Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru
yang buruk atau pernafasan yang lambat. Tingginya kadar karbondioksida
dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan
menjadi lebih cepat dan lebih dalam. Dalam keadaan normal, jika terkumpul
karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
2.2 Penyebab
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit
berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
Emfisema
Bronkitis kronis
Pneumonia berat
Edema pulmoner
Asma
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf
atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat
narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
2.3 Hiperventilasi Sebagai Mekaisme Kompensasi Ketoasidosis Diabetikum
Netraliasasi cairan tubuh terutama dijaga oleh system buffer bikarbonat,
yang menentukan pH sepanjang waktu dengan ratio anion bikarbonat terhadap
gas CO2 dalam plasma. Jika anion bikarbonat hilang karena digantikan oleh
anion asam keton, maka gas CO2 ekstra harus dikeluarkan dari paru dengan
hiperventilasi agar menjaga ratio pada atau mendekati nilai normalnya 20:1 dan
untuk mempertahankan pH mendekati nilai fisiologisnya 7,4. Hiperventilasi,
mulanya terjadi secara bertahap, kemudian bertambah kuat dan jelas sejalan
dengan penurunan pH dibawah 7,2, hal ini kemudian menjadi karakteristik
fisik ketoasidosis diabetic. Peningkatan ventilasi yang dramatis ini, yang terjadi
4
mencapai titik dimana tekanan jadi syok, darah dialihkan dari banyak
jaringan, dan perfusi hampir semua jaringan terganggu. Akibat penurunan
pengiriman oksigen menyebabkan jaringan tersebut sampai tingkat tertentu
melakukan metabolism glukosa anaerobic, mengakibatkan peningkatan
pembentukan asam laktat. Pelepasan asam organic kedua ini ke dalam
sirkulasi hanya akan lebih menurunkan bikarbonat, memperburuk asidosis
metabolic yang sebelumnya telah terjadi. Gabungan antara asidosis laktat
dan ketoasidosis bukanlah suatu hal yang tidak lazim, yang ditentukan pada
pasien ketoasidosis diabetic.
3. Kehilangan Fosfat
Hipoksia jaringan karena penurunan perfusi jaringan mungkin secara
tidak langsung dapat diperburuk pada ketoasidosis sebagai akibat
kehilangan elektrolit lain melalui urin yaitu fosfat. Dengan penipisan
simpanan fosfat, kadar fosfat yang bersirkulasi turun cukup rendah dalam
plasma, menghilangkan sel-sel darah merah dari suatu reaktan penting yang
digunakan untuk membentuk berbagai senyawaan fosfat organic. Dalam
keadaan ini, sel-sel darah merah mengalami penurunan derivate fosfat
pentingnya, yang selanjutnya meningkatkan kekuatan ikatan oksigen
terhadap hemoglobin di dalam sel-sel tersebut. Dengan lewatnya sel-sel ini
pada jaringan yang perfusinya tidak baik, maka akan sedikit oksigen yang
dilepaskan dari sel-sel darah merah dengan komplemen normal senyawaan
fosfat, dan hipoksia jaringan makin memburuk.
4. Syok
Jika volume cairan vascular menurun cukup rendah, maka mekanisme
kompensasi gagal, tekanan darah turun dan akan terjadi syok sejati.
Kemudian akan terjadi siklus asidosis, kerusakan jaringan, dan pendalaman
syok yang dengan cepat memburuk, yang pada akhirnya mengarah pada
kolaps vascular yang tidak dapat pulih dan kematian.
Sindrom ketoasidosis diabetic ditandai dengan kontribusi utama dari
semua gangguan patofisiologi utama, yang masing-masing bertanggung
jawab terhadap salah satu gambaran klinis utama : koma, syok, dan asidosis
metabolic.
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
1. Analisa Darah
3. 3 PENATALAKSANAAN
Tujuan Terapi
Paru-paru pasien bersih. Auskultasi bunyi napas setiap 2jam jika perlu.
Tidak ada tanda-tanda Lakukan pemeriksaan sinar-x dada setiap hari.
atelektasis atau Lakukan fisioterapi dada setiap 4jam.
pneumonia. Mobilisasi dari tempat tidur segera setelah
kondisi pasien stabil.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Ewens, Baverly & Jevon, P. 2009. Pemantauan Pasien Kritis, ed 2. Jakarta:
Erlangga
Ewens, Baverly & Jevon, P. 2009. Pemantauan Pasien Kritis, ed 4. Jakarta:
Erlangga
Gotera, Wira & Budiyasa, Dewa. 2010. Penatalaksanna Diabetes Ketoasidosis.
Jurnal FK Unud, vol 11 No 2; Denpasar
Morton, Patricia et al; alih bahasa, Subekti Nike et al. 2014. Keperawatan Kritis;
pendekeatan asuhan holistik. Jakarta: EGC