah kabupaten Bekasi. Perawat komunitas dan bidan dapat
melakukan upaya-upaya promosi kesehatan yang bertujuan untuk
menurunkan kelahiran BBLR.
1.4.3 Perawat di Ruang Perinatologi
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan perawat di Ruang Perinatologi tentang gambaran karakteristik
bayi dan ibu dengan kelahiran BBLR sehingga dapat melakukan asuhan
keperawatan yang tepat bagi BBLR. Manfaat lainnya adalah diharapkan
penelitian ini dapat memacu keinginan perawat perina untuk melakukan
penelitian tentang bayi risiko tinggi lainnya.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


BAB 2
STUDI KEPUSTAKAAN

2.1 Teori dan Konsep BBLR


BBLR adalah bayi dengan berat lahir rendah, kurang dari 2500 gram tanpa
memandang gestasi, berat lahir sampai dengan 2499 gram. (Depkes, 2010;
Khosim, Yunanto, Dewi, Sarosa, & Usman, 2008; Syaifuddin (2005) dalam
Syafrudin & Hamidah, 2009). Perry, et al. (2010) mengklasifikasikan BBLR
menjadi 3 yaitu : Low Birth Weight (LBW) infant yaitu bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram, Very Low Birth Weight (VLBW) infant yaitu bayi yang
mempunyai berat lahir kurang dari 1500 gram, dan Extremely Low Birth
Weight (ELBW) infant yaitu bayi yang mempunyai berat lahir kurang dari
1000 gram.

BBLR dibagi menjadi dua golongan yaitu prematur murni/kurang bulan dan
pertumbuhan janin terhambat (Depkes, 2010), sedangkan Syaifuddin (2005)
dalam Syafrudin dan Hamidah (2009) membagi BBLR ke dalam dua golongan
yaitu prematur murni dan dismaturitas dengan karakteristik antara lain: (1).
Bayi prematur: berat lahir sama atau kurang dari 2500 gram, panjang badan
kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm, usia kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala
relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis transparan, lanugo banyak, lemak
subkutan kurang, sering tampak peristaltik ususnya, tangisnya lemah dan
jarang, pernafasan tidak teratur, dan sering terjadi apneu; (2). Pada bayi
dismatur: terdapat perubahan ukuran panjang, berat badan, dan lingkar kepala
(Prawirohardjo (1999) dalam Syafrudin & Hamidah, 2009).

Depkes (2010), menyebutkan bahwa penyebab neonatus kurang bulan antara


lain karena faktor janin, plasenta, uterus, maternal dan faktor lain. Faktor janin
meliputi gawat janin, kehamilan kembar, dan hydrops non imun. Selain faktor
janin, dapat disebabkan oleh faktor plasenta yang meliputi plasenta previa dan
solusio plasenta. Faktor uterus seperti uterus bikornus dan inkompetensia
servik. Sedangkan faktor maternal meliputi preeklampsia, penyakit kronis

8 Universitas Indonesia
Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.
9

contohnya penyakit jantung sianotik, infeksi, misalnya infeksi saluran kemih,


dan penyalahgunaan obat. Selain faktor janin, plasenta, uterus dan maternal,
terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kelahiran kurang bulan antara
lain ketuban pecah dini, polihidramnion, dan iatrogenic.

Selain kelahiran kurang bulan, kelahiran BBLR dapat terjadi pada bayi dengan
pertumbuhan janin terhambat. Faktor yang dapat menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat dibagi menjadi dua yaitu faktor janin dan maternal. Faktor
janin terdiri dari faktor genetik, kelainan kromosom, kelainan bawaan
misalnya anencephal, infeksi bawaan contohnya rubella atau cytomegalovirus,
dan penyakit metabolisme seperti galaktosemia dan fenilketonuria. Faktor
maternal yang berperan pada BBLR dengan pertumbuhan janin terhambat
antara lain ibu dengan preeklampsia atau eklampsia, penyakit renovaskuler
kronis, penyakit vaskular, malnutrisi, ibu perokok, hipoksemia maternal, dan
faktor lain seperti sosial ekonomi rendah, usia ibu muda, insufisiensi plasenta,
berbagai masalah anatomis, dan kehamilan kembar. Santoso, Aditya dan
Retnoningrum (2009) mengungkapkan bahwa faktor risiko yang
menyebabkan kelahiran BBLR antara lain nutrisi ibu (malnutrisi), kehamilan
ganda, paparan asap rokok saat hamil, infeksi, usia ibu, komplikasi kehamilan,
usia kehamilan, sosial ekonomi yang rendah, pendidikan ibu, pengetahuan gizi
dan pelayanan antenatal.

Faktor penyebab BBLR yang pertama adalah nutrisi ibu. Ibu malnutrisi dapat
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat. Khosim, dkk. (2008)
mengemukakan ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi
pertumbuhan janin, yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu
selama hamil. Ibu dengan berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang
berukuran lebih kecil daripada yang dilahirkan ibu dengan berat normal atau
berlebihan. Selama embriogenesis status nutrisi ibu memiliki efek kecil
terhadap pertumbuhan janin. Hal ini karena kebanyakan wanita memiliki
cukup simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh lambat. Meskipun
demikian, pada fase pertumbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


10

dimulai, kebutuhan nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu jika masukan
nutrisi ibu rendah.

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl
(Chapman & Durhan, 2010). Sutami dan Hardjito (2010) menemukan bahwa
sebagian besar kasus BBLR di Kediri disebabkan karena faktor ibu berupa
anemia. Santoso, dkk. (2009) menemukan bahwa status gizi pada ibu hamil
berhubungan secara bermakna dan merupakan faktor risiko terjadinya BBLR
kurang bulan.

Faktor penyebab yang kedua adalah penyakit ibu selama kehamilan seperti
preeklampsia turut menyumbang kelahiran BBLR. Preeklampsia
menyebabkan terjadinya retardasi janin bahkan kematian janin. Hal ini
dikarenakan preeklampsia dapat menyebabkan insufisiensi plasenta dan
hipoksia yang berpengaruh terhadap perkembangan janin. Silasi, Cohen,
Kamuranchi, dan Rana (2010) mengemukakan bahwa komplikasi sekunder
preeklampsia terhadap fetus meliputi intra uterin growth restriction (IUGR),
prematuritas, dan peningkatan risiko kematian perinatal. Hal ini didukung
penelitian yang dilakukan oleh Odell et al. (2006) menemukan bahwa
hipertensi kronik dan preeklampsia adalah faktor risiko yang kuat untuk
BBLR pada wanita Haiti dan Afrika-Amerika.

Selain preeklampsia dan hipertensi kronik, selama kehamilan ibu dapat


mengalami komplikasi kehamilan lain seperti eklampsia dan prematur
kontraksi. Prematur kontraksi dapat terjadi setelah koitus dipengaruhi oleh
hormon prostaglandin dalam cairan semen yang dapat menyebabkan
kontraktilitas otot polos dan modulasi aktivitas hormonal. Efek prostaglandin
antara lain mempengaruhi motilitas uterus, awitan aborsi (spontan atau
diinduksi) dan awitan persalinan preterm. (Bobak et al., 2005).

Faktor penyebab yang ketiga adalah kehamilan ganda. Sebagian besar bayi
yang lahir dengan kehamilan ganda merupakan bayi BBLR. Morgan dan

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


11

Hamilton (2009) menyebutkan bahwa kehamilan kembar adalah individu yang


mengandung dua janin atau lebih, dimana bila etiologinya kecenderungan ras
atau keluarga untuk melahirkan kembar, maka akan meningkatkan
kemungkinan kehamilan dizigot. Kehamilan kembar adalah penyebab terbesar
morbiditas dan mortalitas pada bayi prematur. Elizawarda (2004) menemukan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kehamilan ganda dengan
kelahiran BBLR dengan p value 0,013.

Faktor penyebab yang keempat adalah ibu perokok. Ibu perokok dapat
menyebabkan janin intra uterin hipoksia sehingga berisiko lahir dengan
BBLR. Sinclair (2010) menyampaikan risiko pajanan asap perokok lain pada
ibu, asap rokok orang lain menyebabkan seorang ibu memiliki risiko
melahirkan bayi BBLR dua kali lipat. Pendapat ini didukung hasil studi yang
dilakukan oleh Lasker, Coyle, Kuang Li, dan Ortynsky (2004), menyebutkan
bahwa ibu perokok mempunyai risiko melahirkan BBLR dibandingkan
dengan ibu yang bukan perokok.

Faktor penyebab yang kelima adalah infeksi, dimana infeksi virus tertentu
berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin. Khosim, dkk. (2008)
menyampaikan bayi-bayi yang menderita infeksi antara lain: rubella
kongenital dan sitomegalovirus (CMV) umumnya terjadi gangguan
pertumbuhan janin, tidak tergantung pada umur kehamilan saat mereka
dilahirkan. Talib dan Roestyati (2006) pada studinya menemukan bahwa
malaria memberikan risiko terjadinya BBLR sebanyak 11 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak malaria.

Faktor penyebab yang keenam adalah usia ibu. Remaja yang hamil cenderung
melahirkan bayi BBLR karena belum dapat memenuhi nutrisi yang diperlukan
selama kehamilan. Dikatakan usia kehamilan remaja jika seorang wanita
hamil pada usia kurang dari 20 tahun, sedangkan usia kehamilan ibu pada usia
reproduksi sehat adalah 20-35 tahun (Depkes, 2008). Anshor dan Ghalib
(2010) mengemukakan bahwa pada usia muda, risiko melahirkan BBLR bisa

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


12

dua kali lipat karena terjadi kompetisi makanan antara ibu hamil dan janin
yang justru masih dalam pertumbuhan dan organ reproduksinya belum matur.
Love, Collins, David, dan Rankin (2010) pada studinya menemukan bahwa
pada ibu kulit putih yang berumur kurang dari 20 tahun melahirkan bayi kecil
masa kehamilan dengan persentase lebih tinggi dibandingkan usia 20-35
tahun.

Faktor penyebab yang ketujuh adalah pertambahan berat badan ibu hamil
selama kehamilan mempengaruhi berat janin intra uterin. Lasker, et al. (2004)
menemukan bahwa pada ibu Latin yang mempunyai peningkatan berat badan
kurang dari 5 kilogram menghasilkan 5 kali lipat risiko BBLR dibandingkan
dengan peningkatan BB ibu kilogram dihubungkan dengan prevalensi BBLR.
Mereka juga menekankan perlunya perhatian yang lebih besar pada kondisi
ibu selama kehamilan, seperti perdarahan, berat badan rendah, dan ketidak
adekuatan kenaikan berat badan, prediksi signifikan dari prematuritas dan
kelahiran BBLR.

Faktor penyebab yang kedelapan adalah usia gestasi yang berpengaruh


terhadap kelahiran BBLR. Semakin muda usia gestasi semakin rendah berat
badan lahir bayi. Suriati (2002) menemukan bahwa di RSU PMI Kota Bogor,
variabel yang yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian BBLR
adalah umur ibu, umur kehamilan dan penambahan berat badan. Umur
kehamilan kurang dari 37 minggu akan terjadi risiko BBLR sekitar sebelas
kali lebih besar dibandingkan dengan umur kehamilan lebih dari 37 minggu.

Faktor penyebab yang kesembilan adalah sosial ekonomi keluarga. Sosial


ekonomi yang rendah berkontribusi terhadap kelahiran BBLR karena
dikaitkan dengan penghasilan keluarga dan pendidikan keluarga yang rendah.
Pickett dan Hanlon (2009) menyampaikan kelainan bayi paling banyak
disebabkan oleh kelainan bawaan, kesulitan bernapas, Sudden Infant Death
Syndrome dan persalinan dini. Namun yang mendasari semua penyebab
kelainan tersebut adalah BBLR, dimana yang mendasari BBLR adalah

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


13

kemiskinan. Di Amerika Serikat kehamilan risiko tinggi sudah dianggap


masalah medis. Sedangkan Amankara, Luckok, Hussey, Watkin, dan Liu
(2010) menyatakan bahwa stress prenatal dan indikator kerugian lingkungan
tinggal, seperti pendidikan rendah, populasi dan kemiskinan dihubungkan dan
peningkatan risiko BBLR dan kelahiran preterm diantara responden PRAMS
di South Carolina. Collins, Wambach, David, dan Rankin (2008) dalam
studinya menemukan bahwa seorang wanita kulit putih non-latin dan
Amerika-Afrika tinggal seumur hidup di lingkungan berpenghasilan rendah
adalah faktor risiko BBLR.

Faktor penyebab yang kesepuluh adalah paritas. Jumlah anak yang dilahirkan
dapat mempengaruhi berat badan bayi, dimana paritas adalah banyaknya
seorang ibu melahirkan anak selama masa reproduksi (Atriyanto, 2006).
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan baik hidup maupun mati, tunggal
maupun kembar. kehamilan yang berisiko adalah paritas satu atau lebih dari
tiga (Elizawarda, 2004).

Faktor penyebab yang kesesebelas adalah pendidikan ibu. Pendidikan ibu


berperan dalam kelahiran BBLR. Semakin tinggi pendidikan ibu, maka akan
lebih mudah menerima konsep sehat secara mandiri. Rostikawati (1998) dan
Hastono (1997) dalam Kusumawati (2004) menyampaikan bahwa tingkat
pendidikan mempunyai hubungan eksponensial dengan tingkat kesehatan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep
kesehatan secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan serta semakin baik
pengetahuan tentang kesehatan yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari termasuk pengaturan pola makan ibu hamil sehingga
mempengaruhi status gizi ibu hamil yang akhirnya berhubungan dengan berta
bayi yang dilahirkan. Kusumawati (2004) pada studinya menemukan ada
hubungan antara pendidikan ibu dengan berat bayi lahir.

Faktor penyebab yang keduabelas adalah pengetahuan gizi. Pengetahuan gizi


yang baik dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Depkes (2000) dalam

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


14

Kusumawati (2004) menyatakan bahwa dengan pengetahuan gizi yang cukup


seseorang dapat menentukan pemilihan makanan, mengubah perilaku yang
kurang benar sehingga dapat memilih bahan makanan bergizi dan menyusun
gizi seimbang sesuai dengan kebutuhan ibu hamil serta berpengaruh terhadap
peningkatan status gizi ibu hamil yang pada akhirnya berhubungan dengan
berat bayi yang dilahirkan. Kusumawati (2004) menyimpulkan adanya
hubungan anara pengetahuan gizi dengan berat bayi lahir.

Faktor yang terakhir adalah pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal adalah


pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional yang diberikan kepada ibu
selama masa kehamilannnya sesuai standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan. Depkes (2007) menyampaikan bahwa pelayanan antenatal
merupakan pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif care untuk
mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu maupun janin.
Pelayanan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 (empat) kali selama
kehamilan dengan ketentuan minimal 1 (satu) kali pada trimester pertama, 1
(satu) kali pada trimester kedua, dan 2 (dua) kali pada trimester ketiga. Pada
pemeriksaan harus dilakukan standar minimal pelayanan antenatal “7T“ yang
terdiri dari (1). Timbang berat badan, (2). Ukur tekanan darah, (3). Pemberian
imunisasi tetanus toksoid (TT), (4). Ukur tinggi fundus uteri, (5). Pemberian
tablet Fe minimal 90 selama kehamilan, (6). Tes terhadap penyakit menular
seksual, HIV/AIDS dan malaria, serta (7). Temu wicara/konseling dalam
rangka persiapan rujukan. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kehamilan
meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosa, prognosa, dan terapi. Hartono
(2001) menyampaikan bahwa frekuensi pelayanan antenatal ditetapkan
minimal 4 kali selama kehamilan. Jika seorang ibu yang hamil memeriksakan
kehamilannya kurang dari 4 kali akan memiliki risiko melahirkan BBLR
dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan kehamilannya lebih dari 4 kali
atau lebih. Atriyanto (2006) menemukan bahwa ibu dengan kualitas pelayanan
antenatal buruk berisiko melahirkan BBLR 2,57 kali lebih besar dibandingkan
ibu dengan kualitas pelayanan baik.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


15

2.2 Masalah yang Dialami BBLR


BBLR merupakan bayi yang berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan.
Perry, et al. (2010) menyebutkan bayi kurang bulan dapat berisiko mengalami
masalah antara lain:
1. Respiratory Distress
Bayi kurang bulan mengalami kesukaran dalam transisi pumonal dari
intrauterin ke ekstrauterin. Sejumlah masalah dapat mempengaruhi sistem
pernafasan, meliputi: penurunan jumlah fungsional alveoli, defisiensi
surfaktan, lumen jalan nafas yang lebih kecil, penurunan kartilago trachea,
sumbatan jalan napas, dan vaskularisasi paru yang imatur. Kombinasi dari
masalah-masalah ini dapat menyebabkan usaha napas yang berat, distress
pernapasan, dan gagal napas. Tanda awal distress pernapasan meliputi
takipnea, pernapasan cuping hidung dan merintih saat ekspirasi. Retraksi dapat
bermula dari subkostal, interkostal, atau suprasternal.

Imaturitas paru dan fungsi residu mengakibatkan BBLSR dan BBLASR yang
mengalami ditress pernapasan lebih cepat berkembang menjadi gagal napas.
Warna kulit bayi sianosis sentral maupun sianosis akral. Sianosis sentral
mengindikasikan kekurangan oksigen. Periodik apnea adalah pola pernapasan
yang paling sering muncul. Napas berhenti selama 5-10 detik diikuti oleh
kompensasi pernapasan cepat 10-15 detik, dapat dibedakan dengan apnea
dimana napas berhenti selama 20 detik atau lebih.

2. Instabilitas suhu
Bayi kurang bulan dapat mengalami instabilitas suhu yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: luas permukaan tubuh lebih besar dibandingkan
berat badan, minimnya lemak subkutan, cadangan lemak coklat yang terbatas,
penurunan atau tidak adanya refleks kontrol kapiler kulit (vasokonstriksi),
tidak adekuatnya aktifitas massa otot, tonus otot yang lemah menghasilkan
permukaan tubuh terpajan efek lingkungan yang dingin, imatur regulasi pusat
temperatur di otak, peningkatan insensible water loss, penurunan kemampuan

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


16

meningkatkan konsumsi oksigen, dan penurunan asupan kalori. Bayi kurang


bulan tidak dapat berkeringat dan menghasilkan panas.

3. Hipoglikemi
Hipoglikemia dapat terjadi akibat berkurangnya simpanan glukosa dan
menurunnya produksi glukosa terutama pada neonatus dengan asfiksia
perinatal dan hipotermi atau stres dingin. Tanda hipoglikemia yang dapat
diamati adalah bayi tampak tidak tenang, gerakan tidak beraturan (jittering),
sianosis, kejang atau tremor, letargi, sulit menyusu, dan asupan yang buruk.

4. Jaundice
Jaundice atau ikterus pada neonatus dibedakan menjadi dua yaitu fisiologis
dan patologis. Dapat disebabkan oleh penurunan asupan enteral, stenosis
pilorik, atresia usus, hisrchsprung, kolestasis, dan atresia biliaris.

5. Masalah pemberian makan


Bayi kurang bulan dapat mengalami gangguan terhadap keadekuatan asupan
nutrisi karena refleks menghisap dan menelan lemah atau belum ada, kapasitas
lambung kecil dan imatur kapasitas saluran pencernaan. Fungsi metabolik bayi
kurang bulan dipengaruhi oleh cadangan nutrisi yang terbatas, penurunan
kemampuan mencerna protein dan mengabsorbsi nutrien, serta imatur sistem
enzim.

6. Gangguan neurodevelopmental
Sistem saraf pusat (SSP) dapat menjadi cedera akibat dari trauma lahir dengan
kerusakan struktur intrakranial yang imatur, perdarahan kapiler, gangguan
proses pembekuan darah, episode hipoksia dan hiperoksia berulang,
predisposisi terhadap hipoglikemia, dan dan fluktuasi tekanan darah. Pada
neonatus kurang bulan, fungsi neurologis tergantung pada umur gestasi,
dihubungkan dengan faktor kesakitan dan faktor predisposisi seperti asfiksia
intrauterin yang dapat menyebabkan kerusakan neurologi. Tanda klinis
disfungsi neurologis mungkin tersamar, baik spesifik maupun non spesifik.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


17

Lima ketegori masnifestasi klinis yang harus dicermati antara lain: aktifitas
kejang, hiperiritabilitas, depresi SSP, peningkatan tekanan intrakranial dan
pergerakan abnormal.

7. Infeksi
Neonatus berisiko tinggi mengalami infeksi, baik tidak spesifi (peradangan)
maupun spesifik (imun) seperti gangguan fagositosis, terlambatnya respon
terhadap rangsang kimia, immunoglobulin A dan M sedikit atau tidak ada, dan
penurunan tingkat komplemen. Tanda dan gejala infeksi neonatal dapat
tersamar dan tidak spesifik, antara lain: temperatur tidak stabil (hipotermia dan
hipertermia), perubahan SSP (letargi, iritabilitas, dan perubahan tingkat
kesadaran), perubahan warna kulit (sianosis, kemerahan, mottling, dan
jaundice), instabilitas kardiovaskuler (perfusi buruk, hipotensi, bradikardi atau
takikardi, dan capillary refill memanjang), distress pernapasan (takipnea atau
bradipnea, apnea dan retraksi, napas cuping hidung, merintih), masalah
gastrointestinal (gangguan pemberian makan, muntah, diare, dan distensi
abdominal), instabilitas metabolik (glukosa tidak stabil dan asidosis
metabolik), serta tanda lainnya sepeti ketidakseimbangan elektrolit dan
peningkatan keluaran urin.

Pilliteri (1999) menyebutkan bahwa pada bayi BBLR kecil masa kehamilan
(KMK) dapat ditemukan polisitemia, hipoglikemi, asfiksia, dan kurangnya
kontrol suhu tubuh, sedangkan pada bayi kurang bulan dapat timbul
komplikasi anemia of prematurity (AOP), kernikterus, persistent patent ductus
arteriosus, sindrom gawat napas, henti napas, Retinopathy of Prematurity
(ROP), dan Necrotizing Enterocolitis (NEC), serta masalah nutrisi. Studi yang
dilakukan oleh Paul, Mackley, Yong Zao, Brooks, dan Locke (2011)
menemukan bahwa tranfusi Packed Blood Red Cell (PRC) merupakan bagian
dari penyebab NEC pada bayi prematur.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


18

2.3 Dampak Perkembangan


BBLR membutuhkan perawatan yang khusus akibat risiko terjadinya masalah
kesehatan, antara lain: perawatan dalam inkubator untuk mencegah hipotermi,
minimal handling untuk pencegahan infeksi, pemenuhan kebutuhan cairan dan
nutrisi yang lebih tinggi daripada bayi normal karena aktifitas seperti
menangis pada BBLR membutuhkan energi yang tinggi. BBLR tidak hanya
membutuhkan perawatan khusus, tetapi BBLR juga membutuhkan waktu
perawatan yang lebih lama, terutama pada bayi berat lahir sangat rendah
(BBLSR) dan bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR).
Penatalaksanaan perawatan pada bayi prematur antara lain: (1)
Mempertahankan suhu tubuh dengan menyediakan sumber panas eksternal
yang bisa diatur, (2) Nutrisi yang adekuat, (3) Mempertahankan fungsi ginjal
dengan mengkaji masukan dan keluaran serta berat jenis urin dan memantau
nilai-nilai laboratorium untuk menilai keseimbangan asam basa dan elektrolit
serta mengobservasi gejala toksisitas obat, (4) Mempertahankan status
hematologi dengan mengkaji setiap terjadi perdarahan, memantau gejala-
gejala adanya Disseminated Intravascular Cogulation (DIC), dan (5)
Melawan infeksi (Bobak et al., 2005).

Dampak langsung yang dapat terlihat saat lahir dan pada masa neonatal adalah
kematian dan kesakitan tinggi, BBLR berisiko mengalami masalah kesehatan
lanjut dan penurunan kualitas kehidupan. BBLR dengan pertumbuhan janin
terhambat akan mempengaruhi seseorang di sepanjang kehidupannya dan
dihubungkan dengan pertumbuhan yang lambat pada masa anak-anak (WHO
& UNICEF, 2004). Studi yang dilakukan oleh Bhutta, et al. (2002); Moster
dan Markestad (2008); Chy, et al. (2008); Morse, et al. (2009); Petrini, et al.
(2009); Pallotto dan Kilbride (2006) yang disampaikan oleh Sheree, et al.
(2011) menemukan bahwa kelahiran kurang bulan berhubungan dengan
gangguan kognitif, perilaku, dan kondisi medis terjadi pada anak usia sekolah
dan dewasa. Peneliti yang sama melaporkan peningkatan risiko keterlambatan
perkembangan, Cerebral Palsy, keterlambatan kognitif, dan masalah perilaku

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


19

dan emosi serta masalah terkait sekolah pada bayi dengan kehamilan kurang
bulan.

Oleh karena itu bayi memerlukan perhatian khusus dalam perawatannya untuk
meminimalkan resiko paparan agen di lingkungan sekitar yang dapat
menimbulkan dampak yang merugikan di kemudian hari melalui pendekatan
developmental care. Developmental care mengedepankan kemampuan unik
bayi untuk mencapai tingkat organisasi perilaku, yang disesuaikan dengan
tingkat perkembangan setiap bayi dan toleransinya didasarkan pada
pengkajian perilaku secara komprehensif (Perry et al., 2010).

Selama tahap perkembangan awal (khususnya gestasi 33 minggu), stimulasi


eksternal menghasilkan gerakan yang tidak terkoordinasi, aktifitas acak,
seperti anggota gerak tiba-tiba ekstensi, hiperfleksi dan tanda vital irreguler.
Pada tahap ini bayi memerlukan stimulasi lingkungan yang minimal. Dengan
metode ini perawat dapat memonitor tanda fisik dan perilaku untuk
meningkatkan kesejahteraan bayi dengan risiko tinggi selama handling. Bayi
diperlakukan dengan pelan, pergerakan dikontrol dan perpindahan secara acak
dikontrol dengan anggota gerak difleksikan menutupi tubuhnya selama
memutar atau perubahan posisi. Dengan menahan seperti ini dapat juga
digunakan sebelum melakukan prosedur invasif seperti pengambilan darah di
tumit untuk mengurangi distress. Selimut dan nesting dapat mengurangi stres
fisiologis dan perilaku selama prosedur rutin seperti memandikan, menimbang
berat badan, dan pengambilan darah di tumit.

Selain posisi dapat juga dilakukan skin-to-skin contact (kangaroo care) dan
periode cepat pijatan yang halus dapat membantu mengurangi stress pada bayi
kurang bulan. Kangaroo care pada bayi kurang bulan sesuai dengan
perkembangan neurobehavioral dengan meningkakan stabilitas jantung dan
fungsi respirasi, meminimalkan gerakan, meningkatkan tahap perilaku bayi,
dan perilaku pengaturan diri.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


20

Arena developmental care pada bayi kurang bulan diperluas, meliputi


beberapa intervensi seperti pijat bayi, mendengarkan musik yang lembut,
merekam cerita dari orang tua, positioning untuk meningkatkan kemampuan
pengaturan diri, periode tidur yang tidak terhenti, menurunkan cahaya
lingkungan dan suara. Ketika bayi mencapai perkembangan organisasi dan
stabilisasi yang cukup, intervensi di disain untuk mendukung kemampuan
pertumbuhannya. Studi yang dilakukan oleh Herliana (2011) menemukan
terdapat perbedaan bermakna pada respon nyeri akut bayi prematur sebelum
dan setelah dilakukan developmental care.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


21

2.4 Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka teori

Karakteristik Ibu:

Status gizi saat hamil


Status anemia saat hamil
Paritas ibu
Jarak kelahiran
Penyakit yang diderita saat hamil
Paparan asap rokok saat hamil
Komplikasi kehamilan yang dialami ibu
Frekuensi ANC
Sosial ekonomi
Usia ibu
Pendidikan ibu
Pengetahuan gizi ibu

Faktor janin:
BBLR
Faktor kehamilan ganda
Faktor genetik
Usia gestasi

Faktor lingkungan:

Lingkungan dengan sosial ekonomi rendah


Lingkungan dengan polusi

Sumber : Asiyah, dkk. (2010). Karakteristik bayi lahir rendah (BBLR) sampai
tribulan II tahun 2009 di kota Kediri

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Variabel adalah karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu
subyek ke subyek lain. Variabel dapat berskala kategorikal (yang dibagi
menjadi skala nominal dan ordinal), dan skala numerik (yang dibedakan
menjadi skala interval dan rasio). Terdapat beberapa jenis variabel, yaitu
variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas adalah variabel
yang apabila berubah akan mengakibatkan perubahan pada variabel lain,
sedangkan variabel tergantung adalah variabel yang berubah akibat
perubahan variabel bebas. (Sastroasmoro, Aminullah, Rukman, &
Munasir, 2011). Pada penelitian ini, variabel bebasnya adalah karakteristik
ibu dan bayi, sedangkan variabel tergantungnya adalah kelahiran BBLR.

KARAKTERISTIK IBU:

Nutrisi ibu (malnutrisi), penyakit


yang diderita ibu selama
kehamilan, paparan asap rokok
saat hamil, usia ibu, komplikasi
kehamilan, sosial ekonomi yang
rendah, pendidikan ibu,
Kelahiran Bayi Berat Lahir pelayanan kesehatan, dan
Rendah (BBLR) pelayanan antenatal

KARAKTERISTIK BAYI:

Usia gestasi, berat badan waktu


lahir, jumlah paritas, kehamilan
ganda

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Dari skema 3.1 dapat digambarkan bahwa karakteristik ibu meliputi nutrisi
ibu (malnutrisi), kehamilan ganda, penyakit yang diderita ibu selama
kehamilan, paparan asap rokok saat hamil, infeksi, usia ibu, komplikasi
kehamilan, usia kehamilan, sosial ekonomi yang rendah, pendidikan ibu,

22 Universitas Indonesia
Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.
23

pengetahuan gizi ibu dan pelayanan antenatal berkontribusi terhadap


kelahiran BBLR.

3.2 Definisi Operasional


Definisi Operasional menggambarkan validitas informasi karena pada
definisi operasional tercakup komponen definisi, alat pengukur, bagaimana
cara pengukuran, skala pengukuran, dan hasil pengukuran dari semua
variable yang didefinisikan (Dahlan, 2010). Dalam penelitian ini variabel
yang akan diukur adalah berat bayi BBLR, usia ibu, kehamilan ganda,
penyakit yang diderita ibu selama hamil, pendidikan ibu, paparan asap rokok
saat hamil, penambahan berat badan selama hamil, usia gestasi, penghasilan
keluarga (sosial ekonomi), pelayanan antenatal, pelayanan kesehatan, dan
kada hemoglobin ibu. Alat Ukurnya adalah kuesioner/angket. Hasil ukurnya
adalah menyimpulkan karakteristik bayi dan ibu dengan kelahiran BBLR.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


24

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat Ukur Hasil ukur Skala Ukur
Bayi Berat BBLR adalah bayi Kuesioner Berat badan BBLR Interval
Lahir Rendah dengan berat lahir yang dinyatakan
<2500 gram tanpa Timbangan dalam gram:
memandang berat badan 1.= BBLR jika berat
gestasi digital badan 1500-
2499 gram
2.= BBLSR jika
berat badan
1000-1499 gram
3.= BBLASR Jika
berat badan
<1000 gram

Usia Ibu Usia merupakan Kuesioner Usia yang Interval


waktu hidup dinyatakan dalam
seseorang selama tahun:
masa hidup di 1= Kehamilan usia
dunia yang reproduksi sehat
dihitung dari : 20-35 tahun
manusia itu lahir 2= Kehamilan usia
remaja: <20
tahun
3= Kehamilan usia
tua ≥ 35 tahun

Jenis Kehamilan ganda Kuesioner Jumlah bayi yang Ordinal


kehamilan adalah suatu dilahirkan:
kehamilan dimana 1= Tunggal
terdapat dua atau 2= Gemelli jika bayi
lebih embrio atau yang dilahirkan
janin sekaligus. kembar dua
3= Trimelli jika bayi
yang dilahirkan
kembar tiga

Penyakit Ibu Gangguan vaskular Kuesioner Jenis penyakit yang Nominal


dapat diderita ibu selama
menyebabkan hamil :
terjadinya 1 = Pre eklampsia
gangguan 2 = Hipertensi
retroplasenter 3 = Infeksi
sirkulasi sehingga 4 = Lain-lain: …
menimbulkan
kekurangan nutrisi,
oksigen, vitamin,
dan lain – lain.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


25

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil ukur Skala Ukur

Pendidikan Tingkat Kuesioner Pendidikan ibu, Ordinal


ibu pendidikan adalah meliputi:
jenjang pendidikan 1 = SD
yang telah 2 = SMP
ditempuh oleh 3 = SMA
responden 4 = Perguruan
Tinggi

Paparan asap Selama hamil ibu Kuesioner Riwayat terpapar Nominal


rokok saat merokok atau asap rokok:
hamil terpapar asap 1 = Ya, terpapar
rokok dari orang 2 = Tidak terpapar
lain
Nutrisi selama
hamil:
a. Penambahan Penambahan berat Timbangan, Penambahan berat
berat badan badan yang kuesioner badan selama hamil Interval
ibu selama dihitung dari yang dinyatakan
hamil sebelum hamil dalam kilogram
sampai berat badan
ibu saat akan
melahirkan

b.Kebiasaan Kebiasaan makan Kuesioner Kebiasaan makan:


makan ibu ibu dari kehamilan 1= tidak terganggu Ordinal
selama trimester satu 2= trimester 1
hamil sampai saat ibu terganggu
melahirkan 3= trimester 1&2
terganggu
4= selama hamil
terganggu

c. Kadar Kadar hemoglobin Kuesioner Kadar Hb yang


hemoglobin yang diukur pada dinyatakan dalam Ordinal
saat ibu akan satuan g/dl:
melahirkan 1= tidak anemia (Hb
>10g/dl)
2= anemia (Hb
<10g/dl)

Usia gestasi Usia kehamilan Kuesioner Usia kehamilan Interval


saat akan pada waktu bayi
melahirkan dilahirkan yang
dinyatakan dalam
minggu

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


26

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Penghasilan Jumlah Kuesioner Penghasilan Ordinal


keluarga penghasilan per keluarga
bulan keluarga berdasarkan UMK.
terutama kapala
keluarga

Jumlah paritas Paritas adalah Kuesioner Anak yang Ordinal


jumlah anak yang dilahirkan adalah
dilahirkan ibu anak ke:
1= primipara (anak
pertama)
2= multipara (anak
kedua dan
ketiga)
3= grandemultipara
(anak keempat
atau lebih)

Pelayanan Pelayanan Kuesioner Frekuensi ANC: Ordinal


antenatal kesehatan oleh 1. 1 = Teratur
tenaga profesional 2. 2 = Tidak teratur
yang diberikan 3. 3 = Tidak pernah
kepada ibu selama
masa kehamilan
Pelayanan Pelayanan Kuesioner Pelayanan yang Ordinal
kesehatan kesehatan oleh diterima:
tenaga profesional 1 = lengkap
yang diterima ibu 2 = tidak lengkap
selama masa
kehamilan

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain penelitian deskriptif.
Peneliti hanya menggambarkan karakteristik bayi dan ibu dengan kelahiran
BBLR. Hasil pengukuran disajikan sesuai temuan, tidak dilakukan analisis apa
yang menyebabkan kelahiran BBLR. Peneliti tidak memerlukan hipotesis,
sehingga tidak dilakukan uji hipotesis. (Sastroasmoro & Ismael, 2011).

4.2 Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan yang kita lakukan
(Hastono, 2010). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu yang
melahirkan bayi dengan BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Kabupaten
Bekasi dan tercatat pada catatan rekam medis pada tanggal 29 April 2012
sampai dengan 29 Mei 2012.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/karakteristiknya diukur dan


dipakai untuk menduga karakteristik dari populasi (Hastono, 2010). Sampel
pada penelitian ini diambil dengan tehnik Total Sampling, dimana semua
subyek yang memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian
sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro & Ismael,
2011).

Kriteria inklusi sampel yang akan diteliti adalah klien tidak mempunyai
gangguan jiwa, klien melahirkan anak dengan berat badan <2500 gram, bayi
dalam perawatan, dan klien menyatakan bersedia menjadi responden serta
menandatangani surat persetujuan peserta penelitian. Sementara kriteria
eksklusinya adalah BBLR dalam perawatan meninggal dunia.

Besar sampel ditentukan dengan rumus Slovin untuk populasi kecil atau lebih
kecil dari 10.000 dengan penghitungan sebagai berikut:

27 Universitas Indonesia
Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.
28

= ( )
Di m ana N = j uml ah popul asi, n = besar sam pel , dan d = t ingkat
kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (10% = 0,1)
Diketahui bahwa jumlah BBLR bulan Maret 2012, maka besar sampelnya
adalah:

= ( , )

n = 18,69 ≈ 19 sampel
Peneliti juga mengantisipasi adanya sampel drop out (Sastroasmoro, 2011),
sebagai berikut:

= ( )

Dimana n = besar sampel yang dihitung dan f = perkiraan proporsi drop out.
Dengan formula di atas, maka dapat dihitung jumlah subyek yang diteliti (n’)
= 19 / (1-0,1) = 21,11 ≈ 21 sampel
Dengan demikian jumlah sampel pada penelitian ini adalah 21 responden.

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian dilakukan di ruang Perinatologi RSUD Kabupaten Bekasi
dan waktu penelitian satu bulan yaitu 29 April 2012 sampai 29 Mei 2012.

4.4 Etika Penelitian


Penelitian yang dilakukan melibatkan manusia sebagai subyek penelitian.
Oleh karena itu peneliti memahami prinsip-prinsip etika penelitian supaya
tidak melanggar hak-hak otonomi manusia yang menjadi klien (Nursalam,
2008).

Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etik keperawatan (Milton
(1999); Loiselle, Profetto-McGgrath, Polit dan Beck (2004), dalam Dharma
2011), meliputi:

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


29

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)


Penelitian dilaksanakan dengan menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia. Subyek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menentukan
pilihan ikut atau menolak penelitian (otonomi). Subyek berhak
mendapatkan informasi yang terbuka dan lengkap tentang pelaksanaan
penelitian meliputi tujuan dan manfaat penelitian, prosedur penelitian,
resiko penelitian, keuntungan yang mungkin didapat dan kerahasiaan
informasi.

Peneliti memberikan kebebasan kepada calon responden untuk


menentukan pilihan mengikuti atau menolak berperan serta dalam
penelitian ini dan peneliti memberikan informasi tentang pelaksanaan
penelitian. Setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan
mempertimbangkan dengan baik, subyek kemudian menentukan apakah
ikut serta atau menolak sebagai subyek penelitian yang tertuang dalam
pelaksanaan informed consent yaitu persetujuan untuk berpartisipasi
sebagai subyek penelitian.

Peneliti melakukan beberapa hal yang berhubungan dengan informed


consent antara lain: mempersiapkan formulir persetujuan yang
ditandatangani oleh subyek penelitian, memberikan penjelasan langsung
kepada subyek mencakup seluruh penjelasan tertulis dalam formulir
informed consent dan penjelasan lain yang diperlukan untuk memperjelas
pemahaman subyek tentang penelitian, memberikan kesempatan kepada
subyek untuk bertanya tentang aspek-aspek yang belum dipahami dari
penjelasan peneliti dan menjawab seluruh pertanyaan subyek dengan
terbuka, memberikan waktu kepada subyek untuk menentukan pilihan
mengikuti atau menolak ikut serta sebagai subyek penelitian, serta
meminta subyek untuk menandatangani formulir informed consent, jika
subyek menyetujui ikut serta dalam penelitian.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


30

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek (respect for privacy and


confidentiality)
Peneliti merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi subyek
yang tidak ingin identitas dan segala informasi tentang dirinya diketahui
oleh orang lain. Prinsip ini dapat diterapkan dengan cara meniadakan
identitas subyek dan diganti dengan kode tertentu. Peneliti merahasiakan
informasi yang menyangkut berbagai privasi subyek dengan meniadakan
identitas subyek dan diganti dengan kode tertentu, menyimpan dokumen
dengan rapih selama lima tahun kedepan, dan setelah itu memusnahkan
dokumen penelitian.

c. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness)


Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa
penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat dan hati-hati serta
profesional. Sedangkan prinsip keadilan mengandung makna bahwa
penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan subyek. Peneliti melakukan penelitian secara
hati-hati dan profesional serta memberikan beban sesuai kemampuan
subyek.

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing


harm and benefits)
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus
mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subyek penelitian
dan populasi dimana hasil penelitian diterapkan (beneficence). Kemudian
meminimalisir resiko/dampak yang merugikan bagi subyek penelitian
(nonmaleficience). Peneliti meminimalisir resiko/dampak yang merugikan
bagi subyek penelitian dengan tidak memberikan efek negatif bagi subyek
selama menjadi responden.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


31

4.5 Alat Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner/angket dengan mengajukan
beberapa pertanyaan atau kuesioner yang telah dikembangkan oleh Surtiati
(2003) dalam penelitian dengan judul “Analisis faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah dalam konteks
keperawatan maternitas di Rumah Sakit Umum Palang Merah Indonesia Kota
Bogor tahun 2003”. Kuesioner ini terdiri pertanyaan tentang karakteristik
responden, pemeriksaan pelayanan antenatal, dan karakteristik bayi.
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, responden dianjurkan
untuk memilih salah satu jawaban yang menurut responden paling tepat.

Jenis pilihan yang diajukan adalah pertanyaan tertutup. Pertanyaan penelitian


menggunakan skala dengan kategori jawaban singkat. Pertanyaan yang
diajukan sesuai dengan tujuan penelitian dan definisi operasional. Pertanyaan
terdiri dari pertanyaan yang berkaitan dengan karakteristik bayi dan ibu
dengan kelahiran BBLR.

Validitas dan reabilitas alat pengumpul data


Kuesioner ini telah diuji cobakan oleh Surtiati (2003) pada 30 orang ibu yang
melahirkan di RSU Ciawi Kabupaten Bogor dengan menggunakan tehnik
Croncbach Alpha. Hasil uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan oleh
mendapatkan hasil nilai r hitung lebih besar dari nilai r table (r hitung =
0,361). Dari hasil analisis reliability dan validity didapatkan nilai Croncbach
Alpha sebesar 0,8361 yang berarti bahwa seluruh pertanyaan dari kuesioner
cukup valid untuk dapat menggambarkan faktor-faktor risiko kelahiran BBLR.

Untuk mengukur validitas alat ukur dapat juga digunakan validitas isi dan
validitas muka. Dahlan (2010) menyampaikan bahwa supaya validitas isi baik,
peneliti harus mengembangkan kerangka teoritis yang lengkap. Kuesioner
dikembangkan dari kerangka teoritis. Selanjutnya peneliti melakukan diskusi
dengan pakar yang memahami substansi yang akan diukur. Kuesioner
diperbaiki sesuai dengan umpan balik dari pakar tersebut. Sedangkan

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


32

Nieswiadowy (2002) menyampaikan beberapa metode mengevaluasi validitas


isi sebuah instrumen, antara lain: metode pertama adalah membandingkan isi
instrumen dengan literatur yang tersedia sesuai topik. Cara kedua untuk
menguji validitas isi instrumen melalui penggunaan diskusi panel ahli, dimana
anggota kelompok diskusi terdiri dari orang yang ahli pada area yang diteliti.
Metode yang ketiga digunakan ketika uji pengetahuan dikembangkan. Peneliti
mengembangkan sebuah tes blueprint yang didesain secara obyektif terhadap
isi yang disampaikan dan tingkat pengetahuan yang diharapkan (misalnya
retensi, recall, dan sintesis).

Selain validitas isi, dapat digunakan validitas muka. Dahlan (2010)


menyampaikan bahwa suatu alat ukut mempunyai validitas muka yang baik
bila subyek penelitian dapat mengisi kuesioner dengan perasaan yang positif,
memahami semua pertanyaan, dan mampu mengerjakannya dalam waktu yang
efisien. Pada penelitian ini menggunakan validitas isi dengan membandingkan
isi instrumen dengan literatur yang tersedia sesuai topik dan menggunakan
validitas muka, dimana responden dapat mengisi kuesioner tanpa paksaan,
menjawab semua pertanyaan, serta mengerjakannya dalam waktu 10-15 menit.

4.6 Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilaksanakan di Ruang Perina RSUD kabupaten
Bekasi dilakukan dengan prosedur :
a. Setelah proposal penelitian ini disetujui dan disahkan untuk diteliti, maka
langkah selanjutnya adalah meminta surat izin untuk melakukan penelitian
pada instansi pendidikan yaitu Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia (FIK UI). Setelah mendapatkan persetujuan selanjutnya
menemui Kasie Keperawatan RSUD kabupaten Bekasi untuk
mendapatkan persetujuan pengumpulan data penelitian.
b. Setelah mendapatkan persetujuan dari Kasie Keperawatan, peneliti
menemui Kepala Ruang Perinatologi untuk meminta ijin menyebarkan
kuesioner yang digunakan.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


33

c. Sebelum peneliti mengumpulkan data, calon responden diberikan


penjelasan tentang tujuan penelitian. Setelah memahami tujuan penelitin,
responden yang setuju diminta menandatangani informed consent menjadi
responden.
d. Selanjutnya mulai mengumpulkan data dengan penyebaran kuesioner yang
dibuat.
e. Kuesioner dibagikan kepada responden dan diminta mempelajari terlebih
dahulu. Jika pertanyaan tidak jelas, responden dipersilahkan untuk
bertanya.
f. Responden dipersilahkan mengisi kuesioner sesuai petunjuk.
g. Penyebaran angket atau pengisian lembar kuesioner sesuai dengan jumlah
sampel yang sudah ditetapkan.
h. Kuesioner yang disebarluaskan langsung ditunggu jawabannya dari
responden. Setelah selesai pengisiannya peneliti langsung melihat
kelengkapan data yang diajukan.
i. Setelah proses pengumpulan data selesai peneliti mengucapkan terima
kasih kepada responden atas kesediaannya menjadi responden dan mengisi
kuesioner.

4.7 Pengolahan dan Analisis Data


4.7.1 Pengolahan data
Arikunto (2010) menyatakan bahwa setelah data terkumpul dari hasil
pengumpulan data, maka data harus segera diolah yang disebut dengan
data preparation, atau data analysis. Penerapan data disesuaikan dengan
pendekatan penelitian. Data yang diterapkan dalam perhitungan adalah
data yang disesuaikan dengan jenis data yakni diskrit, ordinal, interval dan
rasio.

Suyanto (2011) menyebutkan bahwa tahapan yang harus dilalui untuk


mendapatkan data yang valid sehingga tidak mengalami kendala saat
menganalisa data, antara lain:

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


34

a. Cleaning
Tahap ini dilakukan pada saat pengumpulan data kuesioner dari
responden atau ketika memeriksa lembar observasi. Jawaban
responden diperiksa kembali terhadap adanya hasil observasi ganda
atau belum dijawab. Jika dijumpai hasil ganda atau jawaban belum
diisi, maka peneliti menyampaikan kepada responden untuk mengisi
atau memperbaiki jawaban pada kuesioner tersebut.
b. Coding
Tahap ini memberikan kode pada jawaban responden, terdiri dari kode
identitas responden untuk menjaga kerahasiaan dan menetapkan kode
untuk skoring jawaban responden atau hasil obervasi yang dilakukan.
Pada penelitian ini dilakukan coding dengan angka tertentu, misalnya
1= terpapar asap rokok, 2 = tidak terpapar asap rokok.
c. Scoring
Tahap ini dilakukan setelah kode jawaban ditetapkan sehingga
jawaban responden atau hasil observasi dapat diberikan skor.
d. Entering
Memasukkan data yang telah diskor ke dalam komputer dengan
program komputer atau dapat dimasukkan ke dalam format kolom
dengan cara manual.

4.7.2 Analisis Data


Analisis yang dilakukan harus sesuai dengan jenis masalah penelitian.
Dahlan (2011) menyebutkan bahwa tahap analisis pada umumnya dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu deskriptif, analisis bivariat, dan analisis
multivariat. Pada penelitian ini digunakan analisa deskriptif (analisa
univariat).

Analisis Univariat (Analisa Deskriptif)


Notoatmodjo (2010) menyebutkan bahwa analisa univariat bertujuan
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.
Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


35

numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median, dan standar deviasi.
Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi
frekuensi dan persentase tiap variabel. Nieswiadowy (2002)
menyampaikan ada beberapa cara untuk mengkategorikan statistik
deskriptif, antara lain ukuran kondensasi data, ukuran central tendency,
dan ukuran variabilitas.

Pada penelitian ini digunakan:


a. Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi untuk melaporkan variabel yang bersifat kategorik
antara lain: jumlah paritas, jenis kehamilan, pendidikan ibu, pekerjaan
ibu, penghasilan keluarga, penyakit yang diderita ibu selama kehamilan,
paparan asap rokok, pelayanan antenatal, pelayanan kesehatan yang
diterima ibu, kadar hemoglobin ibu dan kebiasaan makan ibu selama
hamil. Data disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah dibaca.
b. Mean
Sering disingkat M atau dengan symbol X , merupakan rata-rata jumlah
nilai yang ditemukan oleh penambahan semua nilai dan dibagi jumlah
total nilai. Pada penelitian ini mean digunakan untuk data dengan skala
interval antara lain: usia gestasi, berat badan waktu lahir, usia ibu, dan
penambahan berat badan ibu selama hamil. Ditentukan dengan rumus:
X = X
N
Dimana X = skor, N = jumlah total skor
c. Median
Sering disingkat dengan Md atau Mdn, adalah skor atau nilai tengah dalam
kelompok data. Pada penelitian ini median digunakan untuk data dengan
skala interval antara lain: usia gestasi, berat badan waktu lahir, usia ibu,
dan penambahan berat badan ibu selama hamil.
d. Modus
Sering disingkat Mo, merupakan kategori atau nilai yang sering terjadi.
Modus ditentukan dengan analisa visual dan penjumlahan data. Modus

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


36

digunakan untuk data interval antara lain: usia gestasi, berat badan waktu
lahir, usia ibu, dan penambahan berat badan ibu selama hamil.
e. Range
Range adalah jarak antara nilai tertinggi dan terendah dalam sejumlah nilai
atau skor. Range merupakan ukuran yang dapat digunakan untuk
mendapatkan gambaran cepat penyebaran data. Pada penelitian ini
digunakan untuk data interval.
f. Standar Deviasi
Standar deviasi adalah ukuran yang menunjukkan rata-rata deviasi atau
variasi semua nilai pada sejumlah data dari nilai mean data. Standar
deviasi ditentukan dengan rumus:
2
SD =   (X-X )
N

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


BAB 5
HASIL PENELITIAN

Bab ini menampilkan data hasil penelitian yang telah dianalisis mengenai
gambaran jumlah kelahiran, karakteristik ibu dan bayi dengan kelahiran BBLR di
RSUD Kabupaten Bekasi. Hasil penelitian ini disampaikan berdasarkan tujuan
khusus penelitian yang tercantum pada bab 1. Hasil penelitian ditampilkan dalam
bentuk gambar dan tabel.

Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dengan distribusi frekuensi
untuk variabel jumlah kelahiran, karakteristik bayi yaitu jumlah paritas dan
kehamilan ganda, serta karakteristik ibu meliputi pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
penghasilan keluarga, penyakit yang diderita ibu selama hamil, komplikasi
kehamilan, paparan asap rokok, pelayanan antenatal, pelayanan kesehatan yang
diterima ibu, kadar Hb ibu, dan kebiasaan makan selama hamil. Analisa univariat
dengan tendensi sentral digunakan untuk variabel karakteristik bayi yaitu usia
gestasi dan berat badan waktu lahir serta karakteristik ibu yaitu usia ibu dan
penambahan berat badan selama hamil.

5.1. Hasil penelitian


Data yang disajikan adalah jumlah kelahiran BBLR, karakteristik bayi
meliputi usia gestasi, berat badan waktu lahir, jumlah paritas, kehamilan
ganda; serta karakteristik ibu dengan kelahiran BBLR meliputi usia ibu,
pendidikan ibu, sosial ekonomi yang rendah, penyakit yang diderita ibu
selama kehamilan, komplikasi kehamilan, paparan asap rokok saat hamil,
pelayanan antenatal dan nutrisi ibu.

5.1.1. Jumlah kelahiran BBLR


Jumlah kelahiran BBLR adalah jumlah bayi yang lahir dengan berat
rendah yang dianalisa menggunakan analisa univariat dengan distribusi
frekuensi.

37 Universitas Indonesia
Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.
38

BBLR:
25,3%

Berat lahir
normal:
74,7%

Gambar 5.1. Distribusi kelahiran BBLR di RSUD Kabupaten Bekasi,


Mei 2012 (n=83)

Data yang diperoleh berdasarkan hasil analisis gambar 5.1., angka


kelahiran BBLR sebesar 25,3% bayi dari total jumlah kelahiran bayi (83
bayi).

5.1.2. Karakteristik bayi


Karakteristik bayi meliputi usia gestasi dan berat badan waktu lahir
dianalisa menggunakan analisa univariat dengan tendensi sentral, disajikan
dalam tabel 5.1

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Gestasi dan Berat Badan
Bayi Waktu Lahir di RSUD Kabupaten Bekasi, Mei 2012 (n = 21)

Variabel Mean Median Modus SD Min Maks 95% CI


Usia
34,33 35 38 3,89 28 39 32,56-36,10
gestasi
Berat
1937,14 2140 2040 423,003 940 2420 1744,59-2129,69
badan

Hasil yang diperoleh berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.1. antara lain:
Data yang diperoleh, rata-rata usia gestasi BBLR dilahirkan pada usia
gestasi 34,33 minggu dengan nilai simpangan baku 3,89 minggu. Usia
gestasi terendah 28 minggu dan tertinggi 39 minggu. Hasil estimasi
interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata usia gestasi
BBLR adalah diantara 32,56 minggu sampai 36,10 minggu.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


39

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata berat badan waktu lahir


adalah 1937,14 gram dengan nilai simpangan baku 423,003 gram. Berat
badan terendah 940 gram dan tertinggi 2420 gram. Estimasi interval berat
badan bayi waktu lahir (95% confidence interval) yaitu 1744,59 sampai
2129,69 gram.

Karakteristik bayi yang meliputi paritas dan jenis kehamilan dianalisa


menggunakan analisa univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi,
disajikan dalam tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Paritas dan Jenis Kehamilan


di RSUD Kabupaten Bekasi, Mei 2012 (n = 21)

Variabel Jumlah Persentase (%)


Paritas
Primipara 11 52,4
Multipara 9 42,8
Grandemultipara 1 4,8
Jenis kehamilan
Tunggal 15 71,4
Gemelli 6 28,6

Hasil analisis pada tabel 5.2. menunjukkan hasil antara lain:


Distribusi reponden berdasarkan paritas menunjukkan hasil sebagian besar
BBLR yang dilahirkan sebanyak 52,4% adalah primipara, sedangkan
42,8% adalah multipara, dan 4,8% adalah grandemultipara.

Data hasil penelitian diperoleh distribusi responden berdasarkan jenis


kehamilan menunjukkan hasil kelahiran gemelli (kembar 2) sebesar
28,6%, sedangkan kelahiran BBLR dengan kehamilan tunggal sebesar
71,4%.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


40

5.1.3. Karakteristik ibu dengan kelahiran BBLR


Karakteristik ibu dengan kelahiran BBLR yang meliputi usia ibu dan
penambahan berat badan selama hamil dianalisa menggunakan tendensi
sentral, disajikan dalam tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Ibu dan Penambahan Berat
Badan Selama Hamil di RSUD Kabupaten Bekasi, Mei 2012 (n=21)

Variabel Mean Median Modus SD Min Maks 95% CI

Usia ibu 26,9 27 20 6,64 19 37 23,88-29,93


Penambahan
7,33 7 5 5,247 -7 16 4,94-9,72
BB

Data yang diperoleh berdasarkan analisis pada tabel 5.3. antara lain:

Rata-rata distribusi responden berdasarkan usia ibu saat melahirkan


sebesar 26,9 tahun dengan nilai simpangan baku 6,64 tahun. Usia ibu saat
melahirkan terendah 19 tahun dan tertinggi 37 tahun. Hasil estimasi
interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata usia ibu saat
melahirkan adalah diantara 23,88 sampai 29,93 tahun.

Rata-rata distribusi responden berdasarkan penambahan berat badan


selama hamil sebesar 7,33 kilogram dengan nilai simpangan baku 5,247
kilogram. Penambahan berat badan ibu terendah adalah minus 7 kilogram
dan tertinggi sebesar 16 kilogram. Estimasi interval penambahan berat
badan selama hamil (95% CI) yaitu 4,94 kilogram sampai 9,72 kilogram.

Karakteristik ibu dengan kelahiran BBLR meliputi pendidikan ibu, dan


sosial ekonomi yang rendah dianalisa dengan menggunakan distribusi
frekuensi dan disajikan dalam tabel 5.4.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


41

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu, Pekerjaan Ibu,


dan Penghasilan Keluarga di RSUD Kabupaten Bekasi, Mei 2012 (n = 21)

Variabel Jumlah Persentase (%)


Pendidikan Ibu:
SD 9 42,9
SMU 6 28,6
SMP 5 23,8
D-III 1 4,8
Pekerjaan
Tidak bekerja 19 90,5
Pegawai swasta 1 4,8
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 1 4,8
Penghasilan keluarga
Dibawah UMK 16 76,2
Sesuai UMK kelas II&III 3 14,3
Lebih dari UMK kelas I 2 9,5
Penyakit yang diderita ibu selama hamil
Tidak ada 11 61,9
Preeklampsia 5 23,8
Asma 2 9,5
Hipertensi 1 4,8
Mata minus 1 4,8

Berdasarkan analisa pada tabel 5.4. diperoleh hasil antara lain:

Distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu menunjukkan ibu yang


memiliki pendidikan Sekolah Dasar jumlahnya 42,9%, Sekolah Menengah
Umum (SMU) 28,6%, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 23,8%, dan
tingkat pendidikan ibu yang tertinggi adalah D-III berjumlah 4,8%.

Data hasil penelitian diperoleh distribusi responden berdasarkan pekerjaan


ibu menunjukkan bahwa mayoritas bayi BBLR dilahirkan oleh ibu yang
tidak bekerja sebesar 90,5%, sedangkan pada ibu bekerja sebesar 9,6%.

Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian, kelahiran BBLR yang


terjadi pada keluarga dengan penghasilan rendah dibawah Upah Minimum
Kabupaten (UMK) Bekasi sebesar 76,2%, keluarga dengan penghasilan

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


42

UMK kelas II dan III sebanyak 14,3%, dan keluarga berpenghasilan diatas
UMK berjumlah 9,5%.

Distribusi responden berdasarkan penyakit yang diderita ibu selama hamil


diperolek hasil sebagian besar ibu yang melahirkan BBLR tidak menderita
penyakit selama hamil sebesar 61,9%, tetapi beberapa ibu menderita
penyakit seperti pre eklampsia 23,8%, asma 9,5%, dan hipertensi 4,8%.

Karakteristik ibu dengan kelahiran BBLR meliputi komplikasi kehamilan,


paparan asap rokok saat hamil, pelayanan antenatal dan pelayanan
kesehatan yang diterima ibu dianalisa dengan menggunakan distribusi
frekuensi dan disajikan dalam tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Komplikasi Kehamilan, Paparan


Asap Rokok, Pelayanan Antenatal, dan Pelayanan Kesehatan di RSUD Kabupaten
Bekasi, Mei 2012 (n = 21)

Variabel Jumlah Persentase (%)


Komplikasi kehamilan
Tidak ada 16 76,2
Prematur kontraksi 3 14,3
Ketuban pecah dini 2 9,5
Paparan asap rokok
Terpapar 11 52,4
Tidak terpapar 10 47,6
Pelayanan antenatal
Teratur 19 90,5
Tidak teratur 2 9,5
Pelayanan kesehatan yang diterima ibu
Lengkap 13 61,9
Tidak lengkap 8 38,1

Hasil analisa pada tabel 5.5. diperoleh hasil, meliputi:

Hasil analisis berdasarkan komplikasi kehamilan menunjukkan bahwa ibu


yang mengalami komplikasi kehamilan dengan kelahiran BBLR seperti
prematur kontraksi dengan jumlah 14,3% dan ketuban pecah dini (KPD)

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


43

9,5%, namun mayoritas ibu tidak mengalami komplikasi kehamilan


sebesar 76,2%.

Berdasarkan data yang diperoleh, hasil penelitian menunjukkan 52,4% ibu


dengan kelahiran BBLR semasa hamil terpapar asap rokok dan yang tidak
terpapar asap rokok 47,6%.

Distribusi responden berdasarkan frekuensi pelayanan antenatal selama


kehamilan menunjukkan hasil ibu dengan kelahiran BBLR di RSUD
Kabupaten Bekasi melakukan pelayanan antenatal secara teratur sebesar
90,5% responden, hanya sebanyak 9,5% responden melakukan pelayanan
tidak teratur.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ibu yang menerima pelayanan


kesehatan selama hamil secara lengkap 61,9% responden dan tidak
lengkap 38,1% responden.

Karakteristik ibu dengan kelahiran BBLR meliputi status nutrisi selama


kehamilan yang terdiri dari status anemia (kadar Hb ibu) dan kebiasaan
makan selama hamil dianalisa dengan menggunakan distribusi frekuensi
dan disajikan dalam tabel 5.6.

Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Nutrisi Selama Hamil di


RSUD Kabupaten Bekasi, Mei 2012 (n = 21)

Variabel Jumlah Persentase (%)


Nutrisi ibu selama hamil:
a. Kadar Hb ibu
Tidak anemia 12 57,1
Anemia 9 42,9
b. Kebiasaan makan ibu
Trimester 1 terganggu 8 38,1
Terganggu 5 23,8
Tidak terganggu 5 23,8
Trimester 1&2 terganggu 3 14,3

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


44

Hasil analisis pada tabel 5.6. menunjukkan hasil sebagai berikut:

Data hasil penelitian diperoleh distribusi responden berdasarkan kadar


hemoglobin ibu saat melahirkan menunjukkan ibu dengan kadar Hb
normal (tidak anemia) sebanyak 57,1% responden dan pada ibu dengan
anemia sebanyak 42,9% responden.

Distribusi responden berdasarkan kebiasaan makan selama hamil


menunjukkan hasil ibu yang melahirkan BBLR mengalami gangguan
makan selama trimester pertama sebanyak 38,1% responden, kebiasaan
makan terganggu selama hamil 23,8% responden, tidak mengalami
gangguan makan selama hamil 23,8% responden, dan kebiasaan makan
terganggu selama trimester pertama dan kedua selama hamil sebanyak
14,3% responden.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


BAB 6
PEMBAHASAN

Bab ini berisi pembahasan tentang hasil penelitian yang terdiri dari jumlah
kelahiran, karakteristik bayi dan karakteristik ibu dengan kelahiran BBLR. Selain
itu dibahas pula mengenai keterbatasan penelitian serta implikasinya terhadap
keperawatan.

6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian


Hasil penelitian diuraikan satu persatu dimulai dari jumlah kelahiran BBLR,
karakteristik BBLR dan ibu yang melahirkan BBLR. karakteristik bayi yang
meliputi usia gestasi, berat badan waktu dilahirkan, jumlah paritas dan
kehamilan ganda serta karakteristik ibu yang meliputi usia, pendidikan, sosial
ekonomi, penyakit yang diderita ibu selama hamil, komplikasi kehamilan,
paparan asap rokok, pelayanan antenatal dan nutrisi ibu selama hamil.

6.1.1. Jumlah kelahiran BBLR


Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kelahiran BBLR sebesar 21
(25,3%). Berdasarkan SDKI tahun 2003 diperoleh hasil kelahiran BBLR
kurang bulan di Indonesia sebesar 90 per 1000 kelahiran hidup atau sekitar
9%, sedangkan Riskesdas 2010 menemukan bahwa prevalensi BBLR di
Indonesia tahun 2010 adalah 11,1%. Dengan demikian, prevalensi BBLR
di RSUD Kabupaten Bekasi termasuk tinggi karena hasil analisis
ditemukan angka kelahiran BBLR di atas angka kelahiran yang didapat
pada SDKI 2003 dan Riskesdas tahun 2010.

6.1.2. Karakteristik BBLR


Sesuai teori yang disampaikan pada bab 2, bahwa BBLR diklasifikasikan
menjadi 3 yaitu: LBW infant (BBLR) yaitu bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram, VLBW infant (BBLSR) yaitu bayi yang mempunyai berat
lahir kurang dari 1500 gram, dan ELBW infant (BBLASR) yaitu bayi yang
mempunyai berat lahir kurang dari 1000 gram (Perry et al., 2010). Hasil
analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata berat badan bayi

45 Universitas Indonesia
Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.
46

waktu dilahirkan adalah 1937,14 gram. Dengan demikian, berat badan


BBLR pada penelitian ini berada pada rentang BBLR (1500-2499 gram).

BBLR dapat terjadi pada usia gestasi kurang bulan dan cukup bulan. Usia
gestasi adalah usia kehamilan pada waktu bayi dilahirkan. Variabel usia
gestasi pada penelitian ini dengan analisis univariat didapatkan rata-rata
usia gestasi 34,33 minggu. Hal ini berarti bayi yang dilahirkan kurang
bulan beresiko lahir dengan BBLR. Semakin muda umur kehamilan maka
semakin besar resiko bayi lahir BBLR. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Suriati (2002) yang menemukan bahwa kelahiran pada umur kehamilan
kurang dari 37 minggu akan terjadi risiko BBLR sekitar sebelas kali lebih
besar dibandingkan dengan umur kehamilan lebih dari 37 minggu. Namun
BBLR dapat terjadi pada bayi cukup bulan bila disertai dengan
karakteristik yang lain seperti kehamilan ganda dan pada bayi dengan
pertumbuhan janin terhambat.

Pertumbuhan janin terhambat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor


janin dan maternal. Faktor janin terdiri dari faktor genetik, kelainan
kromosom, kelainan bawaan, dan penyakit metabolisme seperti
galaktosemia dan fenilketonuria. Sementara faktor maternal yang berperan
pada BBLR dengan pertumbuhan janin terhambat antara lain ibu dengan
preeklampsia atau eklampsia, penyakit renovaskuler kronis, penyakit
vaskular, malnutrisi, ibu perokok, hipoksemia maternal, dan faktor lain
seperti sosial ekonomi rendah, usia ibu muda, insufisiensi plasenta,
berbagai masalah anatomis, dan kehamilan kembar (Depkes, 2010).

Morgan dan Hamilton (2009) menyebutkan bahwa kehamilan kembar


adalah individu yang mengandung dua janin atau lebih, dimana
etiologinya kecenderungan ras atau keluarga untuk melahirkan kembar.
Hasil analisis menunjukkan hanya sebagian kecil BBLR yang lahir di
RSUD Kabupaten Bekasi adalah bayi dengan kehamilan ganda yaitu
gemelli (kembar dua) sebesar 28,6%, walaupun salah satu karakteristik

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


47

BBLR adalah bayi dengan kehamilan ganda. Namun Elizawarda (2004)


melaporkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kehamilan
ganda dengan kelahiran BBLR dengan p value 0,013.

Selain usia gestasi, karakteristik BBLR adalah paritas. Paritas adalah


jumlah anak yang dilahirkan baik hidup maupun mati, tunggal maupun
kembar. Sebagian besar BBLR pada penelitian ini adalah anak pertama
(primipara) sebesar 52,4%. Elizawarda (2004) yang menyampaikan bahwa
kehamilan yang berisiko lahir dengan BBLR adalah paritas satu atau lebih
dari tiga.

6.1.3. Karakteristik ibu dengan kelahiran BBLR


Pada bab 2 penelitian ini disampaikan bahwa usia ibu yang berisiko
melahirkan BBLR adalah usia kehamilan remaja atau kurang dari 20
tahun. Kondisi ini karena terjadi kompetisi makanan antara ibu hamil dan
janin yang justru masih dalam pertumbuhan dan organ reproduksinya
belum matur sehingga risiko melahirkan BBLR bisa dua kali lipat pada
usia muda (Anshor & Ghalib, 2010). Hasil penelitian yang diperoleh
menunjukkan bahwa rata-rata usia ibu yang melahirkan BBLR adalah 26,9
tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan BBLR
adalah ibu pada usia reproduksi sehat. Hal ini berbeda dengan studi yang
dilakukan oleh Love, et al. (2010) yang menemukan bahwa pada ibu kulit
putih yang berumur kurang dari 20 tahun melahirkan bayi kecil masa
kehamilan dengan persentase lebih tinggi dibandingkan ibu berusia 20-35
tahun.

Selain usia ibu, banyak faktor risiko yang mempengaruhi kelahiran BBLR
antara lain pendidikan ibu, sosial ekonomi keluarga, penyakit ibu selama
kehamilan, paparan asap rokok selama hamil, pelayanan antenatal, dan
status nutrisi ibu selama hamil. Pendidikan ibu berperan dalam kelahiran
BBLR. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima
konsep kesehatan secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan serta

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


48

semakin baik pengetahuan tentang kesehatan serta dapat menerapkannya


dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan juga mempengaruhi perilaku
termasuk pengaturan pola makan ibu hamil sehingga mempengaruhi status
gizi ibu hamil yang akhirnya berhubungan dengan berat bayi yang
dilahirkan (Kusumawati, 2004). Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu
dengan kelahiran BBLR sebagian besar berpendidikan SD dan SMP
sebesar 66,7%. Kusumawati (2004) pada studinya menyampaikan bahwa
tingkat pendidikan mempunyai hubungan eksponensial dengan tingkat
kesehatan dan terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan berat bayi
lahir.

Pendidikan yang rendah berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi yang


rendah sehingga tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi dan kesempatan mendapatkan pekerjaan berkurang. Hasil analisis
diperoleh bahwa mayoritas BBLR dilahirkan ibu yang tidak bekerja
sebesar 90,5% sehingga kepala keluarga adalah pencari nafkah tunggal.
Diperkuat dengan penghasilan keluarga rendah dibawah upah minimum
kabupaten Bekasi sebesar 76,2%. Hasil ini sesuai dengan Pickett dan
Hanlon (2009) yang menyampaikan bahwa BBLR mendasari semua
penyebab kelainan bawaan, kesulitan bernapas, Sudden Infant Death
Syndrome dan persalinan dini, sementara yang mendasari BBLR adalah
kemiskinan.

Penghasilan keluarga yang rendah dapat mengakibatkan status nutrisi yang


rendah. Ibu malnutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat
sehingga lahir dengan BBLR. Selain nutrisi yang tidak adekuat,
penambahan berat pada masa kehamilan dipengaruhi oleh ibu yang
mengalami gangguan kebiasaan makan terutama trimester 1 dan 2,
ditemukan ibu yang mengalami morning sickness. Ibu dengan berat badan
kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil daripada
yang dilahirkan ibu dengan berat normal atau berlebihan. Khosim, dkk.
(2008) mengemukakan ada dua variabel bebas yang diketahui

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


49

mempengaruhi pertumbuhan janin, yaitu berat ibu sebelum hamil dan


pertambahan berat ibu selama hamil. Hasil analisis menunjukkan bahwa
76,2% mengalami gangguan kebiasaan makan selama kehamilan.

Selain penambahan berat badan, ibu malnutrisi diketahui dengan adanya


anemia selama kehamilan. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin kurang dari 10 g/dl (Chapman & Durhan, 2010). Sutami dan
Hardjito (2010) menemukan bahwa sebagian besar kasus BBLR di Kediri
disebabkan karena faktor ibu berupa anemia. Santoso, dkk. (2009)
menemukan bahwa status gizi pada ibu hamil berhubungan secara
bermakna dan merupakan faktor risiko terjadinya BBLR kurang bulan.

Penyakit yang menyertai ibu selama kehamilan antara lain hipertensi, pre
eklampsia, dan asma merupakan faktor risiko kelahiran BBLR.
Preeklampsia menyebabkan terjadinya retardasi janin bahkan kematian
janin karena dapat menyebabkan insufisiensi plasenta dan hipoksia yang
berpengaruh terhadap perkembangan janin, sementara komplikasi
sekunder preeklampsia terhadap fetus meliputi intra uterin growth
restriction (IUGR), prematuritas, dan peningkatan risiko kematian
perinatal (Silasi et al., 2010). Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya
sebagian kecil ibu (37,8%) mengalami penyakit seperti pre eklampsia.

Paparan asap rokok saat hamil dapat mempengaruhi kelahiran BBLR. Ibu
perokok dapat menyebabkan janin intra uterin hipoksia sehingga berisiko
lahir dengan BBLR. Riwayat terpapar asap rokok adalah selama hamil ibu
merokok atau tinggal serumah dengan perokok. Hasil analisis diperoleh
bahwa sebagian besar ibu dengan kelahiran BBLR memiliki riwayat
paparan asap rokok, diketahui ibu tidak merokok namun suami ibu adalah
perokok dan tinggal dalam satu rumah sebesar 52,4%. Dapat disimpulkan
bahwa ibu dengan kelahiran BBLR merupakan perokok pasif. Sinclair
(2010) yang menyampaikan risiko pajanan asap rokok pada ibu hamil
mengakibatkan seorang ibu memiliki risiko melahirkan bayi BBLR dua

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


50

kali lipat. Lasker, et al. (2004), menemukan bahwa ibu perokok


mempunyai risiko melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang
bukan perokok.

Pelayanan antenatal dapat mempengaruhi kelahiran BBLR. Pelayanan


antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional yang
diberikan kepada ibu selama masa kehamilannnya sesuai standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan. Depkes (2007) menyampaikan
bahwa pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang
bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang
baik bagi ibu maupun janin. Pelayanan antenatal sebaiknya dilakukan
paling sedikit 4 (empat) kali selama kehamilan dengan ketentuan minimal
1 (satu) kali pada trimester pertama, 1 (satu) kali pada trimester kedua, dan
2 (dua) kali pada trimester ketiga.

Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas ibu dengan kelahiran BBLR


di RSUD Kabupaten Bekasi melakukan pelayanan antenatal secara teratur
sebesar 90,5%. Frekuensi kunjungan ibu ke pelayanan kesehatan baik
puskesmas, bidan maupun dokter kandungan jumlahnya terpenuhi
sebanyak lebih dari 4 kali selama hamil. Hasil ini tidak sesuai dengan
Hartono (2001) yang menyampaikan bahwa frekuensi pelayanan antenatal
ditetapkan minimal 4 kali selama kehamilan, jika seorang ibu hamil
memeriksakan kehamilannya kurang dari 4 kali akan memiliki risiko
melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan
kehamilannya lebih dari 4 kali atau lebih. Hasil analisis berbeda dengan
studi sebelumnya. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh frekuensi
pelayanan antenatal terpenuhi namun pelayanan yang diterima tidak
lengkap.

Pada pemeriksaan harus dilakukan standar minimal pelayanan antenatal


“7T“ yang terdiri dari (1). Timbang berat badan, (2). Ukur tekanan darah,
(3). Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT), (4). Ukur tinggi fundus

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


51

uteri, (5). Pemberian tablet Fe minimal 90 selama kehamilan, (6). Tes


terhadap penyakit menular seksual, HIV/AIDS dan malaria, serta (7).
Temu wicara/konseling dalam rangka persiapan rujukan. Ibu hamil
memerlukan penimbangan berat badan selama hamil untuk mengetahui
status nutrisi melalui penambahan berat badan. Jika ibu tidak pernah
memantau berat badannya, maka tidak diketahui status nutrisinya yang
menggambarkan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi selama
hamil. Jika ditemukan timbangan berat badan tidak meningkat,
kemungkinan dapat terjadi pertumbuhan janin terhambat dan bayi berisiko
lahir dengan BBLR.

Tekanan darah diukur pada pemeriksaan antenatal selama kehamilan. Jika


tekanan darah selalu dipantau, maka dapat mengantisipasi terjadinya
preeklampsia sejak dini. Dengan terdeteksinya preeklampsia maka dapat
diberikan penatalaksanaan yang tepat sehingga mencegah kelahiran BBLR
akibat preeklampsia. Pelayanan antenatal yang ketiga adalah imunisasi TT
yang ditujukan untuk menurunkan risiko kematian bayi dan mencegah
kematian ibu akibat tetanus.

Pelayanan yang keempat adalah ukur tinggi fundus uteri. Idealnya


pemantauan janin dilakukan dengan menggunakan Ultrasonografi (USG).
Apabila pelayanan antenatal dilakukan di Puskesmas atau bidan,
kemungkinan besar tidak tersedia USG, sehingga untuk mengetahui
taksiran berat janin digunakan ukuran tinggi fundus uteri. Namun cara
tersebut kurang akurat, sehingga dimungkinkan hasil taksiran berat janin
berdasarkan tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan berat janin sebenarnya.
Hal ini berakibat tidak terdeteksinya bayi lahir dengan BBLR.

Pelayanan yang kelima adalah pemberian tablet Fe yang bertujuan untuk


menurunkan risiko terjadinya anemia selama kehamilan, karena anemia
merupakan salah satu risiko kelahiran BBLR. Petugas kesehatan
memberikan tablet Fe, namun keberhasilannya tergantung pada kepatuhan

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


52

ibu hamil untuk meminum tablet Fe yang diberikan. Beberapa ibu tidak
meminum tablet Fe dengan alasan tidak bisa minum obat meskipun sudah
dimodifikasi cara meminumnya.

Pelayanan yang selanjutnya adalah tes terhadap penyakit menular. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi penularan penyakit infeksi terhadap
petugas yang akan melakukan pertolongan persalinan maupun terhadap
orang lain yang kontak dengan ibu hamil. Pelayanan yang terakhir adalah
temu wicara atau konseling. Konseling dapat membantu meningkatkan
pengetahuan ibu hamil tentang perawatan selama hamil. Dengan demikian
kelahiran bayi dengan BBLR dapat dikurangi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu dengan kelahiran BBLR yang tidak
menerima pelayanan kesehatan antenatal dengan lengkap adalah 38,1%,
antara lain tidak mendapatkan suntikan TT dengan alasan ibu sedang sakit
ketika akan disuntik, ibu diberikan tablet Fe akan tetapi tidak diminum
dengan alasan selalu muntah jika minum obat, dan ibu tidak mendapatkan
penyuluhan kesehatan. Hal ini belum sesuai dengan standar Depkes (2010)
yang menetapkan bahwa pada pemeriksaan antenatal harus dilakukan
standar minimal pelayanan antenatal “7T“. Dengan demikian hasil ini
mendukung studi ini yang dilakukan oleh Atriyanto (2006) yang
menemukan bahwa ibu dengan kualitas pelayanan antenatal buruk berisiko
melahirkan BBLR 2,57 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan kualitas
pelayanan baik.

6.2 Keterbatasan Penelitian


Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan diantaranya adalahsebagai
berikut:
1. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Peneliti hanya menggambarkan karakteristik bayi dan ibu
dengan kelahiran BBLR. Hasil pengukuran disajikan sesuai temuan, tidak

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


53

dilakukan analisis apa yang menyebabkan kelahiran BBLR. Namun pada


penelitian yang akan datang dapat digunakan desain deskriptif analitik atau
deskriptif kolerasional sehingga dapat menjelaskan hubungan antar
variabel.

2. Variabel penelitian
Berdasarkan teori yang disampaikan pada bab 2 bahwa banyak faktor
risiko yang menyebabkan kelahiran BBLR antara lain status gizi saat
hamil, status anemia, paritas ibu, jarak kelahiran, penyakit yang diderita
ibu selama hamil, paparan asap rokok saat hamil, komplikasi kehamilan,
pelayanan antenatal, sosial ekonomi yang rendah, usia ibu, pendidikan ibu,
pengetahuan gizi ibu, kehamilan ganda, faktor genetik, usia gestasi,
lingkungan dengan sosial ekonomi rendah, dan lingkungan dengan polusi.
Namun dalam penelitian ini variabel diteliti adalah usia gestasi, berat
badan bayi waktu dilahirkan, jumlah paritas, kehamilan ganda, nutrisi ibu,
penyakit yang diderita ibu selama hamil, paparan asap rokok saat hamil,
usia ibu, komplikasi kehamilan, sosial ekonomi yang rendah, pendidikan
ibu, dan pelayanan antenatal.

3. Pengumpulan data
Peneliti bekerja sendiri dalam mengumpulkan data dengan cara menunggu
kelahiran bayi BBLR di RSUD Kabupaten Bekasi. Hal ini mengakibatkan
jumlah sampel yang diperoleh kecil, sehingga memungkinkan sampel
yang didapat belum mewakili karakteristik bayi dan ibu dengan kelahiran
BBLR. Pada penelitian yang akan datang dapat digunakan penelitian
dengan retrospektif sehingga didapatkan data yang lebih mewakili
karakteristik bayi dengan kelahiran BBLR.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


54

6.3. Implikasi Keperawatan


1. Perawat Komunitas
Dengan diketahuinya karakteristik bayi dengan BBLR, maka perawat
khususnya perawat komunitas di wilayah Kabupaten Bekasi dapat
berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi untuk
melakukan perawatan ibu hamil melalui upaya promosi kesehatan,
misalnya mengadakan penyuluhan tentang pentingnya nutrisi yang adekuat
selama kehamilan.

2. Pelayanan Kesehatan
Dengan diidentifikasinya karakteristik ibu dengan kelahiran BBLR, maka
RSUD Kabupaten Bekasi dapat berkoordinasi dengan Dinkes Kabupaten
Bekasi untuk meningkatkan promosi kesehatan ibu hamil di tiap-tiap
Puskesmas dan Posyandu.

3. Institusi Pendidikan
Demikian pula, bagi dunia pendidikan. Implikasi hasil penelitian ini dapat
dijadikan salah satu bahan kajian bahwa pada pendidikan sarjana dapat
juga diberikan pengetahuan dasar tentang BBLR, sehingga jika peserta
didik ditempatkan di Ruang Perinatologi maka akan lebih mudah untuk
beradaptasi dengan BBLR dan dapat memberikan asuhan keperawatan
yang sesuai dengan kebutuhan BBLR.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul gambaran kelahiran bayi berat
lahir rendah di RSUD Kabupaten Bekasi dapat disimpulkan beberapa hal,
antara lain:
a. Jumlah kelahiran BBLR di Ruang Perina RSUD Kabupaten Bekasi
adalah 25,3% (21 bayi dari total kelahiran 81 bayi) dalam waktu satu
bulan.
b. Karakteristik bayi dengan kelahiran BBLR di RSUD Kabupaten Bekasi
antara lain usia gestasi kurang bulan dengan rata-rata usia gestasi 34,33
minggu, berat badan rendah waktu dilahirkan dengan rata-rata berat
1937,14 gram, anak pertama yang dilahirkan sebesar 52,4% dan
kehamilan ganda sebesar 28,6%.
c. Karakteristik ibu dengan kelahiran BBLR di RSUD Kabupaten Bekasi
antara lain: pendidikan ibu yang rendah (SD, SMP) sebesar 66,7%, sosial
ekonomi yang rendah (ibu tidak bekerja (90,5%) dan penghasilan
keluarga dibawah upah minimum kabupaten (76,2%)), sebagian ibu
menderita penyakit kehamilan (37,8%) dan komplikasi kehamilan
(23,8%), adanya paparan asap rokok saat hamil (52,4%) dan nutrisi ibu
yang tidak adekuat selama kehamilan antara lain: penambahan berat
badan selama hamil rata-rata 7,33 kilogram, ibu mengalami gangguan
makan pada saat hamil sebesar 76,2% serta 42,9% ibu mengalami anemia
dalam kehamilan.

7.2. Saran
a. Manajemen RSUD Kabupaten Bekasi
Manajemen perlu melengkapi sarana prasarana yang mendukung
perawatan BBLR yang rentan mengalami masalah kesehatan. Dengan
demikian dapat menurunkan jumlah kematian bayi di Ruang Perina
RSUD Kabupaten Bekasi.

55 Universitas Indonesia
Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.
56

b. Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi


Dinas kesehatan perlu berkoordinasi dengan puskesmas, bidan, dan
perawat komunitas sesuai wilayah binaan masing-masing untuk
memperbaiki pelaksanaan sistem rujukan dan dapat memantau kesehatan
ibu hamil yang ada di wilayahnya. Diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan ibu hamil terutama yang berusia muda untuk mencegah
persalinan kurang bulan serta dapat menentukan waktu yang tepat untuk
merujuk ke RSUD Kabupaten Bekasi.

c. Perawat Penyuluh Kesehatan RSUD Kabupaten Bekasi


Dengan hasil penelitian ini, perawat penyuluh kesehatan di Poliklinik
perut melakukan upaya promosi kesehatan melalui pendidikan kesehatan
di Poliklinik yang dilakukan secara berkala tentang perawatan ibu hamil.
Dengan demikian ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di RSUD
Kabupaten Bekasi mendapatkan pengetahuan tentang perawatan selama
kehamilan dan dapat menyampaikan kembali pengetahuan yang diperoleh
kepada masyarakat di sekitar rumahnya.

Universitas Indonesia

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


DAFTAR PUSTAKA

Amankra, S.N., Luchok, K.J., Hussey, J.R., Watkins, K., & Xiaofeng, L., (2010).
Effect of maternal stress on low birth weight and preterm birth outcomes
across neighborhood of South Carolina, 2000-2003. Maternal Child Health
Journal (2010) 14: 215-226.
Anshor, M.U., & Ghalib, A. (2010). Parenting with love: Panduan islami mendidik
anak penuh cinta dan kasih sayang. Jakarta: Mizau Pustaka
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Edisi revisi
2010. Jakarta: Rineka Cipta
Asiyah, S., Suwoyo, & Mahaendriningtyastuti (2010). Karakteristik bayi lahir
rendah (BBLR) sampai tribulan II tahun 2009 di kota Kediri. Jurnal
kesehatan suara forikes, 1, 210-222
Atriyanto, P. (2006). Pengaruh kualitas pelayanan antenatal (berdasarkan frekuensi
pelayanan, jadwal pelayanan, dan konseling) terhadap kejadian bayi berat
lahir rendah (BBLR) di Indonesia (Analisis data SDKI 2002-2003).
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., Jensen, M.D., & Perry, S. (2005). Buku ajar
keperawatan maternitas. (Wijarini, alih bahasa). Edisi 4. Jakarta: EGC.
Boulet, S.L., Schieve L.A., & Boyle, C.A., (2011, September). Birth weight and
health and developmental outcomes in US Children, 1997-2005.
Chapman, L. & Durham, R.F. (2010). Maternal-newborn nursing: The critical
components of nursing care. Philadelphia: F.A. Davis Company.
Collins, J.W., Wambach, J., David, J., & Rankin, K,M. (2008). Women’s life long
exposure to neighborhood poverty and low birth weight: A population-based
study. Maternal Child Health Journal (2009) 13: 326-333
Depkes (2008). Pedoman pelayanan antenatal. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes (2008). Program kesehatan reproduksi dan pelayanan integratif di tingkat
pelayanan dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes (2010). Pedoman pelayanan obstetri dan neonatal komprehensif. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Dharma, K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan: Panduan melaksanakan
dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media.
Djaja, S., Hapsari, D., Sulistyowati, N. & Lolong, D.B. (2009, 8 Agustus). Peran
faktor sosio-ekonomi, biologi dan pelayanan kesehatan terhadap kesakitan
dan kematian neonatal. Majalah Kedokteran Indonesia, 8, 370-377.

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


Dunn, H.G. (1984). Social aspects of low birth weight. Can Med Assoc J, 130, 1133.
Elizawarda. (2004). Studi kasus kelola faktor risiko untuk pencegahan BBLR di
RSU Dr. Pirngadi kota Medan tahun 2003. http://www.e-repository.usu/2008
Hastono S.P & Sabri, L. (2010). Statistik kesehatan. Edisi Ke-5. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Kemenkes. (2010). Riset kesehatan dasar: Riskesdas 2010. Jakarta: Badan penelitian
dan pengembangan kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Khosim, M.S., Yunanto, A., Dewi, R., Sarosa, G.I., & Usman, A. (2008). Buku ajar
neonatologi. Edisi pertama. Jakarta: Badan penerbit IDAI.
Kusumawati, Y., & Mutalazimah (2004, September). Hubungan pendidikan dan
pengetahuan gizi ibu dengan berat bayi lahir di RSUD DR. Moewardi
Surakarta. Infokes, 8, 1-9.
Lasker, J. N., Coyle, B., Li, K., & Ortynsky, (2004). Assessment of risk factors for
low birth weight deliveries.
Love, C., Collins, J.W., David, R.J., &Rankin, K.M. (2010). Exploring weathering:
Effects of lifelong economic environment and maternal age on low birth
weight, small for gestation age, and preterm birth in African-American and
white women. www.medscape.com/viewarticle/726439
Morgan, G., & Hamilton, C. (2009). Obstetri dan ginekologi: panduan praktik.
Edisi 2. (Rusdi M. Syamsi & Ramova P. Kapoh, alih bahasa). Jakarta: EGC
th
Nieswiadomy, R.M. (2002). Foundations of nursing research. 4 ed. New Jersey:
Pearson Education, Inc.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rhinneka Cipta
Nursalam (2008). Konsep dan penerapan metodologi ilmu keperawatan. Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Odell, C.O., Kotelchuck, M., Chetty, V.K., Fowler, J., Stubblefield, P.G., Orejuela,
M., & Jack, B.W, (2006). Maternal hypertension as a risk factor for low birth
weight infants: comparison of Haitian and African-American women.
Paul, et al. (2011). Increased odds of necrotizing enterocolitis after transfusion of
red blood cells in premature infants. Journal of Pediatrics, 127 (4): 635-41.
Perry, S.E., Hockenberry, M.J., Lowdermilk, L., & Wilson, D. (2010). Maternal
th
child nursing care. 4 edition. Canada. Mosby Elsevier.
Pickett & Hanlon (2009). Kesehatan masyarakat: Administrasi dan praktik. Edisi 9.
(Ali Ghufron Mukti Alih Bahasa). Jakarta: EGC

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


Pilliteri, A. (1999). Maternal & child health nursing: care of the childbearing &
rd
childrearing family. 3 ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Pope, D. P., Mishra, V., Thompson, L., Siddiqui, A. R., Rehfuess, E. A., Weber, M.,
& Bruce, N.G. (2010). Risk of low birth weight and stillbirth associated with
indoor air pollution from solid fuel use in developing country. The
Epidemiologic Reviews, 32, (April 8, 2010). p. 70-81.
Santoso, O., Aditya, W., & Retnoningrum, D., (2009). Hubungan kebersihan mulut
dan ginggivitis ibu hamil terhadap kejadian bayi berat lahir rendah kurang
bulan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dan jejaringnya tahun 2006.
Sastroasmoro S. & Ismael S. (2011). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.
Edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto.
Silasi, M., Cohen, B., Kamuranchi, S.A., & Rana, S. (2010). Abnormal placentation,
angiogenic factors, and the pathogenesis of preeclampsia. Elsevier Inc.
Sinclair C. (2010). Buku saku kebidanan. (Komalasari Alih Bahasa). Jakarta: EGC.
Sugiyono. (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suriati E. (2002). Analisis faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian berat
badan lahir rendah dalam konteks keperawatan maternitas di rumah sakit
Palang Merah Indonesia kota bogor 2003. http:lontar.ui.ac.id.
Suyanto (2011). Metodologi dan aplikasi penelitian keperawatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Syafrudin & Hamidah (2009). Kebidanan komunitas. Jakarta: EGC.
Talib & Roestyati, S.T. (2006). Hubungan malaria pada ibu hamil dengan bayi berat
lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Sentani Jayapura Papua.
http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian
WHO. (2008). The global burden of disease: 2004 update. Switzerland: WHO
Library.
WHO & UNICEF (2004). Low birth weight: Country, regional, and global
estimates. New York: UNICEF.
WHO. (2011). Guidelines on optimal feeding of low birth-weight infants in low-and
middle-income countries 2011. Switzerland: WHO Library.

Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.


Lampiran 1

Waktu Penelitian

Waktu

Oktober Nopember Desember Januari Mei Juni-Juli


N 2011 2011 2011 2012 2012 2012
Kegiatan
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perumusan
masalah

2 Penyusunan
proposal

3 Pengumpulan
proposal

4 Pengumpulan
data dan
pengolahan
data

5 Penulisan
laporan
penelitian

6 Pengumpulan
Laporan &
presentasi
hasil
penelitian

Universitas Indonesia
Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.
Lampiran 2

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Calon responden penelitian

Di tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia program S1 Keperawatan, yaitu :
Nama : Dwi Cahyaningsih
NPM : 1006823192
Pembimbing : Elfi Syahreni, SKp, M.Kep. Sp. Kep. An.
adalah mahasiswa yang sedang melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran
kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Bekasi”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran jumlah kelahiran BBLR,
karakteristik ibu dan bayi dengan kelahiran BBLR.
Oleh karena, saya memohon kesediaan calon responden untuk mengisi yang kami
lampirkan bersama dengan lembar ini. Pengisian kuesioner membutuhkan waktu selama
15-20 menit. Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian maupun bahaya apapun
bagi calon responden.
Peneliti akan menjamin kerahasiaan informasi responden dan akan memusnahkan
semua informasi yang ada setelah penelitian selesai. Jika ada hal-hal yang kurang jelas
dan ingin ditanyakan, calon responden dapat menghubungi saya Dwi Cahyaningsih (Hp.
081386586286). Sebagai ucapan terima kasih saya, saudara/i akan mendapatkan
bingkisan.
Besar harapan saya, saudara/i bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Atas
perhatian dan partisipasi saudara/i sebagai calon responden saya ucapkan terima kasih.

Depok, Mei 2012

Peneliti

Universitas Indonesia
Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.
Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Judul Penelitian : Gambaran kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR) di RSUD

Kabupaten Bekasi

Peneliti : Dwi Cahyaningsih

Pembimbing : Elfi Syahreni, SKp, M.Kep. Sp. Kep. An.

Alamat : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Setelah membaca dan memahami lembar permohonan menjadi calon responden, saya
mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berpengaruh negative terhadap diri saya, tidak
akan menimbulkan kerugian bagi saya dan berguna untuk pengembangan ilmu
kesehatan.

Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan dijamin kerahasiaannya dan akan
segera diamankan setelah penelitian selesai. Saya bersedia untuk menjadi responden
pada penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Saya
berharap partisipasi saya dalam penelitian ini dapat bermanfaat.

Saksi Bekasi, Mei 2012

( ) ( )

Universitas Indonesia
Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.
Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN

JUDUL
GAMBARAN KELAHIRAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
DI RSUD KABUPATEN BEKASI

Petunjuk pengisian
1. Bacalah pertanyaan terlebih dahulu
2. Jawablah semua pertanyaan
3. Berikan tanda check list () pada kotak yang tersedia
4. Isilah jawaban dengan singkat pada tempat yang tersedia

KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Nomor responden ……………….. (tidak diisi)


2. Umur ibu saat ini adalah ………… tahun
3. Pendidikan terakhir ibu adalah :
SD SMP SMU D-III
Sarjana Lainnya ................................ (sebutkan)
4. Pekerjaan ibu adalah :
Pegawai Negeri Sipil Pegawai swasta
Wiraswasta Buruh
Petani Ibu rumah tangga
Pedagang Lainnya, ………………………(sebutkan)
5. Penghasilan keluarga per bulan adalah : Rp. …………………… (sebutkan)

Universitas Indonesia
Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.
PENYAKIT IBU SELAMA KEHAMILAN
6. Selama hamil ibu pernah menderita penyakit :
 Hipertensi  Diabetes Melitus
 Pre eklampsia
 Asma  Lainnya, ……………
 Penyakit jantung (sebutkan)
7. Jika ada, sejak kehamilan trimester berapa ……………………….. (sebutkan)
8. Pengobatan yang dilakukan ………………………………………. (sebutkan)
9. Riwayat terpapar asap rokok saat hamil Ya Tidak

PEMERIKSAAN KEHAMILAN
10. Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan pada usia kehamilan:
 1-3 bulan, ……. kali
 4-6 bulan, ……. kali
 7-9 bulan, ……. Kali
11. Ibu pertama kali memeriksakan kehamilan pada bulan ke …….
12. Tempat pemeriksaan kehamilan yang pertama kali dikunjungi?
 Puskesmas  Perawat
 Posyandu  Rumah sakit bersalin
 Rumah sakit  Lain-lain, …………….
 Bidan (sebutkan)
 Dokter ahli kandungan
13. Apakah selama hamil ibu mendapatkan penyuluhan kesehatan dari petugas
kesehatan? Ya Tidak
Jika ya, dimana? ………………………, (sebutkan)
jenisnya? ……………………………… (sebutkan)
14. Pelayanan kesehatan yang diterima selama pemeriksaan kehamilan terakhir:
a. Penimbangan berat badan Ya Tidak
b. Imunisasi TT Ya Tidak
c. Pil tambah darah Ya Tidak
d. Pemeriksaan perut Ya Tidak

Universitas Indonesia
Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.
e. Pengukuran tekanan darah (tensi) Ya Tidak
f. Penyuluhan kesehatan Ya Tidak
15. Berapa tablet darah (Fe) yang ibu dapatkan? ……..tablet

STATUS GIZI
16. Berat badan ibu sebelum hamil ……………………….. kilogram
17. Berat badan ibu saat akan melahirkan ………………… kilogram
18. Kadar Hb ibu adalah …………. gram%
19. Bagaimana kebiasaan makan ibu selama hamil?
a. Usia kehamilan 1-3 bulan ……………………………… (sebutkan)
b. Usia kehamilan 4-6 bulan ……………………………… (sebutkan)
c. Usia kehamilan 7-9 bulan ……………………………… (sebutkan)

KARAKTERISTIK BAYI
20. Berat badan bayi waktu lahir …………. gram
21. Panjang badan ………cm, lingkar kepala …….cm, lingkar dada ……. Cm
22. Ibu melahirkan anak terakhir ini pada usia kehamilan ……………… minggu
23. HPHT : ………………………; taksiran persalinan : …………………….
24. Anak keberapa yang dilahirkan? …………………
25. Umur anak sebelum anak sekarang adalah ………… tahun …….. bulan
26. Ibu melahirkan anak kembar berapa …………………. (sebutkan)

TERIMA KASIH IBU SUDAH BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

Universitas Indonesia
Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.
Gambaran kelahiran..., Dwi Cahyaningsih, FIK UI, 2012.

You might also like